Anda di halaman 1dari 133

MENINGKATKAN ANGKA PENJARINGAN TERDUGA

TUBERCULOSIS PUSKESMAS MAESAN MENJADI 100%

DALAM WAKTU 4 BULAN DENGAN METODE INVESTIGASI,

KOMUNIKASI DAN KOORDINASI

TIM KELOMPOK BUDAYA KERJA (KBK) RADIN

PUSKESMAS MAESAN DINAS KESEHATAN PEMERINTAH

KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2017


PROFIL KBK RADIN PUSKESMAS MAESAN

Nama KBK : RADIN (Ramah, Dinamis dan Inovatif)


Instansi : Puskesmas Maesan Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso
Improvement Bidang : Pelayanan

Biodata KBK

Tim KBK RADIN terdiri dari 7 orang, yaitu antara lain:


1. Fasilitator : drg. Ratna Sari Dewi
Keahlian/Jabatan: Dokter Gigi, Koordinator UKM Essential, Penanggung Jawab
Program UKGM
2. Ketua : Anwar Hidayat, A.Md. Kep
Keahlian/Jabatan: Perawat, Penanggung Jawab Program TBC, Penanggung Jawab
Ruang Pengobatan TBC.
3. Sekretaris : AT. Hidayati, S.S.T
Keahlian/Jabatan: Bidan, Penanggung Jawab PONED, Penanggung Jawab Audit
Internal.
4. Anggota :
a. Prayogi Ika Handayani, S.Kep., Ners
Keahlian/Jabatan: Perawat, Penanggung Jawab Program HIV, Konselor KT-
HIV.
b. Totok Pristiwanto, S.T
Keahlian/Jabatan: Sanitarian, Koordinator UKM Non Essential, Penanggung
Jawab Program Kesehatan Lingkungan, Penanggung Jawab Klinik Sanitasi.
c. Agung Widyanto, A.Md.K
Keahlian/Jabatan: Pranata Labkes, Koordinator Jejaring dan Jaringan
Puskesmas.
d. Ahmad Syahrul Bashori, S. Kep., Ners.
Keahlian/Jabatan: Perawat, Koordinator SBH, Penanggung Jawab UGD.

Motto: Win of Change

ii
Tanggal terbentuk : 30 Desember 2016
Usia Anggota Rata-rata: 35 Tahun
Pendidikan Rata-rata : S1
Jumlah Pertemuan : 15 kali
Tingkat Kehadiran : 100 %.
Periode Kegiatan : Januari 2017 s/d Juni 2017
Risalah ke :1

iii
PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Dalam rangka pemantapan pelaksanaan penerapan Budaya Kerja, yang di

instruksikan Gubernur jawa timur pada tahun 2002. kami berusaha untuk

melaksanakan, mengerjakan dan meningkatkan kondisi dan kendala yang terjadi

dalam kinerja di Puskesmas maesan Bondowoso.

Pelaksanaan Budaya kerja tersebut diharapkan dapat diterapkan dan

dilaksanakan untuk menigkatkan kinerja organisasi secara umum dan khususnya

meningkatkan kinerja pegawai di Puskesmas maesan Bondowoso.

Sebagai sistem kerja organisasi, keberhasilan tergantung pada semangat para

pelaksana untuk bertekad mewujudkannya. Tidak kalah pentingnya sarana dan

prasarana yang ada dalam menunjang kinerja tersebut harus terpenuhi. Oleh karena

itu kami sadar bahwa Program Budaya Kerja di Puskesmas Maesan Bondowoso dapat

berjalan dengan baik dengan adanya komitmen bersama dan dorongan dari para

pimpinan puncak pada setiap melaksanakan tugas yang ada.

Semoga risalah yang mengupas salah satu masalah yang terjadi di Puskesmas

Maesan ini, dapat bermanfaat bagi semua pihak, dan mampu menjadi pendorong bagi

peningkatan organisasi, utamanya dalam menyongsong dimulainya era Global.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Bondowoso, 21 Juni 2017

Penanggung Jawab Tim KBK RADIN

Kepala Puskesmas Maesan

drg. Cicik Norma Isa


NIP. 19701225 200604 2 009

ii
PENDAHULUAN

Untuk meningkatkan kepemerintahan yang baik (Good Governance),

diperlukan peningkatan kinerja Aparatur Pemerintah melalui pembentukan Kelompok

Budaya Kerja (KBK) agar menjadi perilaku manajemen yang pada saatnya nanti akan

menjadi kebiasaan dan keyakinan untuk bekerja yang lebih baik dan mendapatkan

mutu yang diharapkan serta sekaligus membangun sumber daya manusia yang

berkualitas.

Untuk terwujudnya pelaksanaan progam budaya kerja sesuai manfaat dan

tujuan yang diharapkan, salah satu masalah yang saat ini berkembang di institusi

Puskesmas Maesan adalah “Rendahnya Cakupan Angka Penjaringan Terduga

Tuberculosis”. Hal ini memacu kami untuk menulusuri masalah dan menemukan

penyebabnya serta berupaya untuk menanggulanginya.

Rendahnya Cakupan Angka Penjaringan Terduga Tuberculosis merupakan

masalah yang hampir selalu terjadi pada tiap puskesmas se Kabupaten Bondowoso,

begitu juga pada Puskesmas Maesan. Cakupan yang rendah ini tentunya akan

menghambat upaya pemerintah dalam rangka mewujudkan penurunan angka

morbiditas dan mortalitas secara nasional, sebab saat ini penyakit tuberculosis

merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar. Bahkan penelitian terbaru

menunjukkan bahwa penyebab kematian ibu saat ini bukanlah kematian saat

persalinan atau masa kehamilan, melainkan disebabkan oleh penyakit tuberculosis.

Apabila masalah ini dibiarkan, maka institusi Puskesmas Maesan akan mengabaikan

salah satu poin penting yang diamanatkan dalam upaya penyelenggaraan Millenium

Development Goals, yang mana angka morbiditas dan mortalitas merupakan indikator

terbesar.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang masalah dan penyebab

masalah tersebut, kami melakukan penelaahan secara mendalam dengan proses

sumbang saran, pengamatan serta evaluasi berkesinambungan. Gambaran yang jelas

iii
tersebut kemudian kami jadikan sebagai tolak ukur dalam pelaksanaan perbaikan.

Setelah proses perbaikan dilakukan dengan baik serta melalui tahap analisa dampak

dan manfaat, tim KBK kami berhasil mengatasi masalah tersebut dengan baik. Oleh

karena masalah lainnya terus terjadi dan berkembang, maka tim kami secara

berkesinambungan terus melakukan perbaikan pada program dan sektor yang lainnya.

Demikian risalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bondowoso, 30 Juni 2017

Ketua Tim KBK RADIN

Anwar Hidayat, Amd. Kep


NIP. 19811230 200312 1 002

iv
DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................................. i
PROFIL KBK ................................................................................................................... ii
PENGANTAR .................................................................................................................. iv
PENDAHULUAN ............................................................................................................ v
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... vii
STRUKTUR ORGANISASI ............................................................................................ viii
JADWAL RENCANA KERJA DAN KEGIATAN ......................................................... ix
CATATAN PERTEMUAN .............................................................................................. x
ALUR PROSES (FLOW CHART)................................................................................... xiv
LANGKAH I..................................................................................................................... 1
1.1 Analisa Situasi........................................................................................................... 1
1.2 Menentukan Tema..................................................................................................... 2
1.3 Alasan Pemilihan Tema ............................................................................................ 7
1.4 Menentukan Judul Perbaikan .................................................................................... 8
1.5 Menentukan Initial Goal ........................................................................................... 9
LANGKAH II ................................................................................................................... 12
2.1 Stratifikasi Penyebab masalah .................................................................................. 12
2.2 Diagram Tulang Ikan ................................................................................................ 18
2.3 Penetapan Penyebab Yang Diduga Dominan ........................................................... 19
LANGKAH III .................................................................................................................. 22
3.1 Pengujian Penyebab Dominan .................................................................................. 22
3.2 Penentuan Penyebab Dominan .................................................................................. 29
LANGKAH IV .................................................................................................................. 30
4.1 Rencana Perbaikan .................................................................................................... 30
4.2 Penetapan Intermediate Target .................................................................................. 31
4.3 Pelaksanaan Perbaikan .............................................................................................. 34
4.4 Uji Coba Perbaikan ................................................................................................... 41
4.5 Monitoring Pelaksanaan Perbaikan ........................................................................... 42
4.6 Penetapan intermediate target .................................................................................... 45
LANGKAH V ................................................................................................................... 47
5.1 Pelaksanaan Perbaikan .............................................................................................. 47
5.2 Analisa Komparasi Perbaikan ................................................................................... 57
5.3 Dokumentasi Mitigasi Resiko ................................................................................... 69

v
5.4 Kesimpulan Pelaksanaan Perbaikan .......................................................................... 78
LANGKAH VI .................................................................................................................. 79
6.1 Analisa Komparasi Terhadap Data Judul ................................................................... 79
6.2 Evaluasi Hasil Perbaikan Terhadap Target ................................................................ 82
6.3 Analisa Komparasi Terhadap Data Tema ................................................................... 87
6.4 Analisa Dampak Perbaikan ......................................................................................... 89
LANGKAH VII ................................................................................................................ 92
LANGKAH VIII ............................................................................................................... 108
8.1 Analisa Situasi............................................................................................................. 108
8.2 Menentukan Tema....................................................................................................... 109
8.3 Alasan Pemilihan Tema .............................................................................................. 110
8.4 Menentukan Judul Perbaikan ...................................................................................... 111
8.5 Menentukan Initial Goal ............................................................................................. 111
Jadwal Rencana Kegiatan Berikutnya ............................................................................... 113
LAMPIRAN

vi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 SK Kepala Puskesmas Maesan Tentang Pembentukan TIM KBK

LAMPIRAN 2 SK Kepala Puskesmas Maesan Tentang Investigasi Kontak Intensif


pasien TBC

vii
STRUKTUR ORGANISASI

KEPALA
PUSKESMAS

TIM MUTU

K B K

TATA USAHA

KOORD. UKP KOORD. UKM KOORD.


JARINGAN
DAN JEJARING

PROGRAM KIA
RAWAT JALAN

PROGRAM GIZI
RAWAT INAP
PROGRAM KESLING

UGD
PROGRAM PROMKES

LABORATORIUM
PROGRAM P2M

FARMASI PROGRAM
PENGOBATAN DASAR

POLINDES

PUSTU
PKD. MAESAN PKD. SUMBERSARI SBR.
PAKEM

PKD.
PKD. SUBER
PENANGGUNGAN
PAKEM
PUSTU
SBR.
PKD. PAKUNIRAN PKD. SUMBER ANYAR
ANYAR

PKD. GAMBANGAN PKD. SUGER LOR PUSTU


SUCO LOR

PKD. TN. WULAN PKD. SUCO LOR

PKD. PUJER BARU PKD. GUNUNGSARI

viii
JADWAL RENCANA KERJA DAN REALISASI KEGIATAN

Januari 2017 Februari 2017 Maret 2017 April 2017 Mei 2017 Juni 2017
PDCA LANGKAH KEGIATAN
I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V
1. Menentukan tema dan
judul

2. Menganalisa Pernyebab

P 3. Menguji Dan Menentukan


Penyebab Dominan

4. Merencanakan perbaikan

5. Melaksanakan perbaikan
D
6. Meneliti Hasil
C
7. Membuat stándar Baru

8. Mengumpulkan Data Baru


A
dan Menentukan Rencana
Berikutnya

Keterangan:
: Rencana

: Realisasi

ix
CATATAN PERTEMUAN

Jml
Langkah Tanggal Kegiatan Hasil Anggota % Ket.
Hadir
I 2 Januari 2017 Analisa Situasi 1. Mengangkat Angka Kinerja Program Pemberantasan 6 100 %
Penyakit Menular (P2M) Sebagai Permasalahan
Besar yang harus segera diatasi
2. Rencana pengumpulan data dengan menggunakan
penelusuran dokumen laporan Penilaian Kinerja
Puskesmas (PKP) tahun 2016

I 4 Januari 2017 Penentuan Tema dan 1. Angka Kinerja Program P2M diangkat menjadi Tema 6 100 %
Judul 2. Angka Penjaringan Terduga Tuberculosis diangkat
menjadi judul
3. Initial Goal 100 %

II 7 Januari 2017 Analisa Penyebab 1. Disepakati ada 7 penyebab yang diduga dominan 6 100 %
2. Rencana Pengumpulan data pengujian penyebab
yang diduga dominan

x
Jml
Langkah Tanggal Kegiatan Hasil Anggota % Ket.
Hadir
III 22 Januari 2017 Menganalisa Hasil uji 1. Mengolah data uji dan menyimpulkan 6 100 %
penyebab yang diduga 2. Disimpulkan ada 6 penyebab yang terbukti dominan
dominan

IV 23 Januari 2017 Membuat Rencana Rencana dibuat dan mulai dilaksanakan tanggal 25 6 100 %
Perbaikan dan rencana Januari 2017
monitoring

V 25 Februari 2017 Mengevaluasi Hasil 1. Monitoring menunjukkan hasil yang baik 6 100 %
Monitoring Bulan 2. Melanjutkan Monitoring
pertama

V 30 Maret 2017 Mengevaluasi Hasil 1. Monitoring menunjukkan hasil yang baik 6 100 %
Monitoring Bulan 2. Melanjutkan Monitoring
kedua

V 29 April 2017 Mengevaluasi Hasil 1. Monitoring menunjukkan hasil yang baik 6 100 %
Monitoring Bulan 2. Melanjutkan Monitoring
Ketiga

xi
Jml
Langkah Tanggal Kegiatan Hasil Anggota % Ket.
Hadir
VI 27 Mei 2017 Membuat rencana Penelitian hasil akan dilaksanakan 1 minggu 6 100 %
penelitian hasil

VI 6 Juni 2017 Evaluasi hasil 1. Perbaikan pada penyebab dan masalah berhasil 6 100 %
penelitian hasil 2. Analisa dampak positif banyak tanpa ada dampak
negatif yang besar dan perlu ditanggulangi

VII 7 Juni 2017 Rencana Membuat Disepakati 6 standart baru 6 100 %


Standart Baru

VII 17 Juni 2017 Evaluasi Standart Standar baru berhasil 6 100 %


Baru

VIII 19 Juni 2017 Analisa Situasi Banyaknya keluhan pelanggan disepakati menjadi 6 100 %
masalah KBK yang akan diatasi

VIII 21 Juni 2017 Penentuan Tema Tim KBK sepakat mengambil Tema “Menurunkan 6 100 %
Angka Keluhan di Rawat Inap”

xii
Jml
Langkah Tanggal Kegiatan Hasil Anggota % Ket.
Hadir
VIII 28 Juni 2017 Penentuan Judul Tim KBK sepakat menentukan judul “Meningkatkan 6 100 %
Sarana Air Bersih di Rawat Inap sebesar 100 % dalam
waktu 6 bulan”.

xiii
Alur Proses (Flow Chart) Permasalahan

Programmer
P2 TBC

Monev OJT Kerja Sama

Petugas Poli,
Petugas Pustu Lintas Sektor
UGD, Rawat
dan Ponkesdes & Program
Inap

Investigasi
Keluarga pasien
TB & Mantan TB
Penemuan
Terduga TBC
Kerja Sama
Secara Pasif

Petugas Adekwat
Lab Penyuluhan

Ditemukan
Pasien Kesadaran
Penemuan
Baru TBC Masyarakat
Terduga TBC
Secara Aktif Terhadap TBC

: Area Permasalahan (Apabila Tidak dilakukan akan menghambat temuan


terduga TBC)

xiv
LANGKAH 1
MENENTUKAN TEMA DAN JUDUL
Periode: Minggu I Januari 2017

1.1 Analisa Situasi


Capaian Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Puskesmas Maesan pada
tahun 2016 sangat rendah, sehingga Kepala Puskesmas Maesan
menginstruksikan kepada semua karyawan untuk meningkatkannya pada tahun
2017.
Hasil kajian yang dilakukan oleh Tim KBK terhadap trend PKP Puskesmas
Maesan selama 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut:

Trend PKP 5 Tahun Terakhir

Berdasarkan digram di atas, tim KBK menyimpulkan bahwa terjadi trend


penururan PKP dari tahun ke tahun. Apabila dibiarkan maka mutu atau kwalitas
pelayanan Puskesmas Maesan dapat terus menurun untuk tahun-tahun
berikutnya. Sehingga berdasarkan analisis tersebut dan dalam rangka
menentukan tema perbaikan, tim KBK sepakat berupaya untuk melakukan
perbaikan-perbaikan yang berkaitan langsung dengan PKP.
Dalam rangka upaya perbaikan tersebut, Tim KBK menggunakan hasil
PKP tahun 2016 sebagai data dasar untuk analisis prioritas masalah. Berikut
Tabel penyajian data tersebut:
No Program Nilai PKP
1 KIA 91.46%
2 Gizi 95.40%
3 Kesling 82.71%
4 Promkes 80.57%
5 P2M 79.93%
6 Pengobatan Dasar 86.71%
7 Pengembangan 81.39%
Total 596.41%
Sumber: Data Sekunder Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Tahun
2016.

1
Berdasarkan data tabel yang didapat di atas, dapat dibuat diagram laba-laba
sebagai berikut:

Nilai PKP Tahun 2016


Gizi
100%
80%
P2M 60% KIA
40%
20%
0% Pengobatan
Promkes
Dasar

Pengembangan Kesling

Berdasarkan analisis menggunakan diagram jaring laba-laba di atas,


“Capaian Kinerja Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)”
menunjukkan angka yang paling rendah, yaitu sebesar 80,19%. Apabila disajikan
dalam bentuk checksheet adalah sebagai berikut:
Nilai
No Program PKP Persentase Kumulatif Peringkat
1 Gizi 95.40% 15.95% 15.95% 1
2 KIA 91.46% 15.29% 15.29% 2
3 Pengobatan Dasar 86.71% 14.49% 14.50% 3
4 Kesling 82.71% 13.83% 13.83% 4
5 Pengembangan 81.39% 13.61% 13.61% 5
6 Promkes 80.57% 13.47% 13.47% 6
7 P2M 79.93% 13.37% 13.36% 7
Total 596.41% 100.00% 100.00%
Sumber Data: Data Sekunder Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Tahun
2016.
Oleh karena permasalahan “Capaian Kinerja Program Pemberantasan
Penyakit Menular” merupakan yang terendah diantara semua program, maka tim
KBK dengan persetujuan dari Kepala Puskesmas sepakat menentukan masalah
KBK yang akan diatasi adalah “Rendahnya Capaian Kinerja Program
Pemberantasan Penyakit Menular”.
1.2 Menentukan Tema
Oleh karena permasalahan yang telah disepakati oleh tim KBK untuk
segera diatasi terdapat beberapa program yang lebih kecil dan jumlahnya sangat
banyak, maka tim memecah permasalahan tersebut pada tiap sub program
sebagai berikut:
1. Program Pemberantasan Penyakit Diare
2. Program Pemberantasan Penyakit ISPA
3. Program Pemberantasan Penyakit Kusta
4. Program Pemberantasan Penyakit TBC
5. Program Pemberantasan Penyakit PMS dan HIV
6. Program Pemberantasan Penyakit DBD

2
7. Program Pemberantasan Penyakit Malaria
8. Program Pemberantasan Penyakit Kecacingan
9. Program Imunisasi
10. Program Surveylence dan Epidemiologi
11. Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Tim KBK melakukan penelitian lebih lanjut terhadap data PKP tahun 2016 pada
semua sub program yang tercakup pada program pemberantasan penyakit
menular di atas, dan hasilnya adalah sebagai berikut:

3
Stratifikasi Masalah Cakupan Kinerja Sub Program Pemberantasan Penyakit Menular

No Program Nilai PKP Target Masalah Persentase Kumulatif Peringkat


A B C D D-C E F G
1 Program Pemberantasan Penyakit TBC 60.74% 100.00% 39.26% 17.78% 17.78% 1
2 Program Pemberantasan Penyakit ISPA 65.23% 100.00% 34.77% 15.75% 33.53% 2
3 Program Pemberantasan Penyakit PMS dan HIV 65.59% 100.00% 34.41% 15.59% 49.12% 3
4 Program Pemberantasan Penyakit Kusta 67.97% 100.00% 32.03% 14.51% 63.63% 4
5 Pengendalian Penyakit Tidak Menular 70.10% 100.00% 29.90% 13.54% 77.17% 5
6 Program Imunisasi 78.24% 100.00% 21.76% 9.86% 87.03% 6
7 Program Pemberantasan Penyakit Diare 80.19% 100.00% 19.81% 8.97% 96.00% 7
8 Program Surveylence dan Epidemiologi 91.17% 100.00% 8.83% 4.00% 100.00% 8
9 Program Pemberantasan Penyakit DBD 100.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% 9
10 Program Pemberantasan Penyakit Malaria 100.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% 10
11 Program Pemberantasan Penyakit Kecacingan 100.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% 11
Total 879.73% 220.77% 100.00%

4
Dari data tersebut dapat dibuat diagram pareto sebagai berikut:

Masalah PKP
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
18% 16% 16%
20% 15% 14%
10% 9%
10% 4%
0% 0% 0%
0%

Berdasarkan Diagram Pareto diatas, “Program Pemberantasan Penyakit


TBC” merupakan sub program dengan masalah paling besar, yaitu dengan
capaian 60,74% atau selisih 39,26% dibandingkan target. Masalah Program
Pemberantasan Penyakit TBC memberikan sumbangan sebesar 17,78% terhadap
masalah Program Pemberantasan Penyakit Menular secara keseluruhan.
Berdasarkan analisis pareto tersebut, maka masalah paling prioritas
untuk segera ditanggulangi adalah “Rendahnya Capaian Kinerja Program
Pemberantasan Penyakit TBC”. Pertimbangan yang lain dalam menentukan
Redahnya Capaian Kinerja Program Pemberantasan Penyakit TBC sebagai
masalah paling prioritas adalah:
1. Tingkat kesulitannya tergolong rendah untuk ditanggulangi.
2. Pihak manajemen mendukung perbaikan terhadap masalah tersebut karena
pihak manajemen menganggap masalah di Capaian Kinerja TBC merupakan
masalah prioritas saat ini.
3. Waktu penyelesaian yang relatif singkat
4. Hasil yang diharapkan akan sangat besar sebab dapat meningkatkan mutu
pelayanan puskesmas secara keseluruhan.
5. Tingkat pemahaman dan pengetahuan para karyawan terkait Program
Pemberantasan Penyakit TBC sudah cukup memenuhi syarat untuk proses
perbaikan.
6. Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso merencanakan pada tahun 2017,
target Program Pemberantasan Penyakit TBC meningkat oleh karena target
Standar Pelayaan Minimal (SPM) Nasional juga meningkat.
7. Pada akhir tahun 2016, Program Pemberantasan Penyakit TBC didukung
oleh LSM (Ormas) Aisiyah dengan programnya yaitu Support TB Aisiyah,
sehingga peluang untuk perbaikan sangat besar.
8. Program TBC merupakan program prioritas pemerintah dibidang
pemberantasan penyakit menular, selain HIV.

5
9. Pada akhir tahun 2016, penanggung jawab program TBC Puskesmas Maesan
telah mendapatkan pelatihan “TB Fasyankes”, sehingga peluang untuk
perbaikan sangat besar.
10. Tuntutan untuk perbaikan program TBC oleh karena adanya program
kolaboratif antara TB dan HIV, TB dan KIA serta TB Anak.

Berdasarkan pada Analisa Pareto dan atas persetujuan Kepala Puskesmas, maka
Tim KBK sepakat mengambil Tema “Meningkatkan Capaian Kinerja
Program Pemberantasan Penyakit TBC”.

