Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelompok Dosen : Ibu Juhartini, S.

Gz

LAPORAN

PENILAIAN STATUS GIZI

OLEH :

NAMA : RAMLA HASAN

DIAN PRASTIKA

NIM : 09264

09243

JURUSAN : GIZI

SEMESTER : III (TIGA)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE

2010 / 2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt,karena atas rahmat dan hidayahnya
penulisan laporan ini dapat terselesaikan.

Adapun penulisan laporan ini dengan judul Pengukuran Antropometri,yang bertujuan


untuk melakukan pengukuran Antropometri dengan tepat dan menilai status gizi seseorang
berdasarkan standar yang di gunakan.Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih
mempunyai banyak kekurangan,oleh karena itu kami sangat membutuhkan banyak saran,dan
masukan dari semua pihak terutama dari Dosen Pembimbing Mata Kuliah PSG(Penilaian
Status Gizi).

Semoga dengan praktikum ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Ternate 11 januari 2011

Penulis

.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Metode Praktikum

a. Tujuan

b. Alat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Cara perhitungan energi dan zat gizi

2. Hasil recoll 3 hari

3. Dokumentasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data mengenai perancangan fasilitas kerja, maupun lokasi dan perpindahan kendali,
ditentukan oleh karakteristik tubuh manusia. Antropometri membicarakan ukuran tubuh
manusia dan aspek-aspek segala gerakan manusia maupun postur dan gaya-gaya yang
dikeluarkan. Dengan bantuan dasar-dasar antropometri, maupun aspek-aspek pandangan dan
medan visual, dapat membantu mengurangi beban kerja dan memperbaiki untuk kerja dengan
cara menyediakan tata letak tempat kerja yang optimal, termasuk postur kerja yang baik serta
landasan yang dirancang dengan baik.

Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus mempelajari


ukuran tubuh yang meliputi dimensi linier, berat, isi, meliputi juga ukuran, kekuatan,
kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh.

(dari Bahasa Yunani άνθρωπος yang berati manusia and μέτρον yang berarti
mengukur, secara literal berarti "pengukuran manusia"), dalam antropologi fisik merujuk
pada pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia.

Kini, antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri, perancangan


pakaian, ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang
distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang
optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari
masyarakat dapat membuat perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk
epidemik kegemukan), dan membuat perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data
antropometrik.

PSG dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai
alat menentukan status gizi manusia.[rujukan?] Konsep dasar yang harus dipahami dalam
menggunakan antropometri secara antropometri adalah Konsep Dasar Pertumbuhan
Pertumbuhan secara gamblang dapat diartikan terjadinya perubahan sel tubuh dalam 2
bantuk yaitu 1) pertambahan sel dan 2) pembelahan sel, yang secara akumulasi perjadinya
perubahan ukuran tubuh. Jadi pada dasarnya menilai status gizi dengan metode antropometri
adalah menilai pertumbuhan. Hanya saja pertumbuhan dalam pengertian pertambahan sel
memiliki batas waktu tertentu. Para pakar antropometri sepakat bawah pada umumnya
pertumbuhan manusia dalam arti pertambahan sel akan berhenti pada usia 18-20 tahun,
walaupun masih ditemukan sebelum 18 pertumbuhan sudah berhenti, dan sebaliknya setelah
20 tahun masih ada kemungkinan pertumbuhan masih berjalan.

a. Penilaian status gizi bagi balita

penilaian status gizi pada balita khususnya untuk indeks antropometri berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan bert badan menurut tinggi
badan ( BB/TB) sesuai dengan standar baku WHO tahun 2007. Dengan menggunakan
metode simpangan baku Z-score,status gizi balita dapat di tentukan dengan Rumus:

SD Z – Score = ( Hasil pengukuran – Nilai median standart)


Nilai standart Deviasi
Hasil perhitungan tersebut dapat diinterpretasikan sesuai dengan indeks antropometri
sebagaimana yang tercantum pada tabel berikut:

