Anda di halaman 1dari 6

PORTOFOLIO

Topik :
Tanggal (kasus) : 29 Nopember 2017 Presenter : dr. Aprilia Damayanti
Tanggal presentasi : 5 Desember 2017 Pendamping : dr.Hilda Fitri
Tempat presentasi : Aula RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung
Obyektif presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi √Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi :
 Tujuan :Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan pada kejang demam
Bahan bahasan :  Tinjauan  Riset  Kasus  Audit
Pusaka
Cara membahas :  Diskusi  Presentasi  Email  Pos
dan diskusi

Data pasien : Nama : an. G / 3.6tahun No. registrasi : 375448-17


Nama klinik : Telp : - Terdaftar sejak : 29 Nopember
2017
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Kejang demam kompleks
2. Riwayat Pengobatan : -
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit :Anak datang dibawa orang tua karena kejang ± 2 jam
SMRS. Kejang <5menit, kelonjotan, mata mendelik, mulut berbusa, setelah kejang anak
sadar dan tampak lemas. Anak juga kejang pukul 1 tadi malam, dibawa ke bidan dan
diberi obat antikejang dan penurun panas. Demam (+) batuk pilek (+) sejak 2 hari yang
lalu. BAB BAK dalam batas normal. Mual muntah (-). Riwayat kejang: usia 8bulan,
kejang demam 1x, usia 2 tahun kejang demam 1x. riwayat imunisasi lengkap. Riwayat
kejang di keluarga disangkal. Anak merupakan anak pertama.
4. Riwayat Keluarga/ Masyarakat : -
5. Riwayat Pekerjaan : belum sekolah
6. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1. Pusponegoro H D, dkk. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI.
2. Garna H, dkk. 2014. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke-5.
Bandung: Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD/RSUP Dr.Hasan
Sadikin.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis kejang demam kompleks
2. Penatalaksanaan medikamentosa dan non-medikamentosa kejang demam
Subyektif
Anak datang dibawa orang tua karena kejang ± 2 jam SMRS. Kejang <5menit,
kelonjotan, mata mendelik ke atas, mulut berbusa, setelah kejang anak sadar dan tampak
lemas. Anak juga kejang pukul satu tadi malam, dibawa ke bidan dan diberi obat antikejang
dan penurun panas. Demam (+) batuk pilek (+) sejak 2 hari yang lalu. BAB BAK dalam batas
normal. Mual muntah (-). Riwayat kejang: usia 8bulan, kejang demam 1x, usia 2 tahun
kejang demam 1x. Riwayat imunisasi lengkap. Riwayat kejang di keluarga disangkal. Anak
merupakan anak pertama. Anak sudah diberikan obat penurun panas tapi tidak ada
perubahan.

Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak lemas
Kesadaran : CM, GCS : 15
BB: 12kg
Tanda-tanda vital :
 Nadi 82x/menit, isi tegangan cukup
 Respiratory rate : 17x/menit
 Suhu : 39.3°𝐶
 SpO2 : 98%
Pada pemeriksaan status generalis ditemukan :
 Kepala : Normoochepali, simetris, hematom (-), UUB tidak cekung
 Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Pupil isokor (3 mm/3mm), Reflek cahaya (+/+).
 Hidung : Nafas cuping hidung (-) , darah (-), secret (-).
 Telinga : Darah (-), secret (-).
 Mulut : Mukosa basah (+), sianosis (-), lidah kotor (-).
 Thorax : Emfisema subkutis (-), jejas(-)
 Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Batas jantung kesan normal
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
 Paru
 Inspeksi :gerakan dada simetris. Retraksi (-)
 Palpasi : Fremitus raba kanan-kiri simetris
 Perkusi : Sonor (+/+)
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
 Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada, jejas (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba, turgor dbn
 Trunk
Inspeksi : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : Nyeri ketok (-)
 Ekstremitas
Oedem : edem (-/-)
Akral : Hangat
 Gerak Rangsang Meningeal (GRM): negatif.

2. Laboratorium
 Darah Lengkap :
Hb : 10 gr/dl
Hematokrit : 35%
Leukosit : 7.200/uL
Trombosit 280.000
DC : 0/0/84/11/5
Eritrosit 5.000.000
MCV : 69 fl
MCH: 20 pg/sel
MCHC: 29 g/dl
 GDS : 133 mg/dl

Assessment (Penalaran Klinis)


Anak datang dibawa orangtuanya ke IGD RSUD Dr.A Dadi Tjokrodipo dengan
keluhan post kejang 2jam SMRS. Kejang kelonjotan, lamanya <5menit, mata mendelik ke
atas, mulut berbusa, setelah kejang anak sadar dan tampak lemas. Anak juga sempat
mengalami kejang 1x, lamanya <5menit, kemudian anak dibawa ke bidan lalu diberi obat
antikejang dan penurun panas. Sebelum kejang, anak mengalami demam tinggi dan batuk
pilek yang dirasa sejak 2 hari yang lalu. Demam tidak turun bahkan setelah pemberian obat
pereda panas. Menurut orang tua, anak juga pernah mengalami kejang sebanyak 1x yang
didahului dengan demam, yaitu pada saat usia 8 bulan dan 2 tahun.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan anak tampak lemah, suhu tubuh
hipertermi yaitu 39.3C, pemeriksaan lain masih dalam batas normal.
Dari pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan anemia ringan.