6
1.3 Alasan Pemilihan Tema

Tema yang diangkat dilandasi oleh beberapa sudut pandang, antara lain:

P (Productivity) Perbaikan capaian kinerja program TBC dapat menekan


angka morbiditas dan mortalitas secara nasional yang
mana merupakan salah satu misi puskesmas

Q ( Quality ) Perbaikan capaian kinerja program TBC dapat


meningkatkan kwalitas pelayanan puskesmas secara
menyeluruh disebabkan oleh kepercayaan pelanggan
dan masyarakat yang meningkat

C ( Cost ) Perbaikan capaian kinerja program TBC dapat menekan


angka pasien yang diobati sudah dalam kedaan parah,
sehingga dapat menekan sebesar mungkin biaya
pengobatan.

D ( Delivery ) Perbaikan capaian kinerja program TBC dapat


meingkatkan angka kunjungan pasien, sehingga
pendapatan puskesmas dapat meningkat

S ( Safety ) Perbaikan capaian kinerja program TBC dapat


meningkatkan angka penemuan pasien secara dini dan
dapat mencegah kasus TB MDR, sehingga
meningkatkan keamanan dan keselamatan untuk tertular
TB yang berat atau MDR bagi masyarakat Maesan
maupun karyawan yang melakukan pengobatan kepada
pasien TBC.

M ( Moral ) Perbaikan capaian kinerja program TBC dapat


meingkatkan semangat kerja karyawan secara
keseluruhan.

7
1.4 Menentukan Judul Perbaikan
Oleh karena kinerja program TBC sebagai tema yang telah diangkat
memiliki beberapa indikator kinerja, maka tim memecah permasalahan tersebut
menjadi beberapa indikator sesuai indikator PKP. Indikator kinerja tersebut
sebagai berikut:
1. Angka Penjaringan Terduga TBC
2. Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien Baru BTA Positif.
3. Cross chek hasil pemeriksaan laboratorium fasyankes ke Labkesda.

Tim KBK melakukan stratifikasi pada ketiga indikator di atas dengan


tetap menggunakan data laporan hasil PKP tahun 2016. Hasilnya adalah sebagai
berikut:

Stratifikasi Masalah Penentuan Judul (Capaian Kinerja P2 TB)

Nilai
No Program Target Masalah Persentase Kumulatif Peringkat
PKP
A B C D E=D-C F G H
Angka
1 Penjaringan 36.00% 100.00% 64.00% 54.34% 54.34% 1
Terduga TBC
Cross chek
hasil
pemeriksaan
2 66.67% 100.00% 33.33% 28.30% 82.64% 2
laboratorium
fasyankes ke
Labkesda
Angka
Keberhasilan
3 Pengobatan 79.55% 100.00% 20.45% 17.36% 100.00% 3
Pasien Baru
BTA Positif
Total 182.22% 117.78% 100.00%

Rata-Rata 39.26%

Berdasarkan Tabel di atas, “Angka Penjaringan Terduga TBC” merupakan


masalah terbesar, yaitu sebesar 64% dan memberikan sumbangan terhadap
masalah kinerja P2 TB sebesar 54,34%. Dari data tersebut dapat dibuat diagram
pareto sebagai berikut:

8
100%
90%
80%
70% 64.00%
Per sen tase

60%
50%
40% 33.33%
30% 20.45%
20%
10%
0%
Angka Penjaringan Cross chek hasil Angka Keberhasilan
Terduga TBC pemeriksaan Pengobatan Pasien Baru
laboratorium fasyankes BTA Positif
ke Labkesda
M asalah

Pareto Penentuan Judul

Berdasarkan Diagram Pareto di atas, “Rendahnya Angka Penjaringan Terduga


TBC” merupakan masalah paling dominan dengan angka kejadian paling besar,
yaitu sebesar 64%. Berdasarkan pada Analisa Pareto dan atas persetujuan Kepala
Puskesmas, maka Tim KBK sepakat menentukan judul “Meningkatkan Angka
Penjaringan Terduga TBC Menjadi 100 % dalam waktu 6 bulan”.

1.5 Menentukan Initial Goal

Berdasarkan Kesepakatan Tim KBK dan Saran dari Kepala Puskesmas Maesan
maka Initial Goal ditentukan sebesar 100 %.

Perhitungan initial Goal tersebut adalah sebagai berikut:

Besarnya capaian kinerja pada tahun 2016 adalah sebesar 36%. Apabila
ingin mencapai 100% maka membutuhkan peningkatan sebesar 100% - 36% =
64%.
Insiden rate: 107 terduga TB setiap 10.000 penduduk. Dengan jumlah
penduduk wilayah kerja Puskesmas Maesan pada tahun 2017 yang
diproyeksikan berdasarkan BPS sebesar 46.729, maka besarnya angka
penjaringan terduga TBC yang harus dicapai adalah sebesar: (46.729/10.000) x
107 = 500 terduga TBC.
Oleh karena perbaikan yang akan dilakukan oleh Tim KBK direncanakan
hanya berlangsung selama 3 bulan, maka jumlah terduga TBC yang harus
ditemukan dalam 3 bulan adalah minimal sebesar (3 bulan/12 bulan) x 500 = 120
orang terduga TBC. Temuan rata-rata per bulan minimal 120/3 bulan = 40
terduga TBC. Apabila ingin mencapai target initial goal 100%, maka temuan
rata-rata terduga TBC per minggu adalah minimal 40/4 = 10 terduga.
Capaian tahun 2016 sebesar 36%, apabila menggunakan jumlah
penduduk sama seperti tahun 2017, maka capaiannya sebesar 36/100 x 500 =
180 setahun. Dapat diartikan juga bahwa capaian per 3 bulan rata-rata sebanyak
45 orang dan rata-rata per bulan sebanyak 15 orang.
Agar Initial Goal perbaikan dapat tercapai minimal 100%, maka jumlah
terduga TBC harus meningkat minimal sebesar 120 – 45 = 75 orang terduga TBC
per 3 bulan atau minimal sebanyak 40 – 15 = 25 terduga TBC per bulan. Apabila
dikonversi secara mingguan, maka rata-rata per minggu harus ada peningkatan

9
terduga TBC sebanyak 25/4 = 6,2 atau jika dibulatkan ke atas peningkatan
sebanyak 7 terduga per minggu dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertimbangan Tim KBK sepakat menentukan initial goal sebesar 100 %
adalah:
1. Tim KBK yakin dan mampu menyelesaikan masalah tersebut hingga
mencapai 100 %.
2. Masalah berkaitan langsung dengan keselamatan dan nyawa pasien.
Pertimbangan Tim KBK sepakat menentukan jangka waktu perbaikan
selama 6 bulan dengan masa perbaikan dan uji coba selama 16 minggu adalah:
1. Tim KBK yakin dan mampu menyelesaikan masalah tersebut hingga dalam
jangka waktu 6 bulan.
2. Meskipun capaian kinerja program P2 TB seharusnya diukur dalam satu
tahun penuh, namun dengan penerapan standarisasi yang baru dari hasil
perbaikan nantinya, diharapkan dapat menjaga stabilitas kinerja agar capaian
dapat dipertahankan hingga satu tahun penuh.
3. Waktu yang tersisa dalam satu tahun di tahun 2017 akan digunakan untuk
perbaikan program penting lainnya.

10
KOMENTAR MANAJEMEN

PENGESAHAN

Bondowoso, 5 Januari 2017

Fasilitator Ketua KBK

drg. Ratna Sari Dewi Anwar Hidayat, Amd. Kep


NIP. 19760621 200501 2 011 NIP. 19811230 200312 1 002

Kepala Puskesmas Maesan

drg. Cicik Norma Isa


NIP. 19701225 200604 2 009

11
LANGKAH 2
MENGANALISA PENYEBAB
Periode: Minggu I Januari 2017

2.1 Stratifikasi Penyebab Masalah

2.1.1 Inventarisasi Penyebab Masalah

Dari hasil sumbang saran, anggota KBK Radin pada tanggal 7


Januari 2017, penyebab masalah yang diusulkan oleh anggota KBK
adalah sebagai berikut:

Ide Faktor Penyebab Masalah

No Ide Penyebab Masalah Pemberi Ide


1 Dukungan Lintas Sektor Kurang Prayogi Ika H
Petugas Pustu dan Ponkesdes Tidak
2 AT Hidayati
mengirimkan terduga TBC ke Puskesmas
3 Dukungan Kader Kesehatan Kurang Ahmad Syahrul
Petugas Pustu Tidak memahami cara
4 Anwar H
penapisan terduga TBC yang benar
Kader Kesehatan tidak mengerti gejala dan
6 AT Hidayati
tanda TBC
7 Dukungan Tokoh Masyarakat Kurang
Programmer TBC tidak bekerja sama dengan
8 Prayogi Ika H
lintas sektor dan tokoh masyarakat
Tidak dilakukan investigasi keluarga pasien
9 Agung W
TBC
Programmer TBC tidak melibatkan peran
10 AT Hidayati
serta kader kesehatan
Banyak petugas Pustu dan Ponkesdes tidak
11 Anwar H
melakukan investigasi keluarga pasien TBC
Petugas investigasi keluarga pasien TBC
12 tidak bertemu dengan semua anggota Ahmad Syahrul
keluarga
Terduga TB Sebagian besar ditemukan oleh
14 Prayogi Ika H
BP Umum Induk Puskesmas Maesan
Alat pemeriksaan TBC kurang (Sputum pot)
15 AT Hidayati
untuk menegakkan terduga TBC
Programmer TBC tidak mengusulkan
17 Ahmad Syahrul
sputum pot yang memadai
Formulir Rujukan terduga TB di Pustu dan
18 Totok P
Ponkesdes tidak ada
Programmer TBC tidak melibatkan lintas
19 Ahmad Syahrul
program
Programmer TBC tidak menyebarkan
20 Totok P
formulir terduga TB ke Pustu dan Ponkesdes
21 Kurangnya sosialisasi TBC pada masyarakat Anwar H
Programer TBC tidak mengawasi kinerja
22 Agung W
petugas Pustu dan Ponkesdes

12
Pengetahuan masyarakat rendah perihal
23 Prayogi Ika H
TBC
Kurangnya kerja sama program TB dengan
24 Anwar H
kader kesehatan
Kendaraan untuk kegiatan investigasi
25 Totok P
keluarga pasien TB tidak ada
Tidak ada biaya transportasi untuk kegiatan
26 Ahmad Syahrul
investigasi keluarga pasien TB
Rujukan terduga TB oleh kader kesehatan
27 Ahmad Syahrul
kurang
Rujukan terduga TB oleh Dokter Praktik
28
Mandiri (DPM) Kurang
Programmer TB tidak melakukan koordinasi
29 Prayogi Ika H
dengan DPM
Masyarakat tidak mau periksa TBC ke
31 Prayogi Ika H
Puskesmas
Temuan terduga TBC dari keluarga pasien
32 Totok P
TBC jumlahnya sedikit

Sumber: Hasil Brainstorming

13
2.1.2 Analisis 5 Why

Agar analisis dapat tajam dalam menentukan penyebab yang paling dasar, Tim KBK melakukan brainstorming menggunakan metode 5 Why.
Berikut hasilnya:

Why Why Why Why Why


Petugas Pustu dan Ponkesdes Petugas Pustu Tidak memahami
Tidak mengirimkan terduga cara penapisan terduga TBC
TBC ke Puskesmas yang benar
Programer TBC tidak
mengawasi kinerja petugas
Pustu dan Ponkesdes
Banyak petugas Pustu dan Programer TBC tidak mengawasi
Ponkesdes tidak melakukan kinerja petugas Pustu dan
investigasi keluarga pasien TBC Ponkesdes

Terduga TB Sebagian besar Temuan terduga TBC dari Petugas investigasi keluarga
ditemukan oleh BP Umum keluarga pasien TBC jumlahnya pasien TBC tidak bertemu
Induk Puskesmas Maesan sedikit dengan semua anggota keluarga
Banyak petugas Pustu dan Programer TBC tidak mengawasi
Ponkesdes tidak melakukan kinerja petugas Pustu dan
investigasi keluarga pasien TBC Ponkesdes

Tidak ada biaya transportasi


untuk kegiatan investigasi
keluarga pasien TB

Kendaraan untuk kegiatan


investigasi keluarga pasien TB
tidak ada

14
Alat pemeriksaan TBC kurang Programmer TBC tidak
(Sputum pot) untuk mengusulkan sputum pot yang
menegakkan terduga TBC memadai
Programmer TBC tidak
Formulir Rujukan terduga TB di
menyebarkan formulir terduga
Pustu dan Ponkesdes tidak ada
TB ke Pustu dan Ponkesdes

Kurangnya koordinasi
Masyarakat tidak mau periksa Pengetahuan masyarakat rendah Kurangnya sosialisasi TBC pada Programmer TBC tidak
program TBC dengan Lintas
TBC ke Puskesmas perihal TBC masyarakat melibatkan lintas program
Program
Kurangnya koordinasi
Dukungan Tokoh Masyarakat
program TBC dengan Lintas
Kurang
Sektor dan Tokoh Masyarakat
Kurangnya koordinasi
Dukungan Lintas Sektor Kurang program TBC dengan Lintas
Sektor dan Tokoh Masyarakat

Rujukan terduga TB oleh kader Dukungan Kader Kesehatan Kader Kesehatan tidak mengerti
kesehatan kurang Kurang gejala dan tanda TBC
Programmer TBC tidak
Kurangnya kerja sama program
melibatkan peran serta kader
TB dengan kader kesehatan
kesehatan

Rujukan terduga TB oleh Programmer TB tidak


Dokter Praktik Mandiri (DPM) melakukan koordinasi dengan
Kurang DPM

15
2.1.3 Stratifikasi Berdasarkan Unsur 4M + 1L

Ide yang telah distratifikasi maksud dan kalimatnya dilanjutkan


dengan stratifikasi berdasarkan unsur 4M + 1L. Hasil Stratifikasi sebagai
berikut:
Stratifikasi Unsur 4M + 1L Ide Faktor Penyebab Masalah

Unsur Ide Penyebab Masalah

Manusia Petugas Pustu dan Ponkesdes Tidak mengirimkan terduga TBC


ke Puskesmas
Petugas Pustu Tidak memahami cara penapisan terduga TBC
yang benar
Programer TBC tidak mengawasi kinerja petugas Pustu dan
Ponkesdes
Petugas Pustu dan Ponkesdes belum dilatih penapisan TBC
Banyak petugas Pustu dan Ponkesdes tidak melakukan
investigasi keluarga pasien TBC
Programer TBC tidak mengawasi kinerja petugas Pustu dan
Ponkesdes
Mesin Kendaraan untuk kegiatan investigasi keluarga pasien TB tidak
ada
Material Tidak ada biaya transportasi untuk kegiatan investigasi
keluarga pasien TB
Alat pemeriksaan TBC kurang (Sputum pot) untuk menegakkan
terduga TBC
Formulir Rujukan terduga TB di Pustu dan Ponkesdes tidak ada
Programmer TBC tidak mengusulkan sputum pot yang
memadai
Programmer TBC tidak menyebarkan formulir terduga TB ke
Pustu dan Ponkesdes
Metode Terduga TB Sebagian besar ditemukan oleh BP Umum Induk
Puskesmas Maesan
Temuan terduga TBC dari keluarga pasien TBC jumlahnya
sedikit
Petugas investigasi keluarga pasien TBC tidak bertemu dengan
semua anggota keluarga
Banyak petugas Pustu dan Ponkesdes tidak melakukan
investigasi keluarga pasien TBC
Programer TBC tidak mengawasi kinerja petugas Pustu dan
Ponkesdes
Lingkungan Masyarakat tidak mau periksa TBC ke Puskesmas
Pengetahuan masyarakat rendah perihal TBC
Rujukan terduga TB oleh kader kesehatan kurang
Rujukan terduga TB oleh Dokter Praktik Mandiri (DPM)
Kurang
Kurangnya sosialisasi TBC pada masyarakat
Dukungan Kader Kesehatan Kurang
Programmer TB tidak melakukan koordinasi dengan DPM
Programmer TBC tidak melibatkan lintas program
Dukungan Tokoh Masyarakat Kurang
Dukungan Lintas Sektor Kurang

16
Kader Kesehatan tidak mengerti gejala dan tanda TBC
Programmer TBC tidak melibatkan peran serta kader kesehatan
Programmer TB tidak melakukan koordinasi lintas program
Programmer TBC tidak bekerja sama dengan lintas sektor dan
tokoh masyarakat
Programmer TBC tidak bekerja sama dengan lintas sektor dan
tokoh masyarakat
Kurangnya kerja sama program TB dengan kader kesehatan

Sumber: Hasil Brainstorming

17
2.2 Diagram Tulang Ikan Metode Manusia

Pet Pustu Tdk mengirim terduga TBC


Terduga TBC
Mesin Pet. Pustu
tidak Sebagian besar
investigasi ditemukan oleh BP Pet. Pustu Petugas Pustu Tidak
keluarga ps Umum Induk tdk memahami cara
TBC Puskesmas Maesan investigasi penapisan terduga TBC
TBC
Temuan terduga TBC
Kendaraan Pet. Pustu Tidak dari klg. Ps. TBC
untuk kegiatan memahami cara jumlahnya sedikit
investigasi penapisan terduga Progr. TBC tdk
keluarga pasien TBC mengawasi
TB tidak ada Pet. investigasi klg ps TBC
kinerja pet.
tdk bertemu dg semua
Pustu
anggota klg Rendahnya
Angka
penjaringan
Tdk ada biaya Progr. TBC tdk Rujukan terduga TB oleh Masy. Tdk Pengeth. Terduga TBC
transportasi untuk melibatkan kader kesehatan kurang mau periksa Masy. rendah
Sputum pot
kegiatan investigasi kader Kesh. TBC ke perihal TBC
Kurang
keluarga pasien TB kes PKM
Dukungan Kader
Kurangnya Kesehatan Kurang
Formulir kerja sama Kurangnya sosialisasi TBC pada masyarakat
Rujukan prog TB dg
terduga TBC kader kesh. Kader Kesh
di Pustu dan tdk mengerti Dukungan Dukungan Progr. TBC
Ponkesdes gejala & Linsek Kurang Tokoh tidak
tidak ada Programmer tanda TBC Masyarakat melibatkan
TBC tdk Kurang lintas program
Material mengusulkan Rujukan terduga TBC oleh Dokter
sputum pot Praktik Mandiri (DPM) Kurang
yang memadai
Kurang Kerja Kurang Kerja
Programmer TBC tidak sama Program sama Program
menyebarkan formulir terduga Programmer TBC tidak melakukan koordinasi TBC dg Linsek TBC dengan
TB ke Pustu dan Ponkesdes dengan DPM dan TOMA lintas program

Lingkungan

18
2.3 Penetapan Penyebab Yang Diduga Dominan

Berdasarkan analisa sebab akibat pada saat brainstorming, tim KBK ada
11 (sebelas) penyebab paling dasar yang diduga dominan mempengaruhi
rendahnya angka penjaringan terduga TBC. Sebelas penyebab tersebut
dituangkan dalam diagram tulang ikan. Dibawah ini adalah penyebab yang
diduga dominan oleh Tim KBK:

Ide Penyebab Hasil Analisa Sebab Akibat

No Penyebab Yang Diduga Dominan Kategori


Petugas pustu dan ponkesdes Tidak mengerti cara
1 Manusia
penapisan terduga TBC yang benar
Programer TBC tidak mengawasi kinerja petugas
2 Manusia
Pustu dan Ponkesdes
Petugas investigasi keluarga pasien TBC tidak
3 Metode
bertemu dengan semua anggota keluarga
Kendaraan untuk kegiatan investigasi keluarga
4 Mesin
pasien TB tidak ada
Tidak ada biaya transportasi untuk kegiatan
5 Material
investigasi keluarga pasien TB
Programmer TBC tidak mengusulkan sputum pot
6 Material
yang memadai
Programmer TBC tidak menyebarkan formulir
7 Material
terduga TB ke Pustu dan Ponkesdes
Programmer TBC tidak melakukan koordinasi
8 Lingkungan
lintas program
Programmer TBC tidak bekerja sama dengan lintas
9 Lingkungan
sektor dan tokoh masyarakat
Kader kesehatan tidak mengerti tanda dan gejala
10 Lingkungan
TBC
Kurangnya kerja sama program TB dengan kader
11 Lingkungan
kesehatan

Sumber: Hasil Analisa Sebab Akibat

19
Oleh karena tidak ada kesepakatan semua anggota KBK untuk memilih
11 penyebab yang diduga dominan tersebut, maka tim KBK melakukan voting
menggunakan teknik NGT. Berikut hasil voting tersebut:

Hasil NGT Yang Diurutkan

Anggota Tim KBK

AT Hidayati

A Syahrul
Agung W
Anwar H

Totok P
Ika H
No Ide Penyebab Total Peringkat

Programmer TBC tidak


melatih TBC kepada
1 11 10 9 8 8 9 55 2
petugas pustu dan
ponkesdes
Programer TBC tidak
mengawasi kinerja
2 1 2 1 1 2 1 8 11
petugas Pustu dan
Ponkesdes
Petugas investigasi
keluarga pasien TBC
3 10 8 11 9 7 7 52 4
tidak bertemu dengan
semua anggota keluarga
Kendaraan untuk
kegiatan investigasi
4 2 3 4 3 4 4 20 9
keluarga pasien TB tidak
ada
Tidak ada biaya
transportasi untuk
5 3 4 5 4 6 3 25 8
kegiatan investigasi
keluarga pasien TB
Programmer TBC tidak
6 mengusulkan sputum pot 4 1 2 2 5 2 16 10
yang memadai
Programmer TBC tidak
menyebarkan formulir
7 5 6 3 10 9 6 39 6
terduga TB ke Pustu dan
Ponkesdes
Programmer TB tidak
8 melakukan koordinasi 9 9 10 11 10 10 59 1
lintas program
Programmer TBC tidak
bekerja sama dengan
9 7 5 6 5 1 5 29 7
lintas sektor dan tokoh
masyarakat
Programmer TBC tidak
10 melatih TBC kepada 8 11 8 7 11 8 53 3
kader kesehatan
Kurangnya kerja sama
11 program TB dengan 6 7 7 6 3 11 40 5
kader kesehatan
Total 66 66 66 66 66 66

Dengan menggunakan rumus NGT ½ N + 1, dihitung jumlah penyebab


yang diduga dominan adalah ½ x 11 + 1 = 6,5. Jika dibulatkan menjadi 7
penyebab yang diduga dominan.
Maka Berdasarkan NGT, Tim KBK sepakat memutuskan penyebab yang
diduga dominan ada 7 penyebab sebagai berikut:
1. Programmer TB tidak melakukan koordinasi lintas program

20
2. Petugas pustu dan ponkesdes tidak mengerti cara penapisan terduga TBC
yang benar
3. Kader kesehatan tidak mengerti tanda dan gejala TBC
4. Petugas investigasi keluarga pasien TBC tidak bertemu dengan semua
anggota keluarga
5. Kurangnya kerja sama program TB dengan kader kesehatan
6. Programmer TBC tidak menyebarkan formulir terduga TB ke Pustu dan
Ponkesdes
7. Programmer TBC tidak bekerja sama dengan lintas sektor dan tokoh
masyarakat.

