Anda di halaman 1dari 68

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan bagi semua masyarakat Indonesia merupakan

cita-cita bangsa Indonesia menghadapi pembangunan jangka

panjang. Masyarakat yang sehat secara jasmani maupun rohani

merupakan kondisi yang diidam-idamkan untuk mendapatkan SDM

(Sumber Daya Manusia) yang utuh guna mencapai pembangunan

masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Untuk mencapai

kondisi tersebut, masyarakat dihadapkan oleh proses perubahan

sosial yang sangat dinamis, yang mempunyai pengaruh sangat

besar terhadap sikap dan perilaku serta tindakan masyarakat itu

sendiri.(Waluya.2000:6).

HIV/AIDS adalah masalah global yang mulai melanda dunia

sejak awal dekade 80-an. WHO memperkirakan sekitar 15 juta

orang terdiri dari 14 juta orang dewasa terinfeksi HIV dan 1 orang

juta dewasa menderita AIDS dan 1 juta bayi dilahirkan oleh ibu

yang terinfeksi. Diperkirakan pada tahun 2000 sekitar 30-40 juta

terinfeksi virus HIV, 12-18 juta menunjukkan gejala AIDS dan

setiap tahun sebanyak 1,8 juta orang akan meninggal karena AIDS.

( Lokobal dkk,2007: 1)

Mirna Abdullah
2

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno

Deficiency Syndromes (HIV/AIDS) telah menjadi perhatian serius

bagi setiap negara, karena telah menyebar ke seluruh dunia,

sehingga tidak ada satu negarapun yang dapat mengklaim

negaranya bebas dari HIV/AIDS. Data dari UNAIDS dan WHO

memperkirakan bahwa jumlah orang yang terinfeksi HIV (ODHA) di

seluruh dunia sampai akhir tahun 2007 ini mencapai 33,2 juta, yang

terdiri dari 30,8 juta orang dewasa dan 2,5 juta anak anak dibawah

usia 15 tahun. Di Asia jumlah penderita HIV meninggkat lebih dari

150%, dan indonesia adalah negara yang pertumbuhan epidemik

HIV tercepat penyebarannya.Meskipun telah mengalami penurunan

dari tahun tahun sebelumnya, dimana terdapat angka 40,3 juta

pada tahun 2005, akan tetapi jumlah ini masih dirasakan cukup

tinggi dan tetap diwaspadai, karena pada tahun 2007 saja masih

terdapat sekitar 2,5 juta orang dengan HIV baru. (BKKBN,2007)

Di Indonesia sampai akhir september 2007 secara kumulatif

telah mencapai angka 16.288 kasus, dengan rincian 10.384 kasus

AIDS dan 5.904 HIV. Yang lebih memprihatinkan adalah tingginya

persentase penderita pada usia produktif, dimana terdapat 53,80%

pada kelompok usia 20-29 tahun, dan sekitar 27,99% pada

kelompok usia 30-39 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa bertapa

rentan generasi muda untuk tertular HIV. Bila kita lihat faktor

penyebab tertularnya, maka kasus penularan terbanyak (49,5%)

Mirna Abdullah
3

melalui penggunaan jarum suntik oleh penyalahguna napza (IDU),

melalui heteroseksual (342% dan homoseksual 4%. Tetapi data

sesungguhnya tidak ada yang tahu berapa persisnya, karena

HIV/AIDS seperti fenomena gunung es, yang muncul dan terlihat

dipermukaan sedikit, tetapi yang tidak terdata sesungguhnya

sangat besar jumlahnya. UNAIDS memperkirakan di Indonesia saat

ini sudah terdapat antara 130.000 – 216.000 kasus HIV.

(BKKBN,2007)

Permasalahan yang mengkhawatirkan adalah rendahnya

pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

(KRR), khususnya dalam hal cara-cara melindungi diri dari perilaku

seksual berisiko, pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan

dan IMS serta HIV/AIDS. Jumlah remaja berdasarkan Sensus

Penduduk tahun 2000 adalah 44 juta (22% dari jumlah penduduk).

Hasil SDKI 2002/2003, median umur kawin pertama perempuan

Indonesia masih rendah yaitu 19,5 tahun. Kondisi ini diikuti dengan

tingginya persentasi kehamilan dan kelahiran umur remaja sebesar

10,3% (8,3% yang sudah pernah melahirkan dan 2% sedang

mengandung anak pertama). Selanjutnya pengetahuan remaja

tentang cara menghindari IMS juga belum memadai (64,4% untuk

pria dan 67,1% untuk wanita). (BKKBN,2007)

Penyebaran infeksi HIV pada kelompok remaja yang cukup

dominan dapat dicermati dari laporan Rumah Sakit Ketergantungan

Mirna Abdullah
4

Obat (RSKO) di Jakarta bahwa pada tahun 1999, 18% dari

penyalahguna napza suntik (IDU) yang dirawat terinfeksi HIV dan

pada tahun Sedangkan pada tahun 2000, hasil penelitian Yayasan

Pelita Ilmu (YPI) kepada para IDU di Kampung Bali Jakarta, 90%

diantaranya positif terinfeksi HIV. Selanjutnya informasi dari Badan

Narkotika Nasional (BNN) saat ini jumlah IDU sekitar 150.000

orang. 2001 meningkat menjadi 48%. Apabila kondisi ini tidak

ditangani secara serius, maka di Indonesia akan dibebani oleh

banyaknya ODHA yang masih tergolong usia

produktif.(BKKBN,2007).

Menurut data Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan sampai

pada bulan Juni 2007, terdapat 73 kasus yang terjadi pada kaum

homo atau biseksual. Sedangkan heteroseksual 324 kasus,

pengguna narkotik suntik 339 kasus, transmisi perinatal 5 kasus,

tidak diketahui 13 kasus, dan darah donor 210 kasus. Secara

kumulatif, kasus HIV/AIDS di Sulawesi Selatan saat ini telah

mencapai sekitar 1.232 Maret 2007 terjadi penambahan kasus

sebanyak 209 HIV dan kasus ini banyak terjadi pada usia remaja

yakni mencapai 53,80%.(Dinkes, 2007:1)

Data di atas menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan

penularan HIV/AIDS di SulSel dengan pesat dikarenakan oleh

beberapa faktor. Dan yang perlu diketahui dari beberapa faktor

penyebab HIV/AIDS yang paling tinggi jumlah kasusnya adalah

Mirna Abdullah
5

faktor seks bebas, narkoba suntik dan faktor penularan ibu kepada

anaknya.

Penyakit AIDS yang disebabkan oleh virus HIV merupakan

penyakit kelamin yang menyengsarakan manusia, baik fisik, mental

maupun sosial, karena ulah perilaku manusia yang melampaui

batas.( waluya,2000:6)

Di Makassar menurut data BKKBN 30 september 2007

ditemukan 283 kasus orang yang terdeteksi HIV/AIDS yang

tersebar di setiap Rumah Sakit di Makassar. (BKKBN,2007)

HIV/AIDS ini dapat menimpa siapa saja, utamanya siswa

sekolah lanjutan atas atau SMA, pada usia remaja,.yang rentan

terhadap prilaku seksual bebas.

Setiap orang seperti halnya siswa selaku remaja harus dapat

memiliki perilaku yang baik agar dapat terhindar dari penularan

virus HIV/AIDS. Hal ini di karenakan jika siswa memiliki perilaku

yang positif terhadap HIV/AIDS yang ditunjukan melalui

pengetahuan yang memadai, seperti pengetahuan tentang cara

penularan dan cara pencegahan HIV/AIDS maupun akibat dari

virus HIV/AIDS.

Berdasarkan uraian di atas maka masalah HIV/AIDS sangat

menarik untuk diteliti sehingga hal tersebut menimbulkan inspirasi

penulis untuk mengkajinya melalui kajian empirik, Tentang Perilaku

Mirna Abdullah
6

Siswa Terhadap HIV/AIDS di SMA Negeri 13 Makassar dengan

Alasan terpilihnya SMA Negeri 13 karena

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka

dirumuskan masalah pokok penelitian yaitu: “

A. Bagaimana Pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS di SMA

Negeri 13 Makassar Kecamatan Manggala kelurahan Bangkala

Kota Makassar?

B. Bagaimana Sikap siswa terhadap HIV/AIDS di SMA Negri 13

Makassar Kecamatan Manggala kelurahan Bangkala Kota

Makassar?

C. Bagaiman tindakan siswa terhadap HIV/AIDS di SMA Negri 13

Makassar Kecamatan Manggala kelurahan Bangkala Kota

Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pelaksanaan penelitian ini adalah untuk

memperoleh informasi mendalam tentang perilaku siswa

terhadap HIV/AIDS di SMA Negeri 13 Makassar kecamatan

Manggala kelurahan Bangkala Kota Makassar.

Mirna Abdullah
7

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memperoleh informasi mendalam tentang

pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS di SMA

Negeri 13 Makassar kecamatan Manggala

kelurahan Bangkala Kota Makassar.

b. Untuk Memperoleh informasi mendalam tentang

sikap siswa terhadap HIV/AIDS di SMA Negeri 13

Makassar Kecamatan Manggala kelurahan

Bangkala Kota Makassar.

c. Untuk Memperoleh Informasi Mendalam mengenai

tindakan siswa terhadap HIV/AIDS di SMA Negeri

13 Makassar Kecamatan Manggala kelurahan

Bangkala Kota Makassar.

D. Manfat Penelitian.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu bahan bacaan

atau bahan referensi bagi yang memerlukan, bahan banding

bagi penelitian yang relevan, dan merupakan pengalaman

yang berharga peneliti dalam memperluas wawasan

pengetahuan tentang HIV/AIDS dalam masyarakat sebagai

Mirna Abdullah
8

salah satu masalah kesehatan sebagai akibat dari penyakit

menular seksual.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan menjadi masukan bagi instansi

terkait untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam mengambil kebijakan strategis dalam mencegah

penyebaran HIV/AIDS .

Mirna Abdullah
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perilaku dan Dimensi Perilaku

Prilaku berkaitan dengan cara seseorang berbuat, di mana

semakin cenderung seseorang menunjukan suatu prilaku yang

sama., maka akan semakin mudah mengidentifikasi

kecenderungan prilaku seseorang. Prilaku bisa berbentuk verbal

dan nonverbal. Perilaku verbal merupakan prilaku yang tertuang

atau tercermin lewat pernyataan atau perkataan yang di ucapkan,

sedangkan perilaku nonverbal merupakan gerak tubuh atau bahasa

tubuh. (Richmond, 1991)

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang

lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom membagi perilaku ke

dalam tiga dimensi yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya tiga ranah tiga

ranah tersebut diukur dari pengetahuan, sikap, dan tindakan atau

praktek (Notoatmodjo, 1993)

Ketiga dimensi perilaku manusia di atas akan diuraikan

sebagai berikut:

Mirna Abdullah
10

1. Pengetahuan

Salah satu unsur terpenting bagi seetiap manusia adalah

pengetahuan terhadap berbagai hal berkaitan dengan segala

peristiwa di dunia ini, termasuk dalam kehidupan sehari – hari.

Pengetahuan seseorang tentu dipelajari dengan cara belajar

baik secara mandiri seperti membac dan menulis maupun

karena adanya tuntutan atau bimbingan orang lain.

The Liang Gie (1998) mengemukakan pengetahuan adalah

segenap kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan secara

penuh perhatian dalam mencapai pemahaman tentang alam

semesta, kehidupan masyarakat, perilaku orang, gejala bahasa

atau perkembangan sejarah.

Bloom mengemukakan “ pengetahuan adalah apa yang

telah diketahui dan mampu untuk diingat oleh setiap individu

setelah ia mengalami, menyaksikan, mengamati atau di ajar

sejak ia lahir sampai dewasa. (Ngatimin, 2000).