Plan
Diagnosis : Observasi konvulsi pada Kejang demam kompleks
Pengobatan : Pada pasien ini dilakukan tatalaksana awal medikamentosa dan
nonmedikamentosa untuk kejang demam. Adapun tatalaksana awal medikamentosa yang
diberikan pada pasien ini adalah:

No. Tatalaksana Medikamentosa


1. Propiretik supp. 160mg
2. IVFD NaCl 0.9% 40 cc/jam, makro
3. Diazepam 3x3mg pulv.
4. Parasetamol syrup 3x1cth

Adapun tatalaksana awal nonmedikamentosa yang diberikan pada pasien ini adalah :

No. Tatalaksana Medikamentosa


1. Kompres hangat

Kemudian pasien dikonsulkan kepada dokter spesialis anak untuk direncanakan


penataaksanaan lebih lanjut.
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38º C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium, dan terjadi pada 2-4%
anak berumur 6 bulan – 5 tahun. Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kejang
demam sederhana dan kejang demam kompleks. Perbedaan keduanya dapat ditinjau dari segi
durasi/lamanya kejang, bentuk bangkitan, rekurensi dalam 24jam, serta adanya gejala fokal
pascaiktal.
Kejang demam sederhana berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di
antara seluruh kejang demam.
Sementara itu, kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan salah satu ciri
yaitu kejang lamanya >15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara
bangkitan kejang anak tidak sadar; kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
didahului kejang parsial; kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
demam, atau keadaan lain yang berhubungan dengan demam. Pemeriksaan laboratorium yang
dapat dilakukan seperti pemeriksaan Hb, leukosit, hitung jenis (Diff count), trombosit,
morfologi sel, elektrolit dan gula darah. Pemeriksaan penunjang lain yang juga diperlukan
adalah pemeriksaan lumbal pungsi yang dilakukan pada semua anak kejang disertai demam
dan memiliki gejala rangsang meningeal, atau ditemukan tanda-tanda meningitis.
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah adanya riwayat kejang demam dalam keluarga, usia
kurang dari 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang, dan cepatnya kejang setelah
demam. Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah
80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam
hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
Penatalaksanaan awal yang dapat dilakukan apabila anak datang dalam keadaan
kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan
secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat
yang praktis dan juga dapat diberikan oleh orang tua di rumah adalah diazepam rektal dengan
dosis 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan <10 kg atau
dibawah usia 3 tahun dan 10 mg untuk berat badan >10 kg atau anak di atas usia 3 tahun. Bila
setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan
dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam
rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis
awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang
demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
Antipiretik dapat diberikan pada saat demam. Dosis yang diberikan adalah
parasetamol 10-15mg/kgBB/kali atau ibuprofen 10mg/kgBB/kali.
Pemberian antikonvulsan sebagai pengobatan intermitten dapat dilakukan untuk
menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus. Dosis diazepam oral yang
digunakan adalah 0,3 mg/kg setiap 8 jam saat demam dan biasanya diberikan selama 2-3 hari.
Pemberian antikonvulsan rumatan/terus menerus dilakukan pada anak dengan kejang
demam > 15 menit, adanya kelainan neurologis, kejang fokal/parsial, dan dipertimbangkan
pada pasien yang mengalami kejang berulang ≥2x dalam 24jam. Antikonvulsan yang dipilih
adalah asam valproat, mengingat efek sampingnya sangat rendah terjadi dibandingkan efek
samping dari fenobarbital. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2
tahun, asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Sementara itu, fenobarbital
dilaporkan dapat menyebabkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus.
Dosis asam valproat yang digunakan adalah 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis.

Pendidikan : Diberikan informasi kepada keluarga bahwa kejang demam sebagian besar
tidak berbahaya. Orang tua juga perlu diberikan informasi adanya kemungkinan kejang
berulang dan resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari, serta diberikan pengetahuan
mengenai penanganan awal saat anak mengalami kejang di rumah. Selain itu, orang tua juga
diberitahukan bahwa pengobatan dilakukan untuk menurunkan demam serta mencegah
terjadinya kejang berulang, sehingga perlu diperhatikan kenaikan suhu tubuh anak dan
adanya tanda-tanda kejang berulang.

Konsultasi : Dijelaskan secara rasional tentang diagnosa dan tatalaksana yang diberikan
hingga komplikasi penyakit.

Rujukan : Rujukan kepada dokter spesialis anak.

Kontrol : Kontrol dapat dilakukan di poli anak.

Anda mungkin juga menyukai