IDENTIFIKASI PARASIT
PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan semester genap
Disusun oleh :
Mukhammad Rifqi Almumtaz 230110140057
Tanti Yunita Lemansari 230110140059
Anwar Muhammad Syahidin 230110140066
Kelas :
Perikanan A/ Kelompok 9
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT., berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan
dengan judul ‘’Identifikasi Parasit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)’’. Shalawat
serta salam tak lupa kami panjatkan pada nabi Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan laporan akhir praktikum ini
terdapat kelemahan dan kekurangan dalam segi materi yang menunjangnya maupun
data hasil praktikum, seperti pepatah “Tiada gading yang tak retak”. Maka dari itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan sebagai acuan untuk melahirkan
karya-karya tulis yang lebih baik lagi.
Semoga apa yang ada didalam laporan ini dapat memberikan pengetahuan
tentang biologi perikanan yang berkaitan dengan analisis aspek biologi pada ikan
khususnya. Akhirul kalam, terima kasih atas segala perhatian dari para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................... 1
1.3 Manfaat ......................................................................................... 1
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas ........................................................................................ 2
2.1.1 Klasifikasi .....................................................................................
2.1.2 Biologi dan Morfologi Ikan Mas ..................................................
2.2 Parasit Ikan ....................................................................................
2.2.1 Ektoparasit.....................................................................................
2.2.2 Endoparasit ....................................................................................
2.3 Pemeriksaan Parasit Ikan ..............................................................
2.3.1 Pemeriksaan Bagian Kulit, Sisik, dan Sirip ..................................
2.3.2 Pemeriksaan Parasit pada Insang ..................................................
2.3.3 Pemeriksaan Parasit pada Usus .....................................................
2.3.4 Pemeriksaan Parasit pada Otot Daging .........................................
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................
5.2 Saran ..............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Identifikasi Parasit ini yaitu :
1. Untuk mengetahui seberapa banyak parasit yang terdapat pada ikan mas.
2. Untuk mengetahui jenis parasit yang menyerang pada ikan mas.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui jenis parasit yang terdapat pada ikan mas baik itu
ektoparasit atau endoparasit.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengambilan sampel pada organ ikan mas
yang terinfeksi oleh parasit.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio Gambar 1. Ikan mas (Cyprinus carpio)
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
8
2.1.2 Biologi dan Morfologi Ikan Mas
Tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) dilengkapi dengan sirip. Sirip punggung
(dorsal) berukuran relatif panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras dan sirip
terakhir yaitu sirip ketiga dan keempat, bergerigi. Letak antara sirip punggung dan
perut berseberangan. Sirip pada pectoral terletak dibelakang tutup insang (overculum).
Sisik ikan mas berukuran relatif lebih besar dan digolongkan kedalam tipe sisik sikloid
linea lateralis (gurat sisi), terletak dipertengahan tubuh, melintang dari tutup insang
sampai keujung belakang pangkal ekor. Pharynreal teeth (gigi kerongkongan) terdiri
dari tiga baris yang berbentuk gigi geraham (Suseno, 2003).
Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan pemakan segala (omnivora).
Kebiasaan makan ikan mas (Cyprinus carpio) yaitu sering mangaduk-ngaduk dasar
kolam, termasuk dasar pematang untuk mencari jasad-jasad organik. Karna kebiasaan
makannya seperti ini, ikan mas (Cyprinus carpio) dijuluki sebagai bottom feeder atau
pemakan dasar. Di alam, danau atau sungai tempat hidupnya, ikan ini hidup menepi
sambil mengincar makanan berupa binatang-binatang kecil yang biasanya hidup
dilapisan lumpur tepi danau atau sungai (Susanto,2004).
Menurut Susanto (2004), ikan mas (Cyprinus carpio) mempunyai telur yang
sifatnya merekat/menempel atau adhesif. Kebiasaan sebelum melakukan pemijahan di
alam adalah mencari tempat yang rimbun dengan tanaman air atau rumput-rumputan
yang menutupi permukaan perairan. Perkembangan seksual ikan mas (Cyprinus carpio)
yaitu ovivar dimana perkembangbiakan seksual yang ditandai dengan pelepasan sel
telur jantan dan 6 betina, dimana spermatozoa diluar tubuh dan fertilisasi terjadi diluar
tubuh. Ciri-ciri lain adalah sel telur berukuran besar karena banyak mengandung
kuning telur yang dapat menjadi bekal bagi anak-anaknya dalam mengawali hidupnya
diluar tubuh (Susanto,2004).
