Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM


PELAKSANAAN STANDARD OPERATIONAL
PROCEDURE (SOP) PADA PENANGANAN
PASIEN TRAUMA MUSKULOSKELETAL
Studi dilakukan di IGD RSUD Wangaya Denpasar Tahun 2018

OLEH:
I KETUT ADI KRISNA WEDA
14.321.2050

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah area di dalam sebuah rumah sakit

yang dirancang dan digunakan untuk memberikan standar perawatan gawat

darurat untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. Unit ini

memiliki tujuan utama yaitu untuk menerima, melakukan triase, menstabilisasi,

dan memberikan pelayanan kesehatan akut untuk pasien, termasuk pasien yang

membutuhkan resusitasi dan pasien dengan tingkat kegawatan tertentu

(Auatralian Colleg For Emergency Medicine, 2014).

Pelayanan pada pasien gawat darurat merupakan pelayanan yang

memerlukan pertolongan segera yaitu cepat, tepat, dan cermat yang menekankan

pada time saving is life saving (waktu adalah nyawa). Perawat IGD harus

memiliki dasar pengetahuan dan kompetensi mengenai protokol pelaksanaan dan

implementasi untuk mencegah terjadinya komplikasi, kecacatan dan kematian.

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit memegang peranan

penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Keberhasilan

pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan yang berkualitas bagi pasien. Hal ini terkait dengan

keberadaan perawat yang bertugas selama 24 jam melayani pasien, serta jumlah

perawat yang mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 40

sampai 60% (Mulyadi, 2017).


Rumah sakit harus memiliki perawat dengan kinerja baik yang akan

menunjang kinerja rumah sakit. Perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat

(IGD) dituntut untuk memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan perawat

yang lain, karena IGD merupakan pintu gerbang utama dalam sebuah pelayanan

awal pada rumah sakit yang terdapat berbagai macam kasus (Mulyadi, 2017).

Tipe kasus yang sering terjadi di IGD adalah trauma dan non-trauma.

Definisi trauma menurut American Heritage Dictionary adalah luka, khususnya

yang disebabkan oleh cedera fisik yang tiba-tiba. Trauma merupakan penyebab

utama kematian pada pasien di bawah 45 tahun, dan merupakan penyebab utama

kematian nomor empat pada orang dewasa selain penyakit kanker (Dahliana,

2015). Penyebab trauma yang paling besar di seluruh dunia adalah kecelakaan

lalulintas, bahkan pada tahun 2020 mendatang, kematian akibat kecelakaan

tersebut diperkirakan akan meningkat hingga mencapai 8 juta orang dan ratusan

juta orang mengalami kecacatan, dari kejadian trauma yang diakibatkan oleh

kecelakaan lalu lintas diantaranya 80% mengalami trauma muskuloskeletal

(Republika, 2015).

Di Indonesia angka kejadian trauma muskuloskeletal yang diakibatkan oleh

kecelakaan lalu lintas sangat tinggi, berdasarkan data dari Departemen Kesehatan

RI tahun 2015 didapatkan sekitar 12 juta orang mengalami kejadian trauma

muskuloskeletal dengan gangguan yang berbeda dan penyebab yang berbeda.

Dari hasil survey tim Depertemen Kesehatan RI didapatkan 25% penderita

trauma muskoloskeletal yang mengalami kematian, 45% mengalami catat fisik,

15% mengalami stress spikilogis seperti cemas atau bahkan depresi, dan 10%
mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI 2015). Tingginya angka

kematian dan kecacatan dikarenakan kurangnya pengetahuan pada penanganan

awal gawat darurat, kurang memadai peralatan, sistem yang belum memadai, dan

penanganan tidak tepat (tidak sesuai presedur) penanganan kegawat daruratan

(Humardani A, 2013).

Trauma muskuloskeletal jarang fatal, akan tetapi merupakan suatu kejadian

yang serius karena menyebabkan penderitaan fisik yang berat, mental distress dan

kerugian waktu. Trauma muskuloskeletal banyak memberi dampak pada pasien,

keluarga bahkan masyarakat. Hal ini dikarenakan banayaknya efek dari trauma

muskuloskeletal seperti efek fisik dan psikis dari nyeri, keterbatasan melakukan

aktivitas sehari-hari, kehilangan mandirian dan berkurangnya kualitas hidup.

