Anda di halaman 1dari 17

Abstrak

TUJUAN: otitis media akut bilateral dianggap lebih berat dibandingkan otitis media akut
unilateral, dan beberapa pedoman merekomendasikan pengobatan atau tindak lanjut yang lebih
aktif pada otitis media akut bilateral. Kami meneliti apakah otitis media akut bilateral secara
klinis lebih berat dari otitis media akut unilateral dengan membandingkan gejala dan tanda-tanda
otoskopik antara otitis media akut bilateral dan unilateral.
METODE: Dua ratus tiga puluh dua anak yang berusia 6 sampai 35 bulan yang didiagnosis
dengan otitis media akut yang memenuhi syarat. Kami mengamati gejala-gejala dengan
kuesioner terstruktur dan mencatat tanda-tanda Otoskopik secara sistematis.
HASIL: Sembilan puluh delapan anak memiliki otitis media akut bilateral dan 134 anak
memiliki otitis media akut unilateral. Anak-anak dengan otitis media akut bilateral yang lebih
sering, 24 bulan daripada anak-anak dengan otitis media akut unilateral (87% vs 75%, P =
0,032). Demam (>38 °C) terjadi pada 54% dan 36% (P = 0,006) dan konjungtivitis berat masing-
masing 16% dan 44% (P = 0,047) pada anak-anak dengan otitis media akut bilateral dan
unilateral. Pada 15 gejala lainnya, kami tidak menemukan
keseluruhan perbedaan bahkan ketika disesuaikan dengan usia. Kami mengamati dan mengikuti
tanda-tanda otoskopik berat pada masing-masing kelompok otitis media akut bilateral dan
unilateral: moderat/ ditandai dengan penonjolan dari membran timpani (63% dan 40%, P = .001),
efusi purulen (89% dan 71%, P = .001), pembentukan bula (11% dan 10%, P = 0,707), dan
gambaran kemerahan dari membran timpani (7% dan 10%, P = 0,386).
KESIMPULAN: Otitis media akut bilateral tampaknya secara klinis hanya sedikit lebih berat
dibandingkan otitis media akut unilateral. Oleh karena itu, ketika menilai tingkat keparahan otitis
media akut, bilateralitas tidak boleh digunakan sebagai kriteria, melainkan,kondisi gejala-gejala
yang dirasakan anak bersamaan dengan tanda-tanda otoskopik yang juga harus dipertimbangkan.

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otitis media akut (OMA) adalah penyakit yang umum terutama pada anak usia dini, dan

pengetahuan tentang gejala-gejala OMA masih belum banyak diketahui. Definisi diagnostik

dari OMA termasuk gejala-gejala akut. Namun, kami baru-baru ini menunjukkan bahwa pada

anak-anak dimana orangtuanya telah menduga mereka memiliki OMA, gejala-gejala dan skor

gejala tidak berbeda antara anak-anak dengan dan tanpa OMA.1 Bahkan sakit telinga adalah

gejala yang dapat membedakan pada otitis usia rawan, yang merespon pada usia preverbal.

OMA bilateral saat ini dianggap lebih parah dari OMA unilateral, dan pengobatan

antimikroba dan tindak lanjut yang lebih aktif pada OMA bilateral telah direkomendasikan oleh

pedoman, sebagai contoh, Belanda, Inggris, Italia, dan Swedia,2-5 yang sebagian besar berdasar

pada meta-analisis Rovers et al.6 Menurut hasil mereka, anak-anak muda dengan OMA bilateral

lebih berguna dengan pengobatan antimikroba dibandingkan dengan OMA unilateral. Namun

demikian, gejala dan tanda-tanda dari OMA bilateral dan unilateral pada saat itu telah

dibandingkan hanya dengan 2 kelompok penelitian. McCormick et al7 mengamati tidak ada

perbedaan gejala-gejala antara OMA bilateral dan unilateral pada 5 hal pengobatan telinga dalam

kuesioner kelompok gejala yang terdiri dari demam, nyeri telinga (atau rasa ditarik-tarik),

irritabilitas, makan, dan tidur. Sebaliknya, mereka mencatat adanya eritema, kekeruhan, dan

penonjolan dari membran timpani yang lebih sering pada anak-anak dengan OMA bilateral.

Leibovitz et al8 membandingkan suhu, irritabilitas, penonjolan, dan kemerahan dari membran

timpani antar kelompok yang menggunakan skor klinis / otologik, kelompok OMA bilateral

2
memiliki skor 8,3 dan kelompok OMA unilateral 7,8. Akibatnya, kejadian, jangka waktu, dan

tingkat keparahan dari gejala-gejala individu pada OMA bilateral dan unilateral sebelumnya

belum pernah diteliti secara komprehensif.

Tujuan kami adalah untuk mengetahui apakah OMA bilateral secara klinis lebih berat

dari OMA unilateral sepihak dengan membandingkan gejala-gejala dan tanda-tanda otoskopik

antara OMA bilateral dan unilateral.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Penelitian

Anak-anak usia 6 sampai 35 bulan yang datang rawat jalan saat mereka memiliki gejala-

gejala akut dari infeksi dan orangtua mereka curiga ke arah OMA. Awalnya, ada 746 kunjungan

selama anak-anak diperiksa. Kami sebelumnya melaporkan masing-masing gejala dari 237 dan

232 anak dengan dan tanpa OMA.1 Dalam penelitian ini, kami telah memasukkan anak-anak

yang sama dengan OMA, dengan pengecualian 5 anak di antaranya lateralitasnya tidak dapat

ditentukan karena terdapat serumen obstruktif pada 1 saluran telinga. Kami melakukan penelitian

ini antara tahun 2006 dan 2008, dan itu adalah bagian dari sebuah proyek pemeriksaan

diagnostik dan pengobatan OMA pada tingkat perawatan primer.9 Persetujuan tertulis diperoleh

dari orang tua dari semua anak-anak sebelum prosedur penelitian dilakukan. Semua kunjungan

yang bebas dari biaya, dan tidak ada kompensasi untuk partisipasi yang diberikan. Protokol

penelitian telah disetujui oleh Komite Etik dari Rumah Sakit Daerah di Southwest Finlandia.

Sebelum pemeriksaan otologik, dokter dalam penelitian mewawancarai orang tua tentang

penilaian mereka tentang kejadian, durasi, dan tingkat keparahan dari 17 gejala yang tercantum

sesuai standar, dalam kuesioner terstruktur. Demam didefinisikan suhu >38°C dalam 24 jam

sebelumnya. Untuk kejadian dan durasi demam, kami juga menerima jika orangtua menilai

bahwa anak mereka telah mengalami demam tanpa pengukuran temperatur. Namun, untuk

pengukuran suhu tertinggi dalam waktu 24 jam, kami mencatat semua pengukuran suhu aktual

tertinggi baik di rumah atau di klinik penelitian dan dimasukkan dalam analisis pengukuran suhu

yang tertinggi adalah >38 ° C. Kami meminta orang tua untuk memperkirakan durasi gejala

4
dalam hari (dengan akurasi 0,5 hari). Untuk gejala berikut, kami meminta orang tua untuk

menilai keparahan sebagai ringan, sedang, atau berat: orang tua melaporkan sakit telinga,

ekspresi verbal anak untuk sakit telinga, menggosok telinga, dan irritabilitas. Untuk yang berikut

ini, kami meminta orang tua untuk menilai keparahan sebagai ringan atau berat: menangis yang

berlebihan, tidur gelisah, kurang aktif, kurang nafsu makan, rhinitis, hidung tersumbat, batuk,

suara serak, konjungtivitis, muntah lendir (muntah dan tertelan lendir), muntah (memuntakan

sebagian makanan dan minuman yang dicerna) dan diare.

Setelah survei gejala, dokter dalam penelitian melakukan timpanometri, otoskopi

pneumatik, dan otoskopi video, yang dijelaskan secara rinci.9 Para dokter penelitian, yang

merupakan ahli otoskopi terlatih, mencatat tanda-tanda otoskopik secara sistematis. Kami

mencatat posisi membran timpani yang normal (posisi sedikit cekung); penuh, yaitu, sedikit

menonjol (konveksitas meningkat sampai tepi membran timpani), atau sedang/ ditandai dengan

penonjolan (konveksitas meningkat melampaui tepi membran timpani). Kami

mengklasifikasikan efusi di belakang membran timpani yang jernih (efusi transparan tanpa

warna), serosa (efusi transparan dengan warna kekuningan), berawan (efusi tidak transparan),

atau purulen (efusi tidak transparan dengan warna kuning yang jelas). Kami mencatat gambaran

kemerahan dari membran timpani sebagai tingkat vaskularitas membran timpani: tidak

bertambah, meningkat, sangat meningkat, atau hemoragik.

