Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MANAJEMEN K3

DISUSUN OLEH:
GHINA FAUZIAH MAKBUL D121 16 506
DEWI YUNITA SARI D121 16 512
FACHMY MUSFIRAH D121 16 518

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
PENDAHULUAN
Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan. Namun, dilain
hal kegiatan konstruksi memiliki risiko yang sangat tinggi dalam berbagai macam
aspek. Aspek yang memiliki risiko tertinggi yaitu pada aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Menurut ref ILO, sektor bidang konstruksi merupakan salah
satu sector yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja dengan presentasi
31,9%. Di Indonesia, masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) juga masih
dipandang sebelah mata.
Berdasarkan paparan diatas, maka perlunya upaya penegakan pelaksanaan program
K3 khususnya dalam dunia konstruksi termasuk salah satu didalamnya adalah
manajemen risiko yang meliputi analisis risiko serta perencanaan upaya
pengendaliannya. Upaya tersebut merupakan usaha secara terencana untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan atau musibah sebagai dampak
konsekuensi dari sebuah risiko yang harus dihadapi dalam sebuah proyek
konstruksi. Dengan merumuskan serta mempertimbangkan kemungkinan
kecelakaan atau risiko yang dapat terjadi, dapat mengetahui tindakan preventif yang
dapat dilakukan.
Risiko
Risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau suatu
perusahaan kontruksi yang dapat memberikan dampak merugikan atau hal-hal yang
tidak sesuai dengan rencana apakah terhadap waktu atau biaya (Kountur, 2004).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Definisi menurut OHSAS yaitu Semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak
pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor,
pemasok, pengunjung, dan tamu) di tempat kerja.Penerapan K3 dilaksanakan
berdasarkan landasan hukum yang terkait. Landasan hukum tersebut meliputi
Undang-Undang dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment, and Determining Control)
Sesuai dengan namanya, HIRADC terdiri dari 3 langkah tahapan yaitu identifikasi
bahaya (Hazard Identification), penilaian risiko (Risk Assesment) dan pengendalian
risiko (Risk Control).
1. Identifikasi Bahaya
Identifikasi dilakukan dengan beberapa teknik yaitu teknik pasif berdasarkan
pengalaman sendiri, teknik semiproaktif berdasarkan pengalaman orang lain, dan
teknik proaktif dengan mencari bahaya sebelum terjadi. Pada pekerjaan yang
berisiko tinggi, dilakukan identifikasi lebih lanjut. Identifikasi tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya metode Job Safety Analysis. Job
Safety Analysis merupakan salah satu komponen dari sebuah komitmen manajemen
K3. Dalam metode ini, setelah diketahui pekerjaan yang berisiko tinggi, maka
pekerjaan tersebut akan di breakdown untuk mengetahui tahap lebih spesifik
beserta risiko dan cara pengendalian masing-masing risiko yang ada.
2. Penilaian Risiko
Setelah mengetahui risiko bahaya yang data terjadi, kemudian bahaya tersebut perlu
dianalisis untuk menentukan tingkat risikonya menjadi risiko besar, sedang, kecil,
dan dapat diabaikan. Penilaian dilakukan berdasarkan kategori kemungkinan risiko
dan dampak yang telah ditetapkan. Selanjutnya, hasil kemungkinan dan dampak
yang diperoleh dimasukan ke dalam tabel matriks risiko yang akan menghasilkan
peringkat risiko.
 Identifikasi bahaya pada proyek pembangunan rumah tinggal bertingkat 2
pada item pekerjaan dinding bata,kaca pada pintu dan jendala
A. Pekerjaan kaca pada pintu dan jendala.
Aktifitas Kerja Hal yang dapat Hal yang dapat Penyebab yang
merugikan terjadi (Risiko) harus di
(Bahaya) kendalikan
Tahap Persiapan -kaca tidak Pecahnya Meletakkan pada
Material diletakkan Lembaran Kaca bidang datar
ditempat datar
-kaca ditumpuk
dengan beban
yang terlalu
banyak
Tahap -Tidak Terluka oleh sisi Seabaiknya jika
Penghalusan menggunakan kaca yang tajam melakukan
Kaca sarung tangan kegiatan yang
berkaitan dengan
kaca
menggunakan
sarung tangan
Tahap -Tidak memegang Jatuhnya Sebaiknya
Pemasangan kaca dengan erat lembaran kaca menggunakan
Lemabaran Kaca atau memegang saat dilakukan kaos tangan
kaca dengan pengangkutan berbahan karet
sarung tangan
Tahap -Tidak berhati- Retaknya
Pemasukkan Paku hati pada saat permukaan sisi
(Sebelum lis memasang kaca kaca
dipajang) dan kurang
pertimbangan
pada tempat
pemasangan paku
Tahap pemasukan -Pemasangan Terjadi goresan
paku (sebelum lis paku antar paku pada
di terpasang) pada kuseng kaca permukaan
jendela memiliki kaca,kaca pecah
jarak yang
berdekatan
-Kaca tidak
memiliki
celah/space
dengan
bingkai/kuseng
B. Pekerjaan Dinding Bata
Aktifitas Kerja Hal yang dapat Hal yang dapat Penyebab yang
merugikan terjadi (Risiko) harus di
(Bahaya) kendalikan
Pasang / Bongkar -Kurang berhati- -Terjatuh dari -Menggunakan
Scaffolding hati ketika ketinggian Fall Arrest
menggunakan -Tertimpa System
Scaffolding material -Menggunakan
-Meletakkan scaffolding Safety Helm
Material yang -Terjepit
terlalu berat di scaffolding
atas Scaffolding
Pemasangan Bata -Tidak -Kejatuhan -Meletakkan
meletakkan Bata material Material pada
pada tempat yang -Iritasi pada kulit bidang datar
aman(datar,tidak akibat terkena - Menggunakan
pada ketinggian bahan mortar Sarung Tangan
yang dibawahnya -Terjatuh dari Plastik
terdapat aktifitas ketinggian -Menggumakan
pekerja) Fall Arrest
-Tidak System
menggunakan
Sarung Tangan
Plastik
-Tidak
menggunakan
Fall Arrest
System
Pengecoran -Tidak -Terjatuh dari -Menggunakan
menggunakan ketinggian Fall Arrest
Fall Arrest -Tertimpa System
System (Sistem bekisting - -Menngunakan
Penahan Jatuh) Terkena Safety Helm
-Tidak tumpahan
menggunakan material
Safety Helm

Agar tidak terjadi resiko pada pekerjaan berikut maka diperlukan pemaparan lebih
lengkap mengenai dokumentasi metode pelaksanaan dan rencana K3 untuk
meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan dan menunjang
pengetahuan seluruh pihak yang terlibat di proyek mengenai keselamatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai