BAB I
PENDAHULUAN
Di R.S. Haji Adam Malik Medan selama Januari 2003 sampai Desember
2003 didapatkan kasus polip hidung sebanyak 32 orang terdiri dari 20 pria dan 12
wanita, selama Maret 2004 sampai Februari 2005 didapatkan kasus polip hidung
sebanyak 26 orang terdiri dari 17 pria (65%) dan 9 wanita (35%), dan selama
September 2009 sampai Oktober 2010 didapatkan kasus polip hidung sebanyak
21 orang terdiri dari 15 pria (71,4%) dan 6 wanita (28.6%) (Dewi, 2012).
Gejala klinis dari penderita polip hidung adalah penurunan indra
penciuman, hidung tersumbat, keluar cairan dari hidung, terkadang bisa terlihat
massa seperti anggur (Spafford, 2002).
Gejala yang timbul pada penderita polip hidung adalah hiposmia dan
postnasal drip. Gejala lainnya seperti demam yang persisten, bersin, dan
terkadang sakit kepala. Polip etmoidal terlihat pucat, dan terdapat massa yang
halus (Maqbool, 2001).
Perjalanan timbulnya gejala-gejala tersebut disebabkan patogenesis polip
hidung yaitu ditemukannya edema mukosa yang kebanyakan terjadi di daerah
meatus media. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga
mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang
sembab makin membesar dan kemudian turun ke dalam rongga hidung sambil
membentuk tangkai, sehingga terjadilah polip. Fenomena Bernoulli menyatakan
bahwa udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan mengakibatkan
tekanan negatif pada daerah sekitarnya. Jaringan yang lemah akan terhisap oleh
tekanan negatif sehingga mengakibatkan edema mukosa dan pembentukan polip.
Fenomena ini menjelaskan mengapa polip kebanyakan berasal dari area yang
sempit di kompleks osteo meatal di meatus media. Walaupun demikian polip
dapat timbul dari tiap bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan sering kali
bilateral atau multipel (Drake-Lee, 1997). Polipektomi merupakan pilihan utama
dari penanganan polip hidung. Setelah operasi pasien diberikan obat antihistamin
untuk mencegah terjadinya rekurensi (Maqbool, 2001).
Etiologi pasti dari polip hidung belum diketahui, tetapi ada tiga faktor
penting yaitu adanya peradangan kronik dan berulang pada mukosa hidung dan
sinus, gangguan keseimbangan vasomotor dan peningkatan tekanan cairan
interstisial dan edema mukosa hidung. Polip hidung bukan merupakan penyakit
tetapi merupakan manifestasi klinik dari berbagai macam penyakit dan sering
dihubungkan dengan sinusitis, asma dan rhinitis alerg (Nizar & Mangunkusumo,
2001).
Salah satu etiologi dari polip hidung yaitu alergi. Rhinitis alergi mengenai
kira-kira 10-25% penduduk dunia. Rhinitis alergi dapat mengenai laki-laki
maupun perempuan dari semua golongan umur, tetapi biasanya mulai timbul
pada anak dan dewasa muda. Kekambuhan dan berat ringannya rhinitis alergi
dipengaruhi oleh faktor internal yaitu genetik dan sistem imun tubuh (Pratiwi,
2008).
Walaupun rhinitis alergi tidak membahayakan jiwa tetapi gejala-gejala
yang ditimbulkannya sangat mengganggu dan menurunkan kualitas hidup.
Komplikasi tersering dari rhinitis alergi yaitu polip hidung (Irawati, 2006).
Dalam kasus polip hidung yang menjalani polipektomi 66% mengalami positif
allergi setelah melakukan skin test (Keith & Dolovic, 1997).
Kemungkinan dari keterkaitan polip hidung dan rhinitis alergi dalah
reaksi alergi di mukosa hidung mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas dari pembuluh darah yang akan mengakibatkan cairan berpindah
keluar dari intravaskular dan menyebabkan cairan masuk kedalam jaringan.
Menyebabkan edema dan menimbulkan massa polipoid (Maqbool, 2001).
Polip hidung sering terjadi pada penderita asma karena seringnya terpapar
reaksi inflamasi (Muchid, 2007). Antara 21% hingga 34% dari polip hidung
dihubungkan dengan riwayat asma. Hubungan polip hidung dan asma juga
bergantung pada umur, dari penelitian Settipane antara rentang umur 10-50 tahun
terdapat 3,1% pasien asma dengan umur dibawah 40 tahun mengalami polip
hidung, 12,4% memiliki polip dengan umur diatas 40 tahun (Jankowski, 1997).
Hal lain yang berhubungan dengan asma yang bisa mengakibatkan polip hidung
adalah masalah pengobatannya yaitu NSAIDs yang mengalami intoleransi. F.
Widals pada tahun 1992 menyatakan bahwa didapatkan hubungan antara aspirin,
asma, dan polip hidung (Szczeklik, 1997).