Diagnosis OMA memerlukan 3 kriteria berikut. Pertama, efusi telinga tengah yang

dideteksi oleh otoskopi pneumatik (setidaknya 2 tanda-tanda berikut pada membran timpani:

posisi menonjol, mobilitas menurun atau tidak ada, warna abnormal atau opasitas bukan karena

jaringan parut, atau ruangan antara udara dan cairan). Kedua, setidaknya 1 tanda inflamasi akut

dari membran timpani harus diidentifikasi (daerah eritem/ goresan, atau vaskularisasi meningkat

5
selama penuh/ menonjol/ konveksitas kuning). Ketiga, harus ada gejala-gejala dan tanda-tanda

dari infeksi akut. OMA Unilateral didiagnosis jika seorang anak memiliki OMA pada 1 sisi,

tetapi sisi kontralateral tidak memenuhi kriteria OMA, yaitu, telinga sehat atau memiliki otitis

media dengan efusi. OMA bilateral didiagnosis jika seorang anak memiliki OMA di kedua sisi.

Mengenai kasus dengan OMA bilateral, telinga dengan tanda-tanda otoskopik yang buruk

dimasukkan ke dalam analisis.

Kami menggunakan 5 skor yang telah dijelaskan dalam literatur sebelumnya untuk

membandingkan OMA bilateral dan unilateral. Pertama, kami menggunakan skor klinis /

otologik10 terutama yang dikembangkan oleh Dagan et al11 untuk menentukan keparahan OMA

(suhu, irritabilitas, kemerahan membran timpani, dan posisi menonjol dinilai dari 0 sampai 3,

untuk kisaran total 0-12). Kami menghitung nilai ini dari kuesioner gejala kami dan dari tanda-

tanda otoskopik yang kami catat secara sistematis. Kedua, segera setelah pemeriksaan otoskopi,

kami mencatat skor otoskopi, 8 tingkat (OS-8 score), yang McCormick et al12 kembangkan untuk

mengukur tingkat keparahan dari inflamasi membran timpani (kisaran, 0-7). Ketiga, kami

meminta orang tua untuk menilai kondisi anak mereka secara keseluruhan (kisaran, 0-7) yang

paling buruk dalam 24 jam sebelumnya dan saat di klinik penelitian, dengan skala wajah OMA,

yang dikembangkan oleh Friedman et al.13 Keempat, kami menggunakan modifikasi indeks

keparahan total OMA (AOM total severity index/ AOM-Si) seperti yang disarankan oleh

McCormick et al14 untuk menentukan tingkat keparahan OMA. Kami menghitung skor AOM-Si

(kisaran, 1-14) dengan menjumlahkan skor OS-8 tertinggi dan skala wajah OMA tertinggi paling

parah dalam waktu 24 jam. Kelima, berdasar pada kuesioner gejala kami, kami menghitung skala

keparahan gejala OMA (AOM-SOS, versi 3.0), yang dibuat Shaikh et al.15 Seperti dalam studi

mereka, kami memasukkan menggosok telinga, menangis yang berlebihan, irritabilitas, susah

6
tidur, kurang aktif, kurang nafsu makan, dan demam diberi skor 0 (tidak ada), 1 (sedikit,

termasuk kategori ringan dan moderat), atau 2 (banyak, yaitu, kategori keparahan kami). Kami

klasifikasikan temperatur, 38 °C sebagai 0 (tidak ada), 38,0-38,9 ° C sebagai 1 (sedikit), dan >39

°C sebagai 2 (banyak). Skor berkisar dari 0 sampai 14 adalah hasilnya. Selain itu, kami menilai

keparahan penyakit menurut pedoman diagnosis dan pengelolaan OMA dari American Academy

of Pediatrics 2004.16 Anak memiliki penyakit parah jika sakit telinga (dilaporkan oleh orang tua

atau ekspresi verbal anak) termasuk sedang/ parah dan/ atau suhu tertinggi yang diukur dalam

waktu 24 jam adalah >39 °C. Jika tidak, maka anak tidak memiliki penyakit yang parah. Kami

membandingkan proporsi dengan x2 test atau uji Fisher sebagaimana berlaku. Kami

membandingkan rata-rata dengan uji t dan median dengan tes Mann-Whitney U. Kami menilai

hubungan antara skor dengan Spearman koefisien korelasi. Kami menggunakan logistik regresi

untuk menghitung Odds Ratios (ORs). Kami melakukan analisis statistik dengan menggunakan

SPSS 16.0 paket statistik (IBM SPSS Statistics, IBM Corporation, Armonk, NY).

B. Hasil

Populasi studi terdiri dari 232 anak : 98 anak menderita OMA bilateral dan 134 anak

menderita OMA unilateral. Usia <24 bulan tercatat 87% anak dengan OMA bilateral dan 75%

anak dengan OMA unilateral (P=.032). Kelompok OMA bilateral sedikit lebih sering daripada

kelompok OMA unilateral (45% banding 63%, P=.007). Sebaliknya, tidak terdapat perbedaan

signifikan secara statistik yang terlihat pada karakteristik pasien (Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik dari 232 anak dengan OMA Bilateral dan Unilateral

7
Kejadian dari gejala klinis tidak berbeda antara anak dengan OMA bilateral dan OMA

unilateral (Gambar 1), dengan pengecualian demam dan otalgia. Belakangan dilaporkan pada

11/98 (11%) anak dengan OMA bilateral dan 33/134 (25%) anak dengan OMA unilateral

(P=.010). Bagaimanapun juga, disesuaikan dengan usia, kejadian otalgia tidak berbeda antara

kelompok (ketidaksesuaian OR untuk OMA bilateral, 0,39; interval kepercayaan 95% (CI), 0,19-

0,81; P=.012, kesesuaian OR, 0,64; 95% CI, 0,24-1,69; P=.368). Kejadian demam 54% (53/98)

dari bilateral dibandingkan 36% (48/134) dari kelompok unilateral OMA (P=.006).

Ketidaksesuaian OR untuk demam 2.11 (95% CI, 1.24-3.59; P=.006) untuk kelompok OMA

bilateral dan kesesuaian usia OR 2.26 (95% CI, 1.31-3.91; P=.003). Perbedaan di antara tidak

dijelaskan dengan penggunaan antipiretik sebelum kunjungan studi (77% [41/53] banding 71%

[34/48] pada anak dengan demam dalam kelompok OMA bilateral dibandingkan OMA

unilateral, P=.454, dan 60% [59/98] banding 56% [75/134] pada semua anak dalam kelompok

OMA bilateral dibandingkan kelompok OMA unilateral, P=.519). Berdasarkan gambar 2

8
menunjukkan, pada pengukuran temperatur kelompok OMA bilateral sedikit lebih tinggi

daripada kelompok OMA unilateral, pengukuran temperatur > 390C tercatat dalam 44% (21/48)

dan 20% (8/41) pada kelompok OMA bilateral dan kelompok OMA unilateral, secara berurutan

(P=.015). Lama dari gejala klinis sebelum kunjungan serupa di antara kedua kelompok (Tabel 2).

Selain itu, tingkat keparahan dari gejala klinis tidak dibedakan di antara kedua kelompok, kecuali

dilaporkan otalgia dan konjungtivitis lebih sering berat pada kelompok OMA unilateral (Tabel

3). Bagaimanapun juga, OR untuk otalgia menjadi sedang/berat pada 0.87 (95% CI, 0.49-1.54;

P=.624) untuk kelompok OMA bilateral dan kesesuaian usia OR 0.86 (95% CI, 0.48-1.55;

P=.616).

Pada tanda otoskopik, tercatat sedang/ditandai membrane timpani yang mencembung

pada 63% dan 40% dan efusi purulen pada 89% dan 71% pada OMA bilateral dan OMA

unilateral, secara berurutan (untuk perbadingan, P=.001). Berdasarkan observasi pembentukan

bulla pada membrane timpani 11% pada OMA bilateral dan 10% pada anak dengan OMA

9
unilateral (P=.707). berdasarkan observasi hiperemis pada membrane timpani 7% dan 10% pada

OMA bilateral dan OMA unilateral secara berurutan. Terlebih, pada OS-8 rentang nilai dari 4-7

dan tercatat nilai 6 atau 7 dalam 59% dan 37% dari anak dengan OMA bilateral dan OMA

unilateral secara berurutan (P=.001). Kesesuaian dengan usia tidak mengubah hasil dari beberapa

tanda otoskopik di atas.

Median klinis/nilai otologik 4.5 dan 4.0 pada anak dengan OMA bilateral dan OMA

unilateral, secara berurutan (P=.003) (Gambar 3). Bagaimanapun juga, nilai OMA-Si yang terdiri

dari gejala klinis dan tanda otoskopik, tidak berbeda di antara OMA bilateral dan OMA

unilateral (11.0 banding 11.0; P=.387). Nilai tersendiri berdasarkan pada gejala klinis, disebut

skala wajah OMA, tidak berbeda di antara OMA bilateral dan OMA unilateral, sesuai gambar 3.