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka pengetahuan

menekan pada aspek pemahaman terhadap suatu obyek, baik

hal-hal yang telah diketahui maupun hasil penggunaan panca

indra seperti HIV/AIDS. Pengetahuan tersebut berkaitan dengan

kegiatan pikiran yang dapat melahirkan kemampuan berpikir

kritis dan obyektif terhadap suatu, dimana subyek yang di

maksud dalam pengetahuan dalam kajian ini adalah siswa.

Mirna Abdullah
11

2. Sikap

Sikap pada prinsipnya adalah bagian dari

kepribadian, yakni manusia sebagai individu yang memberi

kemungkinan untuk membeda-bedakan cirri-cirinya dengan

pribadi lainnya. Sikap seseorang menentukan perbuatan dan

tingkah laku.

sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak

untuk bereaksi terhadap rangsangan oleh karena itu manifestasi

sikap tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi dapat langsung

dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlbih dahulu sebagai

tingkah laku yang masih tertutup.(soekidjo,2003)

Ahmadi (1990) mengemukakan sikap adalah suatu

hal yang menentukan sikap, hakikat, baik pebuatan sekarang

maupun perbuatan yang akan datang. Hal senada dikemukakan

Sarwono (1996) bahwa sikap adalah kesiapan pada seseorang

untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.

Berdasarkan pendapat diatas, berarti sikap diarahkan

pada berbagai obyek, baik sifat tertentu bersifat positif seperti

menyenangi ataupun negatif seperti menghindar dari suatu

kegiatan. Hal tersebut sesuai pendapat sarwono (1996) bahwa

sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif Dalam

sikap positif, kecenderungan perilaku mendekati, menyenangi,

mengharapkan obyek tertentu.

Mirna Abdullah
12

Berdasarkan pendapat diatas, maka apabila

seseorang memiliki sifat yang positif, maka mereka akan

melakukan hal-hal yang bersifat positif pula, sebaliknya, apabila

seseorang memiliki sifat yang negative maka kecenderungan

melakukan sesuatu yang negative pula atau bertentangan

dengan keadaan obyek, seperti menghindari suatu aktifitas

berupa menghindari penularanHIV/AIDS sutu sikap yang positif.

3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan

nyata di perlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain dengan fasilitas. Sikap siswa yang

positif terhadap HIV/AIDS berarti siswa akan berusaha

menghindari HIV/AIDS berarti siswa akan berusaha

menghindari hal-hal yang yang dapat menyebabkan sehingga

dapat tertular hiv/AIDS seperti memandang bahwa HIV/AIDS

dalah suatu virus yang biasa dan dapat dicegah sehingga dapat

melakukan hubungan bebas khususnya kebebasan seks, maka

tindakannya juga bersifat negatif dengan kecenderungan

melakukan hubungan seks secara berganti-ganti atau

terjerumus di dalam pergaulan bebas, mengunakan jarum suntik

secara berganti-gantidan akhirnya dapat terjangkit virus

HIV.(Notoadmodjo,2003)

Mirna Abdullah
13

B. Konsep HIV/AIDS

AIDS adalah akronim dalam bahasa ingris dari Acquired

immunodeficiency Syndrom atau Acquired immune Deficiency

Syndrome yang merupakan perkumpulan berbagai gejala dan

infeksi sebagai hilangnya system imun tubuh karena infeksi dari

Human Immunodeficiency Virus (HIV).

AIDS adalah suatu kelainan yang dengan cepat menyebar

ke seluruh dunia. Penyebab ini baru di sadari pada masa modern ni

sehingga AIDS bisa di katakana sebagai pandemic modern. Belum

di ketahui dengan jelas darimana dan kapan tepatnya AIDS muncul

Diperkirakan pada akhir 1970-an di daerah Sub-Sahara Afrika.

HIV/AIDS sudah berkembang dan sudah meluas. Perkiraan ini di

buat berdasarkan dari catatan kasus penyakit yang ada di rumah-

rumah sakit di beberapa Negara Afrika pada saat itu. Hal ini juga di

perkuat oleh beberapa contoh darah tahun 1950-an yang telah

mengandung HIV.

AIDS adalah suatu penyakit infeksi yang di derita

seeorang, yang bermula dari tertularnya orang itu oleh suatu jenis

virus, termasuk jenis retrovirus, yang di beri nama H (uman) I

(mmunodeficiency) V (irus), yang di singkat HIV. (Depkes, 1995).

Virus tersebut apabila menginfeksi manusia akan menyerang dan

merusak sel leokosit T4 dari system imunitas tubuh, dengan akibat

Mirna Abdullah
14

menurun sampai hilangnya kemampuan system imunitas ini

membentuk zat imun, sehingga tubuh semakin hari semakin hilang

kemampuannya untuk menolak kuman penyakit. Bahkan juga

kuman dalam keadaan biasa tidak menimbulkan penyakit yang di

sebut kuman aportunistik. Nama yang diberikan kepada vius ini

menggambarkan perangai virus tersebut setelah menginfeksi

manusia, yaitu membuat berkurangnya bahkan sampai

menghilangnya kemampuan tubuh untuk membuat zat

imun.Sebagai akibat lanjut dari turun sampai hilangnya

kemampuan membuat zat imun adalah menjadi rentangnya

pengidap HIV terhadap serangan berbagai jenis penyakit infeksi

lain, sesudah sekitar beberapa tahun sampai 5 atau 10 tahun

kemudian.( Waluya,2000:16)

Adanya infeksi oleh berbagai jenis penyakit akan terlihat

berbagai jenis gejala (sindrom) pada penderita selaras dari jenis

penyakit yang menyerangnya. Dalam tahap ini isi pengidap HIV tadi

disebut sakit “AIDS” , yaitu singkatan dari Acquired immune

Deficiency Syndrom. AIDS berarti berbagai macam gejala penyakit

yang terlihat sebagai akibat terjadinya (diperolehnya)

penurunannyazat imun tubuh. (Depkes, 1995).

Bisma raga waluya (2000:11) mengemukakan AIDS adalah

suatu penyakit yang menghancurkan kemampuan seseorang untuk

melawan penyakit, membiarkan tubuh terbuka terhadap serangan

Mirna Abdullah
15

berbagai tipe penyakit yang tidak biasa dan infeksi biasa yang tidak

membahayakan, ini merupakan gejala symptom yang kompleks

dan juga keadaan dimana terdapat indikasi adanya kegagalan

fungsi yang serius dari system kekebalan tubuh.

seseorang yang tertular HIV (pengidap HIV)mulai dari awal

terinfeksi sampai beberapa tahun (bahkan 5 sampai 10 tahun),

tidak menunjukan di dalam cairan tubuhnya(cairan darah, cairan

sperma, cairan vagina, dan air susu) terdapat banyak virus HIV.

Orang seperti ini belum di sebut sebagai penderita AIDS melainkan

hanya pengidap HIV, dan dan sangat berbahaya sebagai sumber

penularan. Namun setelah berkumpulnya berbagai macam penyakit

dalam tubuh manusia karena adanya infeksi virus HIV, maka

seseorang telah dikategorikan sebagai penderita AIDS. Hal ini

menunjukkan bahwa AIDS pada hakikatnya terjadi akibat

akumulasi dari berbagai jenis virus HIV dalam tubuh manusia.

C. Penularan HIV/AIDS

HIV/AIDS merupakan salah satu jenis penyakit menular atau

dapat ditularkan dari seorang penderita kepada orang lain yang

masih sehat. Oleh karena itu, setiap orang hendaknya perlu

mengetahui cara penularan HIV/AIDS agar dapat menghindari

penularan virus tersebut terutama pada diri dan keluarganya.

Mirna Abdullah
16

Bisma Raga Waluya (2000:20) menemukakan cara

penularan HIV yaitu:

1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, atau anal dengan

seseorang pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,

liputi 80-90% dari total kasus dunia. Lebih mudah terjadi

penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dngan ulkus atau

peradangan jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea,

klamidia, kankroid, dantrikomonisasis. Resiko pada seks anal

lebih besar dari pada seks vaginal dan resiko juga lebih besar

pada yang reseptive daripada yang insertive.

2. Kontak langsung dengan darah/produk darah.jarum

suntik,berupa:

a. transfusi darah/produk darah yang tercemar darahHIV,

resikonya sangat tinggi, lebih dari 90 % ditemukan sekitar

3-5 % dari kasus sedunia.

b. Pemakaian jarum suntik tidak steril/pemakaian jarum

suntik secara bersama-sama dan sempritnya para

pecandu narkoba suntik. Resikonya sekitar 0,5-1 %, dan

telah terdapat 5-10 % dari total kasus di dunia

Mirna Abdullah
17

c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas

kesehatan resikonya kurang dari 0,1 % dari total kasus

sedunia.

3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya,

baik selama hamil, atau pada saat melahirkan ataupun setelah

melahirkan. Resikonya sekitar 25-40 %, terdapat kurang dari 0,1

% dari total kasus sedunia.

Pendapat di atas tentang cara penularannya HIV/AIDS

relevan dengan rumusan Depkes (1995) yaitu:

1. Melalui seksual, yaitu hubungan seksual dengan berganti-ganti

pasangan, baik yang homoseksual, biseksual dan

heteroseksual. Dengan demikian, ini dapat terjadi pada WTS,

PTS, dan promiskuit. Pada hubungan seks secara berganti-

gantipasangan, dapat saja terjadi bahwa salah satu pasangan

yang berganti-ganti ini pengidap HIVdan menularkan virus

HIVnya pada kontak seksual tersebut. Dengan penularan ini,

kemudian si-tertular membawanya ke lingkungan keluarganya.

2. Paranteral, yaitu melalui luka yang dicemari darah pengidap HIV

yang bisa terjadi pada pengguna narkoba suntik yang jarum

suntiknya telah tercemar dan dipakai bersama-sama tanpa

memperhatikan aspek sucihamaan. Atau penggunaan alat-alat

yang dapat membuat luka seperti tato, pisau cukur, penggosok

gigi secara bergantian.

Mirna Abdullah
18

3. Perintal, yaitu penularan oleh ibu yang mengidap HIV ke janin

yang dikandungnya.

Adanya berbagai cara penularan virus HIV di atas

menunjukan bahwa virus HIV tidak dapat menularkan virusnya oleh

serangga seperti nyamuk dan lalat. Demikian halnya dengan

kontak sosial dengan penderita seperti berjabat tangan,

berpelukkan, berciuman, menduduki bekas tempat duduknya,

menggunakan peralatan makan dan kolam renang, tidak akan

menularkan virusnya.

Secara klinis gambaran yang terlihat di bagi dalam 4 tahap

urutan, ini sejalan dengan perubahan fungsi imunitas dari aktifitas

virus dalam tubuh orang yang terinfksi virus HIV/AIDS.

Tahap infeksi HIV/AIDS pada manusia ( Depkes, 1995)

yaitu:

Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai

AIDS

Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan

radang saluran pernafasan atas yang berulang

Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan

selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan

tuberkulosis.

Mirna Abdullah
19

Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus,

trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma

kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.

D. Pencegahan HIV/AIDS

Pada prinsipnya pencegahan penularan HIV/AIDS dapat

dilakukan dengan cara mencegah penularan virus HIV. Karena

penularan virus HIV terbanyak adalah melalui hubungan seksual,

maka penularan virus HIV bisa dicegah dengan tidak melakukan

hubungan seks dengan bergati-ganti pasangan seksual. Pencegahan

lain adalah melalui pencegahan kotak darah, misalnya pencegahan

penggunaan jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh

menjadi pendonor darah.