Huet, (1971) menyatakan habitat ikan mas hidup pada kolam-kolam air tawar
dan danau-danau serta perairan umum lainnya. Dalam perkembangannya ikan ini
sangat peka terhadap perubahan kualitas lingkungan. Ikan mas merupakan salah satu
9
ikan yang hidup di perairan tawar yang tidak terlalu dalam dan aliran air tidak terlalu
deras. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas
permukaan air laut dan pada suhu 25-30°C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan
mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas
25-30 ppt.
Ikan mas dan mas koi adalah jenis ikan air tawar yang berkerabat sangat sangat
dekat karena merupakan spesies yang sama tetapi berbeda ras atau strain, begitu juga
dalam siklus hidupnya sama dengan ikan mas. Perkembangan di dalam gonad yakni
ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur, dan testis pada ikan jantan yang
menghasilkan sperma (Amri dan Khairuman, 2002).
Embrio akan tumbuh dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Dua
sampai tiga hari telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva dengan ukuran berkisar
antara 0,5-0,6 mm dengan bobot antara 18-20 mg. Larva kemudian akan berubah
menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari, setelah 2-3 minggu kebul akan
menjadi burayak (stadia benih) yamg mempunyai ukuran panjang 1-3 cm dan bobot
0,1-0,5 gram. Dalam waktu 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan
(benih besar) yang mempunyai ukuran panjang 3-5 cm dengan bobot 0,5-2,5 gram, dan
dalam waktu tiga bulan putihan akan tumbuh menjadi gelondongan (ikan remaja) yang
mempunyai bobot 100 gram dan gelondongan tersebut akan tumbuh terus sampai
menjadi induk.
10
lingkungan, ikan dan agen penyakit. Interaksi tersebut dapat menyebabkan ikan
menjadi stres dan mekanisme pertahanan tubuhnya melemah, sehingga mudah
terserang penyakit (Kordi, 2004). Parasit merupakan organisme yang hidup pada
organisme lain yang mengambil makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga
inang akan mengalami kerugian. Parasitisme adalah hubungan dengan salah satu
spesies parasit dimana inangnya sebagai habitat dan merupakan tempat untuk
memperoleh makanan atau nutrisi, tubuh inang adalah lingkungan utama dari parasit
sedangkan lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan keduanya (Kabata, 1985).
Penyakit akibat infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur.
Karena menurut Santoso (1993), pada semua tahap budidaya ditemui serangan
penyakit, salah satunya adalah parasit. Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan
padat tebar tinggi pada area yang terbatas, menyebabkan kondisi lingkungan tersebut
sangat mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit infeksi. Kondisi dengan
padat tebar tinggi akan menyebabkan ikan mudah stres sehingga menyebabkan ikan
menjadi mudah terserang penyakit, selain itu kualitas air, volume air dan alirannya
berpengaruh terhadap berkembangnya suatu penyakit.
Populasi yang tinggi akan mempermudah penularan karena meningkatnya
kemungkinan kontak antara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat. Selain itu, kolam
yang tidak terawat dengan baik juga merupakan tempat yang baik bagi organisme
penyebab infeksi penyakit. Hal tersebut dapat terjadi karena sebelumnya penyakit
sudah ada pada kolam atau dapat berasal dari luar kolam (Rokhmani, 2009). Akan
tetapi, selama kolam terjaga dengan baik serta lingkungan yang selalu mendapat
perhatian, parasit dalam kolam maupun yang dari luar tidak akan mampu menimbulkan
infeksi.