Dapat dikatakan walaupun trauma muskuloskeletal memiliki mortalitas yang

rendah, tetapi memiliki morbiditas yang tinggi (Noor, 2012).

Salah satu upaya untuk menjaga keselamatan pasien, dengan menerapkan

Standard Operational Procedure (SOP) dalam setiap tindakan perawat. Standard

Operational Prosedure (SOP) merupakan standar yang harus di jadikan acuan

dalam memberikan setiap pelayanan, standar kinerja ini sekaligus dapat digunakan

untuk menilai kinerja instansi baik secara internal maupun eksternal. Setiap sistem

manajemen kualitas yang baik selalu didasari oleh SOP kemudian disosialisasikan

kepada seluruh pihak yang berkompeten untuk melaksanakanya serta mengadakan

pelatihan yang berhubungan dengan SOP, meskipun demikian sebagian besar

perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan belum sesuai dengan SOP

yang ditetapkan oleh rumah sakit. Hal ini mencakup proses pelayanan yang
memiliki suatu presedur pasti atau terstandarisasi, tanpa kehilangan

keefektifannya (Natasia, 2014).

Peraturan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara PER/21/M-PAN/11/2008

menyebutkan SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh

siapapun, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran organisasi pemerintahan,

SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran organisasi,

dari level yang paling rendah dan tertinggi, SOP harus mengikat pelaksana dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan,

seluruh pegawai peran-peran tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan.

Perawat profesional yang bertugas dalam memberikan pelayanan kesehatan

tidak lepas dari kepatuhan perilaku perawat dalam setiap tindakan sesuai dengan

SOP (Aditya, 2014). Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku individu yang

bersangkutan untuk mentaati atau mematuhi sesuatu, sehingga kepatuhan perawat

dalam melaksanakan SOP tergantung dari perilaku perawat itu sendiri. Perilaku

kepatuhan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi

kepatuhan dapat dikategorikan menjadi faktor internal yaitu karakteristik perawat

itu sendiri (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan,

kepribadian, sikap, kemampuan, persepsi, dan motifasi) dan faktor eksternal

(karakteristik organisasi, karaktaristik kelompak, karakteristik pekerjaan, dan

karakteristik lingkungan) (Noviar, 2017).

Berdasarkan penelitian Natasia (2014) terkait kepatuhan perawat dalam

pelaksanaan SOP di ICU-ICCU Rumah sakit Gambiran Kota Kediri adalah

kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP sebanyak 11 orang perawat (57,9%)


kurang patuh terhadap pelaksanaan SOP, dan 8 orang perawat (42,1%) patuh

terhadap pelaksanaan SOP, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

usia, lama kerja, tingkat pendidikan (vokasional dan profesional), motivasi dan

persepsi. Hal tersebut juga disampaikan oleh Muspita (2014) terkait kepatuhan

perawat dalam melaksanakan SPO pemasangan infus di Rumah sakit PKU

Muhammadiyah Gombong adalah seluruh perawat tidak patuh (100%) dalam

melaksanakan SPO pemasangan infus. Keterbatasan waktu untuk bertindak

mempengaruhi ketidak patuhan perawat sehingga SOP tidak terlalu diperhatikan

(Moniung, dkk, 2014).

Ketidakpatuhan perawat dalam melaksanakan SOP akan memberikan

kerugian bagi pasien yaitu terjadinya kecelakaan dan injury yang dapat

menimbulkan masalah keperawatan baru, kemungkinan terjadinya komplikasi,

dan kecacatan maupun kematian, sedangkan bagi perawat akan menyebabkan

penurunan kualitas keperawatan dan kemungkinan melalanggar visi misi rumah

sakit, standarisasi pelayanan rumah sakit akan dipertanyakan baik secara

administrasi maupun procedural (Asmanurs, 2014).

Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di IGD Rumah Sakit Daerah

Wangaya Denpasar pada tanggal 21 Maret 2018, berdasarkan buku regrestasi

pelayanan (2017) pasien dengan trauma muakuloskeletal pada tahun 2016

sebanyak 699 pasien dan mengalami peningkatan pada tahun 2017 sebanyak 720

pasien dengan rata-rata 55 pasien setiap bulannya. Rata-rata dalam sehari pasien

trauma muskuloskeletal yang datang ke IGD RSUD Wangaya Denpasar sebanyak

2-3 pasien. Hasil observasi dari 5 orang perawat terkait dengan pelaksanaan
Standar Operasional Prosedur 4 orang tidak patuh dalam pelaksanaan SOP,

sedangkan 1 orang patuh dengan alasan banyaknya pasien yang harus ditangani di

IGD RSUD Wangaya Denpasar.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul ”Gambaran kepatuhan perawat dalam pelaksanaan

Standard Operational Procedure (SOP) pada penanganan pasien trauma

muskuloskeletal di IGD RSUD Wangaya Denpasar”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penlitian ini adalah bagaimana gambaran

kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standard Operational Procedure (SOP)

pada penanganan pasien trauma muskuloskeletal di IGD RSUD Wangaya

Denpasar?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kepatuhan perawat dalam pelaksanaan

Standard Operational Procedure (SOP) pada penanganan pasien trauma

muskuloskeletal di IGD RSUD Wangaya Denpasar.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standard

Operational Procedure (SOP) di IGD RSUD Wangaya Denpasar.


1.3.2.2. Mengidentifikasi gambaran kepatuhan perawat dalam pelaksanaan

Standard Operational Procedure (SOP) pada penanganan pasien trauma

muskuloskeletal di IGD RSUD Wangaya Denpasar.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

tambahan pengetahuan dalam ilmu keperawatan gawatdarurat.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1. Bagi Perawat IGD

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan strategi bagi perawat

gawatdarurat dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan Standard

Operational Procedure (SOP) yang ada.

1.4.2.2. Bagi Institusi STIKes Wira Medika

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi atau refrensi

bagi mahasiswa dalam menyusun tugas maupun yang lainnya.

1.4.2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan data untuk

melakukan penelitian lebih lanjut.


1.5. Keaslian Penelitian

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian

ini adalah:

1. Mulyadi, dkk (2017) melakukan penelitian yang berjudul ”Hubungan

Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan Terhadap Standar Operasional

Prosedur Pemasangan Infus di Instalasi Gawat Darurat Rsup

Prof.Dr.R.D.Kandou Manado”. Tujuan penelitian ini adalah mencari

hubungan karakteristik perawat (Tingkat pendidikan, masa kerja,

pelatihan gawat darurat) dengan kepatuhan terhadap SOP pemasangan

infus, dengan menggunakan desain penelitian survey analitik dengan

pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 40 responden yang didapat

dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner dan lembar observasi dengan hasil analisis

menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,387 untuk tingkat

pendidikan, p=0.369 untuk masa kerja, dan p=0,552 untuk pelatihan

gawat darurat. Persamaan dari penelitian ini adalah peneliti meneliti

kepatuhan terhadap Standar Oprasional Presedur. Perbedaan dari

penelitian ini adalah peneliti menggunakan pendekatan retrospektif

dengan teknik total sampling, dalam hal waktu dan lokasi penelitian,

jumlah populasi dan sampel.

2. Wijayanti (2013) melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan

Motivasi Dengan Kepatuhan Perawat Pelaksana Dalam Melaksanakan

Perawatan Luka Post Operasi Sesuai Dengan SOP Di RSUD Batang”.


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi dengan

kepatuhan perawat pelaksana dalam melaksanakan perawatan luka post

operasi sesuai dengan SOP di RSUD Batang, dengan menggunakan

desain penelitian deskriptif corelasional dengan pendekatan cross

sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive

sampling dengan jumlah sampel sebanyak 34 responden yang merupakan

perawat pelaksana yang melakukan perawatan luka post operasi di RSUD

Batang. Hasil uji chisquare diperoleh ada hubungan motivasi dengan

kepatuhan perawat pelaksana dalam melaksanakan perawatan luka post

operasi sesuai dengan SOP di RSUD Batang (ρ = 0,009). Persamaan dari

penelitian ini adalah peneliti meneliti kepatuhan perawat terhadap Standar

OPerasional Prosedur. Perbedaan dari penelitian ini adalah peneliti

menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

retrospektif dengan teknik sampling, dalam hal waktu dan lokasi

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai