Anda di halaman 1dari 19

ANALISA PERBEDAAN PENYUSUTAN ASET TETAP

MENURUT AKUNTANSI KOMERSIAL DENGAN FISKAL

Disusun Oleh:

Muhammad Rizqi Fajriansyah


20141220036

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “ANALISA PERBEDAAN
PENYUSUTAN ASET TETAP MENURUT AKUNTANSI KOMERSIAL
DENGAN FISKAL”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
AllahSWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Surabaya, 18 Desember 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Latar Belakang Penyusutan ...................................................................... 3

2.2 Pengertian Penyusutan ............................................................................. 3

2.3 Karakteristik dari Aset yang Dapat Disusutkan ....................................... 4

2.4 Penyusutan Berdasarkan Peraturan Perpajakan........................................ 5

2.5 Penyusutan Berdasarkan Standart Akuntansi Keuangan .......................... 8

BAB III : PENUTUP ............................................................................................ 13

3.1 SIMPULAN ............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju, sebuah


perusahaan yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat
perusahaan hidup dalam jangka panjang, artinya perusahaan harus
mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui pencapaian tujuan. Suatu tujuan
akan tercapai apabila perusahaan dikelola dengan baik, sehingga sesuai
dengan harapan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Tujuan suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal atas
investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk
investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal
perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun.
Hal ini karena peranan aktiva tetap sangat besar bagi perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya, seperti bangunan atau gedung, mesin,
peralatan, kendaraan dan aktiva lainnya sebagai alat yang digunakan untuk
mendukung semua kegiatan perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan pengelolaan yang efektif dan kebutuhan yang tepat dalam
penggunaan, pemeliharaan, maupun pencatatannya.

Bersamaan dengan berlalunya waktu, nilai ekonomis suatu aktiva


tetap tersebut harus dapat dibebankan secara tepat dan salah satu caranya adalah
dengan menentukan metode penyusutan. Besarnya beban penyusutan aktiva
tetap mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan. Metode
penyusutan yang biasanya digunakan oleh perusahaan antara lain adalah metode
garis lurus (Straight Line Method) dan metode saldo menurun ganda (Double
Declining Method). Menurut ketetapan perpajakan berdasarkan UU No. 7/1983
UU No.10 /1994 jo UU No.17 /2000, menyatakan bahwa metode penyusutan
aktiva tetap adalah metode garis lurus dan saldo menurun ganda. Namun ada

1
perbedaan antara metode ang digunakan menurut akuntansi komersial dan fiskal.
Perbedaan antara metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method) dan
metode saldo menurun ganda (Double Declining Method) antara komersial
dengan fiskal terletak pada persentase penyusutan atau dari umur ekonomis
aktiva tetap tersebut. Untuk metode fiskal umur ekonomis ditentukan berdasarkan
Undang-Undang ketetapan perpajakan yang berlaku, sedangkan menurut
komersial umur ekonomis ditentukan oleh perusahaan. Selain itu perbedaan –
perbedaan lain yang mendasari penyusutan antara akuntansi komersial dan fiskal
masih banyak sehingga harus dilakukan rekonsiliasi setiap akhir periode.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan


masalah adalah apakah perbedaan penyusutan aset tetap menurut akuntansi
komersial dengan akuntansi fiskal?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui apa saja perbedaan
penusyutan aset tetap menurut akuntansi komersial dan fiskal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Penyusutan

Pada umumnya perusahaan dalam kegiatan usahanya melakukan


pemotongan pajak (tax deductions) yang disebabkan karena adanya pengeluaran
kas, baik untuk pembelian barang, membayar tenaga kerja, maupun jasa lainnya
yang digunakan dalam kegiatan operasional. Pengakuan biayanya sederhana
tergantung apakah perusahaan menggunakan dasar kas atau dasar akrual dalam
pembukuannya. Namun ada jasa yang digunakan dalam kegiatan operasional yang
harus dibeli terlebih dahulu seperti gedung, mesin, dan tanah. Pengeluaran kas
untuk hal tersebut memberikan manfaat lebih dari satu periode. Untuk
kepentingan pajak, perlakuan terhadap pengeluaran semacam ini dapat
menimbulkan masalah dalam penentuan pajak penghasilan.

2.2 Pengertian Penyusutan


Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang diestimasi (PSAK17). Penyusutan perlu dilakukan
karena manfaat yang diberikan dan nilai dari aset tersebut semakin berkurang.
Pengurangan nilai aset dibebankan secara bertahap.

Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal yaitu,


keadilan pajak, kebijakan ekonomi, dan administrasi, penjelasannya sebaai berikut

1. Keadilan pajak (tax equity)


Untuk keadilan pajak perlu diperhatikan jenis kegiatan dari Wajib Pajak,
apakah perusahaan manufaktur atau perusahaan jasa, bagaimana struktur
modalnya, padat modal, atau padat karya. Dengan adanya penyusutan maka
kegiatan usaha manufaktur dn jenis usaha yang padat modal akan lebih
diuntungkan dibanding dengan yang lainnya.

3
2. Kebijakan ekonomi
Dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan modal. Jika
penyusutan besar maka laba setelah pajak juga besar, sehingga arus kas
menjadi tinggi. Menurut ketentuan perpajakan, perhitungan penyusutan
dimulai pada tahun perolehan. Secara ekonomis dapat diatur dengan
peraturan tertentu secara selektif, untuk mendorong atau menghambat suatu
peningkatan modal. Penyusutan secara selektif dapat dibedakan menjadi :
a. Penyusutan untuk barang baru atau barang bekas;
b. Penyusutan berdasarkan jenis industri tertentu;
c. Penyusutan berdasarkan jenis aset;
d. Penyusutan berdasarkan lokasi (terpencil)

2.3 Karakteristik dari Aset yang Dapat Disusutkan


1. Digunakan dalam kegiatan usaha.
Aset yang boleh disusutkan adalah aset yang dipakai dalam usaha atau
menjalankan usaha. Aset ini dapat dibedakan menjadi aset bisnis, aset
campuran, dan aset pribadi. Untuk aset bisnis dapat disusutkan semuanya,
sedangkan untuk aset campuran boleh disusutkan sebagian sesuai dengan
yang digunakan dalam kegiatan usaha.
2. Nilainya menurun secara bertahap
Nilai aset yang dapat disusutkan harus menurun secara bertahap, baik karena
semakin buruk fisiknya atau karena faktor kualitas. Kalau nilainya tidak
menurun secara bertahap maka tidak dapat disusutkan tetapi langsung
dibiayakan. Adapun aset yang tidak dapat disusutkan adalah tanah, aset
pendanaan, barang dagangan, atau persediaan.
3. Aset berwujud dan aset tidak berwujud
Aset berwujud maupun aset tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih
dari satu periode dapat disusutkan. Untuk aset tidak berwujud penyusutannya
disebut dengan amortisasi.
4. Pihak yang berhak melakukan penyusutan
Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah:

4
a. Pihak yang menggunakan aset tersebut dalam kegiatan usaha;
b. Pemilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner.
5. Saat dilakukan penyusutan
Secara umum saat dilakukan penyusutan adalah saat digunakan, tetapi
adakalanya pada tahun perolehan.
6. Dasar untuk melakukan penyusutan
Pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut :
a. Harga perolehan (historical cost)
Termasuk di dalamnya adalah harga, ongkos, dan pajak. Pajak yang
dapat dikreditkan, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dapat
dikreditkan dengan pajak keluaran tidak termasuk dalam harga
perolehan.
b. Harga penggantian (replacement cost)
Pada prinsipnya harga penggantian tidak diperkenankan, karena untuk
kepentingan pencatatan menggunakan harga perolehan.
c. Revaluasi (revaluation)
Suatu aset yang telah direvaluasi biasanya disusutkan berdasarkan nilai
revaluasinya.

2.4 Penyusutan Berdasarkan Peraturan Perpajakan


Menurut Pasal 9 ayat (2) UU PPh bahwa pengeluaran untuk mendapatkan
manfaat, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan
melalui penyusutan. Hal ini sesuai dengan kelaziman dunia usaha dan selaras
dengan prinsip penandingan antara pengeluaran dan penerimaan (matching cost
against revenue). Dalam ketentuan ini, pengeluaran untuk mendapatkan, menagih,
dan mempertahankan penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun tidak dapat dikurangkan sebagai biaya sekaligus pada tahun
pengeluarannya. Namun demikian, dalam perhitungan dan penerapan tarif
penyusutan untuk keperluan pajak, perlu diperhatikan dasar hukum penyusutan
fiskal, karena dapat berbeda dengan penyusutan untuk akuntansi (komersial).

5
Mulai tahun 1995 ketentuan fiskal mengharuskan penyusutan harta tetap
dilakukan secara individual per aset, tidak lagi secara gabungan (berdasarkan
golongan) seperti yang berlaku sebelumnya kecuali untuk alat-alat kecil (small
tools) yang sama atau sejenis masih boleh menggunakan penyusutan secara
golongan.

Saat Mulainya Penyusutan

Undang-undang PPh secara khusus dan eksplisit menetapkan saat


dimulainya penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan. Penyusutan fiskal
harus dilakukan sebulan penuh. Pengecualian dari ketentuan ini hanya dapat
terjadi karena hal-hal berikut ini.

1. Harta/aset yang masih dalam proses pengerjaan


2. Harta/aset dalam usaha sewa guna usaha (leasing)
3. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak.

Pengelompokan Harta Berwujud

Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aset tetap berwujud


yang memenuhi syarat penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu
menjadi dua golongan sebagai berikut.

1. Harta berwujud kelompok bukan bangunan


2. Harta berwujud kelompok bangunan

Harta berwujud bangunan dikelompokkan menurut masa manfaatnya sebagai


berikut

Kelompok Bangunan Masa Manfaat

Bangunan permanen 20 tahun

Bangunan tidak permanen 10 tahun

6
Harta berwujud bukan bangunan dikelompokkan menurut masa manfaatnya
sebagai berikut.

Kelompok Bukan Bangunan Masa Manfaat

Kelompok 1 4 tahun

Kelompok 2 8 tahun

Kelompok 3 16 tahun

Kelompok 4 20 tahun

Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal

Mulai tahun 1995 Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode


penyusutan fiskal untuk aset tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode saldo
menurun ganda atau metode garis lurus. Metode mana yang akan dipakai
bergantung pada Wajib Pajak, sepanjang dilaksanakan dengan taat asas. Satu hal
yang perlu dicatat adalah bahwa metode yang dipilih harus diterapkan terhadap
seluruh kelompok harta. Maksudnya, Wajib Pajak tidak dapat menggunakan
metode saldo menurun terhadap kelompok yang satu dan menerapkan metode
garis lurus terhadap kelompok lainnya. Dalam hal Wajib Pajak memilih metode
saldo menurun, maka pada tahun terakhir masa manfaat nilai sisa buku harta yang
bersangkutan disusutkan seluruhnya. Aset tetap bangunan hanya menggunakan
satu metode yaitu metode garis lurus. Sebagai akibat dari adanya dua metode
penyusutan ini, timbul perbedaan persentase penyusutan fiskal.

7
Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Berupa Bangunan

Kelompok Bangunan Tarif Penyusutan (Metode Garis

Lurus)

Bangunan Permanen 5%

Bangunan tidak permanen 10%

Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Bukan Bangunan

Kelompok Bukan Tarif Penyusutan

Bangunan Metode Garis Lurus Metode Saldo Menurun

Kelompok 1 25,00% 50,00%

Kelompok 2 12,50% 25,00%

Kelompok 3 6,25% 12,50%

Kelompok 4 5% 10,00%

2.5 Penyusutan Berdasarkan Standart Akuntansi Keuangan


Aset tetap dan akuntansi penyusutan diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16
Tentang Aset Tetap dan Aset Lain-Lain, PSAK Nomor 17 Tentang Akuntansi
Penyusutan.

Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

8
Tanah biasanya memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan biasanya
tidak dianggap sebagai suatu aset yang dapat disusutkan. Namun, tanah yang
memiliki masa manfaat terbatas bagi perusahaan diperlakukan sebagai aset tetap
yang dapat disusutkan.

Penyusutan adalah alokasi sistematis suatu nilai aset yang dapat


disusutkan sepanjang masa manfaat yang dapat diestimasi. Penyusutan periode
akuntansi dibebankan ke pendapatan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah jumlah


perolehan suatu aset atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya perolehan
dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya.

Pengukuran penyusutan aset tetap berdasarkan pada umur ekonomis


maupun umur teknis. Umur ekonomis bisa lebih pendek dari umur teknis
misalnya karena perubahan teknologi yang cepat.

Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat
diperoleh pada akhir masa manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran biaya
pelepasan.

Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu aset mungkin dapat ditukar atau
suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan
untuk melakukan transaksi yang wajar (arm’s length transaction).

Jumlah tercatat (carrying amount) adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan
suatu aset setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan.

Biaya Perolehan

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat
perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat
yang siap untuk digunakan.

9
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri atas harga belinya, termasuk biaya
impor dan PPN masukan tidak boleh direstitusikan (nonrefundable), dan setiap
biaya yang dapat didistribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke
kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan, setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari pembelian.
Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah sebagai
berikut.

1. Biaya persiapan tempat


2. Biaya pengiriman awal (initial delivery), biaya simpan, dan biaya bongkar
muat (handling cost).
3. Biaya pemasangan (instalation cost)
4. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.

Apabila suatu aset diperoleh secara gabungan maka harga perolehan


ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.

Aset tetap yang diperoleh dengan pertukaran atau pertukaran sebagian


untuk aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya, biaya perolehannya diukur
berdasarkan nilai wajar aset yang dilepaskan atau yang diperoleh, yang mana yang
lebih andal sesuai ekivalen dengan nilai wajar aset yang dilepaskan setelah
disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer.

Aset tetap yang diperoleh dengan pertukaran atas suatu aset yang serupa
yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki
suatu nilai yang wajar, biaya perolehannya adalah jumlah tercatat dari aset yang
dilepaskan. Jadi, karena proses perolehan penghasilan (earning process) tidak
lengkap, maka keuntungan atau kerugian yang timbul tidak diakui.

Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan atau donasi harus dicatat
sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun
‘modal donasi’.

10
Pada umumnya, SAK menganut penilaian berdasarkan harga perolehan
atau harga pertukaran, jadi tidak mengizinkan penilaian kembali aset tetap
(revaluasi). Penyimpanan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan
ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan
mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aset
tetap serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan
perusahaan.

Kriteria Aset yang dapat disusutkan

1. Diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi ; dan


2. memiliki suatu masa manfaat yang terbatas ; dan
3. ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok
barang dan jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Masa manfaat
1. periode suatu aset diharapkan digunakan oelh perusahaan.
2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset oleh
perusahaan.
Metode Penyusutan Ativa Tetap
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat
dikelompokan menurut akuntansi komersial, yaitu :

1. Berdasarkan kriteria waktu


a. Metode Garis Lurus
b. Metode pembebanan Menurun
1. Metode jumlah angka tahun
2. Metode saldo menurun/ saldo menurun ganda
2. Berdasrkan kriteria penggunaan
a) Metode jam jasa
b) Metode jumlah unit produksi

11
3. Berdasarkan kriteria lainya
a) Metode berdasarkan jenus dan kelompok
b) Metode anuitas

Saat dimulainya penyusutan

a) Pada umumnya penyusutan dimulai pada tahun pengeluaran. Untuk aset tetap
yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutan dimulai pada tahun
selesainya pengerjaan tersebut.
b) Beda dengan penyusutan fiskal yang harus setahun penuh, penyusutan
komersial boleh dilakukan untuk jangka yang lebih pendek.

Dasar penyusutan

Adalah biaya perolehan awal, baik melalui pembelian maupun pendirian,


penambahan, dan perbaikan. Apabila perusahaan melakukan penilaian kembali
(revaluasi) maka dasar penyusutannya adalah nilai setelah nilai revaluasi.

12
BAB III
PENUTUP

3.1SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis
menarik simpulan perbedaan penyusutan aset tetap menurut akuntansi komersial
dengan akuntansi fiskal adalah sebagai berikut:

Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal

Masa manfaat : Masa manfaat :

 Masa manfaat aset ditentukan  Ditetapkan berdasarkan keputusan

berdasarkan taksiran umur Meteri Keuangan

ekonomismaupun umur teknis  Nilai residu tidak diperhitungkan

 Ditelaah ulang secara periodik

 Nilai residu bisa diperhitungkan

Harga perolehan : Harga perolehan :

 Untuk pembelian menggunakan  Untuk transaksi yang tidak

harga sesungguhnya mempunyai hubungan istimewa

 Untuk pertukaran aset tidak sejenis berdasarkan harga yang

menggunakan harga wajar sesungguhnya

 Untuk pertukaran sejenis berdasarkan  Untuk transaksi yang mempunyai

nilai buku aset yang dilepas hubungan istimewa berdasarkan

 Aset sumbangan berdasarkan harga harga pasar

pasar  Untuk transaksi tukar menukar

13
adalah berdasarkan harga pasar

 Dalam rangka likuidasi, peleburan,

pemekaran, pemecahan, atau

penggabungan adalah harga pasar

kecuali ditentukan oleh Menteri

Keuangan

Metode Penyusutan : Metode penyusutan :

 Garis lurus  Untuk aset tetap banguna adalah

 Jumlah angka tahunan garis lurus

 Saldo menurun/ menurun ganda  Untuk aset tetap bukan bangunan

 Metode jam jasa wajib pajak dapat memilih garis

 Unit produksi lurus atau saldo menurun ganda asal

 Anuitas diterapkan secara taat asas.

 Sistem persediaan

Perusahaan dapat memilih salah satu

metode yang dianggap sesuai, namun

harus diterapkan secara konsisten dan

harus ditelaah secara periodik

Sistem Penyusutan : Sistem penyusutan :

 Penyusutan individual  Penyusutan secara individual kecuali

untuk peralatan kecil, boleh secara

14
 Penyusutan gabungan/kelompok gabungan

Saat Dimulainya Penyusutan : Saat dimulainya penyusutan :

 Saat perolehan  Saat perolehan

 Saat penyelesaian  Dengan izin Menteri Keuangan dapat

dilakukan pada tahun penyelesaian

atau tahun mulai menghasilkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno., dan Estralita Trisnawati.2013. Akuntansi Perpajakan. Jakarta :


Salemba Empat.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2008. Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan


(PSAK) No 16 : Aset Tetap. Jakarta : IAI.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2008. Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan


(PSAK) No 17 : Akuntansi Penyusutan. Jakarta : IAI.

Purwono, Herry.2008. Dasar – Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta :


Erlangga.

Republik Indonesia. 2008. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang - Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Sekretariat Negara. Jakarta.

Waluyo.2008. Akuntansi Pajak. Jakarta : Salemba Empat.

16

Anda mungkin juga menyukai