Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UN- Population Division, Departement of Economic and

Social Affairs (1999) jumlah populasi usia lanjut lebih dari 60 tahun

diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2

milyar pada tahun 2050, saat itu usia lanjut akan melebihi jumlah populasi

anak (0-14 tahun), pertama kali dalam sejarah manusia (Darmojo &

Martono 2009). World Health Organization (WHO) dalam penelitiannya

tahun 2012 memposisikan gangguan depresif berada pada urutan keempat

penyakit didunia dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penderita

gangguan depresif semakin meningkat dan akan menempati urutan kedua

penyakit dunia. Indonesia diperkirakan akan mengalami kenaikan jumlah

populasi usia lanjut terbesar di seluruh dunia yaitu sebesar 414%, antara

tahun 1990 –2025. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan

populasi usia lanjut terbanyak peringkat ke 5 dunia, di bawah Cina, India

Amerika Serikat, dan Jepang pada tahun 2025. Menurut Riset Kesehatan

dasar (Rikesdas) tahun 2007 prevalensi masalah mental emosional yakni

depresi dan ansietas ada sebanyak 11,60% dari jumlah penduduk

Indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa (Darmojo & Martono 2009)

Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering pada pasien

berusia diatas 60 tahun dan merupakan contoh penyakit yang paling umum

dengan tampilan gejala yang tidak spesifik/tidak khas pada populasi

geriatri.

1
2

Data prevalensi depresi pada usia lanjut di Indonesia diperoleh dari

ruang rawat akut geriatri dengan kejadian depresi sebanyak 76,3 %.

Proporsi pasien geriatri dengan depresi ringan adalah 44,1 % sedangkan

depresi sedang sebanyak 18 %, depresi berat sebanyak 10,8 % dan depresi

sangat berat sebanyak 3,2 %. Semakin berat tingkat depresi maka semakin

lama masa rawat (Soejono et all 2009).

Meskipun depresi banyak terjadi dikalangan lansia, depresi ini sering

salah didiagnosis atau diabaikan sejumlah faktor yang menyebabkan

keadaan ini, mencakup fakta bahwa pada lansia, depresi dapat disamarkan

atau tersamarkan oleh gangguan fisik lainnya. Selain itu, isolasi sosial,

sikap orang tua, penyangkalan, pengabaian terhadap proses penuaan

normal menyebabkan tidak terdeteksi dan tidak tertanganinya gangguan

ini. Sayangnya, beberapa professional kesehatan dan banyak lansia masih

salah memandang depresi sebagai bagian yang alami dari pertumbuhan

lansia dan oleh karena itu gagal membedakan antara perilaku yang

diharapkan dan penyakit yang dapat diobati.

Hal ini tidak menguntungkan karena berbagai alasan. Depresi dapat

memperpendek harapan hidup dengan mencetuskan atau memperburuk

kemunduran fisik. Dampak terbesar sering terjadi diarea-area tempat

kepuasan dan kualitas hidup menurun, mmenghambat pemenuhan tugas-

tugas perkembangan lansia. Lebih lanjut lagi, depresi dapat menguras

habis emosi dan finansial orang yang terkena juga pada keluarga dan

sistem pendukung sosial informal dan formal yang dimilikinya.


3

Akhirnya, angka bunuh diri yang tinggi menjadi konsekuensi yang

serius dari depresi yang tidak ditangani (Beare & Stanley, 2006).

Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Balai sosial lanjut usia

mandalika nusa tenggara barat tahun 2017 didapatkan data jumlah lansia

74 orang terdiri dari wanita 50 orang, laki-laki 24 orang, klayan depresi 3

orang (dari jumlah keseluruhan lansia), dengan jumlah penderita

perempuan 2 orang, laki-laki 1 orang. Pada tahun 2015 jumlah

keseluruhan lansia 76 orang, dengan jumlah lansia perempuan 42 orang

(55.26%), lansia laki-laki 36 orang (47.36%), klien depresi 2 orang (2.63%

dari jumlah keseluruhan lansia), dengan jumlah penderita perempuan 1

orang (1.31%), laki-Laki 1 orang (1.31%). Pada tahun 2014 jumlah

keseluruhan lansia 56 orang, dengan jumlah lansia perempuan 30 orang

(53.57%), lansia laki-laki 26 orang (46.42%), jumlah klien depresi 1 orang

(1.78%) pada penderita perempuan. Pada tahun 2013 jumlah keseluruhan

lansia yaitu 43 orang, dengan jumlah lansia laki-laki 20 orang (46.51%)

dan lansia perempuan 23 orang (53.48%), yang menderita depresi tidak

ada, (BSLU “nusa tenggara barat” 2017).

Dampak depresi pada lansia sangatlah buruk. Depresi yang tidak

diobati menyebabkan peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan dan

medis, memberi pengaruh negatif pada kualitas hidup, dan meningkatkan

kematian. Meskipun terdapat bukti bahwa depresi merupakan masalah

terutama pada lansia yang dilembagakan (balai), hanya sedikit perhatian

diberikan kepada fakta ini (Smoliner, et al, 2009 dalam Kartika 2012).
4

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kepada

para lansia yang tinggal di balai sosial lanjut usia mandalika nusa tenggara

barat untuk mengetahui gambaran depresi para lansia tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka permasalahan yang dapat di

rumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah Penerapan Asuhan

Keperawatan Pada Klayan Dengan Masalah Psikososial : Depresi dengan

harga diri rendah di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Nusa Tenggara

Barat ?”.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ulusan karya tulis ilmiah ini sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Penulis mampu memahami dan menerapkan asuhan

keperawatan klayan dengan masalah psikososial: depresi dengan harga

diri rendah dengan mengunakan pendekatan metodologi proses

keperawatan.
5

2. Tujuan Khusus

Penulis dapat :

a. Menjelaskan konsep dasar lanjut usia meliputi: pengertian,

batasan lanjut usia, teori proses menua, perubahan fisiologis

lanjut usia, perubahan psikososial lanjut usia.

b. Menjelaskan konsep dasar penyakit depresi meliputi pengertian,

etiologi, pathofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang,

penatalaksanaan dan komplikasi.

c. Melakukan pengkajian pada klayan dengan masalah psikososial:

depresi dengan harga diri rendah.

d. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klayan dengan masalah

psikososial: depresi dengan harga diri rendah.

e. Menyusun rencana asuahan keperawatan pada klayan dengan

masalah psikososial: depresi dengan harga diri rendah.

f. Melakukan tindakan keperawatan pada klayan dengan masalah

psikososial: depresi dengan harga diri rendah.

g. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klayan dengan

masalah psikososial: depresi dengan harga diri rendah.

h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klayan dengan

masalah psikososial: depresi dengan harga diri rendah.


6

D. Manfaan Penulisan

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat Bagi Mahasiswa

Meningkatkan pengetahuan, dan pemahaman mahasiswa

dalam penerapan asuhan keperawatan khususnya pasien dengan

masalah Psikososial Depresi dengan harga diri rendah.

b. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai kajian pustaka dan

pengembangan ilmu keperawatan khusunya bidang keperawatan

Gerontik.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Lahan Praktik dan Masyarakat

Sebagai bahan masukan dalam penerapan asuhan

keperawatan khususnya pada pasien dengan masalah Psikososial

Depresi dengan harga diri rendah.

b. Manfaat Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam

perawatan dan pencegahan khususnya pada pasien dengan

masalah Psikososial Depresi dengan harga diri rendah.

Anda mungkin juga menyukai