21
LANGKAH 3
MENGUJI DAN MENENTUKAN PENYEBAB DOMINAN
Periode: Minggu II Januari 2017 s/d Minggu III Januari 2017

3.1 Pengujian Penyebab Dominan


Pengujian penyebab dominan dilakukan dengan menguji korelasi antara
penyebab yang diduga dominan dengan masalah. Pengujian dilakukan dalam
waktu 2 minggu dengan dibagi dalam 3 periode (masing-masing periode 5 hari),
yaitu tanggal 8 Januari 2017 s/d 22 Januari 2017. Pengujian dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Data capaian kinerja angka penjaringan terduga TBC sebagai variabel
terikat, menggunakan dokumen pelaporan TBC pada 2 minggu yaitu tanggal
tanggal 8 Januari 2017 s/d 21 Januari 2017. Data capaian kinerja angka
penjaringan terduga TBC disajikan dalam bentuk data kuantitatif
sebagaimana aslinya.
2. Data penyebab yang diduga dominan sebagai variabel-variabel bebas,
menggunakan metode wawancara terhadap pihak-pihak terkait yang
dilakukan pada tanggal 8 Januari 2017 s/d 21 Januari 2017. Sebagian data
yang didapat dari hasil wawancara ini berupa data kualitatif yang kemudian
diberi peringkat sehingga dapat menjadi data kuantitatif yang dapat diukur.
Rincian dari cara pengukuran data penyebab yang diduga dominan
adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kerja sama dan koordinasi program TBC dengan lintas program:
Sumber data: Koordinator program promkes, PHN, HIV dan KIA.
Wawancara untuk mengukur banyaknya koordinasi yang sudah dilakukan
oleh programmer TBC dengan lintas program dalam kegiatan per desa per
minggu.
Pewawancara: Ahmad Syahrul Bashori
2. Petugas pustu dan ponkesdes tidak mengerti cara penapisan terduga TBC
Sumber data: Petugas Pustu dan Ponkesdes.
Wawancara untuk mengukur tingkat pemahaman petugas pustu dan
ponkesdes (12 pustu/ponkesdes) dalam upaya penapisan terduga TBC.
Petugas yang dijadikan responden diambil secara sensus yaitu sebanyak 12
sampel, dimana masing-masing desa diambil 2 petugas, yaitu 1 perawat desa
dan 1 bidan desa.
Pewawancara: Ahmad Syahrul Bashori
3. Kader kesehatan tidak mengerti tanda dan gejala TBC
Sumber data: Kader kesehatan.
Wawancara untuk mengukur tingkat pemahaman kader kesehatan dalam
mengenali tanda dan gejala TBC. Kader yang dijadikan responden diambil
secara acak kluster per desa. Dimana masing-masing desa diambil 2 sampel.
Pewawancara: Oky Gunawan
4. Petugas investigasi keluarga pasien TBC tidak bertemu dengan semua
anggota keluarga
Sumber data: Petugas Investigasi Keluarga Pasien TB.
Wawancara untuk mengukur persentase jumlah anggota keluarga yang
ditemui oleh petugas investigasi saat melakukan investigasi pada keluarga
pasien TBC. Petugas yang dijadikan responden diambil secara acak kluster
per desa. Dimana masing-masing desa diambil 1 sampel.
Pewawancara: Ahmad Syahrul Bashori
5. Kurangnya kerja sama program TBC dengan kader kesehatan
Sumber data: Kader kesehatan.
Wawancara untuk mengukur bentuk kerja sama yang telah dilakukan antara
programmer TB dengan kader kesehatan dalam upaya pemberantasan TBC.

22
Kader yang dijadikan responden diambil secara acak kluster per desa.
Dimana masing-masing desa diambil 2 sampel.
Pewawancara: Oky Gunawan
6. Programmer TBC tidak menyebarkan formulir terduga TBC (Formulir TB
05) ke Pustu dan Ponkesdes.
Sumber data: Petugas Pustu dan ponkesdes.
Wawancara untuk mengukur persentase ketersediaan formulir terduga TB.
Petugas yang dijadikan responden diambil secara sensus yaitu sebanyak 12
sampel, dimana masing-masing desa diambil 2 petugas, yaitu 1 perawat desa
dan 1 bidan desa.
Pewawancara: Ahmad Syahrul Bashori
7. Kurangnya koordinasi program TBC dengan lintas sektor dan tokoh
masyarakat.
Sumber data: Lintas Sektor dan Tokoh Masyarakat.
Wawancara untuk mengukur banyaknya bentuk kerja sama yang dilakukan
antara programmer TBC dengan lintas sektor dan tokoh masyarakat.
Responden diambil secara acak kluster yaitu sebanyak 1 tokoh masyarakat
dan 1 lintas sektor per desa.
Pewawancara: Totok Pristiwanto

23
Berikut hasil pengujian tersebut:

No Periode Desa X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y
1 I Sumber Sari 2 70 50 6 3 3 4 3
2 I Sumber Pakem 2 50 50 7 3 4 2 2
3 I Suger Lor 4 90 70 7 5 5 4 5
4 I Gambangan 2 50 50 5 2 3 2 2
5 I Pujer Baru 1 20 20 3 1 5 1 1
6 I Tanah Wulan 2 40 30 4 2 2 3 2
7 I Suco Lor 3 60 50 6 3 4 3 3
8 I Maesan 2 40 40 4 3 5 3 2
9 I Penanggungan 4 80 60 9 4 2 4 4
10 I Pakuniran 3 80 60 9 3 5 3 4
11 I Gunung Sari 5 90 60 9 5 2 4 5
12 I Sumber Anyar 3 10 20 2 1 1 1 0
13 II Sumber Sari 4 70 60 8 4 4 4 4
14 II Sumber Pakem 3 50 50 2 3 1 3 1
15 II Suger Lor 4 90 70 7 4 5 4 3
16 II Gambangan 1 50 50 6 1 1 1 1
17 II Pujer Baru 2 20 20 3 2 3 2 2
18 II Tanah Wulan 2 40 30 4 2 3 2 2
19 II Suco Lor 3 60 60 5 5 4 4 4
20 II Maesan 2 40 40 4 2 2 2 2
21 II Penanggungan 3 70 60 3 2 3 2 3
22 II Pakuniran 4 80 70 9 3 4 3 5
23 II Gunung Sari 2 80 60 3 2 3 1 3
24 II Sumber Anyar 1 20 20 3 1 4 1 1
25 III Sumber Sari 4 70 60 8 4 4 4 4
26 III Sumber Pakem 3 50 50 2 3 1 1 1
27 III Suger Lor 4 90 70 7 4 5 3 3
28 III Gambangan 1 50 20 6 1 1 1 1
29 III Pujer Baru 2 20 20 3 2 3 2 3
30 III Tanah Wulan 2 40 30 4 2 3 2 2
31 III Suco Lor 2 50 30 3 5 3 4 3
32 III Maesan 2 40 40 4 2 2 3 2
33 III Penanggungan 3 70 60 3 2 3 3 3
34 III Pakuniran 4 80 80 9 3 4 3 5
35 III Gunung Sari 2 80 60 3 2 3 3 3
36 III Sumber Anyar 1 20 20 3 1 4 1 1
Rata-rata 2.611 55.833 48.056 5.083 2.694 3.167 2.611 2.639

24
Korelasi antara tiap penyebab yang diduga dominan dengan masalah, yaitu masalah rendahnya angka penjaringan terduga TB dari hasil pengujian dapat dinilai
dengan menggunakan uji korelasi r person product moment, uji regresi dan scatter diagram. Berikut hasil pengujiannya:

Kode Penyebab Diduga Dominan Diagram Scatter r r2 Dominan


X1 Kurangnya koordinasi program 0.734955 0.540158 Dominan
TBC dengan Lintas Program
Korelasi X1 dengan Y
6
5
4
y = 0.911x + 0.2603
3 R² = 0.5402

Y
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6
X1

X2 Petugas pustu dan ponkesdes tidak 0.776939 0.603635 Dominan


mengerti cara penapisan terduga
TBC yang benar Korelasi X2 dengan Y
6
5
4
y = 0.0439x + 0.1853
3 R² = 0.6036
Y

2
1
0
0 20 40 60 80 100
X2

25
Kode Penyebab Diduga Dominan Diagram Scatter r r2 Dominan
X3 Kader kesehatan tidak mengerti 0.737156 0.543399 Dominan
tanda dan gejala TBC
Korelasi X3 dengan Y
6
5 y = 0.0546x + 0.0765
4
R² = 0.5434
3

Y
2
1
0
0 20 40 60 80 100
X3

X4 Petugas investigasi keluarga pasien 0.716247 0.513009 Dominan


TBC tidak bertemu dengan semua
anggota keluarga pasien TBC Korelasi X4 dengan Y
6
5
y = 0.4093x + 0.558
4
R² = 0.513
3
Y

2
1
0
0 2 4 6 8 10
X4

26
Kode Penyebab Diduga Dominan Diagram Scatter r r2 Dominan
X5 Kurangnya kerja sama program TB 0.726998 0.528526 Dominan
dengan kader kesehatan
Korelasi X5 dengan Y
6
5
4
y = 0.7835x + 0.5277
3 R² = 0.5285

Y
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6
X5

X6 Programmer TBC tidak 0.439084 0.192795 Tidak Dominan


menyebarkan formulir terduga TB
ke Pustu dan Ponkesdes Korelasi X6 dengan Y
6
5
4 y = 0.4591x + 1.1852
3 R² = 0.1928
Y

2
1
0
0 1 2 3 4 5 6
X6

27
Kode Penyebab Diduga Dominan Diagram Scatter r r2 Dominan
X7 Kurangnya koordinasi program 0.747598 0.558903 Dominan
TBC dengan Lintas Sektor dan
Tokoh Masyarakat Korelasi X7 dengan Y
6
5
4
y = 0.9025x + 0.3073
3 R² = 0.5589

Y
2
1
0
0 1 2 3 4 5
X7

28
3.2 Penentuan Penyebab Dominan

Berdasarkan hasil pengujian korelasi antara tiap penyebab dengan masalah


Rendahnya Angka Penjaringan Terduga TB, maka dari semua penyebab yang diduga
dominan, ternyata ada 6 penyebab yang terbukti dominan dengan nilai r pearson
lebih dari 0,714, yaitu antara lain disebutkan dalam diagram pie di bawah ini:

r
X7, 0.747598289,
16.84% X1, 0.734954708,
16.55%

X2, 0.776939279,
17.50%
X5, 0.726997897,
16.37%
X4, 0.716246784,
16.13%
X3, 0.737155901,
16.60%

Dari hasil pengujian penyebab yang dominan dan berdasarkan pada diagram pie
dapat disimpulkan penyebab yang terbukti dominan ada 6 (enam) penyebab, yaitu
antara lain:
1. Petugas pustu dan ponkesdes tidak mengerti cara penapisan terduga TBC yang
benar (X2)
2. Kurangnya kerja sama program TB dengan kader kesehatan (X5)
3. Kader kesehatan tidak mengerti tanda dan gejala TBC (X3)
4. Petugas investigasi keluarga pasien TBC tidak bertemu dengan semua anggota
keluarga (X4)
5. Kurangnya koordinasi Program TBC dengan Lintas Program (X1)
6. Kurangnya koordinasi Program TBC dengan Lintas Sektor dan Tokoh
Masyarakat (X7)

Programmer TBC tidak menyebarkan formulir terduga TB ke Pustu dan Ponkesdes


(X6) dalam analisis korelasi ternyata mempunyai korelasi < 0,714 dengan masalah,
maka tim KBK sepakat menyatakan bahwa penyebab yang diduga dominan tersebut
ternyata tidak dominan mempengaruhi masalah. Sehingga dieliminasi dari rencana
perbaikan dan selanjutnya tim KBK sepakat untuk memperbaiki 6 penyebab yang
telah terbukti dominan tersebut di atas.

29
LANGKAH 4
MEMBUAT RENCANA PERBAIKAN
Periode: Minggu IV Januari 2017 s/d Minggu I Maret 2017

4.1 Membuat Alternatif Solusi


Tim KBK melakukan brainstorming pada tanggal 23 Januari 20127
untuk menentukan rencana yang akan diambil dalam melaksanakan perbaikan.
Tahap pertama adalah mencari alternatif solusi untuk perbaikan. Berikut
hasilnya:

No Penyebab Alternatif Solusi


1 Petugas pustu dan ponkesdes Pelatihan TBC Terhadap Petugas Pustu dan Ponkesdes
tidak mengerti cara
penapisan terduga TBC yang
benar (X2)
On Job Training Penapisan Terduga TBC Oleh
Programmer TBC Terlatih
Mengusulkan pelatihan TBC Petugas Pustu dan
Ponkesdes ke Dinas Kesehatan
2 Kurangnya kerja sama Mengadakan rapat pertemuan petugas puskesmas
program TB dengan kader dengan kader kesehatan untuk membahas strategi
kesehatan (X5) penemuan terduga TBC
Mengadakan pertemuan dengan kader kesehatan untuk
membahas strategi penemuan terduga TBC secara
pintu ke pintu oleh programmer TBC
3 Kader kesehatan tidak Pelatihan TBC Terhadap Petugas Pustu dan Ponkesdes
mengerti tanda dan gejala
TBC (X3)
On Job Training Penapisan Terduga TBC Oleh
Programmer TBC Terlatih
Mengusulkan pelatihan TBC Petugas Pustu dan
Ponkesdes ke Dinas Kesehatan
4 Petugas investigasi keluarga Menetapkan dan Memberlakukan Surat Keputusan
pasien TBC tidak bertemu Kepala Puskesmas Tentang Cara Investigasi Keluarga
dengan semua anggota pasien TBC
keluarga (X4)
Membentuk Tim Khusus Investigasi Keluarga Pasien
TBC
5 Kurangnya koordinasi Mengadakan pertemuan khusus untuk membahas
Program TBC dengan Lintas koordinasi dan Integrasi Lintas Program Dalam
Program (X1) Pemberantasan TBC
Mengadakan koordinasi TBC dengan Lintas Program
saat kegiatan Minilokakarya Bulanan atau Pertemuan
Tinjauan Manajemen Mutu Puskesmas
6 Kurangnya koordinasi Mengadakan pertemuan khusus koordinasi TBC
Program TBC dengan Lintas dengan Lintas Sektor dan Tokoh Masyarakat
Sektor dan Tokoh
Masyarakat (X7)
Mengadakan koordinasi TBC dengan Lintas Sektor
dan Tokoh Masyarakat saat kegiatan Minilokakarya
Lintas Sektor Triwulanan
Mengadakan koordinasi TBC dengan Lintas Sektor
dan Tokoh Masyarakat Secara Pintu ke pintu oleh
petugas puskesmas (Kepala Puskesmas dan
programmer TBC)

30
4.2 Menetapkan Solusi Final
Langkah selanjutnya Tim KBK melakukan brainstorming dan memilih serta
menetapkan solusi final yang akan digunakan sebagai rencana perbaikan.
Berikut hasilnya:

Pembobotan Kriteria
No Penyebab Alternatif Solusi Total
Biaya Keahlian Waktu
1 Petugas pustu Pelatihan TBC 1 5 3 9
dan ponkesdes Terhadap Petugas
tidak mengerti Pustu dan Ponkesdes
cara penapisan
terduga TBC
yang benar (X2)
On Job Training 5 5 1 11
Penapisan Terduga
TBC Oleh
Programmer TBC
Terlatih
Mengusulkan 1 1 1 3
pelatihan TBC
Petugas Pustu dan
Ponkesdes ke Dinas
Kesehatan
2 Kurangnya Mengadakan rapat 1 5 5 11
kerja sama pertemuan petugas
program TB puskesmas dengan
dengan kader kader kesehatan
kesehatan (X5) untuk membahas
strategi penemuan
terduga TBC
Mengadakan 5 5 3 13
pertemuan dengan
kader kesehatan
untuk membahas
strategi penemuan
terduga TBC secara
pintu ke pintu oleh
programmer TBC
3 Kader Pelatihan TBC 2 5 4 11
kesehatan tidak Terhadap Petugas
mengerti tanda Pustu dan Ponkesdes
dan gejala TBC
(X3)
On Job Training 5 5 2 12
Penapisan Terduga
TBC Oleh
Programmer TBC
Terlatih
Mengusulkan 1 1 1 3
pelatihan TBC
Petugas Pustu dan
Ponkesdes ke Dinas
Kesehatan
4 Petugas Menetapkan dan 5 5 5 15
investigasi Memberlakukan
keluarga pasien Surat Keputusan
TBC tidak Kepala Puskesmas
bertemu dengan Tentang Cara
semua anggota Investigasi Keluarga
keluarga (X4) pasien TBC
Membentuk Tim 3 5 5 13
Khusus Investigasi
Keluarga Pasien TBC

31
Pembobotan Kriteria
No Penyebab Alternatif Solusi Total
Biaya Keahlian Waktu
5 Kurangnya Mengadakan 5 5 3 13
koordinasi pertemuan khusus
Program TBC untuk membahas
dengan Lintas koordinasi dan
Program (X1) Integrasi Lintas
Program Dalam
Pemberantasan TBC
Mengadakan 5 5 2 12
koordinasi TBC
dengan Lintas
Program saat
kegiatan
Minilokakarya
Bulanan atau
Pertemuan Tinjauan
Manajemen Mutu
Puskesmas
6 Kurangnya Mengadakan 2 5 5 12
koordinasi pertemuan khusus
Program TBC koordinasi TBC
dengan Lintas dengan Lintas Sektor
Sektor dan dan Tokoh
Tokoh Masyarakat
Masyarakat
(X7)
Mengadakan 4 5 3 12
koordinasi TBC
dengan Lintas Sektor
dan Tokoh
Masyarakat saat
kegiatan
Minilokakarya Lintas
Sektor Triwulanan
Mengadakan 5 5 3 13
koordinasi TBC
dengan Lintas Sektor
dan Tokoh
Masyarakat Secara
Pintu ke pintu oleh
petugas puskesmas
(Kepala Puskesmas
dan programmer
TBC)

Berdasarkan pembobotan di atas, maka Tim KBK sepakat menggunakan solusi


perbaikan antara lain sebagai berikut:

No Penyebab Alternatif Solusi


1 Petugas pustu dan ponkesdes On Job Training Penapisan Terduga TBC Oleh
tidak mengerti cara Programmer TBC Terlatih
penapisan terduga TBC yang
benar (X2)
2 Kurangnya kerja sama Mengadakan pertemuan dengan kader kesehatan untuk
program TB dengan kader membahas strategi penemuan terduga TBC secara
kesehatan (X5) pintu ke pintu oleh programmer TBC
3 Kader kesehatan tidak On Job Training Penapisan Terduga TBC Oleh
mengerti tanda dan gejala Programmer TBC Terlatih
TBC (X3)
4 Petugas investigasi keluarga Menetapkan dan Memberlakukan Surat Keputusan
pasien TBC tidak bertemu Kepala Puskesmas Tentang Cara Investigasi Keluarga
dengan semua anggota pasien TBC
keluarga (X4)

32
5 Kurangnya koordinasi Mengadakan pertemuan khusus untuk membahas
Program TBC dengan Lintas koordinasi dan Integrasi Lintas Program Dalam
Program (X1) Pemberantasan TBC
6 Kurangnya koordinasi Mengadakan koordinasi TBC dengan Lintas Sektor
Program TBC dengan Lintas dan Tokoh Masyarakat Secara Pintu ke pintu oleh
Sektor dan Tokoh petugas puskesmas (Kepala Puskesmas, programmer
Masyarakat (X7) TBC dan perawat/bidan desa)
Mengadakan pertemuan khusus koordinasi TBC
dengan Lintas Sektor dan Tokoh Masyarakat *)
Mengadakan koordinasi TBC dengan Lintas Sektor
dan Tokoh Masyarakat saat kegiatan Minilokakarya
Lintas Sektor Triwulanan **)

Keterangan;
*) Tetap dilakukan oleh karena merupakan kegiatan rutin tahunan serta ada dana
yang memang telah dianggarkan oleh Puskesmas menggunakan Dana BOK
Anggaran Tahun 2017, yang direncanakan Bulan Februari 2017.
**) Tetap dilakukan oleh karena merupakan kegiatan rutin tahunan serta ada
dana yang memang telah dianggarkan oleh Puskesmas menggunakan Dana BOK
Anggaran Tahun 2017, yang direncanakan Bulan April 2017.

33
4.3 Detail Rencana Solusi Final
Berikut adalah rencana perbaikan tersebut:
Matrix Rencana Perbaikan Hasil Brainstorming

No Penyebab Why What Where When Who How How Much


Dominan
1 Petugas pustu Terduga TB Mengadakan On 12 Desa 6 sd 11 Penanggung 1. Tgl. 26 sd 27 Januari 2017, programmer TBC Biaya:
dan ponkesdes Sebagian besar Job Training (Rumah Februari Jawab: AT menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) Menggunakan Dana
tidak mengerti ditemukan oleh (OJT) Pasien TBC) 2017, Jam Hidayati. dan silabus OJT Penapisan Terduga TBC BOK Pengendalian
cara penapisan BP Umum Induk “Penapisan 08.00 sd untuk petugas pustu dan ponkesdes. Penyakit Anggaran
terduga TBC Puskesmas Terduga TBC 14.00 Nara Sumber: 2. Tgl. 28 Januari 2017, programmer TBC tahun 2017. Enam hari
yang benar Maesan sebab Yang Benar” (Setiap Hari Anwar Hidayat menyampaikan usulan KAK dan silabus OJT x satu petugas @ Rp.
petugas pustu Terhadap 2 Desa) (Programmer kepada Kepala Puskesmas. 10.000,- = Rp. 60.000,-
dan ponkesdes petugas pustu TBC terlatih 3. Tgl. 30 Januari 2017, programmer TBC
tidak melakukan dan ponkesdes periode tahun berkoordinasi dengan Petugas Pustu dan Kriteria keberhasilan
investigasi pada 2015 sd sekarang) Ponkesdes perihal rencana dan jadwal OJT. Pelaksanaan:
keluarga pasien 4. Tgl. 6 sd 11 Februari, kegiatan OJT OJT dilkaukan pada
TBC Penapisan Terduga TBC bagi petugas pustu semua petugas pustu
dan ponkesdes di 12 desa (Tiap hari 2 desa, dan ponkesdes pada 12
tiap desa 2 petugas yang dilatih: Perawat dan desa, masing-masing 1
bidan desa). Kegiatan Dilaksanakan bersama perawat dan 1 bidan,
dengan kegiatan OJT TBC pada Kader sehingga total = 2 x 12
kesehatan (Perbaikan penyebab no 3). pustu/ponkesdes = 24
5. Petugas pustu menerapkan hasil OJT dan petugas.
programmer TBC secara berkala Kriteria keberhasilan:
melaksanakan monitoring evaluasi terhadap
penerapan pelatihan tersebut.
2 Kurangnya Rujukan terduga Melaksanakan Rumah 30 Januari sd Penanggung 1. Tgl. 26 sd 27 Januari 2017, programmer TBC Biaya Menggunakan
kerja sama TB oleh kader kerja sama Kader 2 Februari Jawab: Prayogi menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) Dana BOK
program TB kesehatan kurang (MOU) dengan Kesehatan 2017, Jam Ika H dengan kader kesehatan untuk membuat Pengendalian Penyakit
dengan kader oleh karena kader kesehatan pada 12 08.00 sd MOU pemberantasan TBC melalui teknik Anggaran tahun 2017.
kesehatan programmer dalam rangka desa, Tiap 14.00 Nara Sumber: pintu ke pintu. Empat hari x satu
TBC tidak penemuan desa dipilih Anwar Hidayat petugas @ Rp.
melibatkan kader terduga TBC 10.000,- = Rp. 40.000,-

34
No Penyebab Why What Where When Who How How Much
Dominan
kesehatan dalam melalui cara satu kader (Programmer 2. Tgl. 28 Januari 2017, programmer TBC
penemuan pintu ke pintu kesehatan. TBC) menyampaikan usulan KAK kepada Kepala Kriteria keberhasilan
terduga TBC (programmer Puskesmas. Pelaksanaan:
TBC bertamu ke 3. Tgl. 30, 31 Januari, 1 dan 2 Februari, Pertemuan diikuti oleh
rumah kader Programmer mengadakan kunjungan pintu 1 kader per desa,
kesehatan) ke pintu ke rumah kader kesehatan untuk sehingga total = 1 x 12
koordinasi upaya pemberantasan TBC (12 pustu/ponkesdes = 12
kader, per desa 1 kader, sehari 3 kader, total kader.
4 hari). Kunjungan dilakukan oleh
Programmer TBC, Perawat dan desa
setempat.
4. Programmer TBC, Petugas pustu dan
ponkesdes serta kader kesehatan
melaksanakan hasil MOU.
5. Programmer TBC melaksanakan monitoring
evaluasi secara berkala terhadap penerapan
MOU tersebut.
3 Kader Rujukan terduga Melaksanakan Aula 6 sd 11 Penanggung 1. Tgl. 26 sd 27 Januari 2017, programmer TBC Biaya:
kesehatan tidak TB oleh kader OJT TBC kepada Puskesmas Februari Jawab: Totok menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Kegiatan bersama
mengerti tanda kesehatan kurang kader kesehatan Maesan 2017, Jam Pristiwanto silabus OJT TBC untuk kader kesehatan. dengan kegiatan
dan gejala TBC oleh karena kader 08.00 sd 2. Tgl. 28 Januari 2017, programmer TBC penyebab no 1,
tidak memahami 15.00 menyampaikan usulan KAK dan silabus OJT sehingga 1 biaya untuk
gejala dan tanda TBC untuk kader kesehatan kepada Kepala 2 kegiatan bersama-
TBC Nara Sumber: Puskesmas. sama.
1. Nurhasan 3. Tgl. 30 Januari sd 2 Februari 2017, 100%:
(Programmer programmer TBC berkoordinasi dengan Pertemuan diikuti oleh
TBC terlatih kader kesehatan perihal rencana dan jadwal 1 kader per desa,
periode tahun OJT. Dilaksanakan saat kegiatan koordinasi sehingga total = 1 x 12
2000 sd 2015) TBC dengan kader melalui teknik pintu ke pustu/ponkesdes = 12
2. Anwar Hidayat pintu (perbaikan penyebab no 2). kader.
(Programmer 4. Tgl. 6 sd 11 Februari 2017, kegiatan OJT
TBC terlatih TBC untuk kader kesehatan di 12 desa (Tiap
periode tahun hari 2 desa, tiap desa 1 kader yang dilatih).

