Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin

meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya

usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus

meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa

2011, pada tahun 2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun, angka ini akan meningkat

pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun . Diseluruh

dunia penduduk Lansia (usia 60 +) tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat

dibanding kelompok usia lainnya.

Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah

mencapai usia 60 tahun ke atas. Indonesia merupakan salah satu negara Asia yang

tergolong cepat pertumbuhan penduduk lansianya. Diperkirakan mulai tahun 2010

akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan

bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 persen dari total

penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 persen pada tahun 2020. Berdasarkan

sensus penduduk tahun 1971 jumlah penduduk berusia 60 tahun keatas berjumlah 5,3

juta (4,5%) pada tahun 1990 meningkat menjadi 11,3 juta (6,4%) dari jumlah

penduduk. Pada tahun 2000 penduduk lansia berjumlah 15,3 juta (7,4%). Pada tahun

2010 jumlah penduduk lanjut yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk,

dan pada tahun 2020 diperkirakan akan menjadi dua kali lipat berjumlah 28,8 juta

(11,34%).

1
Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek

kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin

bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor

alamiah maupun karena penyakit. Dengan demikian peningkatan jumlah penduduk

lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus

sebagai tantangan dalam pembangunan. Bila permasalahan tersebut tidak

diantisipasi dari sekarang, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa proses

pembangunan akan mengalami berbagai hambatan. Oleh sebab itu,

permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian kita semua, baik pemerintah,

lembaga masyarakat maupun masyarakat itu sendiri

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui prediksi pertumbuhan penduduk lansia berdasarkan Sensus

Penduduk tahun 2010

2. Untuk mengetahui masalah yang di timbulkan dengan meningkatnya angka

lansia di indonesia.

3. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah yang di

timbulkan dengan peningkatan angka lansia di indonesia

C. Manfaat

1. Dapat dijadikan sebagai dasar untuk membuat pencanaan dalam memecahkan

masalah yang timbul akibat peningkatan jumlah lanjut usia.

2. Agar lansia dapat hidup berkualitas sehat dan aktif dimasa tuanya.

2
BAB II

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Situasi Global

Secara global diprediksi populasi lansia terus mengalami peningkatan seperti

tampak pada gambar di bawah ini. Populasi lansia di Indonesia diprediksi

meningkat lebih tinggi dari pada populasi lansia di wilayah Asia dan global

setelah tahun 2050.

Grafik 2.1 prediksi populasi lansia di wilayah asia

Bila dilihat dari struktur kependudukannya, secara global berstruktur tua dari

tahun 1950. Sedangkan Asia dan Indonesia berstruktur tua dimulai dari tahun

1990 dan 2000. Walaupun dikatakan berstruktur tua tetapi jumlah penduduk <15

tahun lebih besar dari penduduk lansia (60+ tahun), tetapi pada tahun 2040 baik

global/dunia, Asia dan Indonesia diprediksikan jumlah penduduk lansia sudah

lebih besar dari jumlah penduduk <15 tahun.

3
B. Situasi Di Indonesia

1. Piramida Penduduk

Piramida penduduk dapat menggambarkan komposisi umur dan jenis

kelamin suatu penduduk secara grafik. Berikut adalah piramida penduduk

Indonesia tahun 2010.

Gambar 2.2 piramida penduduk indonesia tahun 2010

sumber sensu penduduk tahun 2010

Berdasarkan piramida penduduk dapat diketahui Jumlah penduduk usia

0-4 tahun lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 5-9 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian pertumbuhan penduduk

yang dilaksanakan melalui program KB sejak tahun 1970-an telah berhasil.

Jumlah penduduk usia 25-29 merupakan penduduk usia kerja yang paling

banyak. Lebar pada bagian dasar piramida menunjukkan bahwa proporsi

penduduk usia muda yang besar dan mengecilnya proporsi penduduk usia tua

serta pertumbuhan penduduk yang tinggi. Penduduk usia muda, yaitu

penduduk usia di bawah 15 tahun atau kelompok umur 0-14 tahun sebanyak

4
68.603.263 jiwa atau sekitar 29 %. Penduduk usia produktif adalah penduduk

umur 15-59 tahun yang pada tahun 2010 sebanyak 150.994.351 jiwa atau

sekitar 63 % dan sisanya merupakan penduduk usia lanjut ( penduduk umur 60

tahun ke atas yang jumlahnya 18.043.712 jiwa atau 8 %.