2.2.1 Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang menyerang bagian luar kulit, sisik, lendir, dan
insang. Parasit yang menyerang akan mempengaruhi hidup ikan dengan menghambat
pertumbuhan. Pengaruh yang muncul diawali dengan terganggunya sistem
11
metabolisme tubuh inang sampai merusak organ. Pakan yang dikonsumsi ikan dan
digunakan untuk pertumbuhan dimanfaatkan oleh parasit yang terdapat pada tubuh
inang (ikan) sehingga tubuh inang kekurangan nutrien. Pengaruh tersebut terjadi mulai
parasit menempel dan tumbuh pada organ inang sampai dengan yang merusak organ
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan bahkan kematian inang. Daur hidup
parasit yang mengganggu ikan budidaya dapat diketahui melalui hubungan antara
inang, yaitu ikan budidaya, parasit serta lingkungan tempat inang tersebut hidup
sehingga para petani dapat mengantisipasi keadaan yang timbul akibat parasit tersebut
(Hadiroseyani et al., 2006).
Menurut Silsilia (2000) menyebutkan ektoparasit menginveksi inangnya pada
bagian yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan nutrien untuk kelangsungan
hidupnya. Selanjutnya Alifuddin et al. (2002) menyatakan bahawa parasit dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bahkan kematian, sehingga menyebabkan
penurunan produksi dan kualitas ikan yang mengakibatkan kerugian ekonomi bagi
pembudidayanya. Menurut Arnott et al. (2000) bahwa umumnya ektoparasit pada ikan
adalah golongan crustacea, cacing (trematoda, nematoda dan cestoda) dan protozoa.
Ektoparasit ini menginfeksi sirip, sisik, operkulum dan insang ikan.
Penyakit ikan dapat disebabkan oleh agen infeksi seperti parasit, bakteri dan
virus, serta agen non infeksi seperti kualitas pakan yang jelek, maupun kondisi
lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan (Purwaningsih, 2013).
Organisme penyebab penyakit sangatlah beragam, salah satunya adalah ektoparasit
(Bhakti et al., 2011). Beberapa faktor yang berperan terhadap serangan penyakit pada
ikan adalah kepadatan ikan yang dibudidayakan, budidaya secara monokultur dan
stress, selanjutnya faktor biotik dan abiotik yaitu, faktor fisika dan kimia air serta
berbagai organisme patogen (Winaruddin dan Eliawardani, 2007).
Dogiel et al. (1970) menyatakan, bahwa meningkatnya keberadaan beberapa
ektoparasit misalnya Trichodina sp. dan Cylodonella cyprini tidak ditentukan oleh
umur. Sementara Nobel et al. (1989), menyebutkan bahwa pada beberapa spesies ikan,
semakin meningkat umur ikan maka intensitas ektoparasitnya cenderung semakin
12
berkurang. Namun menurut Kennedy (1975), semakin tua ikan, berarti semakin lama
waktu yang dimiliki ikan untuk kontak dengan ektoparasit, sehingga prevalensi dan
intensitas ektoparasit meningkat sesuai dengan umur ikan. Tubuh inang merupakan
tempat untuk kolonisasi ektoparasit. Semakin luas permukaan tubuh ikan, maka koloni
ektoparasit juga bertambah, sehingga nilai intensitas dan prevalensi ektoparasit
meningkat.
Beberapa parasit memiliki inang spesifik tertentu. Hal ini dapat ditunjukan
dengan adanya beberapa jenis ikan yang hanya terinfeksi oleh satu jenis ektoparasit
saja (species spesifik), atau hanya satu organ saja yang terinfeksi oleh ektoparasit
tersebut (organ spesifik), selain itu masih ada beberapa spesifitas lainnya seperti
spesifitas geografi dan spesifitas ekologi (Grabda 1981). Hubungan spesifik antara
inang dengan ektoparasit tersebut ditentukan oleh keberhasilan ektoparasit dalam
menginfeksi, menempati dan berkembang biak pada habitat tertentu pada bagian tubuh
inang (Olsen 1974). Pengelolaan kesehatan yang dilakukan melalui tindak sanitain dan
desinfeksi akan menurunkan tingkat dan kejadian infeksi (Alifuddin 2000). Menurut
Kabata (1985) ektoparasit ini banyak menyerang insang dan kulit ikan yang dapat
menyebabkan gangguan pernapasan.
Grabda (1991) mendefenisikan, parasitisme sebagai hubungan antara satu
species ektoparasit yang menggunakan organisme lain sebagai inang habitatnya dan
sumber makanan. Setiap jenis ektoparasit mempunyai habitat tertentu pada inang
sebagai tempat hidupnya (Noga, 1996). Lom (1995) menyatakan bahwa penyakit pada
ikan dapat terjadi karena adanya interaksi yang tidak serasi, antara lain agen penyakit
dan lingkungan. Interaksi tersebut dapat menyebabkan ikan menjadi stres sehingga
mekanisme pertahanan dirinya menjadi lemah dan mudah untuk diserang penyakit
(Afrianto, 1992).
2.2.2 Endoparasit
Endoparasit adalah parasit yang menyerang bagian dalam pada tubuh ikan
(Grabda, 1991). Endoparasit dapat ditemukan pada otot daging, organ internal, usus,
13
lumen dan rongga tubuh inang. Endoparasit ikan meliputi protozoa dan cacing.
Kelimpahan, keaneka ragaman dan sensifitasnya mungkin berbeda antara jenis ikan.
Dari organ tersebut dapat dilihat adanya kelainan yang tampak makroskopik yang
mungin disebabkan oleh adanya kista protozoa (terutama myxosporea atau microspora)
maupun kista parasit cacing. Parasit cacing pada usus dapat terlihat dengan mata
telanjang, sedangkan parasit usus protozoa tidak terlihat secara makroskopik
(Hadioetomo,1993).
14
endoparasit masih dapat diperiksa prasitnya , tetapi lebih sulit untuk di cari karena
kadar air pada tubuh ikan mulai habis .Pemeriksaan parasite dapat dilakukan secara
langsung (natif) dan dengan bantuan alat , contohnya seperti lup, dan mikroskop,
tergantung parasit yang ingin diteliti .
15
BAB III
METEDEOLOGI PRAKTIKUM
3.2.2 Bahan
1. Ikan uji
16
5. Dibersihkan sisik ikan mas
6. Diambil sampel sisik ikan mas
7. Diamati parasit pada sisik ikan mas dengan mikroskop
8. Diambil sampel kulit pada ikan mas
9. Diamati sampel kulit dibawah mikroskop
10. Diambil sampel sirip pada ikan mas
11. Diamati sampel sirip dibawah mikroskop
12. Diambil sampel insang dari ikan mas
13. Diamati sampel insang dibawah mikroskop
14. Dibedah ikan pada bagian perutnya
15. Diambil usus ikan
16. Dicacah usus ikan
17. Diamati usus dibawah mikroskop
18. Diambil sampel daging ikan
19. Diamati sampel daging dibawah mikroskop
20. Diambil sampel darah ikan dari pembuluh darah
21. Diamati sampel darah dibawah mikroskop
22. Dicatat hasil pengamatan
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan Identifikasi Parasit Kelompok
Kelompok/LAB : 21/MSP
Hari/Tanggal : Kamis, 19 Mei 2016
Spesies Ikan : Ikan Mas
Asal Ikan : Cirata
Berdasarkan hasil pengamatan identifikasi parasit kelompok 21
Table 1. Data Identifikasi Kelompok 21
Ektoparasit Endoparasit
Jenis Parasit
Kulit Sisik Insang Sirip Otot Usus Darah
Dactylogyrus sp 6
Transversotrema sp.
Trichodinella carpi
Haplometrana sp.
Trichodinella sp.
Clinostomum sp.
Gyrodactylus sp.
Dactylogyrus sp.
Ophistorchis sp.
Cleidodiscus sp.
TL (mm)
Camallanus sp.
Trichodina sp.
Myxobolus sp.
Anisakis sp.
Argulus sp.
Epystilis sp
Lernea sp.
Kel-
3A 127 210 77 3 - - - - - - - - - - - - - - -
4A 103 182 - 1 - - - - - - - - - - - - - - -
5A 94 175 - - 1 - - - - - - - - - - - - - -
18
Ektoparasit
Kulit / Lendir / Sisik
Ichtyopthirius multifilis
Bobot (gram)
Transversotrema sp.
Trichodinella carpi
Haplometrana sp.
Trichodinella sp.