35
No Penyebab Why What Where When Who How How Much
Dominan
2015 sd Kegiatan Dilaksanakan bersama dengan
sekarang) kegiatan OJT Penapisan Terduga TBC pada
3. Prayogi Ika H petugas Pustu dan Ponkesdes (Perbaikan
(Programmer penyebab no 1).
HIV) 5. Kader kesehatan menerapkan hasil OJT dan
4. Annisa programmer TBC secara berkala
Sholihatin melaksanakan monitoring evaluasi terhadap
(Programmer penerapan OJT tersebut.
Promkes)
4 Petugas Terduga TB Mewajibkan agar Puskesmas Tgl. 25 sd 27 Penanggung 1. Tgl. 25 Januari 2017, programmer TBC Biaya:
investigasi Sebagian besar semua petugas Maesan Januari 2017 Jawab: Agung dan Agung Widyanto menyusun draft Surat Tidak ada biaya
keluarga pasien ditemukan oleh yang melakukan Widyanto keputusan (SK) Kepala Puskesmas tentang
TBC tidak BP Umum Induk investigasi pada kewajiban bagi petugas investigasi Kriteria keberhasilan
bertemu dengan Puskesmas keluarga pasien Pelaksana: keluarga pasien TBC untuk menemui Pelaksanaan:
semua anggota Maesan sebab TBC dapat Programmer TBC semua anggota keluarga pasien TBC dan SK dibuat tepat waktu
keluarga pasien temuan terduga menemui semua melakukan pemeriksaan lengkap terhadap dan disosialisasikan.
TBC TBC dari anggota keluarga dugaan kasus TBC.
keluarga pasien dan melakukan 2. Tgl. 26 Januari 2017, programmer TBC
TBC jumlahnya pemeriksaan mengusulkan persetujuan dan pengesahan
sedikit. lengkap terhadap SK tentang kewajiban bagi petugas
gejala dan tanda investigasi keluarga pasien TBC untuk
TBC menemui semua anggota keluarga pasien
TBC. Jika diperlukan, kegiatan investigasi
dilakukan sore hari agar dapat menemui
semua anggota keluarga pasien TBC.
3. Tgl. 27 Januari 2017, programmer TBC
sosialisasi kepada semua petugas pustu dan
ponkesdes serta petugas lainnya yang
terlibat investigasi keluarga pasien TBC
perihal SK tentang kewajiban bagi petugas
investigasi keluarga pasien TBC untuk
menemui semua anggota keluarga pasien
TBC.

36
No Penyebab Why What Where When Who How How Much
Dominan
4. Petugas investigasi, baik programmer
TBC, petugas pustu dan ponkesdes serta
petugas investigasi lainnya menjalankan
SK tersebut
5. Programmer TBC melaksanakan
monitoring evaluasi secara berkala
terhadap pelaksanaan SK tersebut.
5 Kurangnya Masyarakat yang Mengadakan Aula Tgl. 15 Penanggung 1. Tgl. 26 sd 27 Januari 2017, Programmer Biaya:
kerja sama dan mempunyai koordinasi dan Puskesmas Februari Jawab: Prayogi TBC menyusun KAK pertemuan Tidak ada biaya
koordinasi gejala TBC tidak integrasi upaya Maesan 2017 Ika H penguatan koordinasi lintas program dalam
program TBC mau periksa TBC pemberantasan upaya pemberantasan TBC Kriteria keberhasilan
dengan lintas ke puskesmas TBC terutama Pelaksana: 2. Tgl 13 Februari 2017, TU membuat surat Pelaksanaan:
program oleh karena penyuluhan TBC Programmer TBC undangan pertemuan penguatan koordinasi Pertemuan diikuti oleh
kesadaran dan oleh berbagai lintas program upaya TBC. Peserta minimal 90%
pemahaman program yang pertemuan adalah semua penanggung penanggung jawab
terhadap TBC ada di jawab program puskesmas dan kepala unit program dan kepala
rendah yang puskesmas. pelayanan klinis. unit pelayanan klinis.
diakibatkan oleh 3. Tgl. 15 Februari 2017, Kegiatan pertemuan
kurangnya penguatan koordinasi lintas program upaya
informasi atau TBC.
promosi Materi Pertemuan:
kesehatan oleh a. Ceramah oleh programmer TBC perihal:
berbagai pihak, Regulasi program TBC terbaru,
termasuk penerapan International Standart TB
pelaksana Care (ISTC), Pentingnya Health
program- Education TBC, Kolaborasi TB – HIV,
program TB – KIA, TB - DM dan TB Anak.
puskesmas. b. Diskusi strategi integrasi program TBC
dengan program lainnya.
c. Membuat kesepakatan kerja sama.
4. Programmer TBC, penanggung jawab dan
pelaksana program lain di Puskesmas
Maesan menerapkan hasil pertemuan.

37
No Penyebab Why What Where When Who How How Much
Dominan
5. Programmer TBC melaksanakan
monitoring evaluasi secara berkala
terhadap kesepakatan hasil pertemuan.
6 Kurangnya Masyarakat yang Mengadakan Aula Tgl. 16 Penanggung 1. Tgl. 26 sd 27 Januari 2017, Programmer Biaya:
kerja sama dan mempunyai kegiatan Puskesmas Februari Jawab: Ahmad TBC menyusun KAK pertemuan Konsumsi: 50
koordinasi gejala TBC tidak pertemuan Maesan 2017 Syahrul B penguatan koordinasi lintas sektor dan Undangan @ Rp.
program TBC mau periksa TBC penguatan Pelaksana: tokoh masyarakat 36.500,- = Rp.
dengan lintas ke puskesmas koordinasi upaya Programmer TBC 2. Tgl. 16 Februari, Kegiatan pertemuan 1.825.000,-
sektor dan oleh karena pemberantasan penguatan koordinasi lintas sektor upaya Transport: 50
tokoh kesadaran dan TBC bersama- TBC. Undangan @ Rp.
masyarakat pemahaman sama dengan Materi Pertemuan: 30.000,- = Rp.
terhadap TBC tokoh masyarakt a. Ceramah oleh programmer TBC perihal: 1.500.000,-
rendah yang dan lintas ektor Informasi dasar TB, Situasi terkini TB, Biaya Total: Rp.
diakibatkan oleh terkait. Pentingnya Health Education TBC, 3.325.000,-
kurangnya pentingnya kerja sama lintas sektor dan
informasi atau pihak terkait lainnya dalam upaya Kriteria keberhasilan
promosi pemberantasan TBC. Pelaksanaan:
kesehatan oleh b. Diskusi strategi integrasi program TBC Pertemuan diikuti oleh
berbagai pihak, dengan program lintas sektor lainnya dan minimal 80%
termasuk oleh tokoh masyarakat. undangan.
tokoh masyarakat c. Membuat kesepakatan kerja sama
dan lintas sektor. (MOU).
3. Programmer TBC, lintas sektor dan tokoh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Maesan menjalankan MOU.
4. Programmer TBC melaksanakan
monitoring evaluasi secara berkala
terhadap pelaksanaan MOU.
Mengadakan Balai Desa Tgl. 17 Penanggung 1. Tgl. 26 sd 27 Januari 2017, Programmer Biaya:
koordinasi TBC Setempat Februari sd 2 Jawab: Totok TBC menyusun KAK pertemuan Tidak ada biaya
dengan Lintas atau tempat Maret 2017 Pristiwanto penguatan koordinasi lintas sektor dan
Sektor dan tinggal lintas Jam 08.00 sd Pelaksana: Kepala tokoh masyarakat
Tokoh sektor/ 14.00 WIB. Puskesmas,

38
No Penyebab Why What Where When Who How How Much
Dominan
Masyarakat tokoh Programmer TBC, 2. Tgl. 17 Februari sd 2 Maret 2017, Kegiatan Kriteria keberhasilan
Secara Pintu ke masyarakat Perawat atau koordinasi lintas sektor/tokoh masyarakat Pelaksanaan:
pintu oleh Bidan Desa. upaya TBC dengan dengan cara kunjungan Koordinasi
petugas pintu ke pintu balai desa setempa/tempat menjangkau minimal
puskesmas tinggal lintas sektor/tokoh masyarakat. 80% sasaran.
(Kepala (Satu hari 1 desa, tiap desa 1 kunjungan ke
Puskesmas, kepala desa dan 1 kunjungan ke tokoh
programmer masyarakat).
TBC dan Kepala Puskesmas dan Programmer TBC
perawat/bidan mengunjungi Kepala Desa di Balai Desa
desa) setempat.
Perawat/Bidan Desa mengunjungi tokoh
masyarakat di tempat tinggal tokoh
masyarakat tersebut.
Teknik koordinasi:
a. Penyampaian oleh Kepala Puskesmas
dan Programmer TBC perihal
pentingnya pemberantasan TBC dan
penemuan terduga TBC.
b. Diskusi strategi integrasi program TBC
puskesmas dengan program desa di
bidang kesehatan serta peran serta tokoh
masyarakat dalam pemberantasan TBC.
c. Membuat kesepakatan kerja sama
(MOU).
3. Programmer TBC, lintas sektor dan tokoh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Maesan menjalankan MOU.
4. Programmer TBC melaksanakan
monitoring evaluasi secara berkala
terhadap pelaksanaan MOU.

39
No Penyebab Why What Where When Who How How Much
Dominan
Mengadakan Pendopo Tgl. 4 Maret Penanggung 1. Tgl. 4 Maret 2017, Mengadakan koordinasi Biaya:
koordinasi TBC Kecamatan 2017 Jawab: Ahmad TBC dengan Lintas Sektor dan Tokoh Biaya include dalam
dengan Lintas Maesan Syahrul B Masyarakat saat kegiatan Minilokakarya biaya kegiatan Minlok
Sektor dan Pelaksana: Lintas Sektor Triwulanan: Lintas Sektor
Tokoh Programmer TBC a. Programmer TBC menyampaikan Triwulanan
Masyarakat saat perihal pentingnya koordinasi dan peran
kegiatan serta lintas sektor/tokoh masyarakat Kriteria keberhasilan
Minilokakarya dalam upaya pemberantasan TBC Pelaksanaan:
Lintas Sektor terutama penemuan terduga TBC. Pertemuan diikuti oleh
Triwulanan d. Diskusi strategi integrasi program TBC minimal 80%
puskesmas dengan program desa di undangan.
bidang kesehatan serta peran serta tokoh
masyarakat dalam pemberantasan TBC.
e. Membuat kesepakatan kerja sama
(MOU).
2. Programmer TBC, lintas sektor dan tokoh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Maesan menjalankan MOU.
3. Programmer TBC melaksanakan
monitoring evaluasi secara berkala
terhadap pelaksanaan MOU.

40
4.4 Prototype Produk Improvement
Berikut prototype produk improvement dari rencana perbaikan:

Kecamatan

Kepala Puskesmas dan


Kepala Desa dan Staf
Koordinasi/Integrasi Programmer TBC
Kegiatan &
Monev & Anggaran OJT, Monev &
Dukungan Dukungan
Logistik

Koordinasi
Koordinasi
/Integrasi Koordinasi Perawat/Bidan
Kader Di Desa /Integrasi K
Kegiatan i Desa
Kegiatan o
o
Penyuluhan TBC Penyuluhan & Investigasi Klg. Ps. TBC r
& Wajib bertemu dg semua anggota d
keluarga Ps. TBC
i
Tokoh Tokoh n
Masya- Masyarakat Masya- a
rakat & rakat & s
Tokoh Tokoh i
Agama Keluarga Agama
Pasien TBC

Pasien
TBC Penyuluhan TBC
Penyuluhan TBC

Lintas
Program
Puskesmas

Temuan Terduga
TBC

Terduga Periksa
TBC

41
4.5 Analisa Resiko

No Rencana Perbaikan Potensi Resiko Tingkat Mitigasi Resiko


Resiko
1 Mengadakan On Job Petugas pustu dan Tinggi Membentuk sistem Monev
Training (OJT) ponkesdes tidak berjenjang (Kepala Puskesmas –
“Penapisan Terduga menerapkan hasil Koordinator UKM –
TBC Yang Benar” OJT Programmer TBC – Petugas
Terhadap petugas Pustu dan Ponkesdes) dengan
pustu dan ponkesdes disertai alat bantu berupa “buku
bantu kegiatan TBC”
Petugas Pustu dan Sedang Menerapkan dan monev
Ponkesdes saat terhadap pelaksanaan SOP
menerapkan OJT investigasi keluarga pasien TBC
dalam bentuk (Langkah dalam SOP
investigasi menggunakan prinsip universal
keluarga pasien precaution/ perlindungan diri
TBC dapat tertular terhadap resiko tertular TBC
TBC bagi petugas)
Programmer TBC Rendah Membentuk sistem Monev
tidak berjenjang (Kepala Puskesmas –
melaksanakan Koordinator UKM –
Monev terhadap Programmer TBC – Petugas
penerapan hasil Pustu dan Ponkesdes) dengan
OJT disertai alat bantu berupa “buku
bantu kegiatan TBC”
Dengan Sedang Programmer TBC membuat dan
peningkatan menerapkan SOP pemeliharaan
terduga TBC logistik
beresiko
kehabisan stock
formulir TB 05
dan sputum pot
untuk rujukan
terduga TBC
Terduga TBC Tinggi Puskesmas membuat wastafel di
yang telah periksa tempat terbuka di puskesmas,
ke Puskesmas sehingga pasien TBC yang harus
tidak kembali lagi periksa BTA hari itu juga dapat
keesokan harinya mengeluarkan dahak dan
untuk langsung diperiksa BTA nya.
mengirimkan
dahak sebagai
bahan
pemeriksaan BTA
2 Melaksanakan kerja Kader kesehatan Rendah Penyampaian informasi pada
sama (MOU) dengan menolak untuk kader bahwa TBC mudah
kader kesehatan diajak kerja sama dihindari penularannya jika
dalam rangka dalam menerapkan prinsip
penemuan terduga pemberantasan perlindungan diri yang tepat,
TBC melalui cara TBC karena takut seperti menggunakan masker,
pintu ke pintu tertular TBC penyuluhan etika batuk pada
(programmer TBC pasien TBC, perbaikan gizi
bertamu ke rumah petugas dan berkomunikasi
kader kesehatan) dengan pasien TBC berlawanan
arah angin.

42
No Rencana Perbaikan Potensi Resiko Tingkat Mitigasi Resiko
Resiko
3 Melaksanakan OJT Kader kesehatan Tinggi Membentuk sistem Monev
TBC kepada kader tidak menerapkan berjenjang (Kepala Puskesmas –
kesehatan hasil OJT Koordinator UKM –
Programmer TBC – Petugas
Pustu dan Ponkesdes) dengan
disertai alat bantu berupa “buku
bantu kegiatan TBC”
Kader kesehatan Sedang Menerapkan dan monev
saat menerapkan terhadap pelaksanaan SOP
OJT dalam bentuk investigasi keluarga pasien TBC
investigasi (Langkah dalam SOP
keluarga pasien menggunakan prinsip universal
TBC dapat tertular precaution/ perlindungan diri
TBC terhadap resiko tertular TBC
bagi petugas)
Programmer TBC Rendah Membentuk sistem Monev
tidak berjenjang (Kepala Puskesmas –
melaksanakan Koordinator UKM –
Monev terhadap Programmer TBC – Petugas
penerapan hasil Pustu dan Ponkesdes) dengan
OJT disertai alat bantu berupa “buku
bantu kegiatan TBC”

Dengan Sedang Programmer TBC membuat dan


peningkatan menerapkan SOP pemeliharaan
terduga TBC logistik
beresiko
kehabisan stock
formulir TB 05
dan sputum pot
untuk rujukan
terduga TBC

Programmer TBC Sedang Programmer TBC membuat dan


kesulitan mendistribusikan formulir
membedakan Rujukan TBC oleh kader
rujukan terduga kesehatan dan formulir Rujukan
TBC oleh petugas TBC oleh petugas pustu dan
pustu dan ponkesdes
ponkesdes atau
oleh kader
kesehatan
Terduga TBC Tinggi Puskesmas membuat wastafel di
yang telah periksa tempat terbuka di puskesmas,
ke Puskesmas sehingga pasien TBC yang harus
tidak kembali lagi periksa BTA hari itu juga dapat
keesokan harinya mengeluarkan dahak dan
untuk langsung diperiksa BTA nya.
mengirimkan
dahak sebagai
bahan
pemeriksaan BTA
4 Mewajibkan agar Petugas Tinggi Membentuk sistem Monev
semua petugas yang investigasi tidak berjenjang (Kepala Puskesmas –
melakukan mematuhi Koordinator UKM –
investigasi pada kewajiban untuk Programmer TBC – Petugas
keluarga pasien TBC bertemu dengan Pustu dan Ponkesdes) dengan
dapat menemui semua anggota

43
No Rencana Perbaikan Potensi Resiko Tingkat Mitigasi Resiko
Resiko
semua anggota keluarga pasien disertai alat bantu berupa “buku
keluarga dan TBC bantu kegiatan TBC”
melakukan
pemeriksaan lengkap
terhadap gejala dan
tanda TBC
5 Mengadakan Lintas program Rendah Membentuk sistem
koordinasi dan tidak menerapkan pendampingan oleh programmer
integrasi upaya hasil koordinasi TBC kepada lintas program
pemberantasan TBC serta menerapkan koordinasi
terutama penyuluhan secara elektronik menggunakan
TBC oleh berbagai grup whatsapp
program yang ada di
puskesmas.
6.a Mengadakan Lintas Sedang Sebelum pertemuan, puskesmas
kegiatan pertemuan sektor/tokoh berkoordinasi dengan kecamatan
penguatan koordinasi masyarakat tidak agar camat ikut membantu atau
upaya pemberantasan antusias terhadap menekankan kepada lintas
TBC bersama-sama program TBC oleh sektor/tokoh masyarakat bahwa
dengan tokoh karena kegiatan dalam bentuk
masyarakat dan lintas kegiatannya tidak penyuluhan dan investigasi
sektor terkait. dalam bentuk keluarga pasien TBC tidak kalah
pembangunan penting dibandingkan
fisik/ infrastruktur pembangunan fisik serta dapat
dianggarkan melalui dana desa
dengan mata anggaran
pemberdayaan masyarakat
6.b Mengadakan Lintas Sedang Sebelum pertemuan, puskesmas
koordinasi TBC sektor/tokoh berkoordinasi dengan kecamatan
dengan Lintas Sektor masyarakat tidak agar camat ikut membantu atau
dan Tokoh antusias terhadap menekankan kepada lintas
Masyarakat Secara program TBC oleh sektor/tokoh masyarakat bahwa
Pintu ke pintu oleh karena kegiatan dalam bentuk
petugas puskesmas kegiatannya tidak penyuluhan atau kegiatan non
(Kepala Puskesmas, dalam bentuk fisik lainnya tidak kalah penting
programmer TBC pembangunan dibandingkan pembangunan
dan perawat/bidan fisik/ infrastruktur fisik serta dapat dianggarkan
desa) melalui dana desa dengan mata
anggaran pemberdayaan
masyarakat
6.c Mengadakan Lintas Sedang Sebelum pertemuan, puskesmas
koordinasi TBC sektor/tokoh berkoordinasi dengan kecamatan
dengan Lintas Sektor masyarakat tidak agar camat ikut membantu atau
dan Tokoh antusias terhadap menekankan kepada lintas
Masyarakat saat program TBC oleh sektor/tokoh masyarakat bahwa
kegiatan karena kegiatan dalam bentuk
Minilokakarya Lintas kegiatannya tidak penyuluhan atau kegiatan non
Sektor Triwulanan dalam bentuk fisik lainnya tidak kalah penting
pembangunan dibandingkan pembangunan
fisik/ infrastruktur fisik serta dapat dianggarkan
melalui dana desa dengan mata
anggaran pemberdayaan
masyarakat

44
4.6 Penetapan intermediate target

No Penyebab Dominan Intermediate Target


1 Petugas pustu dan ponkesdes 1. Jumlah rujukan terduga TBC oleh petugas pustu dan
tidak mengerti cara ponkesdes meningkat dari 6 menjadi minimal 72 per 3
penapisan terduga TBC yang bulan atau 24 per bulan atau 6 per minggu.
benar
2. Perbandingan temuan terduga TB antara BP Umum dan
Petugas Pustu dari 9:1, berubah menjadi 5:5.
2 Kurangnya kerja sama Peran serta kader dalam kegiatan TB di desa meningkat
program TB dengan kader dari 0 menjadi 12 kali per 3 bulan atau 4 kali per bulan
kesehatan atau 1 kali per minggu.
3 Kader kesehatan tidak Rujukan terduga TB oleh kader meningkat dari 0 menjadi
mengerti tanda dan gejala 36 per 3 bulan atau 12 per bulan atau 3 per minggu.
TBC
4 Petugas investigasi keluarga Jumlah rujukan terduga TBC yang ditemukan dari anggota
pasien TBC tidak bertemu keluarga pasien TBC meningkat dari 15 per 3 bulan
dengan semua anggota menjadi minimal sebanyak 36 terduga per 3 bulan atau 12
keluarga pasien TBC per bulan atau 3 per minggu.
5 Programmer TBC tidak 1. Setiap penanggung jawab atau pelaksana program
melakukan koordinasi lintas puskesmas melakukan kunjungan ke desa, selalu
program memberikan penyuluhan TBC.

2. Angka Penyuluhan TBC oleh lintas program dari 0 per


3 bulan, meningkat menjadi 180 kali per 3 bulan atau
60 kali per bulan atau 12 kali per minggu.
6 Programmer TBC tidak Kegiatan penyuluhan TBC oleh lintas sektor atau tokoh
bekerja sama dengan lintas masyarakat meningkat dari 0 menjadi 4 kali per 3 bulan
sektor dan tokoh masyarakat atau 1 kali per bulan.