2. Angka kematian bayi

Angka harapan hidup dapat tergambarkan melalui angka kematian bayi

dengan semakin tingginya angka kematian bayi maka angka harapan hidup

akan semakin rendah sedangkan apabila angka kematian bayi menurun maka

angka harapan hidup akan meningkat. Berdasarkan hasil sensus penduduk

tahun 2010 diketahui, angka kematian bayi Indonesia adalah 26/1.000

kelahiran hidup.
Grafik 3 TREN KEMATIAN BAYI BERDASARKAN SDKI
Gambar 2.3 Tren Kematian Bayi
(Per/ berdasarkan
1.000 KH) SDKI (per/1000 KH)

80
68
70
57
60
46
50
40 35 34 32
30
20
10
0
SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI1997 SDKI 2002-2003 SDKI 2007 SDKI 2012

SDKI tahun 2012, yang memperlihatkan tren kematian bayi yang

menurun dari 68/1.000 kelahiran hidup pada SDKI tahun 1991 menjadi 32/

1.000 kelahiran hidup pada SDKI tahun 2012. Yang artinya dengan turunnya

angka kematian bayi berarti berdampak terhadap peningkatan umur harapan

hidup. Data ini sesuai dengan sensus penduduk yang juga menunjukkan

5
penurunan angka kematian pada bayi. Hal ini tergambar pada grafik sensus

penduduk dibawah ini


GRAFIKTren
Gambar 2.4 Grafik 2 TREN KEMATIAN
Kematian BAYI
Bayi Berdasarkan Sensus Penduduk
(per/1000 Kelahiran Hidup)
(per/ 1.000 kelahirah hidup)

100
79
80 71 Laki-laki
64
60 53 perempuan
47 L+P
41
40 30
22 26
20

0
SP90 SP 2000 SP2010

3. Indonesia Termasuk Negara Berstruktur Tua.

Berdasarkan susenas Indonesia termasuk negara berstruktur tua hal ini

dapat dilihat dari persentase penduduk lansia tahun 2008, 2009 dan 2012

telah mencapai di atas 7% dari keseluruhan penduduk, seperti yang

ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.5 presentase penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2008,


2009 dan 2012

Sumber susenas 2012

6
Struktur penduduk yang menua tersebut merupakan salah satu indikator

keberhasilan pencapaian pembangunan manusia secara global dan nasional.

Keadaan ini berkaitan dengan adanya perbaikan kualitas kesehatan dan

kondisi sosial masyarakat yang meningkat. Dengan demikian, peningkatan

jumlah penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan

pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan.

4. Prediksi Presentase penduduk lansia menurut BPS.

Bps menprediksikan presentase jumlah lansia terlihat pada gambar berikut:

penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah

mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, ini merupakan jumlah

penduduk lansia terbesar di dunia.

5. Presentase Penduduk Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin

Bila dilihat lansia berdasarkan jenis kelamin, penduduk lansia yang paling

banyak adalah perempuan, seperti tampak pada gambar di bawah ini. Hal ini

menunjukkan bahwa umur harapan hidup yang paling tinggi adalah

perempuan

7
Gambar 2.4 Presentase penduduk lansia berdasarkan jenis kelamin

C. Permasalahan Yang Timbul Akibat Peningkatan Lanjut Usia

Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan

yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya

berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan

menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan membebani perekonomian baik

pada lanjut usia maupun pemerintah karena masing-masing penyakit tersebut

cukup banyak memerlukan dana baik untuk terapi dan rehabilitasinya.

Menurut Nugroho (2008), Memasuki masa tua berarti mengalami

kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan

kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran,

penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ

vital, sensitifitas emosional meningkat dan kurang gairah. Akibat

perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang

menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila

proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka

timbulah berbagai masalah. Hurlock, 1979 menyebutkan masalah-masalah


8
yang menyertai lansia yaitu :

1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain

2. Ketidak pastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola

hidupnya

3. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah

meninggal atau pindah

4. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah

banyak

5. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan

dengan perubahan fisik, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik

yang mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat

terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin

berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minat

terhadap kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu

diperlukan motivasi yang tinggi pada diri lansia untuk selalu menjaga

kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan

untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan

kebugaran fisiknya

D. Kebijakan Pemerintah Tentang Lansia

Meningkatnya populasi lansia ini membuat pemerintah perlu merumuskan

kebijakan dan program yang ditujukan kepada kelompok penduduk lansia

sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi

masyarakat. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan

9
lansia menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun

ke atas. Berbagai kebijakan dan program yang dijalankan pemerintah di

antaranya tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang

Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia, yang antara lain

meliputi:

1. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual seperti pembangunan sarana

ibadah dengan pelayanan aksesibilitas bagi lanjut usia.