Menurut Akademi Pediatrik Amerika 2004 guideline didefinisikan untuk klasifikasi tingkat

10
keparahan penyakit, 69 (70%) anak dengan OMA bilateral dan 90 (67%) dengan OMA unilateral

(P=.599).

11
12
C. Diskusi

Penemuan utama dari penelitian ini ialah kejadian, durasi, dan keberatan dari gejala klinis

tidak berbeda antara OMA bilateral dan OMA unilateral. Hanya demam sebagai pengecualian,

karena anak dengan OMA bilateral menderita demam lebih sering dan demam dengan

temperature yang agak tinggi. Hal ini merupaka penemuan baru. Selain itu, Leibovitz et al 8 tidak

menyelidiki demam, karena semua pasien memiliki demam menurut Kriteria diagnosis untuk

OMA. Kemudian, McCormick dan kelompok studinya mengukur temperature pada studi klinik

setelah beberapa subjek yang menerima pengobatan antipiretik.7 Akan tetapi, pada survey awal

kejadian demam dan kemudian dianalisis, pengukuran temperature lebih tinggi dalam 24 jam.

Meskipun, berdasarkan pengamatan secara statistic perbedaan signifikan kedua kelompok

tersebut, ada perbedaan sederhana, dan hanya setengah dari anak dengan OMA bilateral

menderita demam. Sebagai tambahan, lateralisasi tidak berhubungan dengan sedang/berat

otalgia, yang mana criteria lain untuk tingkat keparahan penyakit menurut Akademi Pediatrik

Amerika 2004 guideline.16 Keseluruhan data ini menyatakan bahwa anak dengan OMA bilateral

mungkin hanya sedikit lebih banyak gejala klinisnya daripada OMA unilateral.

Pada tanda otoskopik, sedang/ditandai dengan membrane timpani mencembung dan efusi

purulen secara signifikan lebih sering pada anak dengan OMA bilateral daripada OMA

unilateral. Nilai lebih tinggi OS-8 pada kelompok OMA bilateral dalam studi ini, sama halnya

dengan studi McCormick et al7, terutama mencerminkan derajat kecembungan dari membrane

timpani. Bagaimanapun juga, derajat kecembungan membrane timpani boleh jadi sebuah tanda

klinik dari tingkat keparahan penyakit, karena Hoberman et al17 menunjukkan terapi antibiotic

paling bermanfaat pada anak dengan tanda membrane timpani yang cembung. Menurut Palmo et

al18, efusi purulen meningkat memungkinkan kultur bakteri positif. Kelompok studi yang sama

13
juga menunjukkan bahwa pembentukan bulla dan hiperemis seharusnya dianggap sebagai tanda

dari keparahan karena tanda otoskopik ini lebih sering berhubungan dengan kultur bakteri yang

positif dan gejala klinis yang berat daripada OMA tanpa tanda ini.18,20 Pada studi ini, tanda

otoskopik tersebut ada pada OMA bilateral dan OMA unilateral. Akibatnya, tanda otoskopik

berat tidak terlihat sepenuhnya berhubungan dengan OMA bilateral. Selain itu, menjadi catatan

seperti McCormick et al7 dinyatakan sebelumnya bahwa OMA bilateral lebih banyak

kemungkinan memiliki tanda otoskopik yang berat, karena telinga dengan otoskopik yang buruk

digunakan sebagai pembanding.

Kedua nilai termasuk gejala klinis dan penilaian otoskopik, yaitu nilai klinik/otologik dan

OMA-Si, memiliki hal serupa di antara anak dengan OMA bilateral dan OMA unilateral.

Meskipun nilai klinik/otologik secara statistic signifikan lebih tinggi pada anak dengan OMA

bilateral pada studi ini, sama halnya pada Leibovitz et al8, perbedaan secara klinik. Leibovitz et

al8 menyatakan bahwa nilai ini memiliki keterbatasan penggunaan secara klinik. Pada studi ini,

gejala klinis berdasarkan nilai, yaitu skala wajah OMA dan OMA-SOS, menunjukkan tidak ada

perbedaan antara OMA bilateral dan OMA unilateral. Hal yang sama didefinisikan dengan

tingkat keberatan penyakit menurut Akademi Pediatrik Amerika 2004 guideline. Sebelumnya,

dilaporkan nilai yang sama mengenai perbandingan di antara anak dengan OMA dan tanpa OMA

dan menunjukkan tidak ada perbedaan di antara anak tersebut yang dicurigai menderita OMA.1

Hal tersisa yang bisa ditentukan berdasar hasil nilai mencerminkan keberatan klinik yang sama

pada OMA bilateral dan OMA unilateral atau ketidakmampuan nilai ini untuk mendeteksi

perbedaan.