Tim KBK sepakat menentukan intermediate target dengan


pertimbangan:
1. Tim KBK mampu untuk menyelesaikan 6 penyebab masalah tersebut
2. Tim KBK dengan pihak manajemen mempunyai sumberdaya yang cukup
untuk menyelesaikan faktor penyebab tersebut
3. Faktor penyebab tersebut mempengaruhi masalah yang berkaitan langsung
dengan keselamatan dan nyawa pasien atau masyarakat wilayah kerja
Puskesmas Maesan.
4. Apabila intermediate target tersebut dilakukan monitoring evaluasi secara
kontinyu maka dapat meningkatkan jumlah rujukan terduga TBC secara
langsung maupun tidak langsung.

45
KOMENTAR MANAJEMEN

PENGESAHAN

Bondowoso, 24 Januari 2017

Fasilitator Ketua KBK

drg. Ratna Sari Dewi Anwar Hidayat, Amd. Kep


NIP. 19760621 200501 2 011 NIP. 19811230 200312 1 002

Kepala Puskesmas Maesan

drg. Cicik Norma Isa


NIP. 19701225 200604 2 009

46
LANGKAH 5
MELAKSANAKAN PERBAIKAN
Periode: Minggu I Maret 2017 s/d Minggu IV Mei 2017

5.1 Pelaksanaan Perbaikan


Proses pelaksanaan perbaikan adalah sebagai berikut:

Implementasi Keputusan
No Masalah Penyebab Where When Who Monev
Solusi KBK
1 Terduga Petugas OJT Penapisan Tempat 6 sd 11 Penanggung OJT dilaksanakan pada semua petugas desa (petugas pustu dan ponkesdes: Pelaksanaan
TBC Pustu dan terduga TBC Tinggal Februari Jawab: AT perawat dan bidan desa) Puskesmas Maesan pada Tgl. 6 sd 11 Februari 2017. berjalan
sebagian Ponkesdes kepada petugas Pasien TBC 2017 Hidayati. Jam pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu berlangsung mulai pukul 08.00 sesuai
besar tidak pustu dan (Satu tiap (1 hari 1 sd 14.00 dengan melibatkan 1 orang nara sumber (instruktur OJT) yang telah dengan
ditemukan mengerti ponkesdes desa) desa, 1 desa Pelaksana: direncanakan. Materi OJT diberikan sesuai dengan silabus yang disusun dan rencana
oleh BP cara 1 kali Programmer acara berjalan lancar, dimana OJT dilaksanakan langsung bertemu dengan yang
umum sebab penapisan sebanyak TBC terduga pasien TBC. OJT disertai sesi tanya jawab dan berlangsung dengan disusun.
rujukan terduga 12 desa) baik serta penyusunan RTL oleh petugas pustu dan ponkesdes berhasil disusun Hasil
terduga TBC TBC yang dan disepakati bersama. monitoring
oleh petugas benar baik dan
pustu dan Kesepakatan bersama yang dibuat saat pelatihan: Oleh karena semua petugas mengarah
ponkesdes pustu dan ponkesdes telah mendapatkan OJT TBC, sehingga pengetahuan dan pada
kurang ketrampilannya dalam rangka penapisan terduga TBC telah meningkat, maka pecapaian
petugas pustu dan ponkesdes sepakat untuk: intermediate
1. Meningkatkan jumlah rujukan terduga TBC. Dimana dalam jangka waktu target
3 bulan harus meningkat minimal sebanyak 72 rujukan.
2. Perbandingan temuan terduga TBC oleh BP umum dan oleh petugas pustu
dan ponkesdes minimal sebesar 5:5.
3. Rujukan terduga TBC ditemukan dari berbagai kelompok umur dan
golongan, termasuk bayi atau anak, ibu hamil, ibu bersalin dan nifas, pasien
HIV, pasien DM dan pasien dengan kondisi imunosupressive demi
mensukseskan program kolaborasi TB – Anak, TB – KIA, TB – HIV dan
TB – DM.

47
Implementasi Keputusan
No Masalah Penyebab Where When Who Monev
Solusi KBK
Programmer TBC telah menyusun rencana kerja monitoring evaluasi
penerapan hasil pelatihan.

Hasil monitoring temuan terduga TBC selama masa uji coba antara tanggal 6
maret sd 27 Mei 2017 adalah sebagai berikut:

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Terduga TBC Oleh BP Umum


Terduga TBC Oleh Pustu Ponkesdes

Selama dilakukan monitoring 12 minggu, jumlah terduga TBC yang


ditemukan oleh petugas pustu dan ponkesdes sebanyak minimal 6 terduga tiap
minggunya, dimana mencapai intermediate target mingguan yaitu sebanyak 6
terduga. Diagram 4.8 diatas juga menunjukkan trend temuan terduga TBC oleh
petugas pustu dan ponkesdes setiap minggunya terus meningkat.

Perbandingan temuan oleh petugas pustu ponkesdes dibandingkan temuan oleh


BP umum juga meningkat setiap minggunya dan tidak pernah lebih rendah dari

48
Implementasi Keputusan
No Masalah Penyebab Where When Who Monev
Solusi KBK
temuan BP umum, sehingga grafik diatas menunjukkan bahwa perbandingan
antara temuan terduga TBC oleh petugas pustu dan ponkesdes dengan BP
Umum telah melebihi intermediate target mingguan yaitu sebesar 50% dan
tidak ada penyimpangan yang terjadi.
2 Tidak ada Kurangnya Melaksanakan Rumah Tgl. 30 Penanggung Programmer TBC berhasil menemui semua kader yang menjadi sasaran, Pelaksanaan
peran serta kerja sama kerja sama kader Januari sd 2 Jawab: dimana tiap desa ada 1 kader kesehatan aktif yang dikunjungi. Pertemuan berjalan
kader program (MOU) dengan kesehatan Februari Prayogi Ika H dilaksanakan sesuai rencana pada Tgl. 30 Januari sd 2 Februari 2017 dan sesuai
kesehatan TBC kader kesehatan (1 desa 1 2017 dan berlangsung mulai pukul 08.00 sd 12.00. Acara berlangsung sesuai dengan dengan
dalam dengan dalam rangka kader berlangsung Pelaksana: KAK yang disusun dan berjalan lancar, dimana pertemuan berjalan dua arah rencana
kegiaan TBC kader penemuan sebanyak mulai pukul Programmer dan terdapat sesi tanya jawab yang berlangsung dengan baik. yang
kesehatan terduga TBC 12 desa) 08.00 sd TBC disusun.
secara pintu ke 12.00. Kesepakatan bersama (MOU) yang dibuat saat pertemuan: Oleh karena semua Hasil
pintu (rumah (1 hari 3 kader telah mengerti informasi dasar TBC dan pentingnya upaya monitoring
kader) desa) pemberantasan TBC, maka kader yang ditemui sepakat untuk: baik dan
1. Berperan serta membantu puskesmas dalam upaya pemberatantasan TBC mengarah
terutama upaya penjaringan terduga TBC secara aktif di desa. pada
2. Meningkatkan jumlah Peran serta kader dalam kegiatan TBC di desa pecapaian
minimal 12 kali per 3 bulan atau 4 kali per bulan atau 1 kali per minggu.. intermediate
3. Peran serta kader bukan hanya sebatas menemukan terduga TBC dan target
membawa terduga tersebut periksa ke Puskesmas, melainkan juga dalam
kegiatan TBC lainnya seperti penyuluhan, pendampingan pasien TBC yang
sedang diobati agar rutin ambil dan minum obat, memfasilitasi keluarga
pasien TB agar menciptakan kondisi rumah yang memiliki ventilasi dan
pencahayaan baik.
Sepakat membentuk wadah, forum komunikasi atau paguyuban kegiatan
pemberantasan TB oleh masyarakat yang peduli TB. Wadah tersebut nantinya
diharapkan beranggotakan masyarakat yang peduli TB, baik kader kesehatan,
lintas sektor maupun tokoh masyarakat.

Programmer TBC telah menyusun rencana kerja monitoring evaluasi


penerapan hasil pertemuan.

49
Implementasi Keputusan
No Masalah Penyebab Where When Who Monev
Solusi KBK
Hasil monitoring bentuk kerja sama dengan kader (peran serta kader dalam
program TB) selama masa uji coba antara tanggal 6 maret sd 27 Mei 2017
adalah sebagai berikut:

16
14
12
10
8
6
4
2
0

Peran Serta Kader Dalam Kegiatan TB

Selama masa monitoring perbaikan, frekuensi peran serta kader kesehatan


dalam kegiatan TBC di desa tiap minggunya minimal sebanyak 2 kali.
Jumlahnya menunjukkan trend meningkat tiap minggunya hingga minggu ke-
12 dan tidak ada penyimpangan yang terjadi.
3 Tidak ada Kader OJT TBC Tempat 6 sd 11 Penanggung OJT dilakukan oleh programmer TBC terhadap semua kader yang menjadi Pelaksanaan
rujukan kesehatan kepada kader Tinggal Februari Jawab: Totok sasaran, dimana tiap desa ada 1 kader kesehatan aktif yang diberi OJT. berjalan
terduga TBC tidak kesehatan Pasien TBC 2017 (1 hari Pristiwanto Kegiatan OJT dilaksanakan sesuai rencana pada Tgl. 6 sd 11 Februari 2017 sesuai
oleh kader mengerti (Satu tiap 1 desa, 1 bersamaan dengan OJT TBC kepada petugas pustu dan ponkesdes serta dengan
kesehatan tanda dan desa) desa 1 kali Pelaksana: berlangsung mulai pukul 08.00 sd 14.00. rencana
gejala TBC sebanyak Programmer Acara berlangsung sesuai dengan KAK dan silabus yang disusun dan acara yang
12 desa) TBC berjalan lancar, dimana OJT diakhiri dengan sesi tanya jawab dan berhasil disusun.
disusun dan disepakati RTL oleh kader dan programmer TBC. Hasil
Teknik penapisan terduga TBC dan cara komunikasi efektif TBC berhasil monitoring
disampaikan dan dipraktekkan oleh kader, sehingga kader telah dibekali baik dan
mengarah

50
Implementasi Keputusan
No Masalah Penyebab Where When Who Monev
Solusi KBK
pengalaman teknik komunikasi efektif dalam rangka berperan serta dalam pada
pemberantasan TBC terutama upaya penjaringan terduga TBC. pecapaian
Kesepakatan bersama (MOU) dalam RTL yang disusun saat pelatihan: Oleh intermediate
karena semua kader telah mengerti informasi dasar TBC dan pentingnya upaya target
pemberantasan TBC, maka kader sepakat untuk:
1. Menegaskan kembali bahwa kader akan berperan serta membantu
puskesmas dalam upaya pemberatantasan TBC terutama upaya penjaringan
terduga TB secara aktif di desa.
2. Menegaskan kembali bahwa kader akan meningkatkan jumlah rujukan
terduga TBC oleh kader dimana dalam jangka waktu 3 bulan harus
meningkat minimal sebanyak 36 rujukan.
3. Menegaskan kembali bahwa kader akan berperan serta bukan hanya sebatas
menemukan terduga TBC dan membawa terduga tersebut periksa ke
Puskesmas, melainkan juga dalam kegiatan TBC lainnya seperti
penyuluhan, pendampingan pasien TBC yang sedang diobati agar rutin
ambil dan minum obat, memfasilitasi keluarga pasien TB agar menciptakan
kondisi rumah yang memiliki ventilasi dan pencahayaan baik.
Programmer TBC telah menyusun rencana kerja monitoring evaluasi
penerapan hasil pelatihan.

51
Implementasi Keputusan
No Masalah Penyebab Where When Who Monev
Solusi KBK
Hasil monitoring temuan terduga TBC oleh kader kesehatan selama masa uji
coba antara tanggal 6 maret sd 27 Mei 2017 adalah sebagai berikut:

15

10

Terduga TBC Oleh Kader Kesehatan

Selama dilakukan perbaikan, jumlah terduga TBC yang ditemukan oleh kader
kesehatan minimal sebanyak 3 terduga. Trendnya terus meningkat tiap
minggunya, tidak pernah kurang dari 3 terduga TBC dan tidak ada
penyimpangan yang terjadi.

4 Terduga TB Petugas Mewajibkan Puskesmas Tgl. 25 sd Penanggung Draft SK disusun tepat waktu oleh petugas yang ditunjuk untuk menyusun Pelaksanaan
Sebagian investigasi agar semua Maesan 27 Januari Jawab: draft SK. SK disetujui oleh Kepala Puskesmas dan disahkan tanggal 26 Januari berjalan
besar keluarga petugas yang 2017 Agung 2017 serta telah disosialisasikan kepada seluruh karyawan terutama pihak yang sesuai
ditemukan pasien TBC melakukan Widyanto terkait dengan investigasi keluarga pasien TBC pada tanggal 27 januari 2017. dengan
oleh BP tidak investigasi pada rencana
Umum Induk bertemu keluarga pasien Pelaksana: SK telah disahkan dan disosialisasikan pada pihak terkait dengan harapan bisa yang
Puskesmas dengan TBC dapat Programmer diterapkan seluruhnya, yaitu: disusun.
Maesan semua menemui semua TBC 1. Kewajiban bagi petugas investigasi keluarga pasien TBC agar dapat Hasil
sebab anggota anggota menemui semua anggota keluarga monitoring
temuan keluarga keluarga dan 2. Jika diperlukan kegiatan dilaksanakan sore hari baik dan
terduga TBC pasien TBC melakukan 3. Kegiatan dilaksanakan dengan upaya pemeriksaan TBC secara lengkap mengarah

52
Implementasi Keputusan
No Masalah Penyebab Where When Who Monev
Solusi KBK
dari keluarga pemeriksaan 4. Kegiatan dilaksanakan dengan menggunakan sarana yang memadai: alat pada
pasien TBC lengkap pemeriksaan tanda-tanda vital, lembar investigasi, sputum pot dan formulir pecapaian
jumlahnya terhadap gejala rujukan pemeriksaan dahak pasien TBC (formulir TB 05). intermediate
sedikit. dan tanda TBC target
Petugas investigasi harus berupaya menemukan terduga TBC dari anggota
keluarga pasien TBC.

Programmer TBC telah menyusun rencana kerja monitoring evaluasi


pelaksanaan SK.

Hasil monitoring temuan terduga TBC dari anggota keluarga pasien TBC
(bentuk kepatuhan petugas investigasi untuk menemui semua anggota keluarga
pasien TBC saat investigasi) selama masa uji coba antara tanggal 6 maret sd
27 Mei 2017 adalah sebagai berikut:

10
8
6
4
2
0

Terduga TBC Dari Keluarga Pasien TBC

Selama dilakukan upaya perbaikan, jumlah terduga TBC yang ditemukan dari
keluarga pasien TBC minimal sebanyak 3 terduga, trendnya terus meningkat
tiap minggunya hingga minggu ke-12 dan tidak ada penyimpangan yang
terjadi.

53
Implementasi Keputusan
No Masalah Penyebab Where When Who Monev
Solusi KBK
5 Masyarakat Kurangnya Mengadakan Aula Tgl. 15 Penanggung KAK disusun tepat waktu dan pelaksanaan koordinasi lintas program berjalan Pelaksanaan
yang kerja sama pertemuan Puskesmas Februari Jawab: sesuai rencana yaitu tanggal 15 Februari 2017 jam 10.00 sd 13.00 WIB dengan berjalan
mempunyai program koordinasi dan Maesan 2017 Prayogi Ika H dihadiri oleh semua penanggung jawab program Puskesmas Maesan. Dalam sesuai
gejala TBC TBC integrasi upaya koordinasi tersebut disepakati bahwa: dengan
tidak mau dengan pemberantasan Pelaksana: 1. Setiap penanggung jawab atau pelaksana program puskesmas melakukan rencana
periksa TBC lintas TBC terutama Programmer kunjungan ke desa, selalu memberikan penyuluhan TBC. yang
ke program penyuluhan TBC 2. Apabila menemui warga atau masyarakat yang mempunyai tanda atau disusun.
puskesmas TBC oleh gejala TBC, penanggung jawab program atau pelakasana yang bertugas di Hasil
oleh karena berbagai lapangan wajib menjadikan warga tersebut sebagai terduga TB dan monitoring
kesadaran program yang menganjurkan warga tersebut untuk periksa lebih lanjut ke Puskesmas. baik dan
dan ada di 3. Para penanggung jawab program menyepakati: mengarah
pemahaman puskesmas. Angka Penyuluhan TBC oleh lintas program dari 0 per 3 bulan, meningkat pada
terhadap menjadi 180 kali per 3 bulan atau 60 kali per bulan atau 12 kali per minggu. pecapaian
TBC rendah 4. Penanggung jawab program lainnya memberikan respon positif terhadap intermediate
yang upaya yang telah dilakukan oleh programmer TBC, serta menyatakan akan target
diakibatkan mengadopsi strateginya, terutama strategi pelatihan terhadap petugas pustu
oleh dan ponkesdes, pelatihan terhadap kader, linsek dan tokoh masyarakat serta
kurangnya penyusunan SK yang terkait langsung dengan capaian target PKP.
informasi Programmer TBC telah menyusun rencana kerja monitoring evaluasi hasil
atau promosi koordinasi.
kesehatan
oleh
berbagai
pihak,
termasuk
pelaksana
program-
program
puskesmas.

54
Implementasi Keputusan
No Masalah Penyebab Where When Who Monev
Solusi KBK
Hasil monitoring penyuluhan TBC oleh lintas program (bentuk kerja sama
TBC secara lintas program) selama masa uji coba antara tanggal 6 maret sd 27
Mei 2017 adalah sebagai berikut:

30
25
20
15
10
5
0

Penyuluhan TBC Oleh Lintas Program

Selama dilakukan uji coba, jumlah penyuluhan TBC oleh lintas program
minimal sebanyak 14 kali. Trend tiap minggunya terus meningkat hingga
minggu ke-12 dan tidak ada penyimpangan yang terjadi.
6 Masyarakat Kurangnya Mengadakan Aula Tgl. 16 Penanggung KAK semua kegiatan berhasil disusun tepat waktu dan pelaksanaan koordinasi Pelaksanaan
yang kerja sama kegiatan Puskesmas Februari sd Jawab: lintas sektor dan tokoh masyarakat, baik melalui pertemuan khusus, kunjungan berjalan
mempunyai program pertemuan Maesan 4 Maret Ahmad pintu ke pintu maupun melalui minilokakarya lintas sektor berjalan sesuai sesuai
gejala TBC TBC penguatan 2017 Syahrul B rencana dan tepat waktu. Dalam koordinasi tersebut disepakati bersama antara dengan
tidak mau dengan koordinasi puskesmas dengan lintas sektor dan tokoh masyarakat, yaitu: rencana
periksa TBC lintas sektor upaya Pelaksana: 1. Tokoh masyarakat/tokoh agama bersedia sebagai panutan masyarakat yang
ke dan tokoh pemberantasan Programmer dalam pemberantasan TBC serta sebagai unsur penguat upaya peningkatan disusun.
puskesmas masyarakat TBC bersama- TBC kesadaran masyarakat terhadap TBC. Hasil
oleh karena sama dengan 2. Tokoh masyarakat/tokoh agama bersedia menyelipkan informasi TB pada monitoring
kesadaran tokoh masyarakt saat melakukan ceramah kepada masyarakat atau saat kunjungan ke baik dan
dan dan lintas ektor masyarakat. mengarah
pemahaman terkait. 3. Setiap lintas sektor mempunyai kewajiban untuk memberikan penyuluhan pada
terhadap TBC kepada masyarakat. pecapaian

55
Implementasi Keputusan
No Masalah Penyebab Where When Who Monev
Solusi KBK
TBC rendah 4. Penyuluhan TBC akan dimasukkan ke dalam perencanaan desa dengan intermediate
yang menggunakan dana desa (Mata anggaran pemberdayaan masyarakat). target
diakibatkan 5. Apabila menemui warga atau masyarakat yang mempunyai tanda atau
oleh gejala TBC, baik lintas sektor maupun tokoh masyarakat bersedia
kurangnya menghimbau masyarakat tersebut agar bersedia periksa ke Puskesmas.
informasi 6. Lintas sektor dan tokoh masyarakat bersedia untuk memberikan penilaian
atau promosi atau ikut mengawasi kinerja program pemberantasan TBC.
kesehatan 7. Semua Kepala Desa sepakat untuk mengadakan kegiatan penyuluhan TBC
oleh di desa, minimal 1 kali dalam setahun.
berbagai Programmer TBC telah menyusun rencana kerja monitoring evaluasi hasil
pihak, koordinasi.
termasuk Hasil monitoring penyuluhan TBC oleh lintas sektor selama masa uji coba
oleh tokoh antara tanggal 6 maret sd 27 Mei 2017 adalah sebagai berikut:
masyarakat
dan lintas 5
sektor. 4
3
2
1
0

Penyuluhan TBC Oleh Lintas Sektor Atau Tokoh


Masyarakat

Selama dilakukan uji coba, jumlah penyuluhan TBC oleh lintas sektor atau
tokoh masyarakat rata-rata sebanyak 1 sd 5 kali tiap bulan dalam satu
kecamatan.

56
5.2 Analisa Komparasi Perbaikan

Analisa Komparasi Perbaikan

No Penyebab Sebelum Perbaikan Proses Perbaikan Sesudah Perbaikan


1 Petugas pustu dan Tidak ada bukti rujukan kasus terduga OJT TBC bagi petugas pustu ponkesdes, dengan narasumber Rujukan kasus terduga TBC oleh petugas pustu dan ponkesdes.
ponkesdes tidak TBC oleh petugas pustu dan ponkesdes. Penanggung Jawab Program TBC
mengerti cara
penapisan terduga
TBC yang benar
Tidak ada bukti penyuluhan TBC oleh
petugas pustu dan ponkesdes.

57
No Penyebab Sebelum Perbaikan Proses Perbaikan Sesudah Perbaikan
OJT TBC bagi petugas pustu ponkesdes, dengan narasumber Rujukan kasus terduga TBC oleh petugas pustu dan ponkesdes.
Penanggung Jawab Program TBC

58
No Penyebab Sebelum Perbaikan Proses Perbaikan Sesudah Perbaikan
Penyuluhan TBC oleh petugas pustu dan ponkesdes.

59
No Penyebab Sebelum Perbaikan Proses Perbaikan Sesudah Perbaikan
2 Kurangnya kerja Tidak ada bukti kegiatan bersama atau Koordinasi TBC dengan kader TBC melalui teknik pintu ke pintu, Kegiatan bersama antara puskesmas atau programmer TBC puskesmas
sama program TB kerja sama antara puskesmas atau petugasnya adalah: programmer TBC. dengan kader kesehatan dalam pemberantasan TBC.
dengan kader programmer TBC puskesmas dengan
kesehatan kader kesehatan dalam pemberantasan
TBC.

60
No Penyebab Sebelum Perbaikan Proses Perbaikan Sesudah Perbaikan
3 Kader kesehatan Tidak ada bukti kegiatan penjaringan OJT TBC bagi kader kesehatan, dengan narasumber programmer TBC Kegiatan penjaringan terduga TBC oleh kader dan penyuluhan TBC
tidak mengerti terduga TBC oleh kader dan penyuuhan kepada masyarakat oleh kader.
tanda dan gejala TBC kepada masyarakat oleh kader.
TBC

Tidak ada bukti rujukan TBC oleh kader


kesehatan.

Rujukan TBC oleh kader kesehatan.

61
No Penyebab Sebelum Perbaikan Proses Perbaikan Sesudah Perbaikan

4 Petugas investigasi Tidak ada bukti kegiatan penjaringan SK Kapus Tentang Kewajiban Menemui semua anggota keluarga Kegiatan penjaringan terduga TBC oleh pelaksana TBC bertemu
keluarga pasien terduga TBC oleh pelaksana TBC bertemu pasien TBC, menggunakan peralatan pemeriksaan vital sign, dengan semua anggota keluarga pasien TBC.
TBC tidak dengan semua anggota keluarga pasien menggunakan lembar contact tracing, membawa formulir TB 05 dan
bertemu dengan TBC. sputum pot, apabila ditemukan pasien dengan gejala dan tanda TBC
semua anggota maka dianjurkan untuk periksa BTA ke Puskesmas, disertai formulir
keluarga TB 05 dan diberi sputum pot untuk dahak pagi diantarkan ke puskesmas
Tidak ada bukti rujukan TBC dari anggota besok harinya.
keluarga pasien TBC.

62
No Penyebab Sebelum Perbaikan Proses Perbaikan Sesudah Perbaikan
Rujukan TBC dari anggota keluarga pasien TBC.

63
No Penyebab Sebelum Perbaikan Proses Perbaikan Sesudah Perbaikan
Rujukan TBC dari anggota keluarga pasien TBC.

64
No Penyebab Sebelum Perbaikan Proses Perbaikan Sesudah Perbaikan
Investigasi keluarga pasien TBC saat sore hari

5 Kurangnya kerja Tidak ada bukti kegiatan penjaringan Pertemuan koordinasi TBC dengan lintas program: antara programmer Kegiatan penjaringan terduga TBC atau penyuluhan TBC oleh lintas
sama program terduga TBC atau penyuluhan TBC oleh TBC dengan lintas program. program.
TBC dengan lintas lintas program.
program

Tidak ada bukti rujukan terduga TBC dari


anggota lintas program.

65
No Penyebab Sebelum Perbaikan Proses Perbaikan Sesudah Perbaikan
Rujukan terduga TBC dari anggota lintas program
.

66
No Penyebab Sebelum Perbaikan Proses Perbaikan Sesudah Perbaikan
6 Kurangnya kerja Tidak ada bukti kegiatan penjaringan Pertemuan koordinasi TBC dengan lintas sektor dan TOMA melalui Kegiatan penjaringan terduga TBC atau penyuluhan TBC oleh lintas
sama program terduga TBC atau penyuluhan TBC oleh teknik pintu ke pintu (Kepala Puskesmas, Programmer TBC, sektor dan masyarakat.
TBC dengan lintas lintas sektor dan masyarakat. Programmer Promkes bertemu dengan Kepala Desa Pujer Baru)
sektor dan tokoh
masyarakat

Tidak ada bukti rujukan terduga TBC dari


lintas sektor dan masyarakat.

67
No Penyebab Sebelum Perbaikan Proses Perbaikan Sesudah Perbaikan
Pertemuan koordinasi TBC dengan lintas sektor dan TOMA di Aula
Puskesmas Maesan

Koordinasi TBC dengan lintas sektor dan TOMA saat kegiatan minlok
linsek triwulanan di pendopo kecamatan

68
5.3 Dokumentasi Mitigasi Resiko

No Resiko Mitigasi resiko Dokumetasi Mitigasi Resiko


1 Petugas pustu dan Membentuk sistem Monev Buku Bantu TBC untuk Petugas Pustu dan Ponkesdes
ponkesdes tidak berjenjang (Kepala
menerapkan hasil Puskesmas – Koordinator
OJT UKM – Programmer TBC –
Petugas Pustu dan
Ponkesdes) dengan disertai
alat bantu berupa “buku bantu
kegiatan TBC”

69
2 Petugas Pustu dan Menerapkan dan monev Petugas Pustu dan Ponkesdes menggunakan masker saat investigasi
Ponkesdes saat terhadap pelaksanaan SOP
menerapkan OJT investigasi keluarga pasien
dalam bentuk TBC (Langkah dalam SOP
investigasi keluarga menggunakan prinsip
pasien TBC dapat universal precaution/
tertular TBC perlindungan diri terhadap
resiko tertular TBC bagi
petugas)

70
Petugas Poli TB menggunakan masker

71
Pasien TB menggunakan masker di tempat tunggu pasien

72
Ruangan poli TB yang memenuhi syarat Universal Precaution TB

73
Ruangan poli TB yang memenuhi syarat Universal Precaution TB

74
3 Terduga TBC yang Puskesmas membuat wastafel Tempat dahak pasien TBC
telah periksa ke di tempat terbuka di
Puskesmas tidak puskesmas, sehingga pasien
kembali lagi TBC yang harus periksa BTA
keesokan harinya hari itu juga dapat
untuk mengirimkan mengeluarkan dahak dan
dahak sebagai bahan langsung diperiksa BTA nya.
pemeriksaan BTA

75
4 Kader kesehatan Membentuk sistem Monev Buku Bantu TBC untuk Kader
tidak menerapkan berjenjang (Kepala
hasil OJT Puskesmas – Koordinator
UKM – Programmer TBC –
Petugas Pustu dan
Ponkesdes) dengan disertai
alat bantu berupa “buku bantu
kegiatan TBC”

76
5 Kader kesehatan saat Menerapkan dan monev Kader menggunakan masker saat investigasi
menerapkan OJT terhadap pelaksanaan SOP
dalam bentuk investigasi keluarga pasien
investigasi keluarga TBC (Langkah dalam SOP
pasien TBC dapat menggunakan prinsip
tertular TBC universal precaution/
perlindungan diri terhadap
resiko tertular TBC bagi
petugas)

77
5.4 Kesimpulan Pelaksanaan Perbaikan
Pelaksanaan proses perbaikan berjalan sesuai dengan rencana yaitu tepat
waktu, tepat tempat, tepat sasaran dan tepat prosedur.
Berdasarkan monitoring pelaksanaan perbaikan pada penyebab dominan dan
masalah utama selama 12 minggu dengan menggunakan alat bantu run chart,
didapatkan hasil bahwa semua penyebab dapat teratasi dan masalah dapat ditekan
sehingga capaian angka penjaringan terduga TBC menunjukkan progress yang dari
waktu ke waktu. Oleh karena fakta tersebut dan setelah mengadakan brainstorming,
tim KBK sepakat pelaksanaan yang dilakukan menunjukkan hasil yang stabil
dan tiba waktunya untuk meneliti hasil. Selama proses meneliti hasil, upaya
monitoring evaluasi tetap dilanjutkan untuk menjaga stabilitas hasil perbaikan.

78
LANGKAH 6
MENELITI HASIL
Periode: Minggu IV Mei 2017 s/d Minggu I Juni 2017

Dalam meneliti hasil, tim KBK melakukan pengamatan pada faktor penyebab
dominan dan masalah serta melakukan analisa dampak positif dan negatif yang
dilaksanakan selama 1 minggu, yaitu antara tanggal 29 Mei 2017 sd 6 Juni 2017 di
wilayah kerja Puskesmas Maesan.

6.1 Analisa Komparasi Terhadap Data Judul


Angka penjaringan terduga TBC merupakan masalah besar yang harus
diatasi sebelum adanya proses perbaikan. Dimana masalah tersebut menempati
peringkat pertama berdasarkan analisis pareto.
Oleh karena itu, setelah adanya perbaikan maka Tim KBK menganalisis
perbedaan besarnya masalah dalam tema yang diangkat, yaitu: rendahnya
cakupan kinerja program pemberantasan penyakit menular, yang mana dalam
tema tersebut terdapat 3 indikator.
Untuk mengukurnya, Tim KBK menggunakan data monitoring uji coba
perbaikan yang telah berlangsung dan dibandingkan dengan rata-rata cakupan
kinerja 3 bulan pada tahun 2016.

Tabel 5.12 Masalah Indikator PKP Program P2 TBC Setelah Perbaikan

Nilai
No Program Target Masalah Persentase Kumulatif Peringkat
PKP
A B C D E=D-C F G H
Cross chek
hasil
pemeriksaan
3 66.67% 100.00% 33.33% 66.66% 66.66% 1
laboratorium
fasyankes ke
Labkesda
Angka
Keberhasilan
2 Pengobatan 83.33% 100.00% 16.67% 33.34% 100.00% 2
Pasien Baru
BTA Positif
Angka
1 Penjaringan 100.00% 100.00% 0.00% 0.00% 3
Terduga TBC
Total 250.00% 50.00% 100.00%

Rata-Rata 16.67%

Dari tabel diatas Tim KBK melakukan analisis pareto, berikut hasilnya:

79
100%
90%
80%
70%
66.66%
Per sen tase 60%
50%
40% 33.34%
30%
20%
10% 0.00%
0%
Cross chek hasil Angka Keberhasilan Angka Penjaringan
pemeriksaan Pengobatan Pasien Baru Terduga TBC
laboratorium fasyankes BTA Positif
ke Labkesda
M asalah

Pareto Evaluasi Judul

Berdasarkan Diagram di atas, “Angka Penjaringan Terduga TBC” merupakan


masalah terkecil, yaitu sebesar 0%. Sedangkan masalah yang terbesar setelah
proses perbaikan adalah “cross chek hasil pemeriksaan laboratorium fasyankes
ke Labkesda” dan memberikan sumbangan terhadap masalah kinerja P2 TB
sebesar 66,66%.

80
Perbandingan Diagram Pareto Pada Judul Sebelum dan Sesudah Perbaikan

Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan

100% 100%
90% 90%
80% 80%
64.00% 66.66%
70% 70%
60% 60%
50% 50%
40% 33.33% 40% 33.34%
30% 20.45% 30%
20% 20%
10% 10% 0.00%
0% 0%
Angka Penjaringan Cross chek hasil Angka Keberhasilan Cross chek hasil Angka Keberhasilan Angka Penjaringan
Terduga TBC pemeriksaan Pengobatan Pasien pemeriksaan Pengobatan Pasien Terduga TBC
laboratorium Baru BTA Positif laboratorium Baru BTA Positif
fasyankes ke Labkesda fasyankes ke Labkesda

Evaluasi Judul (Perbandingan Sebelum dan Sesudah Perbaikan)

Berdasarkan analisa Pareto di atas, menunjukkan keberhasilan perbaikan pada masalah dalam penentuan judul, sebab “Angka Penjaringan Terduga TBC”
berubah setelah perbaikan menjadi masalah dengan persentase paling kecil, sedangkan persentase terbesar adalah “Crosscheck Pemeriksaan laboratorium
Fasyankes ke Labkesda”. Sehingga Tim KBK sepakat bahwa perbaikan pada masalah berhasil.

81
6.2 Evaluasi Hasil Perbaikan Terhadap Target

Evaluasi Hasil Perbaikan Terhadap Intermediate Target

No Masalah Penyebab Komparasi Keputusan Tim KBK


1 Terduga TBC sebagian besar Petugas pustu dan ponkesdes Intermediate target tercapai
ditemukan oleh BP umum tidak mengerti cara penapisan 120
sebab rujukan terduga TBC terduga TBC yang benar

Jumlah Rujukan Terduga TBC


100 89

Oleh Petugas Pustu Dan


oleh petugas pustu dan
ponkesdes kurang 80 72

Ponkesdes
60
40
20 5
0
Sebelum Intermediate Sesudah
Perbaikan Target Perbaikan

0.7
58%

Perbandingan Temuan TBC

Ponkesdes dan BP Umum


0.6 50%

Oleh Petugas Pustu


0.5
0.4
0.3
0.2 10%
0.1
0
Sebelum Intermediate Sesudah
Perbaikan Target Perbaikan

82
2 Tidak ada peran serta kader Kurangnya kerja sama program Intermediate target tercapai
kesehatan dalam kegiaan TBC TB dengan kader kesehatan 80 70

Peran serta kader kesehatan


dalam kegiatan TBC di desa
70
60
50
40
30
20 12
10 0
0
Sebelum Intermediate Sesudah
Perbaikan Target Perbaikan

3 Tidak ada rujukan terduga Kader kesehatan tidak mengerti Intermediate target tercapai
TBC oleh kader kesehatan tanda dan gejala TBC 80 70

Jumlah Rujukan Terduga TBC


70
60

Oleh Kader
50
40 36
30
20
10 0
0
Sebelum Intermediate Sesudah
Perbaikan Target Perbaikan

83
4 Terduga TB Sebagian besar Petugas investigasi keluarga Intermediate target tercapai
ditemukan oleh BP Umum pasien TBC tidak bertemu 80
Induk Puskesmas Maesan dengan semua anggota keluarga 67
70

Jumlah Terduga TBC Dari


sebab temuan terduga TBC

Keluarga Pasien TBC


dari keluarga pasien TBC 60
jumlahnya sedikit. 50
40 36
30
20 15
10
0
Sebelum Intermediate Sesudah
Perbaikan Target Perbaikan

5 Masyarakat yang mempunyai Kurangnya Koordinasi program Intermediate target tercapai


gejala TBC tidak mau periksa TBC dengan lintas program 120
TBC ke puskesmas oleh karena

Jumlah Rujukan Terduga TBC Oleh


Petugas Pustu Dan Ponkesdes
kesadaran dan pemahaman 100 89
terhadap TBC rendah yang
diakibatkan oleh kurangnya 80 72
informasi atau promosi
kesehatan oleh berbagai pihak, 60
termasuk pelaksana program-
program puskesmas. 40

20
5
0
Sebelum Intermediate Sesudah
Perbaikan Target Perbaikan

84
6 Masyarakat yang mempunyai Kurangnya Koordinasi program Intermediate target tercapai
gejala TBC tidak mau periksa TBC dengan lintas sektor dan 80
TBC ke puskesmas oleh karena tokoh masyarakat 70

Jumlah penyuluhan TBC oleh


kesadaran dan pemahaman 70

lintas sektor dan tokoh


terhadap TBC rendah yang 60
diakibatkan oleh kurangnya

masyarakat
50
informasi atau promosi
kesehatan oleh berbagai pihak, 40
termasuk oleh tokoh 30
masyarakat dan lintas sektor.
20 12
10 0
0
Sebelum Intermediate Sesudah
Perbaikan Target Perbaikan

85
Evaluasi Hasil Perbaikan Terhadap Intermediate Initial Goal

Untuk memastikan keberhasilan perbaikan, maka perlu untuk menilai


penekanan masalah rendahnya angka penjaringan terduga TBC. Penekanan
masalah ini dapat dilihat dari angka penjaringan terduga TB dalam jangka waktu
penelitian berlangsung yang kemudian dibandingkan dengan initial goal.
Oleh karena itu Tim KBK menganalisis perbedaan angka penjaringan
terduga TBC antara sebelum dan sesudah perbaikan. Untuk mengukurnya, Tim
KBK menggunakan data monitoring uji coba perbaikan yang telah berlangsung
selama 12 minggu antara tanggal 7 Maret sd 30 Mei 2017.
Periode uji coba ini berlangsung selama 12 minggu atau 3 bulan,
sehingga besarnya initial goal juga harus disesuaikan per 3 bulan dan dihitung
berdasarkan insiden rate pada tahun 2017. Maka berdasarkan perhitungan
tersebut, angka penjaringan terduga TBC pada tahun 2017 adalah 120 terduga
TBC setiap 3 bulan.

Hasil analisis tersebut digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan


Masalah
Terduga Terduga
PKP PKP
TBC TBC

Rendahnya Angka Penjaringan Terduga 45 36% 227 189%


TB

Analisa perbaikan dengan menggunakan diagram batang sebagai berikut:

250 227

200
Masalah

150 120
100
45
50

0
Sebelum Perbaikan Initial Goal Sesudah Perbaikan
Y

Apabila jumlah terduga TBC dikonversi dalam bentuk persentase capaian


dalam Penilaian Kinerja Puskesmas, maka hasilnya sebagai berikut:

200% 189%
PKP Angka Penjaringan terduga

150%
100%
100%
TBC

50% 36%

0%
Sebelum Perbaikan Initial Goal Sesudah Perbaikan
Y

86
Berdasarkan diagram diatas, besarnya masalah utama proses perbaikan
yaitu 100% - 36% = 64%, dapat dilampau oleh Tim KBK melalui berbagai
proses perbaikan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil tersebut, maka Initial
Goal tercapai melebihi 100%.

Berdasarkan fakta tersebut, maka tim KBK mengambil kesimpulan bahwa


target perbaikan pada masalah telah berhasil sebab melampaui target.

6.3 Analisa Komparasi Terhadap Data Tema

Tabel 5.17 Perbandingan Masalah Tema Sebelum dan Sesudah Perbaikan

Masalah Tema Sebelum Sesudah


Capaian Kinerja program Pemberantasan Penyakit
20,07% 16,68%
Menular

Capaian Kinerja Program Pemberantasan Penyakit


Menular
25.00%
20.07%
20.00% 16.68%
15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
Sebelum Sesudah

Masalah pada tema, yaitu Capaian Kinerja program Pemberantasan Penyakit


Menular menurun setelah perbaikan dari 20,07% menjadi 16,68%. Oleh karena
itu, Tim KBK sepakat bahwa Penurunan ini merupakan bukti bahwa
upaya perbaikan yang telah dilakukan memberikan dampak positif
terhadap capaian kinerja program pemberantasan penyakit menular
secara keseluruhan.

87
Perbandingan Diagram Pareto Pada Tema Sebelum dan Sesudah Perbaikan

Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan

Evaluasi Tema (Perbandingan Sebelum dan Sesudah Perbaikan)

Berdasarkan analisa Pareto di atas, menunjukkan keberhasilan perbaikan pada masalah besar dalam penentuan tema, sebab “rendahnya capaian kinerja
program pemberantasan penyakit menular TBC” berubah setelah perbaikan menjadi masalah dengan persentase paling besar ke-7 yang mana sebelum
perbaikan berada pada posisi pertama sebagai masalah terbesar. Dengan analisis pareto diatas, maka Tim KBK sepakat bahwa perbaikan pada masalah
berhasil.

88
6.4 Analisa Dampak Perbaikan

Analisa Nilai Improvement

Nilai Yang
No Sebelum Sesudah Peningkatan Nilai
ditingkatkan
1 Penemuan Pasien TBC Pasien TBC 1. Penemuan terduga TBC dalam
terduga TBC ditemukan ditemukan dan kondisi sudah parah, menyebabkan
secara dini dan diobati diobati masih kecacatan pada organ yang terkena
sudah dalam dalam keadaan terutama paru-paru meskipun
keadaan belum parah kemudian mendapatkan pengobatan
parah TBC setelahnya, kecacatan tetap tidak
dapat terhindarkan.
2. Penemuan terduga TBC dalam
kondisi belum parah, berpotensi
mencegah resiko penularan TBC dari
pasien ke keluarganya, tetangga,
teman atau kontak intensif lainnya.
(Secara teori: 1 pasien TBC jika tidak
diobati, maka dalam satu tahun akan
menularkan pada 10 sd 15 orang
disekitarnya)
2 Kepatuhan Pasien Pasien cenderung Investigasi secara rutin kepada pasien
minum obat cenderung patuh minum TBC dan keluarganya baik oleh petugas
TBC dan cara tidak patuh obat dan benar puskesmas maupun kader memberikan
minum obat minum obat cara minum obat kesempatan lebih banyak bagi petugas
yang benar TBC dan dan kader untuk memberikan informasi
salah cara perihal pentingnya kepatuhan minum
minu obat obat dan cara minum obat yang benar.
Hasil akhirnya adalah mencegah
timbulnya kasus TB-MDR (TBC kebal
obat)

Analisa Biaya dan Benefit

No Item biaya/benefit Jumlah


I. Analisa Biaya
1 Mengadakan On Job Training (OJT) “Penapisan Rp. 60.000,-
Terduga TBC Yang Benar” Terhadap petugas pustu
dan ponkesdes serta kader
2 Melaksanakan kerja sama (MOU) dengan kader Rp. 40.000,-
kesehatan dalam rangka penemuan terduga TBC
melalui cara pintu ke pintu (programmer TBC
bertamu ke rumah kader kesehatan)
3 Mengadakan kegiatan pertemuan penguatan Rp. 3.325.000,-
koordinasi upaya pemberantasan TBC bersama-sama
dengan tokoh masyarakt dan lintas sektor terkait.
4 Pembuatan Wastafel buang dahak (kegiatan mitigasi Rp. 1.000.000,-
resiko)
5 Perbaikan dan pembelian bahan untuk ruang poli TB Rp. 600.000,-
agar memenuhi kriteria PPI TB
Total Biaya yang diperlukan Rp. 5.025.000,-
II. Analisa Benefit Financial
1
2
Total Benefit Finansal Rp. 0,-
III. Analisa Benefit Financial
1
2
Total Benefit Non Finansal Rp. 0,-
Total benefit yang dihasilkan - Rp. 5.025.000,-

89
Dampak Positif
Productivity :
1. Terbentuk wadah komunikasi atau paguyuban kegiatan pemberantasan TB oleh
masyarakat yang peduli TB. Wadah tersebut diberi nama “Paguyuban Ramah TB”
yang nantinya diharapkan beranggotakan masyarakat yang peduli TB, baik kader
kesehatan, lintas sektor maupun tokoh masyarakat. Terbentuknya wadah ini
berpotensi meningkatkan keberhasilan upaya program pemberantasan penyakit TBC
di Puskesmas Maesan karena telah terbentuk sebuah sistem yang disebut dengan
istilah “Public Private Mix” yang mana merupakan sistem yang diamanahkan dalam
pedoman penanggulangan TBC nasional (strategi DOTS).
2. Hasil pelatihan TBC kepada kader kesehatan membuat para kader mampu
memberikan penyuluhan perihal TBC ke masyarakat, termasuk penyuluhan
perihal kondisi rumah yang harus memenuhi kriteria pencahayaan dan
ventilasi. Penyuluhan perihal pencahayaan dan ventilasi rumah berpotensi
meningkatkan angka rumah yang memenuhi syarat kesehatan, dimana
indikator tersebut merupakan indikator program lainnya, yaitu program
kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan.
3. Hasil pelatihan TBC pada kader dan petugas pustu ponkesdes juga membuat
kader dan petugas pustu ponkesdes mengerti dan menerapkan upaya
pendampingan pada pasien TBC yang sedang diobati. Sehingga penerapan ini
berpotensi untuk meningkatkan angka kesembuhan pasien TB BTA positif
(succesfull rate), angka kesembuhan semua pasien TBC diobati (treatment
succesfull rate), menurunkan angka drop out pengobatan TBC dan kasus TB
– MDR. Indikator-indikator tersebut merupakan indikator utama dan
indikator proses program TBC secara nasional.

Quality :
1. Peningkatan jumlah kunjungan terduga TB secara signifikan membuat
kebutuhan logistik TBC (sputum pot, slide glass dan formulir TB 05) untuk
pemeriksaan BTA meningkat diluar perkiraan sebelumnya. Sehingga
programmer TBC dan Tim KBK mencegah kekurangan stock logistik dengan
cara menyusun dan menerapkan SOP pengendalian logistik TBC.
2. Peningkatan jumlah kunjungan terduga TB secara signifikan membuat
programmer TBC kesulitan dalam penyusunan laporan TBC, sehingga
programmer TBC dan Tim KBK menyusun dan menerapkan SOP pencatatan
dan pelaporan TBC secara real time.

Cost :
Bentuk perbaikan berupa pelatihan kader TB dan kerja sama dengan kader serta
koordinasi dengan linsek dan TOMA, memberikan potensi untuk mengurangi
biaya puskesmas dalam rangka kegiatan pemberantasan TBC seperti penyuluhan
TBC dan pembelian genteng kaca, sebab semua kepala desa di wilayah kerja
Puskesmas Maesan sepakat untuk memasukkan kegiatan penyuluhan TBC
tersebut ke dalam anggaran dana desa.

Delivery :
Sejak bulan Februari 2017, pihak BPJS menerapkan sistem PKBP (pembayaran
kapitasi berbasis kinerja). Dalam PKBP tersebut, mewajibkan bagi puskesmas
untuk melaksanakan kunjungan sehat (kunjungan ke rumah orang sehat peserta
BPJS di wilayah kerja puskesmas oleh petugas puskesmas). Apabila puskesmas
tidak mampu memenuhi target minimal jumlah kunjungan sehat tersebut, maka
pendapatan kapitasi puskesmas akan dipotong hingga 30%.

Pada tahun 2017, jumlah pendapatan kapitasi Puskesmas Maesan berada pada
kisaran Rp. 180.000.000,-. Maka jika dipotong 30%, puskesmas akan kehilangan
sebesar Rp. 54.000.000,-

90
Kegiatan perbaikan dan maintain hasil perbaikan yang dilakukan dalam perbaikan
angka penjaringan terduga TBC membuat kunjungan petugas pustu dan
ponkesdes meningkat. Dan kunjungan tersebut dapat diklaim sebagai kunjungan
sehat BPJS. Sehingga dengan kegiatan tersebut, potensi kehilangan dana sebesar
Rp. 54.000.000,- per bulan dapat dihindari.

Terbukti pada laporan bulan Februari 2017, dimana awal kebijakan PKBP
diterapkan, pendapatan puskesmas dipotong Rp. 54.300.000,- Namun setelah
upaya perbaikan dilakukan dan kegiatan investigasi pasien TBC diterapkan dan
dilaporkan sebagai kunjungan sehat, pada bulan maret dan april 2017, pendapatan
kapitasi Puskesmas Maesan tidak terpotong lagi dan mendapatkan 100% dana
yang seharusnya diterima.

Safety :
Perbaikan pada program TBC membuat semangat kerja programmer TBC
meningkat, sehingga perbaikan yang dilakukan oleh programmer TBC bukan
hanya sebatas perbaikan terhadap angka penjaringan terduga TBC, melainkan
juga perbaikan terhadap:
1. Program Perlindungan Infeksi (PPI) dan keselamatan kerja. Dimana terbukti
bahwa unit pelayanan poli TBC, ditata ulang dan telah memenuhi syarat PPI
TBC.
2. Program keselamatan pasien. Dimana terbukti programmer TBC berhasil
membentuk sistem keselamatan pasien TBC dengan menerapkan FMEA dan
RCA TBC.

Morale :
Penanggung jawab program lainnya memberikan respon positif terhadap upaya yang
telah dilakukan oleh programmer TBC, serta menyatakan akan mengadopsi strateginya,
terutama strategi pelatihan terhadap petugas pustu dan ponkesdes, pelatihan terhadap
kader, linsek dan tokoh masyarakat serta penyusunan SK yang terkait langsung dengan
capaian target PKP. Dengan respon positif ini, semangat kerja karyawan meningkat
terhadap upaya peningkatan cakupan PKP, sehingga PKP tahun 2017 berpotensi
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Dampak Negatif

Cost: Akibat perbaikan yang dilakukan berupa kegiatan pertemuan dan OJT,
beban pembiayaan puskesmas meningkat terhadap program TBC. Upaya yang
dilakukan oleh programmer TBC dan Tim KBK untuk mengurangi dampak
negatif ini adalah: Menyusun dan menerapkan SOP sosialisasi TBC. Dimana
dalam SOP tersebut ditekankan bahwa setiap ada kegiatan pertemuan dengan
lintas sektor maupun maupun masyarakat, programmer TBC dianjurkan untuk
menyampaikan informasi perihal TBC, sehingga pertemuan khusus koordinasi
TBC bisa dikurangi atau bahkan ditiadakan, sebab informasi dan koordinasi yang
diharapkan sudah tersampaikan atau sudah dilakukan.

Berdasarkan penelitian hasil perbaikan dan analisis dampak positif serta dampak
negatif yang telah dilakukan oleh Tim KBK dalam kurun waktu tanggal 31 Mei 2017
sd 6 Juni 2017 di wilayah kerja Puskesmas Maesan, maka Tim KBK sepakat bahwa
perbaikan terhadap masalah rendahnya angka penjaringan terduga TBC
berhasil. Sehingga TIM KBK juga sepakat bahwa proses perbaikan dilanjutkan
ke tahap penyusunan formulasi standar kerja yang baru, agar perbaikan yang
sudah dilakukan dapat terjaga stabilitasnya.

91
LANGKAH 7
MEMBUAT STANDART BARU
Periode: Minggu 7 Juni 2017 s/d Minggu 13 Juni 2017

Dengan mempertimbangkan hasil monitoring selama proses perbaikan,


penelitian hasil perbaikan serta analisa dampak positif dan negatif, maka Tim KBK
membuat Standart Baru di Puskesmas Maesan. Standart baru tersebut sebagai berikut:

Standart Baru Petugas Pustu Dan Ponkesdes Tidak Mengerti Cara Penapisan
Terduga TBC Yang Benar

Tujuan :
1. Petugas Pustu dan Ponkesdes dapat membantu programmer TBC dalam rangka
meningkatkan cakupan angka penjaringan terduga TBC
2. Petugas Pustu dan Ponkesdes Memahami dan menerapkan metode investigasi
keluarga pasien TBC
3. Petugas Pustu dan Ponkesdes memahami dan menerapkan cara penapisan terduga
TBC sehingga mampu menemukan terduga TBC yang berkualitas
4. Petugas Pustu dan Ponkesdes memahami dan menerapkan tata cara pengiriman
terduga TBC ke Puskesmas untuk pemeriksaan lanjutan

Standar Masukan:
1. Programmer TBC harus menyusun rencana kerja refreshing atau OJT metode
investigasi keluarga pasien TB, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman
rujukan TBC setiap tahunnya serta rencana kerja monitoring evaluasinya.
2. Petugas investigasi harus menggunakan Sputum Pot, Formulir TB 05 dan alat
pemeriksaan Tanda-tanda vital saat melakukan investigasi keluarga pasien TBC.

Standart Proses :
1. Programmer TBC menyusun rencana kerja refreshing atau OJT metode investigasi
keluarga pasien TB, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan
TBC.
2. Jika diperlukan atau ada petugas pustu dan ponkesdes yang baru, programmer TBC
merencanakan untuk mengadakan OJT TBC
3. OJT menggunakan acuan silabus pelatihan yang sebelumnya disusun dan
disosialisasikan oleh penanggung jawab program TBC
4. Programmer TBC melaksanakan OJT metode investigasi keluarga pasien TB,
metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC atau mengadakan
pelatihan TBC secara berkala sesuai rencana kerja
5. Programmer TBC menyusun rencana kerja monitoring evaluasi hasil OJT dan
penerapan metode investigasi keluarga pasien TB, metode penapisan TBC dan tata
cara pengiriman rujukan TBC
6. Programmer TBC melaksanakan monitoring evaluasi hasil OJT dan penerapan
metode investigasi keluarga pasien TB, metode penapisan TBC dan tata cara
pengiriman rujukan TBC secara berkala sesuai rencana kerja monitoring
7. Programmer TBC mendokumentasikan setiap kegiatan OJT dan monitoring
evaluasi penerapannya.

92
Standart Hasil:
1. Setiap petugas pustu dan ponkesdes mendapatkan refreshing atau OJT metode
investigasi keluarga pasien TB, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman
rujukan TBC secara berkala
2. Petugas pustu dan ponkesdes yang baru mendapatkan OJT metode investigasi
keluarga pasien TB, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC
secara berkala
3. Petugas pustu dan ponkesdes menerapkan metode investigasi keluarga pasien
TBC, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC yang benar.
4. Programmer TBC melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan refreshing atau
OJT dan monitoring evaluasi penerapannya.
5. Ditemukan terduga TBC dari keluarga pasien TBC
6. Terduga TBC bersedia dirujuk ke puskesmas dengan tata cara yang benar.

Manfaat Penerapan Standar :


1. Jumlah penemuan terduga TBC secara aktif di lapangan meningkat
2. Cakupan angka penjaringan terduga TBC meningkat
3. Cakupan PKP Puskesmas Maesan meningkat
4. Ditemukan penderita TBC secara dini, sehingga dapat memutus mata rantai
penularan TBC di masyarakat

93
On Job Training TBC Bagi Petugas Pustu
dan Ponkesdes
No. Dokumen : 346
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 8 Juni 2017

Halaman :1-2
Puskesmas Maesan
Dinas Kesehatan drg. Cicik Norma Isa
Kabupaten Bondowoso NIP. 19701225 200604 2 009

1. Pengertian On Job Training (OJT) TBC bagi Petugas Pustu dan Ponkesdes adalah proses
kegiatan memberikan informasi dan melatih ketrampilan kepada petugas pustu
dan ponkesdes oleh penanggung jawab program TBC Puskesmas perihal
metode investigasi keluarga pasien TB, metode penapisan TBC dan tata cara
pengiriman rujukan TBC.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanggung jawab program TBC
Puskesmas Maesan dalam rangka refreshing dan OJT TBC bagi Petugas Pustu
dan Ponkesdes supaya petugas pustu dan ponkesdes memahami dan
menerapkan petugas pustu investigasi keluarga pasien TB, penapisan TBC
dan tata cara pengiriman rujukan TBC yang benar.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Maesan No. 391 Tentang OJT TBC bagi Petugas Pustu
dan Ponkesdes
4. Referensi Pedoman Nasional Penanggulangan TBC tahun 2015
5. Alat dan bahan 1. Sputum Pot
2. Formulir TB 05
3. Alat Pemeriksaan Vital Sign
6. Langkah- 1. Programmer TBC menyusun rencana kerja OJT metode investigasi
langkah keluarga pasien TB, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman
rujukan TBC.
2. Jika diperlukan atau ada petugas pustu dan ponkesdes yang baru,
programmer TBC merencanakan untuk mengadakan OJT TBC
3. Programmer TBC melaksanakan OJT metode investigasi keluarga pasien
TB, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC atau
mengadakan pelatihan TBC secara berkala sesuai rencana kerja
4. Programmer TBC menyusun rencana kerja monitoring evaluasi hasil OJT
TBC dan penerapan metode investigasi keluarga pasien TBC, metode
penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC
5. Programmer TBC melaksanakan monitoring evaluasi hasil OJT dan
penerapan metode investigasi keluarga pasien TB, metode penapisan TBC
dan tata cara pengiriman rujukan TBC secara berkala sesuai rencana kerja
monitoring
6. Programmer TBC mendokumentasikan setiap kegiatan OJT dan monitoring
evaluasi penerapannya.
7. Hal-hal yang 1. OJT menggunakan metode pembelajaran bertemu secara langsung
perlu terhadap terduga pasien TBC di tempat tinggal Pasien TBC.
diperhatikan 2. OJT TBC dan penerapannya harus memperhatikan dan menggunakan
prinsip perlindungan diri (PPI) TBC.
8. Unit Terkait Program TBC
9. Dokumen 1. Silabus OJT
terkait 2. Laporan hasil OJT
3. Buku Kegiatan.
10 History
Perubahan Tgl.mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diterbitkan

94
Standart Baru Kerja Sama Program TBC Dengan Kader Kesehatan

Tujuan :
1. Terjalin kerja sama yang baik antara penanggung jawab program TBC dengan
kader kesehatan, meliputi kerja sama di bidang perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi kegiatan TBC
2. Kader kesehatan ikut berperan serta dalam kegiatan TBC terutama penemuan
terduga TBC.

Standar Masukan :
1. Penanggung Jawab Program TBC harus mempunyai rencana kerja tahunan dan
bulanan upaya pemberantasan TBC dengan melibatkan kader kesehatan.
2. Penanggung Jawab Program TBC harus mempunyai rencana kerja monitoring
peran serta kader dalam upaya pemberantasan TBC.

Standart Proses :
1. Penanggung Jawab Program TBC memilih kader kesehatan yang aktif untuk
menjadikannya sebagai kader TBC
2. Penanggung Jawab Program TBC menyampaian informasi dasar TBC keapda
kader yang bersangkutan
3. Penanggung Jawab Program TBC meminta kader yang bersangkutan agar bersedia
untuk dijadikan kader TB
4. Kader yang bersedia menjadi kader TB dicatat dan direncanakan untuk dilatih oleh
Penanggung Jawab Program TBC
5. Penanggung Jawab Program TBC melatih/OJT kader TB
6. Penanggung Jawab Program TBC bersama-sama melaksanakan kegiatan
pemberantasan TBC, antara lain: penyuluhan TBC, penemuan terduga TBC,
investigasi keluarga pasien TBC, pendampingan terduga TBC dalam pemeriksaan
untuk penegakan diagnosa, pendampingan pasien TBC dalam pengobatan dan
pelacakan pasien TBC yang lalai atau mangkir dari pengobatan
7. Bentuk kerja sama termasuk kerja sama antara petugas pustu dan ponkesdes
dengan kader dalam rangka kegiatan TBC
8. Penanggung Jawab program TBC mendokumentasikan setiap bentuk kerja sama
dengan kader
9. Penanggung Jawab program TBC secara berkala melaksanakan monitoring
evaluasi terhadap peran kader

Standart Hasil:
1. Minimal ada satu kader terlatih di tiap desa dalam wilayah kerja Puskesmas
Maesan
2. Ada bentuk nyata peran serta kader dalam pemberantasan TBC
3. Angka penemuan terduga TBC oleh kader meningkat
4. Angka penyuluhan TBC oleh kader meningkat

Manfaat Penerapan Standar :


1. Meningkatkan angka penjaringan terduga TBC
2. Meningkatkan angka kesembuhan dan angka keberhasilan pengobatan TBC
3. Meningkatkan pencapaian PKP Puskesmas

95
Kerja Sama TBC dengan Kader Kesehatan
No. Dokumen : 347
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 8 Juni 2017

Halaman :1-1

Puskesmas Maesan
Dinas Kesehatan drg. Cicik Norma Isa
Kabupaten Bondowoso NIP. 19701225 200604 2 009

1. Pengertian Kerja sama TBC dengan kader kesehatan adalah bentuk kerja sama antara
Puskesmas dengan kader kesehatan dalam rangka upaya pemberantasan TBC
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanggung jawab program TBC
Puskesmas Maesan dalam rangka upaya pemberantasan TBC
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Maesan No. 393 Tentang Kerja sama TBC dengan
kader kesehatan
4. Referensi Pedoman Nasional Penanggulangan TBC tahun 2015
5. Alat dan bahan 1. ATK
2. LCD
3. Komputer
6. Langkah- 1. Penanggung Jawab Program TBC memilih kader kesehatan yang aktif
langkah untuk menjadikannya sebagai kader TBC
2. Penanggung Jawab Program TBC menyampaian informasi dasar TBC
keapda kader yang bersangkutan
3. Penanggung Jawab Program TBC meminta kader yang bersangkutan agar
bersedia untuk dijadikan kader TB
4. Kader yang bersedia menjadi kader TB dicatat dan direncanakan untuk
dilatih oleh Penanggung Jawab Program TBC
5. Penanggung Jawab Program TBC melatih kader TB
6. Penanggung Jawab Program TBC bersama-sama melaksanakan kegiatan
pemberantasan TBC, antara lain: penyuluhan TBC, penemuan terduga
TBC, investigasi keluarga pasien TBC, pendampingan terduga TBC dalam
pemeriksaan untuk penegakan diagnosa, pendampingan pasien TBC dalam
pengobatan dan pelacakan pasien TBC yang lalai atau mangkir dari
pengobatan
7. Bentuk kerja sama termasuk kerja sama antara petugas pustu dan ponkesdes
dengan kader dalam rangka kegiatan TBC
8. Penanggung Jawab program TBC mendokumentasikan setiap bentuk kerja
sama dengan kader
9. Penanggung Jawab program TBC secara berkala melaksanakan monitoring
evaluasi terhadap peran kader.
7. Hal-hal yang
Puskesmas Maesan memfasilitasi upaya keselamatan kepada kader agar tidak
perlu
tertular TBC melalui penerapan PPI TB dalam setiap kegiatan
diperhatikan
8. Unit Terkait 1. Program TBC
2. Pustu dan Ponkesdes
9. Dokumen Laporan hasil kegiatan
terkait
10 History
Perubahan Tgl.mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diterbitkan

96
Standart Baru Pelatihan OJT Kepada Kader Kesehatan

Tujuan :
1. Kader kesehatan dapat membantu programmer TBC dalam rangka meningkatkan
cakupan angka penjaringan terduga TBC
2. Kader kesehatan memahami dan menerapkan metode investigasi keluarga pasien
TBC
3. Kader kesehatan memahami dan menerapkan cara penapisan terduga TBC
sehingga mampu menemukan terduga TBC yang berkualitas
4. Kader kesehatan memahami dan menerapkan tata cara pengiriman terduga TBC
ke Puskesmas untuk pemeriksaan lanjutan

Standart Masukan :
1. Programmer TBC menyusun rencana kerja refreshing metode investigasi keluarga
pasien TB, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC.
2. Kader saat investigasi harus menggunakan Sputum Pot dan Formulir TB 05.

Standart Proses :
1. Programmer TBC menyusun rencana kerja refreshing metode investigasi keluarga
pasien TB, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC.
2. Programmer TBC merencanakan untuk mengadakan pelatihan TBC bagi kader
3. Pelatihan menggunakan acuan silabus pelatihan yang sebelumnya disusun dan
disosialisasikan oleh penanggung jawab program TBC
4. Programmer TBC melaksanakan refreshing metode investigasi keluarga pasien
TB, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC atau
mengadakan pelatihan TBC secara berkala sesuai rencana kerja
5. Programmer TBC menyusun rencana kerja monitoring evaluasi hasil refreshing,
pelatihan dan penerapan metode investigasi keluarga pasien TB, metode penapisan
TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC
6. Programmer TBC melaksanakan monitoring evaluasi hasil refreshing, pelatihan
dan penerapan metode investigasi keluarga pasien TB, metode penapisan TBC dan
tata cara pengiriman rujukan TBC secara berkala sesuai rencana kerja monitoring
7. Programmer TBC mendokumentasikan setiap kegiatan refreshing, pelatihan dan
monitoring evaluasi penerapannya.

Standart Hasil:
1. Minimal ada satu kader di tiap desa yang mendapatkan pelatihan metode
investigasi keluarga pasien TB, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman
rujukan TBC secara berkala
2. Secara berkala ada refreshing kader perihal metode investigasi keluarga pasien TB,
metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC secara berkala
3. Kader menerapkan metode investigasi keluarga pasien TB, metode penapisan TBC
dan tata cara pengiriman rujukan TBC yang benar
4. Programmer TBC melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan refreshing,
pelatihan dan monitoring evaluasi penerapannya.
5. Ditemukan terduga TBC dari keluarga pasien TBC
6. Terduga TBC bersedia dirujuk ke puskesmas dengan tata cara yang benar.

Manfaat Penerapan Standar :


1. Jumlah penemuan terduga TBC secara aktif di lapangan meningkat
2. Cakupan angka penjaringan terduga TBC meningkat
3. Cakupan PKP Puskesmas Maesan meningkat
4. Ditemukan penderita TBC secara dini, sehingga dapat memutus mata rantai
penularan TBC di masyarakat

97
On Job Training TBC Bagi Kader
Kesehatan
No. Dokumen : 348
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 8 Juni 2017

Halaman :1-2
Puskesmas Maesan
Dinas Kesehatan drg. Cicik Norma Isa
Kabupaten Bondowoso NIP. 19701225 200604 2 009

1. Pengertian On Job Training (OJT) TBC bagi kader adalah proses kegiatan memberikan
informasi kepada kader oleh penanggung jawab program TBC Puskesmas
perihal metode investigasi keluarga pasien TB, metode penapisan TBC dan tata
cara pengiriman rujukan TBC.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanggung jawab program TBC
Puskesmas Maesan dalam rangka OJT TBC bagi kader supaya memahami
dan menerapkan petugas pustu investigasi keluarga pasien TB, penapisan
TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC yang benar.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Maesan No. 394 Tentang Refreshing dan pelatihan TBC
bagi Kader Kesehatan
4. Referensi Pedoman Nasional Penanggulangan TBC tahun 2015
5. Alat dan bahan 1. Sputum Pot
2. Formulir TB 05
6. Langkah- 1. Programmer TBC menyusun rencana kerja refreshing metode investigasi
langkah keluarga pasien TB, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman
rujukan TBC.
2. Programmer TBC merencanakan untuk mengadakan pelatihan TBC bagi
kader
3. Pelatihan menggunakan acuan silabus pelatihan yang sebelumnya disusun
dan disosialisasikan oleh penanggung jawab program TBC
4. Programmer TBC melaksanakan refreshing metode investigasi keluarga
pasien TB, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC
atau mengadakan pelatihan TBC secara berkala sesuai rencana kerja
5. Programmer TBC menyusun rencana kerja monitoring evaluasi hasil
refreshing, pelatihan dan penerapan metode investigasi keluarga pasien TB,
metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC
6. Programmer TBC melaksanakan monitoring evaluasi hasil refreshing,
pelatihan dan penerapan metode investigasi keluarga pasien TB, metode
penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC secara berkala sesuai
rencana kerja monitoring
7. Programmer TBC mendokumentasikan setiap kegiatan refreshing,
pelatihan dan monitoring evaluasi penerapannya.
7. Hal-hal yang
perlu Pelatihan menggunakan metode pembelajaran andragogi
diperhatikan
8. Unit Terkait Program TBC
9. Dokumen 1. Silabus OJT
terkait 2. Laporan hasil OJT

10 History
Perubahan Tgl.mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diterbitkan

98
Standart Baru Investigasi Keluarga pasien TBC

Tujuan :
Petugas Investigasi dapat melakukan investigasi keluarga pasien TBC dengan cara
yang benar sehingga dapat menemui semua anggota keluarga pasien TBC dan
memeriksanya.

Standart Masukan :
Petugas Investigasi harus membawa dan menggunakan Sputum Pot, Formulir TB 05,
alat pemeriksaan tanda-tanda vital, masker dan buku bantu saat investigasi.

Standart Proses :
1. Penanggung Jawab Upaya TBC menyampaikan nama dan alamat penderita TBC
baru kepada pelaksana TBC. Penyampaian dengan cara temu muka dengan
pelaksana atau menggunakan media komunikasi elektronik (misal: SMS)
2. Pelaksana TBC menuju rumah penderita TBC dengan membawa Fotocopy
formulir TB 01, Formulir TB 05 dan Sputum Pot
3. Pelaksana TBC memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan serta manfaat
contact Tracing
4. Pelaksana TBC meminta pada penderita atau keluarga untuk menghadirkan semua
anggota keluarga
5. Pelaksana TBC memberikan penyuluhan pentingnya rutinitas pengobatan dan
menganjurkan penderita untuk rutin berobat
6. Pelaksana TBC menanyakan pada penderita TB atau keluarga apakah ada anggota
keluarga yang mempunyai gejala batuk-batuk lebih dari 2 minggu
7. Pelaksana TBC melakukan anamnesa, memeriksa tanda vital dan tanda-tanda yang
mengarah pada TBC terhadap anggota keluarga dan mencatat hasilnya
8. Jika ada anggota keluarga yang mempunyai gejala atau tanda mengarah TB,
Pelaksana TBC menganjurkan pada terduga tersebut dan keluarganya agar
memeriksakan diri ke Puskesmas untuk periksa BTA.
9. Jika terduga atau keluarga setuju, Pelaksana TB memberikan sputum Pot dan
formulir TB 05 sebagai rujukan
10. Pelaksana TBC mencatat terduga TBC kemudian berikan catatan tersebut ke
penanggung jawab P2M TBC

Standart Hasil:
1. Minimal ada satu kader di tiap desa yang mendapatkan pelatihan metode
investigasi keluarga pasien TB, metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman
rujukan TBC secara berkala
2. Secara berkala ada refreshing kader perihal metode investigasi keluarga pasien TB,
metode penapisan TBC dan tata cara pengiriman rujukan TBC secara berkala
3. Kader menerapkan metode investigasi keluarga pasien TB, metode penapisan TBC
dan tata cara pengiriman rujukan TBC yang benar
4. Programmer TBC melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan refreshing,
pelatihan dan monitoring evaluasi penerapannya.
5. Ditemukan terduga TBC dari keluarga pasien TBC
6. Terduga TBC bersedia dirujuk ke puskesmas dengan tata cara yang benar.