Clinostomum sp.
Gyrodactylus sp.
Dactylogyrus sp.
Ophistorchis sp.
Cleidodiscus sp.
TL (mm)
Camallanus sp.
Trichodina sp.
Myxobolus sp.
Anisakis sp.
Argulus sp.
Epystilis sp
Lernea sp.
Kel-
19
Trichodinella sp
-
Transversotrema sp.
1
1
2
-
-
-
-
-
-
Dactylogyrus sp.
-
Sirip
112
100
296
Gyrodactylus sp.
83
-
Epystilis sp
1
-
-
-
-
Argulus sp.
-
Ophistorchis sp.
5
6
-
-
-
-
-
-
-
-
Transversotrema sp.
-
Lernea sp.
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ophistorchis sp.
-
Ichtyopthirius multifilis
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Rhabditis sp.
-
Trichodinella carpi 2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Haplometrana sp.
-
19
Haplometrana sp.
Kulit / Lendir / Sisik
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Trichodinella carpi
-
Ektoparasit
Argulus sp.
Ektoparasit
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Trichodinella sp
-
Cleidodiscus sp.
2
Cleidodiscus sp.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Insang
Dactylogyrus sp. Trichodina sp
-
5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Clinostomum sp.
-
Clinostomum sp.
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
20
Myxobolus koi
-
119
23
45
Gyrodactylus sp. 1
9
-
-
-
-
Diplozoon sp.
-
29
Trichodinella sp.
1
2
2
-
-
-
-
Dactylogyrus cyprini
-
29
Trichodina sp.
6
1
-
-
-
-
-
-
Camallanus sp.
-
Anisakis sp.
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
13
Dactylogyrus sp.
2
Camallanus sp.
7
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Gyrodactylus sp.
-
85
Myxobolus sp.
8
-
-
-
-
-
-
-
-
190
150
210
TL (mm)
4058 6950
180
96,22 183
160
83,38 160
220
88,39 160
188,7 265
124,9 200
104,2 200
TL (mm)
169
98
76
Bobot (gram)
105
127
53
Bobot (gram)
Jumlah
Kel-
10C
11C
13C
14C
16C
5C
6C
7C
8C
Kel-
1A
2A
3A
Ektoparasit
Insang Sirip
Bobot (gram)
Dactylogyrus cyprini
Transversotrema sp.
TL (mm)
Trichodinella carpi
Haplometrana sp.
Clinostomum sp.
Gyrodactylus sp.
Dactylogyrus sp.
Gyrodactylus sp.
Dactylogyrus sp.
Trichodinella sp
Trichodinella sp
Ophistorchis sp.
Cleidodiscus sp.
Camallanus sp.
Myxobolus koi
Trichodina sp
Diplozoon sp.
Rhabditis sp.
Argulus sp.
Kel-
4A 103 182 - 1 - - - - 1 - - - - - - - - - - - -
5A 94 175 - 3 - - - - - - 1 - - - - - - - - - -
6A 95 170 - 7 - - - - - - - - - - - - - - - - -
7A 100 185 - 8 - - - - - - - - - - - - - - - - -
8A 112,38 185 - 6 - - - - - - - - - - - - - - - - -
9A 123,21 205 1 22 - - - - - - - - - - - - - - - - -
1B 132 200 - 12 - - - - - - - - - - - - - - - - -
2B 107 185 2 6 - - - - - - - - - - - - - - - - -
3B 103 195 - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - -
5B 128 200 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - - -
6B 92 193 - - - - - - - - - 4 - - - - - - - - -
8B 112,28 192 - 28 - - - - - - - - - - - - - - - - -
9B 113,64 183 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - - -
21
Ektoparasit
Insang Sirip
Bobot (gram)
Dactylogyrus cyprini
Transversotrema sp.
TL (mm)
Trichodinella carpi
Haplometrana sp.
Clinostomum sp.
Gyrodactylus sp.
Dactylogyrus sp.
Gyrodactylus sp.
Dactylogyrus sp.
Trichodinella sp
Trichodinella sp
Ophistorchis sp.
Cleidodiscus sp.
Camallanus sp.
Myxobolus koi
Trichodina sp
Diplozoon sp.