Hasil studi ini memberi dukungan untuk konsep bahwa OMA bilateral secara klinik lebih

berat daripada OMA unilateral. Bagaimanapun juga, menjadi perhatian bahwa penilaian

14
keberatan pada kunjungan pertama hanya bisa menyediakan pandangan sempit untuk dinamika

penyakit OMA. Semua klinisi mengetahui bahwa gejala klinis tidak hanya berbeda di antara

individual, tapi juga dalam individual. Seorang anak mungkin afebris pada hari pertama dan

febris pada hari selanjutnya dan sebaliknya. Selain itu, tanda otoskopik berubah setiap hari,22,23

dan anak dengan OMA unilateral mungkin berkembang menjadi OMA bilateral.9,24 Studi ini

berbeda dari Rovers et al,6 karena kesimpulan mereka didasarkan pada keluaran 3-7 hari setelah

diagnosis dan terapi. Belakangan ini, Hoberman et al17 menunjukkan bahwa derajat dari

kecembungan membrane timpani lebih kuat memprediksi kegagalan terapi daripada lateralisasi.

Selain itu, lateralisasi bukan prediktor lebih kuat daripada gejala klinis atau paparan pada anak

lain. Kita menyakini bahwa lateralisasi seharusnya tidak digunakan secara tersendiri untuk

menentukan factor dalam menilai keberatan OMA dan memutuskan pilihan terapi. Peneliti

menyarankan bahwa klinisi mempertimbangkan keberatan dari gejala klinis anak bersama

dengan tanda otoskopik, untuk memikirkan dinamik OMA.

Kekuatan utama dari studi ini adalah standarisasi, kuesioner gejala klinik yang

terstruktur, persertujuan untuk mengikuti penelitin. Penelitian ini juga mencatat tanda otoskopik

secara sistematik. Sebagai tambahan, kita mengambil anak dari tingkat primer penjagaan, dimana

diagnosis dari OMA terutama dibuat oleh klinisi. Walaupun demikian, studi ini memiliki

keterbatasan. Temperatur tidak hanya diukur pada studi klinik, tapi juga dengan teknik variabel.

Hal ini menjadi di bawah perkiraan atau di atas perkiraan kejadian demam, tapi mungkin dalam

cara yang sama pada kedua kelompok tersebut. Faktanya bahwa pembanding lebih tinggi diukur

temperature hanya di antara anak dengan temperature > 38oC bisa terlihat sebagai keterbatasan.

Bagaimanapun juga, kita berpikir bahwa temperature berbeda di antara anak dengan febris secara

klinik lebih signifikan daripada di antara anak dengan afebris. Bahkan jika kita memasukkan

15
semua anak dalam analisis ini, kesimpulan kita tidak akan berubah. Keterbatasan bisa juga

terjadi pada gejala klinis yang disurvey melalui wawancara dari orangtua yang mengisi

kuesioner. Walaupun demikian, klarifikasi dari orangtua memungkinkan meminimalisasi

kesalahan interpretasi oleh orangua. Akhirnya, otoskopik selalu menjadi interpretasi subjektif

pada tanda dari membrane timpani. Khususnya, penilaian dari warna efusi dengan opasitas dari

membrane timpani, yang mana mungkin menuntun perkiraan dari efusi purulen. Kita mencoba

meminimalisir subjektifitas dengan menggunakan otoskopik video untuk menilai dan

menemukan secara bersamaan.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Peneliti menyimpulkan bahwa OMA bilateral terlihat secara klinik lebih berat daripada

OMA unilateral pada anak usia 6-35 bulan. Oleh karena itu, peneliti menyarankan bahwa

seharusnya bilateralitas tidak digunakan secara tersendiri sebagai kriteria yang menentukan

ketika menilai keberatan OMA; sebagai gantinya gejala klinik bersama dengan tanda otoskopik

seharusnya menjadi pertimbangan.

17

Anda mungkin juga menyukai