Manfaat Penerapan Standar :


1. Ivestigasi dapat menemukan terduga TBC yang berkualitas
2. Cakupan angka penjaringan terduga TBC meningkat
3. Cakupan PKP Puskesmas Maesan meningkat
4. Ditemukan penderita TBC secara dini, sehingga dapat memutus mata rantai
penularan TBC di masyarakat

99
Investigasi Keluarga Pasien TBC
No. Dokumen : 350
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 8 Juni 2017

Halaman :1-2

Puskesmas Maesan
Dinas Kesehatan drg. Cicik Norma Isa
Kabupaten Bondowoso NIP. 19701225 200604 2 009

1. Pengertian Investigasi Keluarga Pasien TBC adalah kegiatan mengunjungi rumah pasien
TBC dan berupaya bertemu dengan semua anggota keluarga tersebut untuk
memeriksa dan menemukan apakah anggota keluarga juga mempunyai gejala
TBC.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanggung jawab program TBC
dan/atau pelaksana TBC Puskesmas Maesan dalam Investigasi keluarga
pasien TBC.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Maesan No. 397 Tentang Refreshing dan pelatihan
TBC bagi Petugas Pustu dan Ponkesdes
4. Referensi Pedoman Nasional Penanggulangan TBC tahun 2015
5. Alat dan bahan 1. Sputum Pot
2. Alat Pemeriksaan Vital Sign
3. ATK
6. Langkah- 1. Penanggung Jawab Upaya TBC menyampaikan nama dan alamat penderita
langkah TBC baru kepada pelaksana TBC. Penyampaian dengan cara temu muka
dengan pelaksana atau menggunakan media komunikasi elektronik (misal:
SMS)
2. Pelaksana TBC menuju rumah penderita TBC dengan membawa Fotocopy
formulir TB 01, Formulir TB 05 dan Sputum Pot
3. Pelaksana TBC memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan serta manfaat
contact Tracing
4. Pelaksana TBC meminta pada penderita atau keluarga untuk menghadirkan
semua anggota keluarga
5. Pelaksana TBC memberikan penyuluhan pentingnya rutinitas pengobatan
dan menganjurkan penderita untuk rutin berobat
6. Pelaksana TBC menanyakan pada penderita TB atau keluarga apakah ada
anggota keluarga yang mempunyai gejala batuk-batuk lebih dari 2 minggu
7. Pelaksana TBC melakukan anamnesa, memeriksa tanda vital dan tanda-
tanda yang mengarah pada TBC terhadap anggota keluarga dan mencatat
hasilnya
8. Jika ada anggota keluarga yang mempunyai gejala atau tanda mengarah TB,
Pelaksana TBC menganjurkan pada terduga tersebut dan keluarganya agar
memeriksakan diri ke Puskesmas untuk periksa BTA.
9. Jika terduga atau keluarga setuju, Pelaksana TB memberikan sputum Pot
dan formulir TB 05 sebagai rujukan
10. Pelaksana TBC mencatat terduga TBC kemudian berikan catatan tersebut
ke penanggung jawab P2M TBC.
7. Hal-hal yang
perlu Gunakan masker saat investigasi
diperhatikan
8. Unit Terkait 1. Program TBC
2. Pustu dan Ponkesdes
9. Dokumen 1. Formulir TB 05
terkait 2. Lembar Investigasi

100
10 History
Perubahan Tgl.mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diterbitkan

101
Standart Baru Koordinasi TBC Dengan Lintas Program

Tujuan :
Terjalin komunikasi, koordinasi, kerja sama dan integrasi antara program TBC dengan
program lainnya di puskesmas.

Standart Masukan :
Koordinasi TBC dengan lintas program melibatkan penggunaan alat komunikasi
elektronik (Whatsapp, SMS dan Telpon).

Standart Proses :
1. Penanggung jawab program TBC secara berkala membuat agenda pertemuan
koordinasi TBC dengan lintas program
2. Dalam Pertemuan koordinasi TBC, Penanggung Jawab Program menyampaikan
bahwa diharapkan agar semua penanggung jawab program ataupun pelaksana
program memberikan penyuluhan TBC saat kegiatan di lapangan serta berupaya
menemukan terduga TBC.
3. Jika lintas program menemukan terduga TB, penanggung jawab atau pelaksana
program melakukan tindakan rujukan ke puskesmas agar terduga diperiksa BTA
untuk menegakkan diagnosa TBC.
4. Penanggung jawab atau pelaksana program mencatat dan mendokumentasikan
setiap temuan terduga TB dan melaporkannya ke penanggung jawab program
TBC.
5. Jika penanggung jawab program atau pelaksana menemukan pasien TBC yang
sedang diobati, berikan penyuluhan rutinitas pengobatan dan selanjutnya
melaporkannya ke penanggung jawab program TBC.
6. Penanggung jawab atau pelaksana program mencatat dan mendokumentasikan
setiap temuan pasien TB yang sedang diobati dan melaporkannya ke penanggung
jawab program TBC.
7. Komunikasi antara lintas program dengan penanggung jawab program TBC atau
antar lintas program dapat menggunakan media elektronik (Whatsapp, SMS dan
Telpon)

Standart Hasil:
1. Ada bentuk nyata peran serta lintas program dalam pemberantasan TBC
2. Angka penemuan terduga TBC oleh lintas program
3. Angka penyuluhan TBC oleh lintas program meningkat

Manfaat Penerapan Standar :


1. Meningkatkan angka penjaringan terduga TBC
2. Meningkatkan angka kesembuhan dan angka keberhasilan pengobatan TBC
3. Meningkatkan pencapaian PKP Puskesmas

102
Koordinasi TBC dengan Lintas Program
No. Dokumen : 351
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 8 Juni 2017

Halaman :1-1

Puskesmas Maesan
Dinas Kesehatan drg. Cicik Norma Isa
Kabupaten Bondowoso NIP. 19701225 200604 2 009

1. Pengertian Kerja sama TBC dengan lintas program adalah bentuk kerja sama antara
penanggung jawab program TBC dengan program lainnya dalam rangka upaya
pemberantasan TBC
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanggung jawab program TBC
Puskesmas Maesan dalam rangka upaya kerja sama TBC dengan lintas
program
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Maesan No. 398 Tentang Kerja sama TBC dengan
kader kesehatan
4. Referensi Pedoman Nasional Penanggulangan TBC tahun 2015
5. Alat dan bahan 1. ATK
2. LCD
3. Komputer
4. Media Komunikasi Elektronik
6. Langkah- 1. Penanggung jawab program TBC secara berkala membuat agenda
langkah pertemuan koordinasi TBC dengan lintas program
2. Dalam Pertemuan koordinasi TBC, Penanggung Jawab Program
menyampaikan bahwa diharapkan agar semua penanggung jawab program
ataupun pelaksana program memberikan penyuluhan TBC saat kegiatan di
lapangan serta berupaya menemukan terduga TBC.
3. Penyampaian informasi atau koordinasi untuk meningkatkan angka
penyuluhan TBC dan temuan terduga TBC kepada lintas program dapat
dilakukan
4. Jika lintas program menemukan terduga TB, penanggung jawab atau
pelaksana program melakukan tindakan rujukan ke puskesmas agar terduga
diperiksa BTA untuk menegakkan diagnosa TBC.
5. Penanggung jawab atau pelaksana program mencatat dan
mendokumentasikan setiap temuan terduga TB dan melaporkannya ke
penanggung jawab program TBC.
6. Jika penanggung jawab program atau pelaksana menemukan pasien TBC
yang sedang diobati, berikan penyuluhan rutinitas pengobatan dan
selanjutnya melaporkannya ke penanggung jawab program TBC.
7. Penanggung jawab atau pelaksana program mencatat dan
mendokumentasikan setiap temuan pasien TB yang sedang diobati dan
melaporkannya ke penanggung jawab program TBC.
8. Komunikasi antara lintas program dengan penanggung jawab program
TBC atau antar lintas program dapat menggunakan media elektronik
(Whatsapp, SMS dan Telpon)
7. Hal-hal yang Penanggung jawab program TBC harus memberikan bantuan kepada lintas
perlu program melalui sistem konsultasi apabila lintas program mengalami
diperhatikan kesulitan saat melaksanakan kegiatan TBC. Konsultasi dapat menggunakan
media elektronik.
8. Unit Terkait 1. Program TBC
2. Pustu dan Ponkesdes
3. Program-program Puskesmas
9. Dokumen 1. Notulen pertemuan
terkait 2. Laporan hasil pertemuan

103
10 History
Perubahan Tgl.mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diterbitkan

104
Standart Baru Koordinasi Program TBC dengan Lintas Sektor Dan Tokoh
Masyarakat

Tujuan :
Terjalin komunikasi, koordinasi, kerja sama dan integrasi antara program TBC dengan
Lintas Sektor dan Masyarakat di puskesmas.

Standart Masukan :
Koordinasi antara Penanggung jawab program TBC dengan lintas sektor dan tokoh
masyarakat dalam bentuk pertemuan menggunakan media LCD dan
Komputer/Laptop.

Standart Prosedur :
1. Penanggung jawab program TBC secara berkala membuat agenda pertemuan
koordinasi TBC dengan lintas sektor dan tokoh masyarakat.
2. Dalam Pertemuan koordinasi TBC, Penanggung Jawab Program menyampaikan
bahwa diharapkan agar semua lintas sektor dan tokoh masyarakat memberikan
masukan, saran, kritik atau evaluasi terhadap kinerja Puskesmas dalam rangka
pemberantasan TBC.
3. Dalam Pertemuan koordinasi TBC, Penanggung Jawab Program menyampaikan
bahwa diharapkan agar semua lintas sektor dan tokoh masyarakat memberikan
penyuluhan TBC saat kegiatan di lapangan.
4. Dalam Pertemuan koordinasi TBC, Penanggung Jawab Program menyampaikan
bahwa diharapkan agar semua lintas sektor memasukkan program TBC sebagai
bagian dalam perencanaan programnya masing-masing.
5. Dalam Pertemuan koordinasi TBC, Penanggung Jawab Program menyampaikan
bahwa diharapkan agar semua Kepala Desa melakukan pengawasan terhadap
kinerja petugas desa (perawat dan bidan desa) serta kader kesehatan dalam
kegiatan pemberantasan TBC di Desa.
6. Jika lintas sektor atau tokoh masyarakat menemukan terduga TB, melakukan
tindakan rujukan ke puskesmas agar terduga diperiksa BTA untuk menegakkan
diagnosa TBC.

Standart Hasil:
1. Ada bentuk nyata peran serta lintas sektor dan tokoh masyarakat dalam
pemberantasan TBC
2. Angka penemuan terduga TBC oleh lintas sektor atau tokoh masyarakat meningkat
3. Angka penyuluhan TBC oleh lintas sektor dan tokoh masyarakat meningkat.

Manfaat Penerapan Standar :


1. Meningkatkan angka penjaringan terduga TBC
2. Meningkatkan angka kesembuhan dan angka keberhasilan pengobatan TBC
3. Meningkatkan pencapaian PKP Puskesmas.

105
Koordinasi Program TBC dengan Lintas
Sektor Dan Tokoh Masyarakat
No. Dokumen : 352
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 8 Juni 2017

Halaman :1-1
Puskesmas Maesan
Dinas Kesehatan drg. Cicik Norma Isa
Kabupaten Bondowoso NIP. 19701225 200604 2 009

1. Pengertian Kerja sama TBC dengan lintas sektor dan tokoh mayarakat adalah bentuk kerja
sama antara Puskesmas dengan lintas sektor dan tokoh masyarakat dalam
rangka upaya pemberantasan TBC
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanggung jawab program TBC
Puskesmas Maesan dalam rangka upaya kerja sama TBC dengan lintas sektor
dan tokoh masyarakat
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Maesan No. 399 Tentang Kerja sama TBC dengan
dengan lintas sektor dan tokoh masyarakat
4. Referensi Pedoman Nasional Penanggulangan TBC tahun 2015
5. Alat dan bahan 1. ATK
2. LCD
3. Komputer
6. Langkah- 1. Penanggung jawab program TBC secara berkala membuat agenda
langkah pertemuan koordinasi TBC dengan lintas sektor dan tokoh masyarakat.
2. Dalam Pertemuan koordinasi TBC, Penanggung Jawab Program
menyampaikan bahwa diharapkan agar semua lintas sektor dan tokoh
masyarakat memberikan masukan, saran, kritik atau evaluasi terhadap
kinerja Puskesmas dalam rangka pemberantasan TBC.
3. Dalam Pertemuan koordinasi TBC, Penanggung Jawab Program
menyampaikan bahwa diharapkan agar semua lintas sektor dan tokoh
masyarakat memberikan penyuluhan TBC saat kegiatan di lapangan.
4. Dalam Pertemuan koordinasi TBC, Penanggung Jawab Program
menyampaikan bahwa diharapkan agar semua lintas sektor memasukkan
program TBC sebagai bagian dalam perencanaan programnya masing-
masing.
5. Dalam Pertemuan koordinasi TBC, Penanggung Jawab Program
menyampaikan bahwa diharapkan agar semua Kepala Desa melakukan
pengawasan terhadap kinerja petugas desa (perawat dan bidan desa) serta
kader kesehatan dalam kegiatan pemberantasan TBC di Desa.
6. Jika lintas sektor atau tokoh masyarakat menemukan terduga TB,
melakukan tindakan rujukan ke puskesmas agar terduga diperiksa BTA
untuk menegakkan diagnosa TBC.
7. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait 1. Program TBC
2. Pustu dan Ponkesdes
3. Program Promosi Kesehatan
9. Dokumen 1. Notulen pertemuan
terkait 2. Laporan hasil pertemuan

10 History
Perubahan Tgl.mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diterbitkan

106
KOMENTAR MANAJEMEN

PENGESAHAN

Bondowoso, 14 Juni 2017

Fasilitator Ketua KBK

drg. Ratna Sari Dewi Anwar Hidayat, Amd. Kep


NIP. 19760621 200501 2 011 NIP. 19811230 200312 1 002

Kepala Puskesmas Maesan

drg. Cicik Norma Isa


NIP. 19701225 200604 2 009

107
LANGKAH 8
MENGUMPULKAN DATA BARU DAN MENENTUKAN
RENCANA BERIKUTNYA
Periode: Minggu II Juni s/d Minggu IV Juni 2017

8.1 Analisa Situasi


Pihak manajemen, yaitu Kepala Puskesmas menginstruksikan untuk
menindaklanjuti banyaknya keluhan pelanggan dan melakukan perbaikan
berdasarkan keluhan pelanggan sejak 12 bulan terakhir. Maka tim KBK
menghitung dan menganalisa banyaknya keluhan pelanggan. Berikut Tabel hasil
pengumpulan data:
Berbagai Permasalahan Yang Berkembang

Persentase
Bulan Frekuensi Jumlah Pasien
Keluhan
1 62 1.269 0,049
2 35 1.321 0,026
3 34 1.315 0,026
4 29 1.294 0,022
5 35 1.148 0,030
6 51 1.240 0,041
7 61 1.340 0,046
8 69 1.367 0,050
9 73 1.388 0,053
10 76 1.411 0,054
11 82 1.376 0,060
12 101 1.432 0,071
Sumber: Data Sekunder Dari Kotak Keluhan

Berdasarkan data tabel yang didapat di atas, dapat dibuat grafik garis
sebagai berikut:

Banyaknya Keluhan Pelanggan


8.00%

6.00%

4.00%

2.00%

0.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

“Banyaknya keluhan pelanggan” memang menunjukkan trend yang


meningkat tajam sejak 6 bulan terakhir. Oleh karena itu “Banyaknya keluhan
pelanggan” disepakati menjadi masalah KBK yang akan diatasi.

108
8.2 Menentukan Tema
Oleh karena permasalahan yang telah disepakati oleh tim KBK untuk
segera diatasi terdapat pada cakupan unit yang terlalu luas, maka tim memecah
permasalahan tersebut pada tiap unit sebagai berikut:
1. Unit Gawat Darurat (UGD)
2. Unit Rawat Inap
3. BP Umum
4. KIA dan KB
5. BP Gigi
6. Unit PONED

Tim KBK melakukan pengumpulan data mengenai keluhan pelanggan pada


keenam unit di atas dengan menggunakan kuesioner selama 7 hari dengan teknik
cluster sampling, dimana tiap unit diambil 12 sampel. Dalam kuesioner, semakin
tinggi ketidakpuasan, maka mendapat skor makin besar. Hasilnya adalah sebagai
berikut:

Persentase
Peringkat Unit Nilai % Kumulatif
(%)
1 Rawat Inap 219 22% 22%
2 PONED 205 20% 42%
3 BP Gigi 176 17% 59%
4 KIA dan KB 144 14% 73%
5 BP Umum 141 14% 87%
6 UGD 129 13% 100%
Total 998 100%

Berdasarkan Tabel di atas, “Rawat Inap” merupakan unit dengan angka keluhan
paling banyak, yaitu dengan nilai 199. Dari data tersebut dapat dibuat diagram
pareto sebagai berikut:

1000
Per sen tase M asalah

800

600

400
219 205 176 144 141
200 129

0
Rawat Inap PONED BP Gigi KIA dan KB BP Umum UGD

Berdasarkan Diagram Pareto diatas, “Rawat Inap” merupakan Unit dengan


angka keluhan paling besar, yaitu sebesar 219, sehingga menjadi masalah paling
prioritas untuk segera ditanggulangi. Pertimbangan yang lain dalam menentukan
angka keluah pelanggan di Rawat Inap merupakan masalah paling prioritas
adalah:
1. Tingkat kesulitannya tergolong rendah untuk ditanggulangi.

109
2. Pihak manajemen mendukung perbaikan terhadap masalah tersebut karena
pihak manajemen menganggap Keluhan Pelanggan di Rawat Inap
merupakan masalah prioritas saat ini sebab dapat mempengaruhi angka
kunjungan.
3. Waktu penyelesaian yang relatif singkat
4. Hasil yang diharapkan akan sangat besar sebab dapat meningkatkan mutu
pelayanan puskesmas secara keseluruhan.
5. Tingkat pemahaman dan pengetahuan para karyawan terkait di Rawat Inap
sudah cukup memenuhi syarat untuk proses perbaikan.

Berdasarkan pada Analisa Pareto dan atas persetujuan Kepala Puskesmas, maka
Tim KBK sepakat mengambil Tema “Menurunkan Angka Keluhan di Rawat
Inap”.

8.3 Alasan Pemilihan Tema

Tema yang diangkat dilandasi oleh beberapa sudut pandang, antara lain:

P (Productivity) Mengakibatkan kehilangan kesempatan untuk


meningkatkan promosi puskesmas pada masyarakat
dengan usaha yang kecil.
Q ( Quality ) Memungkinkan terjadinya penurunan kwalitas
pelayanan puskesmas secara menyeluruh disebabkan
oleh kepercayaan pelanggan yang rendah
C ( Cost ) Mengakibatkan tingginya biaya untuk promosi ke
masyarakat
D ( Delivery ) Mengakibatkan pendapatan puskesmas menurun
disebabkan angka kunjungan rendah oleh karena
kepercayaan pelanggan rendah
S ( Safety ) Memungkinkan keamanan karyawan terhadap komplain
masyarakat
M ( Moral ) Memungkinkan penurunan semangat kerja karyawan
dan rasa percaya diri yang rendah

110
8.4 Menentukan Judul Perbaikan
Oleh karena tema yang telah diangkat terlalu luas, maka tim memecah
permasalahan tersebut menjadi beberapa unsur sebagai berikut:
1. Sistem Informasi
2. Sarana Air Bersih
3. Keramahan Petugas
4. Kenyamanan Lingkungan
5. Kecepatan Pelayanan.

Berdasarkan unsur di atas, maka tim KBK mengukur frekuensi kejadiannya


dengan menggunakan pengamatan yang dilakukan selama 2 Minggu. Hasilnya
adalah sebagai berikut:

Persentase %
Peringkat Masalah Nilai
(%) Kumulatif
1 Kurangnya Sarana Air Bersih 28 32% 32%
2 Lingkungan Tidak Kondusif 24 27% 59%
3 Petugas Tidak Ramah 18 20% 80%
4 Pelayanan Lambat 13 15% 94%
4 Kurangnya sistem informasi 5 6% 100%
Total 499 100%

Berdasarkan Tabel di atas, “Kurangnya Air Bersih” merupakan masalah


frekuensi paling besar, yaitu sebanyak 28 kali. Dari data tersebut dapat dibuat
diagram pareto sebagai berikut:

80
70
60
Per sen tase

50
40
28
30 24
18
20 13
10 5
0
Air Bersih Lingkungan Keramahan Kecepatan Sistem
Petugas Pelayanan informasi
M asalah

Berdasarkan Diagram Pareto di atas, “Kurangnya Sarana Air Bersih” merupakan


masalah paling dominan dengan frekuensi paling besar, yaitu sebanyak 28 kali.
Berdasarkan pada Analisa Pareto dan atas persetujuan Kepala Puskesmas, maka
Tim KBK sepakat menentukan judul “Meningkatkan Sarana Air Bersih di
Rawat Inap sebesar 100 % dalam waktu 6 bulan”.

8.5 Menentukan Initial Goal


Berdasarkan Kesepakatan Tim KBK dan Saran dari Kepala Puskesmas Maesan
maka Initial Goal ditentukan sebesar 100 %.

111
Pertimbangan Tim KBK sepakat menentukan initial goal sebesar 100 % adalah:
1. Tim KBK yakin dan mampu menyelesaikan masalah tersebut hingga
mencapai 100 %.
2. Masalah air bersih berkaitan langsung dengan kebutuhan pokok pasien
selama di rawat di puskesmas.
3. Apabila tidak ditangani 100 % dapat meningkatkan resiko infeksi
nosokomial.

112
Jadwal Rencana Kegiatan Berikutnya

Juni 2017 Juli 2017 Agustus 2017 September 2017 Oktober 2017 Nopember 2017
PDCA LANGKAH KEGIATAN
I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V

1. Menentukan tema dan


judul

2. Menganalisa Pernyebab

3. Menguji Dan
P
Menentukan Penyebab
Dominan

4. Merencanakan
perbaikan

5. Melaksanakan
D perbaikan

6. Meneliti Hasil
C
7. Membuat stándar Baru

8. Mengumpulkan Data
A
Baru dan Menentukan
Rencana Berikutnya

Keterangan:
: Rencana

: Realisasi

113
KOMENTAR MANAJEMEN

PENGESAHAN

Bondowoso, 30 Juni 2017

Fasilitator Ketua KBK

drg. Ratna Sari Dewi Anwar Hidayat, Amd. Kep


NIP. 19760621 200501 2 011 NIP. 19811230 200312 1 002

Kepala Puskesmas Maesan

drg. Cicik Norma Isa


NIP. 19701225 200604 2 009
DAFTAR HADIR PERTEMUAN KBK

Tanda Tangan
Tanggal Agenda
Anwar H AT Totok Prayogi Agung Ahmad
Hidayati Pristiwanto Ika H Widyanto Syahrul B
Tanda Tangan
Tanggal Agenda
Anwar H AT Totok Prayogi Agung Ahmad
Hidayati Pristiwanto Ika H Widyanto Syahrul B
Tanda Tangan
Tanggal Agenda
Anwar H AT Totok Prayogi Agung Ahmad
Hidayati Pristiwanto Ika H Widyanto Syahrul B

Anda mungkin juga menyukai