Rhabditis sp.
Argulus sp.
Kel-
1C 77 175 2 - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2C 92 175 - 2 - - - - - - - - - - - - - - - - -
3C 114 180 - 2 - - - - - - - - - - - - - - - 2 -
4C 111 185 - - - - - - - - - - - 2 - - - - - - -
5C 98 180 - 2 - - - - - - - - - - - - - - 1 - -
6C 96,22 183 - 16 - - - - - - - - - - - - - - - 5 3
7C 76 160 - 15 - - 1 - - - - - - - - - - - - - -
8C 83,38 160 - 19 - - - - - - - 6 - - - - - - 1 - -
9C 120,6 180 - 6 - - - - - - - - - - 1 - - - - - -
22
Ektoparasit
Insang Sirip
Bobot (gram)
Dactylogyrus cyprini
Transversotrema sp.
TL (mm)
Trichodinella carpi
Haplometrana sp.
Clinostomum sp.
Gyrodactylus sp.
Dactylogyrus sp.
Gyrodactylus sp.
Dactylogyrus sp.
Trichodinella sp
Trichodinella sp
Ophistorchis sp.
Cleidodiscus sp.
Camallanus sp.
Myxobolus koi
Trichodina sp
Diplozoon sp.
Rhabditis sp.
Argulus sp.
Kel-
Clinostomum sp.
Dactylogyrus sp.
Dactylogyrus sp.
TL (mm)
Rhabditis sp.
Rhabditis sp.
Kel-
23
Prevalensi
No Jenis Parasit Jumlah Parasit yang ditemukan (ekor) Jumlah Ikan yang terinfeksi (ekor) Jumlah Ikan yang diperiksa (ekor)
(%)
2 Dactylogyrus sp. 359 55 62 88,71
3 Trichodina sp. 49 14 62 22,58
4 Trichodinella sp. 75 16 62 25,81
5 Camallanus sp. 17 7 62 11,29
6 Ichthyopthirius multifilis 1 1 62 1,61
7 Clinostomum sp. 3 3 62 4,84
8 Myxobolus sp. 85 2 62 3,23
9 Cleidodiscus sp. 10 7 62 11,29
10 Anisakis sp. 1 1 62 1,61
11 Dactylogyrus cyprini 7 1 62 1,61
12 Myxobolus koi 2 1 62 1,61
13 Diplozoon sp. 3 3 62 4,84
14 Argulus sp. 3 3 62 4,84
15 Haplometrana sp. 21 2 62 3,23
16 Trichodinella carpi 17 1 62 1,61
17 Lernea sp. 1 1 62 1,61
18 Ophistorchis sp. 12 5 62 8,06
19 Epystilis sp. 296 4 62 6,45
20 Transversotrema sp 2 2 62 3,23
21 Rhabditis sp. 6 4 62 6,45
22 Clinostomum sp. 7 1 62 1,61
24
Prevalensi Parasit Per Spesies
100.00
88.71
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00 45.16
40.00
25.81
30.00 22.58
20.00 11.29
11.291.61 4.844.84
3.23 1…1.618.066.453.23 6.451.61
10.00 1.614.843.23 1.611.61
0.00
25
No Jenis Parasit Jumlah Parasit yang ditemukan (ekor) Jumlah Ikan yang terinfeksi (ekor) Intensitas
14 Argulus sp. 3 3 1
15 Haplometrana sp. 21 2 10,5
16 Trichodinella carpi 17 1 17
17 Lernea sp. 1 1 1
18 Ophistorchis sp. 12 5 2,4
19 Epystilis sp. 296 4 74
20 Transversotrema sp 2 2 1
21 Rhabditis sp. 6 4 1,5
22 Clinostomum sp. 7 1 7
60
50 42.5
40
30
206.821428571 10.5
17
6.5272727274.6875 1 1.428571429 7
10 1 7 1 1 1 1.5
2.428571429 1 2 1 2.4
3.5
0
26
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanto, E dan E, Liviawati, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit
Kanisius. Jakarta.