Ada beberapa upaya yang dilakukan dalam mencegah

penulaan HIV/AIDS yang berkaitan dengan cara-cara penularan HIV

seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya (Indonesia Australia,

STPP II), yaitu:

1. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual

Hubungan seksual adalah kebutuhan fisik dan rohani

manusia yang tidak dapat dihindarkan, namun hubungan seks yang

berisiko tinggi, seperti berganti-ganti pasangan maupun hubungan

seks yang dilakukan secara tidak normal merupakan prilaku yang

sangat memungkinkan terjadinya penularan yang atas

Mirna Abdullah
20

bermacam -macam penyakit kelamin seperti sipilis, gonorhoea, dan

vietnamrose. Selain ancaman penyakit diatas, penularan HIV

senatiasa harus dijadikan pertimbangan dalam memenuhi hasrat

seksual. Untuk itu, kepada setiap orang perlu dilakukan penyuluhan

agar memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab,

yaitu:

a. Abstinensi (puas dan tidak melakukan hubungan seks)

b. Melakukan prinsip monogamy yaitu tidak berganti-gnti

pasangan dan saling setia kepada pasangannya.

c. Untuk yang melakukan hubungan seksual yang

mengandung resiko dinjurkan melakukan seks

aman,termasuk menggunakan kondom,

2. Pencegahan penularan melalui darah.

Penularan HIV melalui darah menuntut kita untuk berhati-

hati dalam berbagai tindakan yang berhubungan dengan darah

maupun produk darah dan plasma.

a. Transfusi darah

Harus dipastikan bahwa darah yang digunakan untuk

transfuse tidak tercemar HIV.perlu dianjurkan pada

seseorang yang HIV positif untuk tidak menjadi pendonor

darah. Begitu pula untuk mereka yang berprilaku berisiko

tinggi, misalnya sering melakukan hubungan seks

dengan cara berganti-ganti pasangan.

Mirna Abdullah
21

b. Penggunaan produk darah dan perlu dipastikan tidak

tercemar oleh vius HIV.

c. Pengguaan alat suntik dan lainnya yang dapat melukai

kulit, perlu di perhatikan masalah sterilisasi. Tindakan

desinfeksi dengan pemanasan atau larutan desinfektan

merupakan tindakan yang sangat penting untuk

dilakukan.

3. Pencegahan penularan dari ibu kepada janin.

Apakah ibu pengidap HIV otomatis menularkan kepada bayi

yang dikandungnya? Jawabnya tidak. Berdsaarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa resiko penularn dari ibu yang terinfeksi HIV

kepada janinnya adalah sebesar 30-40 %. Bahkan persentasenya

dapat ditekan hingga 10% dengan menggunakan triple drugs

berupa obat-obatan berbentuk retroviral. Resiko semakin berat

apabila ibu terkena atau menunjukkan gejala AIDS. Resiko bagi

bayi terinfeksi melalui air susu ibu sangat kecil hingga sangat

dianjurkan bagi ibu untuk tetap menyusui bayinya.

Penularan HIV dari ibu yang tlah terinfeksi HIV positif kepada

bayi terjadi pada sat kehamilan, persalinan, maupun mnyusui

Umumnya saat persalinan dianggap paling berisiko tinggi.

Kekurangan vitamin A bagi ibu hamil pengidap HIV juga

memungkinkan penularan. Ibu hamil merokok diketahui lebih

mudah menularkan HIV kepada janin atau bayinya. Selain itu,

Mirna Abdullah
22

kerusakan pada plasenta meningkatkan resiko penularan. Bayi lahir

premature lebih mudah resiko tertular akibat system kekebalan

tubuhnya masih lemah. Di saat menyusui penularan dipandang

sebagai kemungkinan yang dapat terjadi, bahkan pada bayi yang

berusia 3 bulan sekalipun.

Mencegah penularan HIV dari pasangan suami istri

pengidap HIV positif atau penderita adalah dengan menghindari

terjadinya kehamilan. Tetapi apabila terjadi kehamilan maka

langkah mencegah penularan pada ibu hamil positif HIV antara lain

menghindarkan dari kemungkinan terjadi penyakit menular seksual.

4. Pencegahan penularan melalui pendidikan gaya hidup

Banyak gaya hidup yang timbul oleh berbagai hal, seperti

karena seseorang stress sehingga melakukan gaya hidup seperti:

minum-minuman keras, menggunakan narkotik, sering seks secara

berganti-ganti pasangan, malakukan berbagai tindakan kekerasan,

pencurian dan jenis kejahatan lainnya. Untuk itu perlu adanya

alternative kegiatan yang positif kreatif . Untuk pencegahan

penularan virus HIV perlu adanya perilaku yang bertanggung

jawab, baik dari diri kita sendiri maupun orang lain dan perilaku

yang sesuai dengan tuntutan norma agama dan sosial yang

berlaku di masyarakat.

Mirna Abdullah
23

E. Konsep Islam Memerangi HIV/AIDS

Masalah virus HIV dan penyakit AIDS bukanlah semata-

mata masalah kedokteran/kesehatan, tetapi lebih merupakan

masalah perilaku seksual manusia yang sudah melampaui batas.

Di dalam masyarakat modern yang terjadi dewasa ini, terutama di

Negara maju adalah timbulnya ketidak pastian fundamental di

bidang hukum, nilai moral dan etika kehidupan. Salah satu cirinya

adalah hubungan seks di luar nikah atau melakukan perzinahan

atau kebebasan seks. Bahkan dalam firman Allah SWT,

sebagai tersurah dalam Al-Israa’ayat 32 yaitu:

 

   

  



Terjemahanya: Dan janganlah kamu mendekati zina;


sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

Jelas bahwa awal terjadinya penyebaran virus HIV/AIDS

adalah melalui perzinahan, sehingga adalah konsep islam sangat

jelas bahwa untuk menghindari atau mencegah penularan virus HI,

maka perlu pengendalian diri untuk tidak melakukan hubungan

seks. Dalam kaitannya dengan penyakit AIDS dan juga penyakit –

Mirna Abdullah
24

penyakit kelamin lainnya, ayat tersebut diatas dapat ditafsirkan

sebagai suatu peringatan Allah sekaligus mencap si pelaku zina

sebagai orang yang melakukan perbuatan keji dan kejahatan serta

dikutuk oleh-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya

penyakit AIDS disebabkan karena perilaku seksual manusia yang

sudah melampaui batas. Manusia tidak lagi menjaga

kehormatan/kemaluannya serta menyalahgunakannya hawa nafsu

biologisnya, dan terhadap mereka yang tidak menjaga

kehormatan/kemaluannya, sebuah hadis nabi yang diriwayatkan

oleh At-Tirmizi dan Ibnu Hibban (Alit, 1997) bahwa “Rasulullah

SAW ditanya tentang sebab – sebab yang paling banyak

memasukkan manusia kedalam surga. Beliau menjawab

“Ketakwaan kepada Allah dan Akhlak yang baik”. Beliau ditanya

lagi, “Apa penyebab orang masuk neraka? Beliau menjawab,

“Mulut dan kemaluan”.

Allah SWT berfirman dalam surah An-Nur ayat 30 :

   


 
     
 
   
Tejemahannya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman : “
Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka , sesungguhnya
Allah maha mengetahui apa yang mereka buat “.

Mirna Abdullah
25

Berdasarkan firman Allah dan hadits di atas, memberikan

penegasan bahwa solusi mencegah penularan HIV/AIDS adalah

pengendalian diri berupa tidak melakukan hubungan seks secara

berganti – gantian atau kebebasan seks. Oleh karena itu,

pencegahan penularan virus HIV adalah merubah perilaku seksual

kearah yang sehat, aman dan bertanggung jawab, denga slogan :

1. Perilaku seks yang sehat adalah yang halal, yaitu menikah,

bukan dengan kondom.

2. Perilaku seks yang aman adalah yang halal, yaitu menikah,

bukan dengan kondom.

3. Perilaku seks yang bertanggung jawab adalah yang halal,

yaitu menikah, bukan dengan kondom.

(Hasan,2000)

Firman Allah SWT dalam surah Ar-Ruum, ayat 21:

   


  
 
  
    
  
 
Terjemahannya: dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu

Mirna Abdullah
26

cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan kepadamu rasa


kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Dengan demikian jelas bahwa bagi orang yang berfikir, mereka

akan memilih menikah dari pada hidup bersama tanpa nikah (kumpul

kebo/kebebasan seks). Mereka yang menikah dan tidak berzinah,

merekah adalah orang – orang yang menjaga kehormatan atau

kemaluannya serta menjauhi penularan penyakit kelamin seperti AIDS

yang berakibat kematian karena belum ditemukan obatnya. Namun bila

suatu saat ditemukan obatnya, perzinahan tetap diharamkan meskipun

memakai kondom tidak berarti perzinahan itu menjadi halal, tetapi haram.

Mirna Abdullah
27

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Diteliti

Salah satu cara penularan HIV/AIDS dalah melalui hubungan

seksual yang menyimpang dari norma-norma yang ada, terutama

hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, penggunaan

jarum sunik yang di ulang, dan donor darah yang dari orang yang telah

menderita HIV/AIDS.

Semua informasi tentang HIV/AIDS, cara penularannya, dan

pencegahanya sudah banyak beredar di masyarakat dalam bentuk

media cetak seperti majalah, Koran dan buku tetapi kaum remaja

selalu menjadi pusat epidemik HIV/AIDS. Berikut ini beberapa faktor

yang menyebabkan remaja rentan terhadap perilaku yang berisiko

HIV/AIDS.Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks

yang aman dan pencegahan yang bisa di lakukan, perubahan fisik

yang emosional remaja yang mendorong terhadap perbuatan seksual,

menjamurnya informasi tentang kenikmatan hidup, adanya tekanan

Mirna Abdullah
28

dari teman sebaya, resiko HIV/AIDS sulit untuk dimengerti oleh remaja,

(Wandoyo,2007 : 25)

Atas dasar uraian di atas, maka perlu untuk memperoleh

gambaran secara mendalam mengenai perilaku siswa terhadap

HIV/AIDS, khususnya tentang pengetahuan, sikap dan tindakan siswa

terhadap HIV/AIDS sebagai suatu penyakit .

Variable dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan ranah yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan

seseorang tentang HIV/AIDS merupakan modal dasar untuk

tindakan menghindarkan diri dari tertular dan atau menularkan

HIV/AIDS dari atau kepada pasangan seksual.

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek atau sikap

tentang HIV/AIDS belum merupakan tindakan, tetapi merupakan

predisposisi tindakan terhadap HIV/AIDS, merupakan keinginan

untuk melakukan tindakan terhadap HIV/AIDS di lingkungan

tertentu sebagai penghayatan tentang HIV/AIDS.

3. Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa

Mirna Abdullah
29

yang diketahui, Proses selanjutnya diharapkan ia akan dapat

melaksanakan atau dapat mempraktekkan apa yang

diketahuinya atau disikapinya (dinilai baik)

inilah yang disebut praktek atau tindakan atau dapat dikatakan

prilaku kesehatan Sehingga tindakan yang dapat

menghubungkan dia dengan penyakit HIV/AIDS dapat

dihindarinya dan dapat mempengaruhi orang lain untuk tidak

melakukan hal-hal yang dapat berpengaruh buruk terhadap

dirinya dan keluarganya.

B. Pola Pikir Penelitian

Sesuai dasar pemikiran di atas mengenai perilaku siswa terhadap

HIV/AIDS, maka pola pikir fokus penelitian digambarkan sebagai berikut:

* Pengetahuan Perilaku
* Sikap siswa
* Tindakan terhadap
HIV/AIDS

Gambar 1. Pola pikir Penelitian

Mirna Abdullah
30

C. Defenisi Konsep

1. Pengetahuan

Pengetahuan tentang HIV/AIDS merupakan pemahaman siswa

terhadap penyakit HIV/AIDS, cara penularan dan pencegahan

penularan HIV/AIDS.

2. Sikap

Sikap siswa yang bersifat predisposisi tindakan terhadap HIV/AIDS,

dan merupakan keinginan untuk melakukan tindakan kewaspadaan

terhadap HIV/AIDS .

3. Tindakan

tindakan yang diteliti yaitu tindakan pada masa lalu dengan kata

lain tindakan yang pernah di lakukan yang sangat rentan dengan

inveksi HIV/AIDS serta tindakan setelah ia mengetahui bahaya

HIV/AIDS dengan menjauhi tindakan berisiko dari dirinya,

keluarganya, teman sebayanya serta lingkungannya.

4. AIDS adalah penyakit menular yang menyerang sel imun

seseorang hingga diri orang yang terinfeksi terbuka terhadap

serangan berbagai macam penyakit hingga menyebabkan

kematian.

Mirna Abdullah
31

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif

yang akan mendeskripsikan secara mendalam mengenai perilaku

siswa terhadap HIV/AIDS di SMU Negeri 13 kota Makassar Kecamatan

Manggala kelurahan Bangkala Kota Makassar Tahun 2008, khususnya

tentang pengetahuan, sikap dan tindakan siswa terhadap HIV/AIDS .

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMU Negeri 13 Makassar

kecamatan Manggala kelurahan Bangkala Kota Makassar.alasan

dipilihnya SMA Negri 13 Makassar Kecamatan Manggala kelurahan

Bangkala Kota Makassar karena dari data yang penulis dapatkan pada

BKKBN bahwa terdapat 2 orang ibu yang melahirkan di Rumah Sakit

Wahidin sudirohusodo positif HIV/AIDS yang keduanya beralamat di

Antang.Oleh karena itu penulis merasa bahwa daerah antang perlu

diteliti khususnya anak SMA.

Mirna Abdullah
32

C. Pemilihan Informan

Informan penelitian ini terdiri atas dua kelompok, yaitu informan

kunci dan informan biasa.

1. Informan kunci

Informan kunci adalah guru bagian kesiswaan satu orang dan

kepala sekolah di SMU Negeri 13 Makassar kecamatan Manggala

kelurahan Bangkala Kota Makassar.

2. Informan biasa

Informan penelitian ini adalah siswa SMU Negeri 13 Makassar

kecamatan Manggala kelurahan Bangkala Kota Makassar

sebanyak 18 orang. Yaitu untuk kelas X.1 sampai X.2 Diambil

siswa yang berprestasi 1 orang tiap kelas dan untuk kelas 2 mulai

dari kelas XI.IPA 1 sampai XI.IPA 3 diambil 2 orang tiap kelas

dengan kriteria 1 orang berprestasi dan 1 orang kurang berprestasi,

untuk kelas XI. IPS 1 sampai XI.IPS 3 diambil 2 orang tiap kelas

dengan kriteria 1 orang berprestasi dan 1 orang kurang berprestasi

dalam 1 kelas.

D. Teknik Mengumpulan Data

Mirna Abdullah
33

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan

wawancara mendalam (indepth interview), dan diskusi kelompok

terarah (Fokus Group Discussion).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

wawancara, tape recorder, dan alat tulis.

F. Analisis Data

Penelitian ini merupakan analisis isi (conten Analisis),

sedangkan penyajian data dalam bentuk narasi. Proses analisis data

dilakukan

secara bertahap, sebagai berikut:

1. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh informasi

yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan, baik dari

guru maupun siswa SMU Negeri 13 Makassar kecamatan

Manggala kelurahan Bangkala Kota Makassar.

2. Mereduksi data dengan cara membuat rangkuman (inti dan proses

pernyataan-pernyataan informan baik guru maupun siswa).

3. Menyusun data dalam satuan-satuan dengan cara membuat

matriks.

4. Interpretasi data hasil reduksi

G. Teknik Pemeriksaan Data

Mirna Abdullah
34

Untuk menetapkan keabsahan data pada penelitian ini

digunakan triangulasi yaitu wawancara mendalam (indeph interview),

dan diskusi kelompok untuk memperoleh pengetahuan sikap dan

tindakan siswa terhadap HIV/AIDS sebagai suatu penyakit infeksi.

Triangulasi digunakan dalam dua bentuk, yaitu:

1. Triangulasi sumber

Menggunakan sumber informasi kualitatif dari informan yang

berbeda yaitu guru sebagai infoman kunci dan siswa sebagai

informan biasa.

2. Triangulasi metode

Menggunakan 2 metode pengumpulan data dalam penelitian

kualitatif, yaitu wawancara mendalam dan diskusi kelompok

terarah.

Mirna Abdullah
35

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 13 kecamatan Manggala Kelurahan Bangkala

Kota Makassar didirikan pada tanggal 30 Mei 1991 yang beralamat

di jalan tamangapa raya III no 37 kecamatan Tamangapa

Kelurahan Bangkala Kota Makassar.

SMA 13 diajar oleh 55 guru yang terdiri dari 48 guru tetap

dan 7 guru honorer serta 675 siswa terdiri atas 215 laki – laki dan

460 siswa wanita pada tahun ajaran 2007/2008, yang terbagi atas

18 kelas, yaitu masing – masing 6 kelas untuk X1 – 6, dan 3 Kelas

untuk kelas XI IPA, 3 kelas untuk kelas XI IPS.

Adapun visi dan misi SMA 13 Kecamatan Manggala

Kelurahan Bangkala Kota makassar yaitu :

VISI

Mewujudkan siswa yang cerdas, terampil, kreatif dan berdaya saing

tinggi berwawasan iman dan taqwa.

MISI

Mirna Abdullah
36

1. Menumbuhkan kesadaran dan membangun rasa cinta terhadap

lingkungan sekolah.

2. Menanamkan semangat kedisiplinan dalam setiap kegiatan

sehingga proses belajar mengajar, pemantapan dan bimbingan

khusus berjalan maksimal.

3. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran

agama yang dianutnya untuk dijadikan sumber moral dalam

kehidupan bermasyarakat.

4. Membantu siswa mengenali potensi dirinya sehingga dapat

dikembangkan secara maksimal.

5. Menumbuhkan semangat kreatifitas agar mampu meniptakan

kreasi – kreasi dibidang seni dan ketrampilan.

6. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif sehingga

memiliki daya saing tinggi.

Siswa – siswi yang bersekolah di SMA Negeri 13 Makassar

sebagian besar berasal dari keluarga yang bersosial ekonomi

menengah keatas, walaupun masih ada yang tidak mampu atau

bersosial ekonomi rendah. Siswa – siswi SMA Negeri 13 Makassar

sebagian besar bermukim dekat dari sekolah. SMA Negeri 13

Makassar berjarak 15 Km dari pusat kota. Warga yang tinggal di

sekitar sekolah sebagian besar masih tergolong masyarakat

tradisional yang lekat dengan adat istiadat Makassar. SMA Negeri

13 pernah pada tahun 2003 melakukan pemberian materi

Mirna Abdullah
37

penyegaran rohani untuk siswa – siswi setiap hari sabtu waktu

pulang sekolah dan pematerinya berasal dari luar sekolah yang di

datangkan khusus oleh pihak sekolah namun, kegiatan itu tidak

berlangsung lama.

B. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA 13 Makassar Kecamatan

Manggala Kelurahan Bangkala Kota Makassar dari tanggal 29 April

sampai tanggal 10 Mei 2008. Yang bertujuan untuk mendapatkan

informasi mendalam tentang perilaku siswa terhadap HIV/AIDS di

SMA 13 Makassar Kecamatan Manggala Kelurahan Bangkala Kota

Makassar yang ditinjau dari segi pengetahuan sikap dan

tindakannya Informan penelitian berjumlah 20 Orang, terdiri dari 18

siswa sebagai informan biasa dan 2 Guru salah satunya guru

bagian kesiswaan dan satunya adalah kepala sekolah sebagai

informan kunci. 18 siswa diambil dari12 kelas yaitu kelas I yaitu 6

orang dan dari kelas II yaitu 12 orang

1. Karakteristik Informan

Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 20

orang yang dipilih secara purposive sampling, Terdiri atas 2

guru sebagai informan kunci dan 18 siswa sebagai informan

biasa. Dengan alasan Kelas 1 diambil 6 orang siswa yang

berprestasi saja untuk dilihat pengetahuan, sikap, dan

Mirna Abdullah
38

tindakannya terhadap HIV/AIDS dan 12 orang siswa kelas II

diambil 2 orang setiap kelas dan salah satunya siswa

berprestasi dan satunya siswa kurang berprestasi dalam belajar

yang akan diteliti apakah pengetahuan, sikap, dan tindakan

mereka positif atau menunjukkan sikap yang negatif terhadap

HIV/AIDS. Karakteristik Informan dapat dilihat di bawah ini :

Tabel S. 1

Karakteristik Informan

Inisial
No. Informan Umur Jenis Kelamin Keterangan Kelas
1 NIA 16 Tahun Perempuan Berpestasi X.1
2 DJK 17 Tahun Laki - laki Berprestasi XI. IPA 1
3 ADL 16 Tahun Laki - laki Kurang Berprestasi X. 2
4 AAR 16 Tahun Laki - laki Kurang Berprestasi X.3
5 AMF 17 Tahun Laki - laki Berprestasi XI. IPA 3
6 EAT 17 Tahun Perempuan Berprestasi XI. IPA 2
7 ASI 16 Tahun Perempuan Berprestasi X. 4
8 MIH 17 Tahun Laki - laki Kurang Berprestasi XI. IPA 1
9 OVS 17 Tahun Laki - laki Kurang Berprestasi XI. IPA 2
10 ARD 17 Tahun Perempuan Berprestasi XI. IPS 3
11 AP 16 Tahun Perempuan Berprestasi X.5
12 DAS 17 Tahun Perempuan Kurang Berprestasi XI.IPS 2
13 DEW 18 Tahun Laki - laki Kurang Berprestasi XI. IPS1
14 ADY 17 Tahun Perempuan Kurang Berprestasi XI. IPS 3
15 AH 17 Tahun Perempuan Berprestasi XI. IPS 1
16 AND 18 Tahun Laki - laki Berprestasi XI. IPS 2
17 AIS 17 Tahun Laki - laki Kurang Berprestasi XI. IPA 3
18 SA 16 Tahun Laki - laki Kurang Berprestasi X. 6
19 RAS 43 Tahun Perempuan Informan kunci Guru
20 NRM 49 Tahun Perempuan Informan kunci Guru

Mirna Abdullah
39

2. Pengetahuan Siswa Terhadap HIV/AIDS

Pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS di SMA Negeri 13

Makassar Kecamatan Manggala Kelurahan Bangkala Kota Makassar akan

di sajikan berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan penelitian,

baik guru selaku informan kunci maupun siswa selaku informan biasa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai

pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS di SMA Negeri 13 Makassar

kecamatan Manggala Kelurahan Bangkala Kota Makassar hanya berupa

informan yang yang menyebutkan pengertian HIV/AIDS dengan

cenderung mengatakan bahwa HIV/AIDS adalah virus yang menyerang

sistem kekebalan tubuh sehingga membuat organ – organ tubuh menjadi

tidak stabil . Bahkan hanya sebagian kecil siswa yang mengetahui

kepanjangan dari HIV/AIDS hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara

sebagai berikut :

” Acquired Immuno Deficiency Syndromes adalah salah satu penyakit


yang menular yang disebabkan oleh sebuah virus yang menular melalui
hubungan seks diluar nikah yang beakibat mematikan pada seseorang ”.
(NIA, 17 tahun, 30 April 2008 )

” AIDS adalah penyakit yang sangat berbahaya dan mematikan. Penyakit


ini belum ada obatnya.e..... biasanya tertular pada orang yang suka
berganti – ganti pasangan ” .
(DJK, 18 tahun, 30 April 2008)

Mirna Abdullah
40

” HIV/AIDS adalah penyakit yang membahayakan bagi seseorang yang


sampai saat ini belum ada obatnya. e.....Namun penyakit HIV/AIDS ini
dapat di cegah dengan tindakan masyarakat itu sendiri.”
(ADL, 17 tahun, 30 April 2008).

” Menurut saya HIV/AIDS adalah penyakit yang terjadi akibat virus yang
tertular akibat Free Seks (seks bebas) atau berganti – ganti pasangan dan
juga akibat..mmm..jarum suntik yang telah terinfeksi virus HIV”.
(AAR, 17 tahun, 30 April 2008).