2. Pelayanan kesehatan melalui peningkatan upaya penyembuhan (kuratif),

diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik.

3. Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam

penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan

perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.

4. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, seperti pelayanan

administrasi pemerintah (Kartu Tanda Penduduk seumur hidup),

pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan

dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi,

pembayaran pajak, pembelian tiket rekreasi, penyediaan tempat duduk

khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus,

mendahulukan para lanjut usia.

Tujuan program kesehatan lanjut usia adalah untuk meningkatkan derajat

kesehatan lanjut usia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga

tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Dengan makin berkembangnya pengetahuan yang mempelajari tentang lanjut

usia, ilmu Geriatri, berbagai upaya baik promotif dan preventif, maupun

pelayanan kesehatan yang optimal sebagai upaya kuratif dan rehabilitatif terus

10
diupayakan agar para lanjut usia dapat menikmati masa tua yang bahagia dan

berguna. Dengan demikian maka aspek-aspek yang dapat dikembangkan

adalah upaya pencegahan agar proses menua (degeneratif) dapat diperlambat,

sebaliknya yang merasa sudah tua perlu dipulihkan (rehabilitatif) agar tetap

mampu mengerjakan kehidupan sehari-hari secara mandiri.

E. Program Kementerian Kesehatan

Upaya untuk meningkatkan status kesehatan para lanjut usia Kementerian

Kesehatan membuat program sebagai berikut:

1. Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para Usia Lanjut di pelayanan

kesehatan dasar, khususnya Puskesmas dan kelompok Usia Lanjut melalui konsep

Puskesmas Santun Lanjut Usia. Berdasarkan data laporan yang disampaikan oleh

daerah sampai saat ini sudah ada lebih kurang 300 Puskesmas Santun Lanjut Usia

yang memberikan pelayanan khusus pada lansia dengan klinik khusus lansia.

2. Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi Usia Lanjut melalui pengembangan

Poliklinik Geriatri di Rumah Sakit. Saat ini baru ada 8 Rumah Sakit tipe A dan B

yang memiliki Klinik geriatri Terpadu

3. Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi bagi

usia lanjut. Program kesehatan lansia adalah upaya kesehatan berupa promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan status kesehatan lansia.

Kegiatan program kesehatan lansia terdiri dari:

a. Kegiatan promotif penyuluhan tentang Perilaku Hidup Sehat dan Gizi Lansia

b. Deteksi Dini dan Pemantauan Kesehatan Lansia

c. Pengobatan Ringan bagi Lansia

d. Kegiatan Rehabilitatif berupa Upaya Medis, Psikososial dan Edukatif.

11
Kementrian Koordinasi bidang kesejahteraan rakyat mendeskripsikan bahwa

permasalahan yang banyak di alami lanjut usia di Indonesia adalah menurunnya

kondisi kesehatan, mundurnya kemampuan fisik, menurunnya kondisi mental,

banyak yang hidup terlantar, tidak ada pekerjaan, tanpa bekal hidup serta kondisi

penompang yang belum memadai. Untuk mengantisipasi masalah tersebut

Pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut

usia ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia

untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga

dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.

Kesejahteraan lanjut usia di Indonesia telah dicantum dalam UU Kesehatan

no 36 tahun 2009 BAB VII pasal 138 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: ayat 1(satu),

Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga

agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai

dengan martabat kemanusiaan. Ayat 2 (dua), Pemerintah wajib menjamin

ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan menfasilitasi kelompok lanjut usia

untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis (Hadi,

2010).

wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok lanjut usia ini,

pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lanjut usia melalui beberapa

jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lanjut usia,

pelayanan kesehatan lanjut usia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan

kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. Posyandu merupakan suatu

wadah pelayanan kepada usia lanjut di masyarakat dimana proses pembentukan

dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta,

12
organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya

promotif dan preventif . Posyandu lansia merupakan Program Pengembangan

Puskesmas dengan tujuan agar lansia siap menghadapi usia lanjut dengan

mandiri dan sehat. Pelayanan kesehatan di Posyandu lansia meliputi

pemeriksaan kegiatan aktivitas sehari-hari, penimbangan berat badan, tinggi

badan, pengukuran tekanan darah, penyuluhan kesehatan, pemeriksaan

laboratorium sederhana, pemeriksaan status mental dan emosional, pengobatan

sederhana, dan upaya rujukan bila diperlukan. Selain pelayanan kesehatan juga

dilakukan kegiatan sosial seperti wirid bulanan dan senam lansia.

Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek

kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin

bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor

alamiah maupun karena penyakit. Dengan demikian, peningkatan jumlah

penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan

sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan. Bila permasalahan tersebut

tidak diantisipasi dari sekarang, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa

proses pembangunan akan mengalami berbagai hambatan. Oleh sebab itu,

permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian kita semua, baik pemerintah,

lembaga masyarakat maupun masyarakat itu sendiri. Mindset yang selama ini ada

bahwa penduduk lanjut usia merupakan kelompok rentan yang hanya menjadi

tanggungan keluarga, masyarakat dan negara, harus kita ubah. Kita harus

menjadikan lanjut usia sebagai aset bangsa yang harus terus diberdayakan. Hal

ini tidak akan tercapai bila kita tidak mempersiapkan diri dari sekarang.

Untuk menjadi lanjut usia yang sehat, produktif dan mandiri, kita harus mulai

dengan pola hidup sehat dan mempersiapkan masa lanjut usia secara lebih baik.

13
Dengan demikian, sasaran dari permasalahan lansia tidak hanya lansia itu

sendiri, tetapi juga penduduk usia muda. Pola hidup sehat harus diterapkan sejak

usia dini, bahkan sejak dalam kandungan. Pada usia lanjut terjadi kemunduran

sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ,

kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit

degeneratif.

Sebagian Lansia akan mengalami hambatan dalam kehidupan mereka

sehingga tidak sedikit dari mereka menarik diri dari kehidupan sosial, mengalami

depresi dan tidak mau melakukan kegiatan-kegiatan produktif yang biasa

dilakukan bahkan sampai pada keinginan bunuh diri. Selain itu akan muncul

berbagai penyakit degeneratif seperti jantung koroner, stroke, patah tulang akibat

osteoporosis, demensia dan lain-lain. Hal ini sangat memberatkan perekonomian

baik pada penderita maupun pemerintah karena penyakit tersebut memerlukan

pengobatan yang lama dan perlu banyak dana baik untuk terapi dan

rehabilitasinya. kita harus meningkatkan derajat kesehatan dari para lanjut usia

sehingga mereka mempunyai kesempatan untuk dapat berperan serta dalam

kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, dapat berbagi pengalaman dan pikiran.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup agar mereka selalu Sehat

dan Aktif di Usia Lanjut.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan

yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya

berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan

menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan membebani perekonomian baik

pada lanjut usia maupun pemerintah karena masing-masing penyakit tersebut

cukup banyak memerlukan dana baik untuk terapi dan rehabilitasinya. Untuk

itu rencana hidup seharusnya sudah dirancang jauh sebelum memasuki masa

lanjut usia, paling tidak individu sudah punya bayangan aktivitas apa yang

akan dilakukan kelak sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

Pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan, program dan kegiatan

yang dapat menunjang derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia.

Program pokok kesehatan menanamkan pola hidup sehat dengan lebih

memprioritaskan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan

kesehatan (promotif), tanpa mengabaikan upaya pengobatan (kuratif) dan

rehabilitatif. Pelayanan bagi para lanjut usia yang tergolong miskin

diupayakan untuk dapat diberikan secara gratis melalui prosedur yang berlaku.

B. SARAN

1. Perlu pemutahiran data dan identifikasi permasalahan Lanjut usia di

daerah sebagai dasar untuk penyusunan program kerja, bahan

15
pertimbangan dan saran bagi para pemangku kebijakan dalam upaya

peningkatan kesejahteraan lanjut usia.

2. Diharapkan para lanjut usia melakukan pola hidup sehat yakni dengan

mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, melakukan aktivitas

fisik/olahraga secara benar dan teratur serta tidak merokok. Kegiatan ini

perlu disosialisasikan bagi masyarakat sejak berusia muda maupun yang

telah berusia lanjut.

16

Anda mungkin juga menyukai