WHO Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi


Reference Z – BB/U TB/U BB/TB
Score
< -3 SD Gizi Buruk Sangat Pendek Sangat Kurus
-3 - < -2 SD Gizi Kurang Pendek Kurus
-2 - +2 SD Normal Normal Normal
Gizi Lebih Tinggi Gemuk
> +3 SD - - Obesitas
b. Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) atau Body mass indeks dapat di hitung dengan rumus

bunIMT = BB ( kg)
TB2 (m)

c. Obesitas Sentral

Timbunan lemak perut dapat di ukur berdasarkan lingkar pinggang ( lingkar perut)
karena lebih praktis.Cara ini mudah,dengan menggunakan pita meteran (measuring tape) di
ukur bagian tubuh untuk mengetahui banyaknya lemak tubuh. Sebagian patokan, kriteria
diagnostik IDF tahun 2005 menetapkan lingkar pinggangang berukuran ≥ 90 cm merupakan
tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita resiko tersebut meningkat bila lingkar
pinggang berukuran ≥ 80 cm.

d. Rasio lingkar pinggang terhadap lingkar panggul ( Waist Hip Ratio/WHR)

WHR merupakan suatu metode yang sederhana untuk mengetahui distribusi lemak
subkutan dan jaringan adipose pada intra-abdominal. WHR dapat di hitung dengan
persamaan:

WHR = Lingkar Pinggang ( LPi)


Lingkar Panggul ( LPa)
Terdapat hubungan antara lokasi lemak sentral dengan resiko kejadian penyakit
jantung. Diabetes dan penyakit kronik lainnya yang berasosiasi dengan obesitas. Cut off point
secara umum adalah <0,8 untuk wanita dan <0,9 untuk pria. Kriteria lebih jelasnya dapat di
lihat pada tabel berikut:
Jenis Kelompok
kelamin umur
Low Moderate Higt Very higt
(resikored) (normal) (tinggi) ( sangat tinggi)
Laki-laki 20-29 < 0,83 0,83-0,88 0,89-0,94 >0,94
30-39 < 0,84 0,84-0,91 0,92-0,96 >0,96
40-49 < 0,88 0,88-0,95 0,96-1,00 >1,00
Perempuan 20-29 < 0,71 0.71-0,77 0,78-0,82 >0,82
30-39 < 0,72 0,72-0,78 0,79-0,84 >0,84
40-49 < 0,73 0,73-0,79 0,80-0,87 > 0,87

e.Lingar kepala menurut umur

indeks ini dapat di gunakan untuk menilai kekurangan energi protein kronik selama
dua tahun pertama hidup anak. Kekurangan gizi kronik selama beberapa bulan pertama
kehidupan bayi, menyebabkan gangguan pertumbuhan intrauterin sehingga mengurangi
jumlah sel otak dan menhgasilkan lingkar kepala abnormal ( rendah ). Indeks ini tidak di
gunakan pada anak > 2 tahun karena pertumbuhan lingkar kepala berjalan sangat lambat.

f. Lingar lengan atas (LLA)

Lingkar lengan atas yang terdiri dari lemak subkutan dan otot: LLA yang mengecil
(mid-upper-arm circumference/MUAC) dapat saja merefleksikan berkurangnya massa otot
atau jaringan subkutan (atau keduanya). LLA menurut umur dapat membedakan anak normal
dengan anak yang kurang protein-energi sebagaimana pada idikator BB/U. LLA biasanya di
gunakan untuk screnning kurang protein energi dalam suatu bencana seperti kelaparan
(famines) dan krisis dalam pengungsian. Dalam situasi tersebut pengukuran BB atau TB
mungkin tidak tepat karena umur anak di ragukan. Cutoff LLA yang di tentukan 12,5 cm
terkadang di gunakan untuk anak balita (> 5 tahun) yang mewakili indikator BB/TB-rendah
(misal wasting). LLA relatif independen terhadap umur dan jenis kelamin khususnya pada
anak yang berumur 1-4 tahun. LLA lebih di kenal untuk menentukan prevalensi KEK pada
wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil,dan pada bayi sampai dengan umur 1
bulan,sedangkan pada wanita penggunaanya terbatas pada penelitian tertentu. Cutoff untuk
bumil dan WUS 23,5 cm dan pada bayi 9 cm.
A. Pengukuran Berat Badan
a. Pengukuran Berat Badan Balita
Pengukuran berat badan pada bayi atau anak yang belum mampu berdiri
tegak dapat dilalukan dengan 2 cara.

Cara 1: dengan menggunakan salter atau dacin

 Salter atau dacin di pasang dengan cara di gantungkan pada cabang pohon,balok
atap/lantai (rumah panggung). Gunakan tali untuk menggantung alat ukur sampai
sebatas mata atau penglihatan anda.
 Pasang sarung atau infant sling atau basket pada pengait salter atau dacin bagian
bawah,standarisasi alat dengan mengatur pada posisi nol.
 Mintalah pada ibu/pengasuh untuk melepas pakaian dan sepatu anak (pakaian
seminimal mungkin)
 Mintahlah pada ibu atau pengasuh untuk meletakkan/mamasukkan anaknya pada
infant sling/sarung agar anak tetap tenang selama penimbangan.
 Cek posisi anak. Perhatikan apakah anak tergantung dengan baik.tidak tersentuh
apapun dan dalam keadaan tenang.
 Bacalah skala sesegera mungkin mendekati 0,1 kg

Cara 2: menggunakan baby scale atau timbangan injak.


 Siapkan alat, pastikan jarum menunjuk pada angka nol
 Mintalah pada ibu atau pengasuh untuk melepas pakaian dan sepatu anak (pakaian
seminimal mungkin) dan menenangkan bayi/anak.
 Letakkan bayi pada anak ukur,pastikan posisi bayi/anak perhatikan anggota badan
agar berada pada timbangan (tidak menyentuh apapun terutama lanti) baca pada skala
0,1 kg terdekat.
 Jika bayi atau anak tidak mau di lepas,timbang bayi bersamaan dengan
ibu/pengasuhnya dengan menggunakan timbangan injak (seca). Baca dan catat skala
(X), mintahlah ibu untuk memberikan anaknya pada orang lain (petugas). Kemudian
timbang ibu/pengasuh, baca dan catat skala (Y). Berat bayi/anak adalah X-Y.
 Jika anak telah dapat berdiri tegak (>2 tahun). Timbang anak menggunakan
timbangan injak (seca). Pakaian anak seminimal mungkin tanpa alas kaki. Pastikan
posisi anak tegap, pandangan lurus ke depan. Baca dan catat skala.
b. Pengukuran berat badan untuk orang dewasa (> 5 tahun)
1. Subjek menggunakan pakaian biasa (usahakan dengan lengan yang minimal
dan longgar) isi kantong di keluarkan, subjek tidak menggunakan sepatu dan
kaus kaki.
2. Pastikan posisi timbangan menunjuk angka nol
3. Subjek berdiri di atas timbanga dengan beratnya tersebar merata pada kedua
kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus kedepan jangan bergerak-
gerak.
4. Bacalah berat badan subjek, dan catat pada skala 0,1 kg terdekat.

B. Pengukuran Tinggi Badan


a. Pengukuran panjang badan
 Pengukuran panjang badan di gunakan pada bayi/anak dengan tinggi badan
≤85 cm atau usia < 24 bulan karena belum dapat berdiri tegap tanpa bantuan.
 Di butuhkan 2 orang pengukur untuk mengukur panjang badan.alat yang
digunakan berupa papan (lenghtboard) dengan foodboard yang dapat di
setel/digerakkan.letakkan alat pada tempat yang datar.
 Bayi/anak diletakkan terlentang dengan pandangan lurus ke atas (frankfort
plane).
 1 orang pengukur mengatur posisi kepala dan memestikan kepala anak
melekat pada headboard.
 Pengukur kedua mengatur posisi kaki (tidak menggunakan alas kaki,kaus
kaki di perbolehkan),pastikan telapak kaki melekat pada foodboard dan lutut
di luruskan.
 Baca skala pada 0,1 cm terdekat.
b. Pengukuran tinggi badan
 Pilihlah tempat dengan dinding vertikal dan permukaan lantai yang horizontal.
 Letakkan microtoice di lantai dan tarik pita sentimeter ke atas sepanjang
dinding sampai angka 0 muncul pada penunjuk angka microtoice, beri tanda.
 Pasang ujung microtoice pada dinding dengan paku atau lakban.
 Periksa kembali penunjuk angka pada microtoice,tarik pita sentimeter ke
bawah sampai menunjuk angka 0.
 Subjek yang di ukur tidak boleh menggunakan alas kaki.
 Posisikan subjek tepat di bawah microtoice:
1. Kaki rapat,lutut lurus.
2. Tumit,pantat,bahu menyentuh dinding vertikal.

Anda mungkin juga menyukai