Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKOLOGI

TEORI OPERANT CONDITIONING DARI SKINNER

KELOMPOK 3

NAMA ANGGOTA :

1. BAIQ RISTA ANANTA PRATIWI (P07120317004)

2. DEWINTA HUSDIANTI IKMALIA (P07120317005)

3. MUHAMMAD MUTTAQIEN (P07120317020)

4. NI KOMANG SURTI ANGGRENI (P07120317023)

5. NI NYOMAN INDAH SARI (P07120317024)

6. NURUL FITRI AFIFAH (P07120317026)

7. REKA SOPIYANTI (P07120317028)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN MATARAM

TAHUM AKADEMIK 2017/2018


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan
penlisan makalah tentang ’’TEORI OPERANT CONDITIONING DARI
SKINNER” dalam mata kuliah psikologi.

Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang telah berperan serta menuangkan ide (gagasan) demi
tersusunya makalah ini.Tidak lupa kepada para dosen,khususnya Ibu Siti
Rosdianah Jafar, S. KM., M. Selaku dosen psikologi yang telah memberi
pengarahan dan bimbingan sehingga makalah ini dapat tersusun.

Semoga keberadaan makalah ini dapat menunjang pengetahuan kita dan dapat
digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran kita. Kami menyadari bahwa
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,Maka dari itu kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan sehingga dapat menjadi tolak ukur kami
dalam penyusunan makalah yang akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke-19
sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang
pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah
teori belajar tingkah laku (behaviorisme). Teori ini pada awal mulanya
dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlov (tahun 1900-an) dengan
teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical
conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh
beberapa ahli psikologi yang lain, di antaranya yaitu B.F Skinner.
Di awal abad ke-20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme
mulai ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih
mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi
mempengaruhi perilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan
untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tingkah laku mulai ditinggalkan
di abad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif
dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan
pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun
teori belajar yang cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran
yang tepat dan efektif.
Dengan adanya pemikiran-pemikiran seperti ini, maka kami terdorong
untuk menyusun sebuah makalah yang berjudul “Teori Belajar B.F. Skinner
(operant conditioning)”. Di mana teori ini merupakan salah satu teori belajar
tingkah laku (behaviorisme) yang telah dikembangkan oleh B.F. Skinner.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah munculnya teori operant conditioning B.F
Skinner ?
2. Apa pengertian dari operant conditioning?
3. Jelaskan konsep teori operant conditioning dari skinner?
4. Sebutkan tiga asumsi dasar skinner?
5. Bagaimanakah teori pokok operant conditioning B.F Skinner ?
6. Bagaimanakah aplikasi teori operant conditioning dalam praketk
pendidikan ?
7. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori operant conditioning B.F
Skinner ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah munculnya teori operant conditioning B.F
Skinner
2. Untuk mengetahui pengertian dari operant conditioning
3. Untuk mengetahui teori operant conditioning dari skinner
4. Untuk mengetahui tiga asumsi dasar skinner
5. Untuk mengetahui teori pokok operant conditioning B.F Skinner
6. Untuk mengetahui aplikasi teori operant conditioning dalam praketk
pendidikan
7. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori operant
conditioning B.F Skinner.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Teori Kondisioning Operan B.F Skinner


Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an,
pada waktu keluarnya teori S-R. Waktu itu model kondisian klasik dari
Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuatpada pelaksanaan penelitian.
Istilah-istilah seperti cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku
purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk
menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu
respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex
bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak
mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan
tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme
berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku
menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai
pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan
organisme itu merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang
didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu,
maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak
seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari
kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan
kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma
yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas
kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah
laku operant.

B. Pengertian Operant Conditioning

Dalam kamus psikologi disebut bahwa Operant ialah setiap respon yang
bersifat instrumental dalam menimbulkan akibat-akibat tertentu, seperti
hadiah makanan atau satu kejutan listrik. Respon tersebut beroperasi ke dalam
lingkungan, sementara Conditioning menpunyai arti mempelajari respon
tertentu ( Kartini Kartono dan dali Gulo, 1987:84 dalam Riyanto 2005:24). Di
bawah ini merupakan beberapa definisi dari Operant Conditioning:
1. Suatu tipe (instrumental) conditioning yang melibatkan modifikasi
operant respon melalui pemberian hadiah. Dengan cara tertentu, suatu
respon yang dipancarkan oleh organisme terjadi diperkuat sesuai dengan
urutan waktunya, dan perubahan – perubahan yang ditimbulkannya
dipelajari sebagai alat penguat respon yang biasa digunakan.
2. Suatu tipe belajar dengan mempelajari konsekuensi atau akibat dari
tingkah laku kita di dalam lingkungan, perilaku-perilaku mana saja yang
mendorong kita untuk menghindari akibat-akibat penguatan negatif
“tidak menyenangkan”.
3. Suatu tipe pengkondisian instrumental yang mencakup memodifikasi /
perubahan dari suatu operant, suatu operant yang dipancarkan oleh suatu
organisme kemudian diperkuat dengan cara-cara tertentu sesuai jadwal
tertantu dengan menghasilkan perubahan dalam kecepatan kejadianya.
(Kartini Kartono dan Dali Gulo,1987:320 dalam Riyanto, 2005:25).
Operant conditioning merupakan pembelajaran dimana konsekuensi
perilaku mengarah pada perubahan dalam probabilitas terjadinya perilaku.

C. Konsep Teori Operant Conditioning dari Skinner


Manusia pertama kali dalam keadaan pasif, seperi halnya kertas
kosong, manusia dilahirkan dalam keadaan suci belum mengerti apa-apa.
Manusia baru mengenal suatu pengetahuan apabila ia sudah mampu
menggunakan akalnya dengan maksimal. Suatu perubahan perilaku manusia
banyak dipengaruhi oleh faktor pengalaman hidupnya, menurut aliran teori
empiristik yang tokohnya bernama Jhon Locke. Jadi manusia dalam merubah
perilakunyabanyak dipengaruhioleh faktor pengalaman. Teori ini berkembang
menjadi teori Behavioristik yang mana perilaku manusia dapat berkembang
ada stimulus atau respon. Menurut teori ini belajar diartikan sebagai proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol
instrumental yang berasal dari lingkungan. Beberapa ilmuan yang termasuk
pendiri sekaligus penganut behavioristik antara lain Thorndike, Watson, Hull,
Guthrie dan Skinner .
Operant Conditioning merupakan teori yang dikembangkan oleh Skinner.
Skinner mengembangkan teori conditioning dengan mengunakan tikus
sebagai percobaan. Menurutnya,suatu respon sesungguhnya juga
menghasilkan sejumlah konsekuensi yang nantinya akan mempengaruhi
tingkah laku manusia. Untuk memahami tingkah laku siswa secara tuntas
menurut Skinner perlu memahami hubungan antara stimulus dengan stimulus
yang lainnya, memahami respon itu sendiri dan berbagai konsekuensi yang
diakibatkan oleh respons tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa
mengunakan perubahan – perubahan mental sabagai alat untuk menjelaskan
segala sesuatunya menjadi lebih rumit, sebab alat itu akhirnya juga dijelaskan
lagi. Ini nantinya akan lebih jelas apabila akan mempelajari teori kog
nitivisme.
Dari hasil percobaannya Skinner membedakan respon menjadi dua yaitu:
1. respon yang timbul dari stimulus tertentu
2. ,“operant (intrumental) respon”, yang timbul dan berkembang diikuti oleh
perangsang tertentu.

Teori Skinner dikenal dengan “Operant Conditioning” dengan empat


konsepnya antara lain:
1. Shapping yaitu proses pembentukan perilaku yang makin mendekati
perilaku yang diharapkan.
2. Pendekatan suksesif yaitu proses pembentukan perilaku yang
menggunakan penguatan pada saat yang tepat,hingga respon pun sesuai
dengan yang diisyaratkan.
3. Exitinction yaitu proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari
ditiadakanya penguatan.
4. Chaining of response yaitu respon dan stimulus yang bekaitan satu sama
lain.

Skinner lebih percaya pada “penguatan negatif” (negatif reinforcement),


yang tidak sama dengan hukuman. Bedanya dengan hukuman adalah, bila
hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respons yang timbul
berbeda dengan yang diberikan sebelumnya, sedangkan penguatan negatif
(sebagai stimulus) harus dikurangi agar respons yang sam menjadi kuat.
Misalnya seorang siswa perlu dihukum untuk suatu kesalahan dan dilakukan
pengurangan terhadap suatu yang mengenakkan baginya (bukan malah
ditambah), maka pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki
kesalahannya. Inilah yang disebut dengan “Penguatan Negatif”.
D. Tiga Asumsi Dasar Skinner

Skinner membuat tiga asumsi dasar yaitu :

1. Perilaku itu terjadi menurut hukum tertentu (behavior is lawful).


Walaupun mengakui bahwa perilaku manusia adalah organisme yang
berperasaan dan berpikir, namun Skinner tidak mencari penyebab perilaku
di dalam jiwa manusia dan menolak alasan-alasan penjelasan dengan
mengendalikan keadaan pikiran (mind) atau motif-motif internal.
2. Perilaku dapat diramalkan (behavior can be predicted). Perilaku
manusia (kepribadiannya) menurut Skinner ditentukan oleh kejadian-
kejadian di masa lalu dan sekarang dalam dunia objektif dimana individu
tersebut mengambil bagian.
3. Perilaku manusia sapat dikontrol (behavior can be controlled).
Perilaku dapat dijelaskan hanya berkenaan dengan kejadian atau situas-
situasi antaseden yang dapat diamati. Bahwa kondisi sosial dan fisik di
lingkungan sangat penting dalam menentukan perilaku.

Perlu disadari bahwa Skinner tidak menolak adanya peranan faktor-


faktor bawaan dan turunan dalam perilaku, seperti pembawaan genetis
(genetic endowment) yang menentukan rentang umum dari respon-respon
yang dapat dilakukan dan juga mempengaruhi akibat-akibat yang menguatkan
perilaku yang dilakukannya. Namun dijelaskan oleh Skinner bahwa
lingkungan perlu dipertimbangkan untuk mejelaskan tentang pembawaan
genetis tersebut. Skinner menunjukkan bahwa contingencies of survival
menentukan apa yang diturukan bagi suatu spesies yaitu bahwa lingkungan
menyeleksi perilaku-perilaku yang menunjang untuk hidup terus. Bagi
Skinner, perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran dianggap sebagai akibat
pembawaan genetis dan pengalaman individu daripada sebagai penyebab
tindakan. Berpikir adalah berperilaku bila menurut pandangan Skinner. Dan ia
percaya bahwa pengetahuan yang penuh tentang faktor genetis, lingkungan
manusia dan manipulasi lingkungan adalah kunci untuk meningkatkan
perilaku manusia. Menurut Skinner, penyelidikan tentang kepribadian
melibatkan pengamatan yang sistematis dan sejarah belajar yang khas serta
latar belakang genetis yang unik dari individu.
E. Teori pokok operant conditioning B.F Skinner
Seperti halnya Throndike, Skinner menganggap “reward” atau
“reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Skinner
berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah
laku (Wasty, 1998 : 119). Dengan demikian tingkah laku yang diinginkan
terjadi, dapat digambarkan dan dibentuk secara nyata melalui pemberian
reinforcement yang sesuai. Menurut Skinner tingkah laku sepenuhnya
ditentukan oleh stimulus, tidak ada faktor perantara lainnya. Rumus Skinner :
B (behaviour) = F (fungsi) dari S (stimulus) (B = F (S). Tingkah laku atau
respons (R) tertentu akan timbul sebagai reaksi terhadap stimulus tertentu (S).
Respons yang dimaksud di sini adalah respons yang berkondisi yang dikenal
dengan respons operant (tingkah laku operant). Sedangkan stimulusnya
adalah stimulus operant (Sudjana, 1991 : 85). Oleh karena itu belajar menurut
Skinner diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang dapat diamati dalam
kondisi yang terkontrol secara baik.

Terdapat dua macam penguat yang dapat diberikan dalam rangka


memotivasi atau memodifikasi tingkah laku yaitu reinforcement positif yakni
sesuatu atau setiap penguat yang memperkuat hubungan stimulus respons atau
sesuatu yang dapat memperbesar kemungkinan timbulnya suatu respons atau
dengan kata lain sesuatu yang dapat memperkuat tingkah laku. Kedua,
Reinforcement negatif (punishment) yakni sesuatu yang dapat memperlemah
timbulnya respons-respons (Rohani, 1995 : 13). Artinya setiap penguat yang
dapat memperkuat tingkah laku respons tetapi bersifat aversif (menimbulkan
kebencian dan penghindaran), misalnya : ujian tiba-tiba. Stimulus negatif
dapat menimbulkan respons emosional bahkan dapat melenyapkan (
extinction) tingkah laku atau respons (Gredler : 1991 : 130).

Macam dari sifat reinforcement ini, merupakan pilihan atau opsi bagi
para guru sebagaii pemilik reinforcement (Baker, 1983 : 121), untuk
menerapkannya di lapangan baik dalam konteks kelas maupun terhadap
individu dalam kelas. Disinilah kemampuan profesionalisme dan pengalaman
seorang guru sangat menentukan, karena bukan suatu hal yang mustahil
reinforcement negatif justru melahirkan respons (tingkah laku) positif. Tetapi
Sjinner lebih menekankan kepada pemberian reinforcement positif.

Ada dua konsep operant yang relevan yakni melenyapkan (extinction)


dan hukuman. Konsep melenyapkan adalah proses dimana suatu operant yang
telah terbentuk tidak mendapatkan penguat lagi. Dengan demikian dapat
menyebabkan intensitas dan frekuensinya menjadi turun. Hukuman adalah
stimulus yang merupakan konsekuensi tingkah laku yang mengurangi
kemungkinan terjadinya prilaku serupa di masa yang akan datang (Dimyati
dan Mudjiono, 1999 : 9). Oleh karena itu maka yang terbaik adalah menyusun
kemungkinan terjadinya reinforcement yang positif dan apabila ingin
memperlemah respons sebaiknya tidak perlu diberikan reinforcement lagi.
Dengan kata lain terjadi proses melenyapkan (extinction).

Dalam proses pembelajaran, untuk memperbesar peranan peserta


didik dalam aktivitas pengajaran, maka reinforcement (penguat) yang
diberikan oleh seorang guru sangat diperlukan, karena penguat yang diberikan
tersebut akan membuat individu terus berupaya meningkatkan prestasinya.
Sebagai contoh, ketika seorang guru melihat siswanya rajin mengunjungi
perpustakaan, lalu guru tersebut memberikan senyuman sebagai tanda
memujinya. Senyum guru itu merupakan reinforcement bagi siswa tersebut
yang bermanfaat untuk menggiatkannya lebih sering lagi mengunjungi
perpustakaan.

F. Aplikasi Teori Operant Conditioning Dalam Praktek Pendidikan

Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Belajar adalah mengingat, mengerti, memahami, menerangkan, menganalisa,
mensintesis, mengevaluasi, berpikir, percaya, berpartisipasi, melaksanakan
dan seterusnya. Belajar adalah perubahan dari setiap tingkah laku yang
merupakan pendewasaan atau pematangan oleh satu kondisi dari organisme
(subjek). Dan mengajar tidaklah mentransfer sumber pengetahuan saja tetapi
juga mengubah sikap dan tingkah laku yang nyata. (Anwar, tt : 95, 96,98).

Skinner mengakui bahwa aplikasi teori operant conditioning ini


terbatas, tetapi ia merasa bahwa ada implikasi praktis bagi pendidikan. Ia
mengemukakan bahwa kontrol yang positif (menyenangkan) mengandung
sikap yang menguntungkan terhadap pendidikan dan akan lebih efektif bila
digunakan. Menurut Skinner, belajar memberikan kekuatan untuk terjadinya
respons-respons yang bertingkat dan berkelanjutan, apabila prosedur
penguatan (reinforcement) diatur sedemikian rupa. Oleh karena itu dalam
proses belajar perlu ditetapkan tingkah prilaku. Pada saat orang belajar, maka
responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, apabila ia tidak belajar maka
responsnya akan menurun. Dalam belajar dapat di temukan beberapa hal :
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pembelajar,
respons si pembelajar, dan konsekuensi yang bersifat menguatkan respons
tersebut (Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 9). Penguatan terjadi pada stimulus
yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si
pembelajar yang baik diberi hadiah tetapi sebaliknya, perilaku respons yang
tidak baik diberi teguran dan hukuman.

Fungsi utama pendidikan adalah mencipatakan kondisi agar tingkah


laku yang baik dapat di terapkan, sedangkan peranan utama dari seorang
pendidik (guru) adalah menciptakan kondisi agar tingkah laku yang
diinginkan dapat terwujud dan proses belajar berlangsung secara dinamis dan
kondusif. Untuk itu dalam prose pendidikan dibutuhkan guru yang profesional
dan memiliki wawasan yang luas.

Menurut Zakiah Daradjat (1982 : 22-23), guru yang profesional


minimal harus memiliki enam hal yaitu : kegairahan dan kesediaan untuk
mengajar, dapat membangkitkan minat murid, menumbuhkan sikap dan bakat
yang baik, mengatur proses belajar mengajar, berpindahnya pengaruh belajar
dan pelaksanaannya ke dalam kehidupan yang nyata. Dan keenam, hubungan
manusiawi dalam proses belajar mengajar.

Pada diri setiap manusia ada keinginan yang mulia yang dibuatnya
sendiri dari lubuk hati yang paling dalam dan telah tertanam sedemikian rupa
yang berasal dari hubungannya dengan obyek-obyek kehidupan sekitarnya,
sementara mengajar berarti memberikan stimulus dan menguatkannya.

Dalam proses pembelajaran guru dapat menyusun program


pembelajaran berdasarkan pandangan Skinner ini. Dalam menerapkan teori
Skinner guru perlu memperhatikan dua hal yang penting, yaitu : pemilihan
stimulus yang deskriminatif dan penggunaan penguatan. Sebagai ilistrasi
apakah guru akan meminta respons ranah kognitif atau efektif. Jika yang akan
dicapai adalah sekedar menyebutkan ibu kota negara Republik Indonesia
adalah Jakarta, tentu saja siswa hanya dilatih menghafal. Langkah-langkah
pembelajaran yang dapat ditempuh berdasarkan teori operant comditioning
adalah sebagai berikut :

1. Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku


siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan
perilaku negatif diperlemah atau dikurangi.
2. Membuat daftar penguat dan positif. Guru mencari prilaku yang lebih
disukai oleh siswa, prilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar
sekolah yang dapat dijadikan penguat.
3. Memilih dan menentukan urutan tingkahh laku yang dipelajari serta jenis
penguatnya.
4. Membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan
prilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari prilaku, dan
evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat
prilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidak berhasilan
tersebut menjadi catatan penting bagi modifikasi prilaku selanjutnya
(Gredler, 1991 : 154-156).

Sebagai ilustrasi ketertiban kelas, pada saat berlangsung prosesbelajar


mengajar, seorang siswa berulang-ulang mengganggu teman di depannya.
Guru yang melihat kelakuan tersebut segera mengamati dan menentukan apa
yang akan di lakukannya, memberikan perhatian atau meengacuhkannya
sebab kedua pilihan ini dapat menjadi dapat menjadi reinforcement bagi yang
bersangkutan.

G. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar B.F. Skinner

1. Kelebihan Teori Skinner


Kelebihan dari Teori Skinner ini adalah pada teori ini, seorang pendidik
diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini ditunjukkan
dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya
pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan
meminimalkan terjadinya kesalahan.

2. Kekurangan / Kelemahan Teori Skinner


Adapun beberapa kekurangan/kelemahan dari teori Skinner ini
berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa:
a. Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap, analisa
yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis,
b. Keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks
sebagai ukuran peluang kejadian.

Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat


membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan.
Hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan
melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan
hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut
Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari
perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan
merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik
seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada
siswa. Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam
situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang
mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak
diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga
dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang
ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika,
fisika, menyanyi, menari atau olahraga.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori Operant Conditionin
suatu teori yang mengunakan konsekuensi yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan dalam mengubah tingkah laku. Yang mana dalam
pelaksanaannya ada pemberian reward (hadiah) dan tidak adanya hukuman.
Yang baik dalam pendidikan adalah variabel ratio, yaitu hadiah diberikan
kadang – kadang, jika dipandang perlu. Teori ini juga mempunyai kelebihan
dan kekurangan.
Alangkah baiknya jika penerapan teori ini tidak diterapkan sepenuhnya, tetapi
juga digabung dengan teori yang lainnya sehingga akan tercipta suatu tujuan
pendidikan yang diinginkan.

B. Saran
Memberikan hukuman kepada siswa dapat berefek negatif pada segi
emosi, misalnya rasa dendam, terkadang juga menimbulkan sakit jasmani,
menumbuhkan agresifitas. Ini memungkinkan berbuat yang jauh lebih jelek
lagi. Bila sesuatu aktifitas diberikan hukuman maka tingkah laku tersebut
akan selalu diberi hukuman, agar tetap konsekuen.
DAFTAR PUSTAKA

Suryana, Ernis. Operant Conditioning B.F Skner (diambil dari http://www.academia


edu/7428448/OPERANT-CONDITIONING-B.F-SKINNER-Aplikasi-
Teori-Dalam-Praktek-Pendidikan.)

Anda mungkin juga menyukai