” HIVAIDS adalah penyakit yang menurut saya e....... disebabkan oleh


pertukaran darah dan seks bebas HIV/AIDS juga penyakit yang selama ini
tidak ada obatnya”.
(AMF, 18 tahun, 30 Apil 2008)

Pernyataan informan di atas menunjukan bahwa tidak semua siswa

memiliki pengetahuan yang memadai tentang HIV/AIDS, terlebih lagi

terhadap kepanjangan HIV/AIDS. Hal ini tentunya tidak terlepas dari

masih kurangnya minat siswa untuk mempelajari tentang HIV/AIDS

sementara telah banyaknya informasi tentang HIV/AIDS di media cetak

maupun media elektronik. Hal ini juga terungkap dari pernyataan

innforman kunci yaitu :

” Disekolah SMA negeri 13 ini memang belum ada mata pelajaran


khusus tentang penyakit HIV/AIDS, karena memang tidak ada guru yang
dapat mengajarkan tentang HIV/AIDS tapi setiap mata pelajaran agama
selalu di ajarkan tentang haramnya tindakan – tindakan yang dapat
memicu terjadinya infeksi HIV/AIDS”.
(RAS, 43 Tahun, 31 April)

Selanjutnya mengenai pengetahuan siswa tentang penyebab

penyebaran virus HIV/AIDS, pada umumnya memiliki kecenderungan

pengetahuan yang sama, yaitu disebabkan oleh penggunaan jarum suntik

secara bergiliran yang salah satu dari pengguna jarum suntik tersebut

telah terinfeksi HIV/AIDS, Hubungan seks bebas yang salah satu

Mirna Abdullah
41

pasangannya telah terifeksi virus HIV/AIDS, ibu hamil yang mengidap

HIV/AIDS dan menularkan pada janinnya dalam kandungan maupun saat

menyusui. Selengkapnya dapat dilihat pada pernyataan informan berikut :

” Pengunaan jarum suntik secara bergantian , sering berganti – ganti


pasangan serta melakukan melakukan hubungan intim dengan penderita
HIV/AIDS.”
(ASI, 17 tahun, 3 April 2008)

” Saya rasa penyebab orang bisa tertular HIV/AIDS e...... dengan cara
Pergaulan bebas, seks bebas, dan juga melalui transfusi darah yang tidak
steril”.
(AMF, 18 tahun, 30 April 2008)

” Setahu saya orang bisa terinfeksi HIVAIDS yaitu dengan cara pergaulan
bebas, kurangnya perhatian orang tua, dan kurang diajar sama orang tua”.
(EAT, 19 tahun, 30 April 2008)

” Karena tidak menggunakan pengaman (kondom) saat berhubungan


intim dengan orang yang sering bergonta – ganti pasangan, penggunaan
jarum suntik bekas ”.
(AAR, 17 tahun, 30 April 2008)

” Lewat seorang ibu yang menularkan kepada bayi yang dikandungnya


juga karena e......orang selalu melakukan hubungan seksual tanpa
kondom juga karena pemakaian jarum suntik secara bersama – sama.”
(ADL, 17 tahun, 30 April 2008)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, secara umum informasi

menyatakan penyebab penularan HIV/AIDS karena hubungan seksual

secara bebas, penggunaan jarum suntik bergantian yang salah satunya

telah tertular HIV/AIDS, dan keturunan berupa ibu yang telah tertular

HIV/AIDS kemudian menularkannya kepada janinnya atau bayinya.

Pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS, berdasarkan hasil

wawancara dengan informan mengenai pengetahuan mereka tentang

siapa saja yang dapat tertular HIV/AIDS, informan memiliki jawaban yang

Mirna Abdullah
42

cenderung sama yang menyatakan bahwa HIV/AIDS bisa tertular kepada

siapa saja, seperti : Remaja, Orang tua, dan balita atau bayi serta orang

memiliki kelainan seks seperti gigolo. Hal terungkap dari hasil wawancara

berikut :

” Menurut saya yang dapat tertulat HIV/AIDS yaitu PSK ( Pekerja Seks
Komersia), Pengguna jasa PSK, Pemakaian narkoba” .
(AAR, 17 Tahun, 30 April 2008

” Orang – orang yang dapat tertular HIV/AIDS yaitu orang – orang terkenal
dampak dari pergaulan bebas seperti seks bebas, yang lainnya adalah
e.......Transfusi darah, dan Narkoba.mungkin Cuma itu saja” .
( AMF, 18 tahun, 30 April 2008)

” Menurut saya orang – orang yang dapat terinfeksi virus HIV/AIDS yaitu
e.......para pemakian narkoba, PSK, Bayi yang ibunya menderita
HV/AIDS”.
( ASI, 17 Tahun, 30 April 2008)

” Kelompok yang rentan terhadap HIV/AIDS yaitu para pekerja seks


komersial (PSK), Remaja, dan para pemakaian narkoba” .
(ADL, 17 tahun, 30 April 2008)

” Para pekerja seks komersial yang saya pikir sangat berbahaya karena
mudah terinfeksi virus HIV/AIDS juga para penggunaan narkoba”.
(DJK, 18 tahun, 30 April 2008)

” Tiga kelompok orang yang terinfeksi HIV/AIDS adalah PSK (Pekerja


Seks Komersial ), Seorang ibu yang terinfeksi HIV/AIDS dan melahirkan
bayi yang pasti tertular HIV/AIDS dari ibu tersebut” .
( NIA, 17 Tahun, 30 April 2008 )

” Menurut saya orang yang rentan terhadap penyakit menular HIV/AIDS


yaitu orang – orang yang menggunakan jasa PSK (pekerja seks
komersial ), Para pemakaian narkoba, dan para gigolo” .
(MIH, 18 tahun, 30 April 2008)

Mengenai cara penularan HIV/AIDS, berdasarkan hasil wawancara

dengan informan pengetahuan mereka tentang cara penularan HIV/AIDS.

Informan memiliki jawaban yang cenderung sama yang menyatakan

Mirna Abdullah
43

bahwa cara penularan HIV/AIDS melalui penggunaan jarum suntik secara

bergantian atau pemakaian obat – obat terlarang, gonta – ganti pasangan

atau seks bebas dan ibu hamil yang menularkan virusnya kepada

anaknya yang berada dalam kandungan ataupun pada saat melahirkan

dan menyusui.Hal ini terungkap melalui wawancara dibawa ini :

” Cara – cara penularan HIV/AIDS adalah dengan cara melakukan


hubungan intim dengan orang – orang yang telah terinfeksi HIV/AIDS,
e.........memakai jarum suntik yang tidak steril e... yaitu jarum yang sudah
dipakai berganti – gantian,dan juga menerima donor darah dari orang
telah terifeksi virus HIV/AIDS”.
( DJK, 18 tahun, 30 April 2008)

” Menurut saya orang yang bisa terifeksi virus HIV/AIDS yaitu lewat jarum
suntik, lewat pendonoran darah, lewat seks bebas alias bergonta – ganti
pasangan”.
(ADL, 17 tahun, 30 April 2008)
” Cara penularannya yaitu dengan cara e.....lewat pendonor darah, lewat
jarum suntik, dan berganti – ganti pasangan saat melakukan seks bebas ”.
(OVS, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Penularannya yaitu dengan hubungan seks bebas, berganti – ganti


pasangan seksual, memakai jarum suntik yang sudah dipakai oleh orang
lain”.
(AAR, 17 Tahun, 30 April 2008)

” Cara penularan HIV/AIDS yaitu e........menggunakan jarum suntik secara


bergantian, hubungan seksual secara berganti – ganti pasangan, dan
lewat donor darah yang tidak steril”.
(ARD, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Caranya adalah bersetubuh dengan orang – orang yang telah terinfeksi


HIV/AIDS dan para pemakai obat terlarang atau narkoba”.
(AP, 17 Tahun, 30 April 2008)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai

pengetahuan mereka tentang gejala – gejala orang – orang yang terkena

infeksi HIV/AIDS. Ternyata hanya sebagian informan saja yang

Mirna Abdullah
44

mengetahuinya informan lebih cenderung menyatakan bahwa berat

badannya berkurang, wajah pucat, badan kurus, rentan terhadap penyakit

lainnya, selengkapnya dapat dilihat dari pernyataan informan berikut :

” Orang yang terkena HIV/AIDS dapat dilihat yaitu wajah pucat, badan
kurus, berat badan berkurang dan rentan terhadap penyakit lain”.
(DAS, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Gejala – gejala orang terkena HIV/AIDS setahu saya yaitu badan lemas,
muka pucat, badan kurus karena berat badan turun sacara tiba – tiba, dan
mudah terkena penyakit”.
(DEW, 17 Tahun, 30 April 2008)

” Gejala – gejala orang yang telah terinfeksi HIV/AIDS e........ yaitu muka
terlihat pucat dan berat badan menurun”.
(ADY, 18 Tahun 30 April 2008)

” Gejala – gejala orang telah terinfeksi HIV/AIDS yaitu mukanya pucat,


orangnya kurus, pemikirannya tidak seperti kebanyakan orang yang sehat
(AH, 17 tahun, 30 April 2008)

” Gejalanya adalah wajah orang itu akan pucat, lemas, suka buang –
buang air, muntah – muntah dan mudah terkena penyaki” .
(ADL, 17 Tahun, 30 April 2008)

Bardasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai dari

mana informan yang mereka dapatkan tentang HIV/AIDS. Informan

umumnya mengatakan memperoleh informasi tentang HIV/AIDS melalui

media televisi, buku – buku, majalah, dan Poster. Hal ni dapat dilihat

selengkapnya pada pernyataan informan berikut :

” E................dari tv dan buku – buku yang saya baca”.


(ADY, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Saya mendapatkan informasi dari televisi yang saya nonton, dari


majalah, juga dari buku – buku tentang HIV/AIDS”.
( DEW, 17 Tahun, 30 Aprl 2008)

Mirna Abdullah
45

” Saya mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS yaitu dengan menonton


TV, dan membaca di koran dan informasi dari teman - teman”.
(DAS, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Saya mendapatkan informasi dari media elektronik yaitu : Radio, TV, dan
Internet”.
(ADL, 17 Tahun. 2008)

” Saya mengetahui penyakit HIV/AIDS yaitu melalui internet dan buku –


buku mengenai HIV/AIDS”.
(DJK, 18 tahun, 30 April 2008)

Pernyataan informan di atas menunjukkan bahwa siswa secara

umum telah mengetahui tentang HIV/AIDS namun kurang mengetahui

kepanjangan dari HIV/AIDS, mengetahui penyebab – penyebab penularan

HIV/AIDS, gejala – gejala yang tampak pada diri seseorang yang

terinfeksi HIV/AIDS, dan dari mana mendapatkan informasi tentang

HIV/AIDS. Adanya pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS berkat adanya

penyuluhan yang telah dilakukan oleh pihak sekolah bekerjasama dengan

pihak kepolisian dan dari mahasiswa. Hal terungkap dari hasil wawancara

berikut:

” Iya, pernah ada, yaitu dari pihak kepolisian dan dari mahasiswa”.
(RAS, 43 Tahun, 31 April 2008)

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa di SMA negeri 13

Makassar memang pernah ada penyuluhan yang dilakukkan oleh pihak

kepolisian dan mahasiswa kedokteran dan mahasiswa FKM sehingga

siswa dapat mengetahui tentang virus HIV/AIDS. Namun demikian, di

SMA Negeri 13 Makassar belum ada mata pelajaran tertentu yang

Mirna Abdullah
46

materinya mengajarkan tentang HIV/AIDS. Hal ini terungkap dari hasil

wawancara informan kunci bebagai berkut :

” Kalau masalah materi, sebenarnya tidak ada, hanya informasi


tentang HIV/AIDS diperoleh di UKS sekolah dan di Perpustakaan
sekolah”.
(NRM,49 Tahun, 31 April 2008)

Tidak ada materi khusus dalam suatu mata pelajaran di sekolah

tentang HIV/AIDS tentu merupakan salah satu hambatan bagi siswa

dalam memperoleh informasi atau upaya meningkatkan pengetahuannya

tentang HIV/AIDS. Kondisi tersebut mempengaruhi tinggkat pengetahuan

siswa terhadap HIV/AIDS, dimana pengetahuan siswa terhadap HIV

dalam berbagai aspek, masih belum memadai karena tidak semua siswa

d sekolah tersebut telah mengetahui secara memadai tentang HIV/AIDS.

3. Sikap Siswa Terhadap HIV/AIDS

Sikap siswa terhadap HIV/AIDS di SMA Negeri 13 Makassar

kecamatan Manggala kelurahan bangkala akan di sajikan berdasarkan

hasil wawancara dari informan penelitian, baik guru selaku informan kunci

maupun siswa selaku informan biasa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai sikap

mereka tentang bagaimana ada yang serumahnya terinfeksi virus

HIV/AIDS. Kecenderungannya adalah bahwa informan memiliki

pernyataan yang cenderung berbeda. Informasi menyatakan akan

memberikan dorongan moral supayapasien tetap semangat hidup, tetap

bergaul seperti biasa dan ada juga informan mengatakan tidak boleh

Mirna Abdullah
47

bergaul dengan dia atau menghindarinya. Selengkapnya dapat dilihat

pada pernyataan informan berikut :

” Sikap saya, memberikan semangat serta dukungan agar mereka bisa


terus berjuang melawan virus tersebut karena HIV/AIDS tidak hanya
menyerang dari fisik namun jika orang HIV/AIDS tidak di beri semangan
maka psikologi orang itu juga akan sakit”.
(ADL, 17 Tahun, 30 April 2008)

” Menurut saya jika ada teman saya atau orang serumah saya maka sikap
saya dibiarkan saja walaupun di obati juga percuma sampai sekarang
tidak ada oabtanya”.
(DAS, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Saya akan menolong semaksimal mungkin dan berusaha memberikan


dorongan terhadap orang yang terkena AIDS karena menurut saya
penyakit tersebut memang tidak ada obatnya dan berujung terhadap
kematia walau begitu kita juga sebagai manusia harus saling menolongn”.
(DEW, 17 Tahun, 30 April 2008)

” Saya tidak akan menjauhinya karena penyakit yang dideritanya tetapi


memberikannya dorongan dengan moral agar ia merasa tidak dikucilkan
dikeluarganya sendiri”.
(ADY, 18 tahun, 30 April 2008)

” Jika ada orang serumah saya yang menderita HIV/AIDS maka yang saya
lakukan adalah memberikan dia semangat untuk berjuang melawan
penyakitnya agar tabah menghadapi penyakit yang ia derita supaya tidak
juga menularinya kepada orang lain di dalam rumah”.
(DJK, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Saya tidak peduli paling saya biarkan saja karena walaupun di


perhatikan penyakit HIV/AIDS kan sampai sekarang belum ada obatnya
jadi percuma saja di perhatikan kan penyakit itu karena perilaku dia yang
tidak sesuai dengan norma agama”.
(DAS, 18 Tahun, 30 April 2008)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai sikap

informan sekiranya ada teman sebaya di sekolah maupun diluar sekolah

yang terinfeksi HIV/AIDS, informan memiliki jawaban yang cenderung

Mirna Abdullah
48

berbeda. Informan umumnya menyatakan tidak mengucilkannya,

menghormati, dan ada juga yang menyatakan tidak bergaul dengan dia

.selengkapnya dapat dilihat pada pertanyaan informan berikut :

” Sikap saya yaitu tidak menjauhinya dan saya berusaha terus mendukung
serta menghormatinya saya tidak takut terinfeksi selama saya tidak
bertukar darah dan melakukan hubungan seksual dengan dia saya tidak
takut menolong dia”.
( ADL, 17 tahun, 30 April 2008)

” Saya akan memberikan dia pengertian bahwa jangan melakukan seks


bebas dengan orang lain karena akan menyebarkan virus dan saya juga
menyarankan untuk tidak memakai narkoba suntik, dan berusaha agar dia
terus bisa percaya diri dan minder”.
( NIA, 17 Tahun, 30 Aprl 2008)

” Saya akan berusaha untuk mencoba mencegah penyakit itu untuk


menular pada saya dan tidak menjauhi teman saya serta memberikan ia
semangat hidup”.
(ADN. 16 Tahun, 30 April 2008)

” Saya akan memberi pehatian agar orang tersebut tidak putus asa dan
menasehati agar orang tersebut banyak berdoa”.
(AIS, 17 tahun, 30 April 2008)

” Saya akan memberikan ceramah singkat agar dia bisa memeriksakan


dirinya di rumah sakit secara rutin dan memberikan semangat agar terus
berusaha”.
( AM, 16 tahun, 30 April 2008)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai sikap

informan jika dia sendiri yang tertular infeksi HIV/AIDS . Informan memiliki

jawaban yang cenderung berbeda. Informan mengatakan tetap bersabar,

rajin minum obat, dan ada juga informan lain yang mengatakan tidak

bergaul dengan teman sendiri, memiliki rasa malu, dan akan mengurung

diri di rumah serta ada yang mengatakan akan bunuh diri karena

Mirna Abdullah
49

HIV/AIDS belum ada obatnya sehingga percuma saja berusaha. Hal

inidapat dilihat dari hasil wawancara berikut :

” Saya akan bunuh diri dari pada menyusahkan orang tua, malu dan akan
dijauhi orang lain berusaha bertahan hidup juga percuma karena
HIV/AIDS sampai sekarang ini kan belum ada obatnya”.
(DAS, 18 tahun, 30 April 2008)

” Mungkin jika saya sendiri yang terinfeksi HIV/AIDS maka saya akan shok
tetapi itu bukan hal yang membuat saya putus asa, karena saya akan
berusaha untuk bangkit dan rajin memeriksakan diri di rumah sakit”.
(DJK, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Saya akan rajin minum obat, mengurung diri agar jangan ada yang tahu
kalau saya telah terinfeksi HIV/AIDS, karena jika ada yang tahu maka
saya akan malu dan di jauhi oleh orang dan teman – teman”.
(ADY, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Jika saya terkena penyakit penyakit HIV/AIDS yang saya lakukan adalah
banyak berdoa kepada ALLAH SWT dan berusaha untuk tidak berputus
asa”.
(AIS, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Saya akan menyadari untuk tidak terlalu dekat pada orang – orang
disekitar saya agar mereka tidak terkena penyakit seperti saya”.
(ADN, 17 Tahun, 30 April 2008).

” Sikap saya akan melakukan pengobatan, kontrol dan rajin minum obat”.
(NIA, 17 Tahun, 30 April 2008)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai sikap

mereka sekiranya ada penyuluhan tentang HIV/AIDS, informan

mengatakan bahwa akan menghadiri acara tersebut dan terus mengikuti

perkembangannya, karena informan menganggap bahwa penyuluhan itu

bermanfaat. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara berikut :

” Saya akan termotivasi untuk tahu lebih banyak mengenai HIV/AIDS dan
pencegahannya, menjadikan saya akan mengikuti seminar tersebut setiap
kali diadakan”.
(ASI, 17 Tahun, 30 April 2008)

Mirna Abdullah
50

” Jika ada penyuluhan kesehatan mengenai HIV/AIDS, saya akan ikut


dalam kegiatan tersebut agar kita bisa tahu segala hal tentang HIV/AIDS”.
(AM, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Sikap saya, turut ikut serta agar mendapat pengetahuan yang lebih luas
tentang HIV/AIDS”.
(NIA, 17 Tahun, 30 April 2008)

” Saya akan memerhatikan dan mendengarkan penyuluhan HIV/AIDS


dengan baik guna untuk kebaikan diri kita sendiri agar dapat terhindar dari
penyakit mematikan seperti HIV/AIDS”.
(ADN, 17 Tahun, 30 April 2008)

” Saya akan ikut penyuluhan HIV/AIDS tersebut agardapat menambah


wawasan saya tentang penyakit HIV/AIDS”.
(AIS,18 Tahun, 30 April 2008)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai sikap

mereka terhadap informasi yang ada di media massa tentang infeksi

HIV/AIDS. Informan mengatakan hal itu sangat berdampak positif pad

masyarakat dan ada juga yang kurang lengkap informasinya. Hal ini dapat

dilihat dari hasil wawancara berikut

” Sangat luar biasa kagetnya........! Sepertinya Indonesia mau ikut – ikutan


barat de... terlalu bebas”.
(DAS, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Menurut saya informasi di media massa sangat baik, karena dengan


adanya informasi tentang HIV/AIDS di media massa, baik itu media cetak
maupun elektronik kita dapat mengetahui tentang cara penularan penyakit
dan penanggulangannya”.
(ADY, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Saya akan menanggapi dengan baik makna – maknanya karena berita


yang diedarkan di media massa mengenai HIV/AIDS bersifat positif bagi
masyarakat terutama remaja dan dapat menurunkan tingkat pengidap
HIV/AIDS di Indonesia”.
(AMF, 18 Tahun, 30 April 2008)

Mirna Abdullah
51

” Menurut saya informasi di media massa sangat menarik dan bagus


untuk disimak para remaja masa kini yang identik dengan pergaulan
bebas”.
(AAR, 17 Tahun, 30 April 2008

” Saya akan mengikuti informasi dari media massa itu karena bersifat
positif bagi remaja Indonesia yang telah terjerumus pada pergaulan bebas
yang semakin merebak terutama pada kota – kota besar dan kota
pariwisata Indonesia seperti BAL I”.
(ASI 17 Tahun, 30 april 2008)

Pada pernyataan – pernyataan informan diatas menunjukkan

bahwa pada umumnya siswa memiliki sikap yang positif tentang

HIV/AIDS. Artinya, siswa akan memberikan dorongan moral jika

menemukan orang yang terinfeksi HIV/AIDS, tidak mengucilkannya,

menghormati, dan memberikan semangat hidup untuk bersabar serta rajin

bertobat. Akan tetapi terdapat pula sebagian kecil informan yang memiliki

sikap yang negatif terhadap HIV/AIDS dengan menyatakan tidak boleh

bergaul dengan penderita HIV/AIDS karena dapat tertular, dan bahkan

mengucilkan orang yang menderita HIV/AIDS. Hal ini berarti selain

adanya siswa yang bersikap positif terhadap HIV/AIDS, namun ada juga

yang memiliki sikap negatif walaupun jumlahnya relatif kecil dibandingkan

dengan yang memiliki sikap positif.

Sikap siswa tentang HIV/AIDS relevan dengan pernyataan

informan kunci penelitian, sebagaimana pernyataan berikut ini :

” Kalau memang ada siswa kita disini, kita lanjutkan ajukan dulu ke
pemerintah untuk mengatasinya, karena biayanyakan tinggi. Yang begitu
jadi terserah pemerintah kalau yang penting mau membantu kita, kita
sama – sama menanggulanginya”.

Mirna Abdullah
52

(RAS, 43 Tahun, 31 april 2008)

Sedangkan tindakan sekolah yang telah diambil pihak sekolah agar

siswa tidak terkena HIV/AIDS, terungkap dari pernyataan informan kunci

berikut :

” Kita selalu ajarkan kepada siswa untuk menjaga perilakunya,


menghindari pergaulan bebas, menghindari penggunaan narkoba yang
dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS”.
(NRM, 49 Tahun, 31 April 2008)

Pernyataan informan kunci diatas menunjukkan bahwa pihak

sekolah akan berusaha agar siswa memiliki sifat positif dengan berusaha

agar tidak tertular HIV/AIDS.

4. Tindakan Siswa Terhadap HIV/AIDS

Tindakan siswa terhadap HIV/AIDS di SMA Negeri 13 Makassar

Kecamatan Manggala Kelurahan Bangkala Kota Makassar akan disajikan

berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan penelitian, baik guru

pelaku informan kunci maupun siswa selaku informan biasa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai tindakan

mereka sekiranya pernah melakukan hal – hal yang besar resiko terhadap

penularan HIV/AIDS pada saat belum mengetahui apa – apa tentang

HIV/AIDS dari dari media massa.

” Tidak pernah karena saya takut pada orang tua saya dan takut pada
tuhan, apalagi HIV/AIDS dapat membunuh manusia yang telah terinfeksi
jadi saya tidak pernah melakukan hal – hal yang dapat membuat saya
rentan dengan inveksi HIV/AIDS”.

Mirna Abdullah
53

( AP, 17 Tahun, 30 April 2008 )

” Tidak pernah, masalahnya bagaimana bisa melakukan hal – hal yang


rentan terhadap HIV/AIDS untuk keluar malam saja orang tuaku selalu
tidak mau kasi izin dan kalau kemana – mana orang tuaku selalu ikut, jadi
tidak pernah” .
( ASI, 17 Tahun, 30 April 2008)

” Tidak tau juga karena saya juga tidak tahu bagaimana orang bisa
terinfeksi HIV/AIDS, lagian kalau pacaran juga kayanya tidak bisa
terinfeksi HIV/AIDS”.
( SA, 18 Tahun, 30 April 2008)

” Tidak tau juga, karena saya tidak pernah bargaul dengan orang – orang
yang terinfeksi HIV/AIDS lagian saya tau kok batas – batas orang
berteman atau batas – batas pacaran”,
( AAR, 17 Tahun, 30 April 2008 )

” Tidak pernah, karena saya selalu bergaul dengan teman – teman saya
yang tidak terinfeksi HIV/AIDS jadi kemungkinan terinfeksi HIV/AIDS tidak
mungkin terjadi ”.
( AMF, 18 Tahun, 30 April 2008 )

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai tindakan

terhadap HIV/AIDS pada saat siswa telah mengetahui resiko terhadap

infeksi HIV/AIDS . Banyak informan menyatakan akan menghindari

HIV/AIDS dan membatasi diri terhadap pergaulan bebas namun ada juga

yang telah mengetahui dampak dari pada HIV/AIDS tapi tetap saja

melakukan hal – hal yang rentan terhadap penyakit HIV/AIDS. Berikut

pernyataan dari siswa – siswa SMA yaitu :

” Saya berupaya agar selalu waspada terhadap jarum suntik jika


melakukan donor darah atau apapun yang dapat menularkan virus
HIV/AIDS”.
( AMF, 18 Tahun, 30 April 2008 )

” Saya akan menjaga diri dan menghidarkan dari diri saya yang dapat
menyebabkan HIV/AIDS dengan pergaulan bebas, pemakaian narkoba,

Mirna Abdullah
54

dan berusaha untuk tidak melakukan hubungan seks berganti – ganti


pasangan”.
( AIS, 17 Tahun, 30 April 2008)

” Saya akan mencoba berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari


sebab – sebab penyakit AIDS dan membatasi diri dari seks bebas”.
( DEW, 17 Tahun, 30 April 2008 )

Adapun jawaban informan lain yang mengatakan sebagai berikut :

” Kan ditau mi HIV/AIDS itu....e.... terinfeksi melalui hubungan seks


berganti – ganti pasangan, kalau buat saya selama itu masih tidak
berganti – ganti pasangan nda pa pa ji itu”,
( SA, 18 Tahun, 30 April 2008 )

Berdasarkan hasil wawancara denga informan mengenai tindakan

mereka jika teman sebayanya mengajak untuk melakukan hal – hal yang

berbahaya dan dapat menyebabkan terinfeksi HIV/AIDS. Informan

mengatakan akan menolak ajakan itu dan memberikan penjelasan kepada

teman sebayanya dampak dari penyakit HIV/AIDS. Hal ini dapat dilihat

dari hasil wawancara berikut :

” Buat saya, lebih baik kuhindari ajakan temanku dari pada saya nantinya
yang menyesal dan akan ku jelaskan buat temanku tentang bahaya –
bahayanya itu melakukan hal – hal yang negatif dan juga akibatnya”.
( DEW, 17 Tahun, 30 April 2008 )

” Iya, saya akan menghindari ajakan teman saya yang saya rasa dapat
merugikan saya nantinya, kemudian saya akan menjelaskan kepada
teman saya setelah saya mendapat informasi yang banyak supaya kalau
mau pertanyaan dari saudara saya atau dari teman saya saya bisa dan
menjawabnya”.
( AIS, 17 Tahun, 30 April 2008 )

Mirna Abdullah
55

” Iya, saya tidak akan mengikuti ajakan teman saya, kemudian saya akan
menjelaskan tentang pentingnya mengetahui apa itu HIV/AIDS dan
bahaya – bahaya terkena penyakit HIV/AIDS agar teman saya dapat
mengerti dan lebih memahami dampak dari pada HIV/AIDS”.
( AS, 17 Tahun, 30 April 2008 )

” Iya, pasti saya akan menolak ajakannya, kemudian saya juga pasti akan
menasehatinya tentang bahaya – bahaya bagi orang yang terkena
HIV/AIDS”.
( AMF, 18 Tahun, 30 April 2008 )

” Menurut saya, pasti saya akan menolak ajakan teman saya yang tidak
baik dan kemudian saya akan memberikan sedikit masukan dan
penjelasan kepada teman saya tentang dampak – dampak HIV/AIDS dan
menasehatinya agar tidak lagi mengajak orang lain”.
( AAR, 17 Tahun, 30 April 2008 )

Pernyataan – pernyataan informan diatas menunjukkan bahwa

siswa banyak yang memiliki sifat positif. Agar siswa lebih mengetahui

tentang HIV/AIDS dan memilki sifat positif tentang HIV/AIDS, maka

setelah proses wawancara dengan informan, dilanjutkan dengan kegiatan

FGD yaitu diskusi dengan sejumlah siswa yang dibagi atas 2 kelompok.

Dari hasil diskusi diperoleh rumusan kesimpulan sebagai berikut :

Kelompok A

a. HIV/AIDS adalah kepanjangan dari Human Immunodeficiency

Virus, yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh

sehingga menggerogoti semua system saraf si penderita penyakit

yang bersifat menular melalui hubungan seks, jarum suntik, donor

Mirna Abdullah
56

darah, dan ibu hamil dapat menularkan kepada janinnya atau

anaknya saat menyusui ataupun pada saat proses melahirkan.

b. Cara mengantisipasi penularan HIV/AIDS yaitu dengan memakai

alat kontrasepsi saat berhubungan, menghindari penggunaan

narkoba dan pemakaian jarum suntik secara bergantian.

c. Siswa sepakat akan berusaha menghindari HIV/AIDS dengan

menjaga perilakunya sehari – harinya dan jika ada orang lain yang

terjangkit virus HIV/AIDS maka akan memiliki sifat yang positif

dengan memberikan semangat, dan berusaha memberikan

bantuan demi kesembuhannya.

Kelompok B

a. HIV/AIDS adalah kepanjangan dari Human Immunodeficiency

Virus, yaitu virus yang menyerang sistem saraf menjalar keseluruh

tubuh sehingga kekebalan tubuh menurun hingga berjalannya

waktu.

b. Ciri – ciri penderita HIV/AIDS yaitu demam disertai batuk

berkepanjangan, kekebalan tubuh melemah, dan demam

menggigil.

c. Cara penularannya yaitu melalui jarum suntik secara bergantian,

seks bebas, dan ibu hamil yang telah tertular HIV/AIDS yang

kemudian menularkan kepada janinnya atau anak yang disusuinya.

Mirna Abdullah
57

d. Cara mengantisipasi penularan HIV/AIDS yaitu menghindari

pergaulan bebas, menggunakan alat kontrasepsi bagi suami istri

yang sah, dan penggunaan jarum suntik yang selektif atau tidak

menggunakan jarum suntik secara bergantian yang dapat menjadi

penularan HIV/AIDS

C. Pembahasan

1. Pengetahuan Siswa Tentang HIV/AIDS

Pengetahuan HIV/AIDS sangat penting dimiliki oleh setiap

orang, tidak terkecuali siswa di sekolah. Hal ini dikarenakan

pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS akan dapat memberikan

dampak positif dalam upaya menghindarkan diri dari penularan virus

HIV/AIDS.

Pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS, secara umum sudah

mengetahui artinya tetapi kurang mengetahui kepanjangan dari

HIV/AIDS karena dari 18 orang hanya sebagian yang dapat

menyebutkan kepanjangan dari HIV/AIDS dengan benar namun

sebagian yang salah menyebutkan dan ada yang sama sekali tidak

mengetahuinya. Hal ini berarti siswa pada hakekatnya telah

mengetahui arti dari HIV/AIDS yang diperoleh dari hasil penyuluhan

di sekolah, membaca di berbagai media cetak seperti koran, majalah,

buku – buku bacaan, selebaran, dan menonton dari televisi, Internet,

maupun informasi dari teman – temannya. Pengetahuan siswa

Mirna Abdullah
58

tentang arti HIV/AIDS, umunya menyimpulkan bahwa HIV/AIDS

merupakan suatu jenis virus yang menyerang sistem kekebalan

tubuh sehingga memperpendek umur dan sifatnya menular serta

berakibat kepada kematian. Hal ini relevan dengan hasil diskusi,

yaitu AIDS adalah kepanjangan dari Aiqrurred Immnuno Deficiency

Syndrom yang artinya penyakit yang menyerang sistem kekebalan

tubuh hingga menggerogoti sistem saraf si penderita penyakit yang

bersifat menular melalui hubungan seks, jarum suntik, donor darah,

dan ibu hamil dapat menularkan kepada janin atau anaknya saat

menyusui maupun melalui jalan lahir.

Pengetahuan tentang penyebab penularan HIV/AIDS,

secara umum siswa telah mengetahuinya. Pengetahuan siswa

tentang penyebab penularan HIV/AIDS, umumnya memiliki

pengetahuan yang sama, yaitu : HIV/AIDS di sebabkan oleh

penggunaan jarum suntik secarabergiliran, hubungan seks bebas,

ibu hamil yang menderita HIV/AIDS dan menularkan kepada janinnya

ataupun bayi yang disusuinya. Hal ini sesuai dengan hasil diskusi,

dimana siswa mengetahui bahwa cara penularannya yaitu melalui

jarum suntik secara bergantian, karena seks bebas, dan ibu hamil

yang telah tertular HIV/AIDsS yang kemudian menularkan kepada

janin atau anak yang disusuinya.

Pengetahuan tentang orang – orang yang dapat tertular

virus HIV/AIDS, sebagian besar siswa juga telah mengetahuinya.

Mirna Abdullah
59

Pengetahuan siswa tentang orang – orang yang dapat tertular virus

HIV/AIDS, yaitu dapat ditularkan kepada remaja pemakai narkoba,

balita atau bayi bahkan janin dalam kandungan serta orang tua.

Pengetahuan tentang cara penularan HIV/AIDS, umumnya

siswa juga telah mengetahuinya. Pengetahuan siswa tentang cara

penularan HIV/AIDS, yaitu : melalui seks bebas dimana salah satu

pasangan telah tertular virus HIV/AIDS, kemudian jarum suntik

secara bergantian, dan karena penularan dari orang tua kepada janin

yang dikandung maupun bayi yang disusuinya. Hal tersebut relevan

dengan hasil diskusi yang menunjukkan siswa melakukan berbagai

upaya agar tidak tertular HIV/AIDS, yaitu : akan memakai alat

kontrasepsi saat berhubungan, menghindari penggunaan narkoba

dan penggunaan jarum suntik secara bergantian. Demikian pula

siswa sepakat akan berusaha menghindari HIV/AIDS dengan

menjaga perilakunya sehari – hari, dan jika ada orang lain yang

terjangkit virus HIV/AIDS, maka akan memiliki sikap yang positif

dengan memberikan semangat, dan berusaha memberikan bantuan

demi kesembuhannya.

Pengetahuan tentang gejala – gejala yang tampak dalam diri

seseorang yang terinfeksi virus HIV/AIDS, tidak semua

mengetahuinya. Berbagai gejala – gejala yang tampak pada orang

yang terjangkit HIV/AIDS menurut siswa, yaitu : kejang – kejang,

Mirna Abdullah
60

muka pucat, turunnya berat badan, diare, dan demam menggigil,

serta kekebalan tubuh melemah.

Pengetahuan tentang cara memperoleh informasi tentang

HIV/AIDS, siswa umumnya menyatakan bahwa pengetahuan yang

didapat diperoleh secara mandiri, baik diperoleh dari hasil membaca,

pada berbagai media cetak, maupun melihat dan mendengar secara

langsung dari media elektronik sehingga pengetahuan siswa tentang

HIV/AIDS dapat semakin bertambah.

Hasil penelitian di atas sangat relevan dengan hasil

penelitian Lodes (2006) bahwa ”pengetahuan siswa tentang

HIV/AIDS untuk SMA 5 makassar menunjukkan responden yang

memiliki pengetahuan dalam kategori kurang mengenai HIV/AIDS

yaitu 7,7 %, pengetahuan dalam kategori baik yaitu 92,77 %,

sedangkan untuk MAN 2 Moodel, siswa yang memiliki pengetahuan

dengan kategori kurang mengenai HIV/AIDS yaitu 24,8 %, dan

pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 75,2 %” Sama seperti

penelitian yang di lakukan Yeane Irmanigrum S, MA di Papua

Indonesia Timur yaitu Ada sebesar 51,8 persen Siswa di Tanah

Papua yang pernah mendengar atau mendapat informasi tentang

HIV/AIDS. Penduduk laki-laki lebih banyak mendapat informasi dari

pada penduduk perempuan, yaitu 55,5 persen berbanding 47,8

persen. Berdasarkan tingkat pendidikan, terlihat bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi persentase anak yang

Mirna Abdullah
61

pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS. Hal ini terjadi secara

konsisten baik pada anak laki-laki maupun pada anak perempuan.

anak yang tidak sekolah/tidak tamat sekolah hanya 26,3 persen yang

pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS sedangkan untuk yang

tamat SD dan SLTP sebesar 54,7 persen, dan anak yang

berpendidikan tamat SLTA ke atas mencapai 79,2 persen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa di sekolah

pada umumnya telah mengetahui HIV/AIDS, walaupun belum

mendalam. Pentingnya pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS

sebagai upaya peningkatkan derajat kesehatan siswa, karena

pengetahuan tentang kesehatan sangat mempengaruhi kesehatan

sesorang, sebagaimana telah dikatakan oleh Entjang (1997) bahwa

”Pengetahuan masyarakat dalam prinsip – prinsip kesehatan

perorangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kesehatan”.

2. Sikap Siswa Terhadap HIV/AIDS

Sikap siswa terhadap HIV/AIDS di SMA Negeri 13

Makassar Kecamatan Manggala Kelurahan Bangkala sangat penting

agar dapat mengngambil hikmah dari penularan penyakit HIV/AIDS

sehingga dapat menghindarinya.

Sikap siswa sekiranya ada serumahnya atau temannya

yang tertularnya HIV/AIDS, maka sebagian besar siswa memiliki

sikap positif, yaitu akan memberikan dorongan moral, tidak

Mirna Abdullah
62

mengucilkannya, menghormati, dan memberikan semangat hidup

untuk bersabar dan rajin bertobat. Akan tetapi terdapat pula sebagian

kecil siswa yang memiliki sikap negatif terhadap HIV/AIDS dengan

tidak bergaul penderita HIV/AIDS dengan tidak bergaul penderita

HIV/AIDS karena dapat tertular, dan mengucilkannya.

Siswa cenderung bersikap positif terhadap orang – orang

yang tertular HIV/AIDS menunjukkan bahwa siswa umumnya akan

berusaha memberikan dukungan moral terhadap orang – orang yang

terkena HIV/AIDS agar dapat sembuh dari penyakitnya, bukan

menghindarinya sebagai suatu bentuk hukuman bagi mereka.

Walaupun memang ada sebagian kecil siswa yang memiliki sikap

yang negatif terhadap orang yang terkena HIV/AIDS.

Adanya perbedaan sikap siswa terhadap HIV/AIDS (sikap

positif dan kurang positif), merupakan wujud pandangan orang –

orang yang cenderung berbeda dalam mengsikapi suatu objek atau

kejadian, sepertinya halnya penderita HIV/AIDS. Adanya siswa yang

memiliki sikap yang negatif terhadap HIV/AIDS, dapat disebabkan

oleh kurangnya pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS sehingga

merasa takut jika tertular.

Hasil penelitian di atas tentang sikap siswa tentang

HIV/AIDS sangat relevan dengan penelitian Lodes (2006: 54 ) bahwa

” sikap siswa terhadap HIV/AIDS di SMA 5 Makassar menunjukkan

bahwa responden yang memiliki sikap kurang sebanyak 1,7 %, dan

Mirna Abdullah
63

sikap baik sebanyak 98,3 %, sedangkan untuk MAN 2 Model,

responden memiliki sikap kurang mengenai penyakit HIV/AIDS

24,8 % , dan sikap baik sebanyak 75,2 %. Hal ini menunjukkan

bahwa sikap siswa terhadap HIV/AIDS senantiasa berbada yaitu ada

yang positif dan ada yang walaupun memiliki kecenderungan sikap

yang positif atau baik terhadap HIV/AIDS , dimana hal itu relevan

dengan pendapat Ngatimin bahwa ”Sikap merupakan kecenderungan

untuk melakukan atau tidak melakukan hal – hal tertentu atau

memberikan respon baik berupa respon yang positif atau respon

yang negatif terhadap orang lain, objek atau situasi”. Yeane

Irmanigrum S, MA dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa

siswa cenderung bersikap Positif dari pada bersikap ngatif yaitu sikap

positif sebanyak 89 % dan siswa yang sikap negatif sabanyak 11 %

Dengan Demikian, sikap seseorang terhadap suatu objek, seperti

halnya sikap siswa terhadap HIV/AIDS cenderung berbeda,

walaupun memilki kecenderungan memiliki sikap yang baik terhadap

HIV/AIDS.

3. Tindakan siswa terhadap HIV/AIDS

Tindakan siswa SMA Negeri 13 Kecamatan Manggala

Kelurahan Bangkala Kota Makassar terhadap HIV/AIDS sangat baik

karena siswa sebagian besar menunjukkan tindakan yang positif

terhadap HIV/AIDS. Banyak para siswa SMA yang menyatakan

bahwa selama ini tidak pernah melakukan hal – hal yang rentan

Mirna Abdullah
64

dengan infeksi HIV/AIDS mengaku tidak pernah melakukan hal – hal

yang rentan karena orang tua yang terlalu protektif terhadap aktifitas

sehari – hari dan juga takut akan dosa, tetapi ada juga bersifat

negatif yang secara spontan menyatakan bahwa pernah melakukan

hal – hal yang dianggap rentan dengan infeksi HIV/AIDS seperti

pernah meraba daerah sensitif pada teman wanitanya. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak semua siswa mengetahui bahayanya

HIV/AIDS dan memiliki tindakan yang mengarah pada tindakan

positif..

Hasil penelitian diatas relevan dengan hasil penelitian

(Lodhes Hadju) (2006) bahwa ”tindakan siswa tentang HIV/AIDS

untuk SMA 5 makassar menunjukkan responden yang memiliki

tindakan dalam kategori kurang mengenai HIV/AIDS yaitu 7,7 %,

tindakan dalam kategori baik yaitu 92,77 %, sedangkan untuk MAN 2

Moodel, siswa yang memiliki tindakan dengan kategori kurang

mengenai HIV/AIDS yaitu 24,8 %, dan tindakan dalam kategori baik

sebanyak 75,2 %”. Yeane Irmanigrum S, MA dalam penelitiannya di

tanah Papua juga menjelaskan bahwa siswa yang bertindakkan

positif sebanyak 75 % dan siswa yang tindakan negatif sebanyak

25 % sehingga lebih cendrung untuk berikap positif terhadap

HIV/AIDS.

Hal ini menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap

HIV/AIDS senantiasa berbeda yaitu ada yang positif dan ada yang

Mirna Abdullah
65

negatif walaupun memiliki kecenderungan sikap yang positif atau

baik terhadap HIV/AIDS , dimana hal itu relevan dengan pendapat

Notoadmodjo yaitu : Sikap yang telah terwujud dalam tindakan nyata

yang didukung oleh sarana dan pra sarana. Hal ini dapat di perjelas

dengan sikap tidak akan berubah menjadi tindakan jika tidak di

dukung oleh sarana dan pra sarana yang memadai.

Mirna Abdullah
66

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai prilaku siswa terhadap

HIV/AIDS di SMA Negeri 13 makassar Kecamatan Manggala

Kelurahan Bangkala Kota Makassar, di simpulkan sebagai Berikut::

1. Sebagian siswa SMA Negeri 13 Kecamatan Manggala Kelurahan

Bangkala Kota Makassar telah mengetahui tentang HIV/AIDS,

seperti : mengetahui arti dari HIV/AIDS walaupun masih banyak

kurang mengetahui kepanjangan dari HIV/AIDS, mengetahui

penyebab terjadinya penularan HIV/AIDS, Orang – orang yang

dapat tertular HIV/AIDS, cara penularan HIV/AIDS, gejala – gejala

yang tampak dalam diri seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS, dan

cara mengobati orang yang telah terinfeksi HIV/AIDS.

2. Sebagian besar siswa SMA Negeri 13 Kecamatan Manggala

Kelurahan Bangkala memiliki sikap positif terhadap HIV/AIDS, yaitu

akan memberikan dorongan moral jika menemukan orang yang

terinfeksi HIV/AIDS, tidak mengucilkan dalam pergaulan,

menghormati, dan memberikan semangat hidup untuk bersabar

dan rajin bertobat, sehingga hanya sebagian kecil siswa yang

Mirna Abdullah
67

memiliki sikap negatif terhadap HIV/AIDS dengan tidak bergaul

dengan orang yang telah menderita HIV/AIDS karena takut jika

tertular HIV/AIDS, dan tidak mengucilkan atau menghindarkan diri

dari pergaulan terhadap orang yang menderita HIV/AIDS.

3. Sebagian besar siswa SMA Negeri 13 Kecamatan Manggala

Kelurahan Bangkala memiliki Tindakan positif terhadap HIV/AIDS,

yaitu dengn tidak mengikuti ajakan teman yang akan

menjerumuskan kepada infeksi HIV/AIDS, memberikan pengertian

kepada teman yang memberikan pngaruh negatif, dan tidak mau

terjerumus dalam tindakan berisiko dengan HIV/AIDS.

B. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan penelitian di atas, maka

disarankan kepada :

1. Pihak sekolah hendaknya membuat jadwal penyuluhan

kepada siswa tentang HIV/AIDS, baik waktu pelaksanaan

maupun pihak – pihak terkait yang akan memberikan

penyuluhan sebagai upaya peningkatan pengetahuan, sikap

dan tindakan siswa terhadap HIV/AIDS.

2. Siswa di harapkan mampu memproteksi diri dari hal – hal

yang dapat menyebabkan rentannya terinfeksi HIV/AIDS

dengan banyak belajar, mendekatkan diri pada Tuhan YME

Mirna Abdullah
68

serta mapu memberikan pengertian kepada teman tentang

bahayanya HIV/AIDS.

3. Pihak sekolah juga sebaiknya mengadakan mata pelajaran

khusus untuk penyakit seksual menular seperti HIV/AIDS

sehingga anak lebih termotifasi untuk mencari informasi

sendiri dengan di berikan tugas atau foto folio.

Mirna Abdullah

Anda mungkin juga menyukai