Buchanan, R.E dan N.E. Gibson, 1974. Bergey’s Manual of Determinative
bacteriology. Eight Edition. The Williams and Wilkins Company. Baltimore
dalam Prajitno, A.1996. Penggunaan Vaksin Aeromonas hydrophila Terhadap
Benih Ikan Mas Koki. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.
Bullock, G.L, D.A. Canroy and S.F. Sniezko. 1971. The Identification Of Fish
Pathogenic Bacteria. Book 28. In Sniezko and Azelord. Disease Of Fish. T. F.
H. Publication. England.
Cahyono, B. 2004. Budidaya Ikan Air Tawar. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Djarijah Siregar, A. 2005. Pembenihan Ikan Mas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Dwidjoseputro, D. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Ghufran, M dan Kordi. 2004. Hama dan Penyakit Ikan Kakap. Penerbit Kanisius.
Jakarta.
Jangkaru, Z. 2000. Memelihara Ikan di Kolam Tadah Hujan. Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta.
Khairuman, A. 2000. Menanggulangi Penyakit Pada Ikan Mas dan Koi. Penerbit
Agromedia Pustaka. Jakarta.
27
Khairuman, A dan Sudenda, D. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras.
Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.
Khairuman, A dan Sudenda, D. 2002. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Penerbit
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lay, W, B dan Hastowo, S. 1992. Mikrobiologi. Penerbit Rajawali Press. Jakarta.
Lingga, P dan Susanto, H. 1997. Ikan Hias Air Tawar. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
x
Lingga, P. 1999. Benih Ikan Mas Kolam air Deras. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Lukman dan Silitonga. 1985. Temulawak, Khasiat dan Kegunaan. LPHH. Bogor.
Dalam Setyaningsih. 1999. Pengaruh Kurkuminoid Temulawak (Curcuma
xanthorriza) Terhadap Ransum Ayam Pedaging. Fakultas Peternakan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Muhlisah, F. 1999. Temu-Temuan dan Empon-Empon Budidaya dan Manfaatnya.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Paperna, I. 1980. Parasites Infection and Disease of Fish in Africa. Food and Agricultur
Organization of United Nation.
Pelczar, M.J. and J.R. Reid. 1972. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Alih bahasa: R. S.
Hadioetomo, T. Imas, S.S, Tjitrosomo dan S. L. Angka. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Pelczar, M,j. dan E,C,S, Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi II. Alih bahasa: R,S,
Hadioetomo, T, Imas, S.S, Tjitrosomo dan S. L. Angka. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Poerwanti, E, U dan Rofieq, A. 1994. Metodologi Penelitian. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Prajitno, A. 2003. Pengobatan Penyakit Aeromonas hydrophila Pada Benih Ikan
Gurami Menggunakan Kunyit. Jurnal Penelitian Perikanan. Volume 6, Juni 2003,
hlm. 72
28
Rismunandar. 1988. Rempah-Rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Penerbit Sinar
Baru. Bandung.
Robert, R, J. 1978. Fish Pathology. Abaillere Tindall. London.
Rochdianto, A. 1994. Budidaya Ikan di Jaring Terapung. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
Rofieg, A. 2002. Metodologi Penelitian. Modul Mahasiswa Biologi. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Rukmana, R. 2003. Temulawak Tanaman Obat dan Rempah. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Saanin. 1984. Taksonomi dan kunci Identifikasi Ikan. Penerbit Bina Cipta. Bogor.
xi
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung.
Susanto, H dan Rochdianto, A. 2000. Kiat Budidaya Ikan di Lahan Kritis. Penerbit
Penebar Swadaya. Jakarta.
Suseno, D. 1996. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sutjiati, M. 1990. Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya Malang.
Volk, W, A and M, F, Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Alih bahasa: Markham.
Penerbit Erlangga. Jakarta
29
LAMPIRAN
30
DAFTAR LAMPIRAN
Pipet Pinset
31
Gunting Penggaris
Timbangan Mikroskop
32
Lampiran 3. Prosedur Praktikum
Diambil lendir pada bagian permukaan tubuh ikan lalu disimpan pada
object glass
33
Diambil insang lalu diamati pada
mikroskop
34
Lampiran 4. Hasil Identifikasi
35
Parasit Otot Parasit Sisik
36