Analisa Perbedaan Penyusutan Aset Tetap
Analisa Perbedaan Penyusutan Aset Tetap
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “ANALISA PERBEDAAN
PENYUSUTAN ASET TETAP MENURUT AKUNTANSI KOMERSIAL
DENGAN FISKAL”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
AllahSWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal atas
investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk
investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal
perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun.
Hal ini karena peranan aktiva tetap sangat besar bagi perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya, seperti bangunan atau gedung, mesin,
peralatan, kendaraan dan aktiva lainnya sebagai alat yang digunakan untuk
mendukung semua kegiatan perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan pengelolaan yang efektif dan kebutuhan yang tepat dalam
penggunaan, pemeliharaan, maupun pencatatannya.
1
perbedaan antara metode ang digunakan menurut akuntansi komersial dan fiskal.
Perbedaan antara metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method) dan
metode saldo menurun ganda (Double Declining Method) antara komersial
dengan fiskal terletak pada persentase penyusutan atau dari umur ekonomis
aktiva tetap tersebut. Untuk metode fiskal umur ekonomis ditentukan berdasarkan
Undang-Undang ketetapan perpajakan yang berlaku, sedangkan menurut
komersial umur ekonomis ditentukan oleh perusahaan. Selain itu perbedaan –
perbedaan lain yang mendasari penyusutan antara akuntansi komersial dan fiskal
masih banyak sehingga harus dilakukan rekonsiliasi setiap akhir periode.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui apa saja perbedaan
penusyutan aset tetap menurut akuntansi komersial dan fiskal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Kebijakan ekonomi
Dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan modal. Jika
penyusutan besar maka laba setelah pajak juga besar, sehingga arus kas
menjadi tinggi. Menurut ketentuan perpajakan, perhitungan penyusutan
dimulai pada tahun perolehan. Secara ekonomis dapat diatur dengan
peraturan tertentu secara selektif, untuk mendorong atau menghambat suatu
peningkatan modal. Penyusutan secara selektif dapat dibedakan menjadi :
a. Penyusutan untuk barang baru atau barang bekas;
b. Penyusutan berdasarkan jenis industri tertentu;
c. Penyusutan berdasarkan jenis aset;
d. Penyusutan berdasarkan lokasi (terpencil)
4
a. Pihak yang menggunakan aset tersebut dalam kegiatan usaha;
b. Pemilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner.
5. Saat dilakukan penyusutan
Secara umum saat dilakukan penyusutan adalah saat digunakan, tetapi
adakalanya pada tahun perolehan.
6. Dasar untuk melakukan penyusutan
Pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut :
a. Harga perolehan (historical cost)
Termasuk di dalamnya adalah harga, ongkos, dan pajak. Pajak yang
dapat dikreditkan, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dapat
dikreditkan dengan pajak keluaran tidak termasuk dalam harga
perolehan.
b. Harga penggantian (replacement cost)
Pada prinsipnya harga penggantian tidak diperkenankan, karena untuk
kepentingan pencatatan menggunakan harga perolehan.
c. Revaluasi (revaluation)
Suatu aset yang telah direvaluasi biasanya disusutkan berdasarkan nilai
revaluasinya.
5
Mulai tahun 1995 ketentuan fiskal mengharuskan penyusutan harta tetap
dilakukan secara individual per aset, tidak lagi secara gabungan (berdasarkan
golongan) seperti yang berlaku sebelumnya kecuali untuk alat-alat kecil (small
tools) yang sama atau sejenis masih boleh menggunakan penyusutan secara
golongan.
6
Harta berwujud bukan bangunan dikelompokkan menurut masa manfaatnya
sebagai berikut.
Kelompok 1 4 tahun
Kelompok 2 8 tahun
Kelompok 3 16 tahun
Kelompok 4 20 tahun
7
Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Berupa Bangunan
Lurus)
Bangunan Permanen 5%
Kelompok 4 5% 10,00%
Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
8
Tanah biasanya memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan biasanya
tidak dianggap sebagai suatu aset yang dapat disusutkan. Namun, tanah yang
memiliki masa manfaat terbatas bagi perusahaan diperlakukan sebagai aset tetap
yang dapat disusutkan.
Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat
diperoleh pada akhir masa manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran biaya
pelepasan.
Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu aset mungkin dapat ditukar atau
suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan
untuk melakukan transaksi yang wajar (arm’s length transaction).
Jumlah tercatat (carrying amount) adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan
suatu aset setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan.
Biaya Perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat
perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat
yang siap untuk digunakan.
9
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri atas harga belinya, termasuk biaya
impor dan PPN masukan tidak boleh direstitusikan (nonrefundable), dan setiap
biaya yang dapat didistribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke
kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan, setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari pembelian.
Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah sebagai
berikut.
Aset tetap yang diperoleh dengan pertukaran atas suatu aset yang serupa
yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki
suatu nilai yang wajar, biaya perolehannya adalah jumlah tercatat dari aset yang
dilepaskan. Jadi, karena proses perolehan penghasilan (earning process) tidak
lengkap, maka keuntungan atau kerugian yang timbul tidak diakui.
Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan atau donasi harus dicatat
sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun
‘modal donasi’.
10
Pada umumnya, SAK menganut penilaian berdasarkan harga perolehan
atau harga pertukaran, jadi tidak mengizinkan penilaian kembali aset tetap
(revaluasi). Penyimpanan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan
ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan
mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aset
tetap serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan
perusahaan.
11
3. Berdasarkan kriteria lainya
a) Metode berdasarkan jenus dan kelompok
b) Metode anuitas
a) Pada umumnya penyusutan dimulai pada tahun pengeluaran. Untuk aset tetap
yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutan dimulai pada tahun
selesainya pengerjaan tersebut.
b) Beda dengan penyusutan fiskal yang harus setahun penuh, penyusutan
komersial boleh dilakukan untuk jangka yang lebih pendek.
Dasar penyusutan
12
BAB III
PENUTUP
3.1SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis
menarik simpulan perbedaan penyusutan aset tetap menurut akuntansi komersial
dengan akuntansi fiskal adalah sebagai berikut:
13
adalah berdasarkan harga pasar
Keuangan
Sistem persediaan
14
Penyusutan gabungan/kelompok gabungan
15
DAFTAR PUSTAKA
16