Osce 6
Osce 6
3. Informed consent, meminta ijin pasien dan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, pasien
diminta membuka baju
Saya Ain dari RS Yarsi, saya akan melakukan pemeriksaan fisik payudara yang bertujuan
untuk menilai ada atau tidak kelainan pada payudara dengan perabaan, sedikit tidak
nyaman tapi tidak berbahaya. Apakah ibu bersedia?
Ibu rileks aja, silahkan membuka baju dan pakaian dalam, silahkan duduk.
Saya akan melakukan inspeksi Inspeksi ini dapat dilakukan dengan 3 posisi yaitu
ekstremitas atas di samping badan, bertolak pinggang dan diangkat ke atas. Saya akan
melakukan inspeksi dengan posisi tangan di samping badan.
5. Inspeksi: kesimetrisan payudara, skin atau papil dimpling, kemerahan atau radang, ulkus, peau
d’orange
Laporan:
Berdiri agak jauh, perhatikan payudara simetris atau tidak. Kemudian maju.
Saya akan melakukan palpasi. Palpasi ini dapat dilakukan dengan posisi duduk dengan
ekstremitas di 3 posisi (menggantung, bertolak pinggang dan diangkat ke atas), atau
berbaring. Saya akan melakukan palpasi dengan posisi berbaring.
7. Pasien dipersilahkan berbaring, tangan pada sisi payudara yang akan diperiksa diletakkan di
belakang kepala
Ibu silahkan berbaring, tangan diletakkan di belakang kepala/ menopang kepala.
Jika palpasi pada payudara kanan, tangan kanan pasien yg menopang. Jika palpasi pada
payudara kiri, tangan kiri yg menopang.
8. Palpasi menggunakan volar ketiga jari tengah tangan (digiti II, III, dan IV)
9. Palpasi dengan tekanan ringan untuk menilai massa yang superficial, tekanan sedang untuk
menilai massa yang lebih dalam dan tekanan lebih kuat untuk menilai massa yang dalam
Palpasi lembut, sedang, dan keras.
10. Palpasi sistematis dari sentral ke perifer, dari atas ke bawah dan sebaliknya termasuk axillary
tail
13. Axilla kanan diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa, sementara tangan kanan pemeriksa
menyangga lengan bawah pasien dan sebaliknya
Terdapat 2 massa keras permukaan licin ukuran 0,5x1x1, terfiksir pada axilla dextra
Terdapat 2 massa keras permukaan licin ukuran 0,5x1x1, terfiksir pada axilla sinistra
A. Membina sambungrasa:
1. Basmalah
2. Memperlihatkan sikap menerima pasien
3. Salam. Memperkenalkan diri jika ada keluarga pasien.
Bismillahirahmanirrahim. Assalamualaikum wr wb.
Silahkan duduk pak/bu. Bagaimana kabarnya hari ini? Masih nyeri/batuk/diare?
B. Persiapan
1. Mencari tahu apa yang pasien ketahui tentang penyakitnya
Maaf bu, apakah sudah sempat mencari tahu, mungkin lewat internet tentang
penyakit ibu?
2. Mencari tahu seberapa besar keinginan pasien untuk mengetahui tentang
penyakitnya
Baik ibu. Apakah ibu bersedia mendengarkan sendiri atau ditemani suami?
C. Menyampaikan berita buruk
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan
Setelah serangkaian pemeriksaan, saya sudah menerima hasil labnya.
(JELASKAN SESUAI SKENARIO)
4. Hamdalah, salam.
Alhamdulillah. Wassalamualaikum wr wb.
Clean wound atau luka bersih adalah luka yang dibuat oleh karena tindakan operasi dengan
tehnik steril , pada daerah body wall dan non contaminated deep tissue ( tiroid, kelenjar,
pembuluh darah, otak, tulang)
Merupakan luka yang terjadi karena benda tajam, bersih dan rapi, lingkungan tidak steril atau
operasi yang mengenai daerah small bowel dan bronchial.
Contaminated wound
Luka ini tidak rapi, terkontaminasi oleh lingkungan kotor, operasi pada saluran terinfeksi (large
bowel/rektum, infeksi broncial, infeksi perkemihan)
Infected wound
Jenis luka ini diikuti oleh adanya infeksi, kerusakan jaringan, serta kurangnya vaskularisasi pada
jaringan luka.
Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka
tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.
Penyebab : benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup, akibat dari kerusakan
pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan
berdarah (hematoma) bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ dalam
terbentur dapat menyebabkan akibat yang serius.
Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka terbuka
akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.
Vulnus schlopetorum
Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa
tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum.
Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka
tergantung dari bentuk gigi.
Vulnus perforatum
Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak
atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.
Vulnus amputatum
Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka
membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi
tinggi, terdapat gejala pathom limb.
Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan
berbagai derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau
anesthesia.
2. Gunting
• Gunting Diseksi (disecting scissor)
Gunting ini ada dua jenis yaitu, lurus dan bengkok. Ujungnya biasanga runcing. Terdapat dua
tipe yabg sering digunakan yaitu tipe Moyo dan tipe Metzenbaum.
• Gunting Benang
Adadua macam gunting benang yaitu bengkok dan lurus, kegunaannya adalah memotong
benang operasi, merapikan luka.
• Gunting Pembalut/Perban
3. Pisau Bedah
Pisau bedah terdiri dari dua bagian yaitu gagang dan mata pisau
(mess/bistouri/blade). Kegunaanya adalah untuk menyayat berbagai organ atau bagian tubuh
manusia. Mata pisau disesuaikan dengan bagian tubuh yang akan disayat.
4. Klem (Clamp)
• Klem Arteri Pean
Adadua jenis yang lurus dan bengkok. Kegunaanya adalah untuk hemostatis untuk jaringan tipis
dan lunak.
• Klem Kocher
Adadua jenis bengkok dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada ujungnya seperti pinset
sirugis. Kegunaannya adalah untuk menjepit jaringan.
• Klem Allis
Penggunaan klem ini adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit tumor.
• Klem Babcock
6. Pinset
• Pinset Sirurgis
Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan penjahitan luka,
memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi.
• Pinset Anatomis
Penggunaannya adalah untuk menjepit kassa sewaktu menekan luka, menjepit jaringan yang
tipis dan lunak.
• Pinset Splinter
8. Wound Curet
Penggunaannya dalah untuk mengeruk luka kotor, mengeruk ulkus kronis.
9. Sonde (Probe)
Penggunaannya adalah untuk penuntun pisau saat melakukan eksplorasi, dan mengetahui
kedalam luka.
10. Korentang
Penggunaannya adalah untuk mengambil instrumen steril, mengambil kassa, jas operasi, doek,
dan laken steril.
2. Gunting
Pada dasarnya gunting mengkombinasikan antara aksi mengiris dan mencukur. Mencukur
membutuhkan aksi tekanan halus yang saling bertentangan antara ibu jari dan anak jari lainnya.
Gerakan mencukur ini biasanya dilakukan oleh tangan dominan yang bersifat tidak disadari
dan berdasarkan insting. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis pada kedua lubang gunting.
Hal ini akan menyebabkan jari telunjuk menyokong instrumen pada waktu memotong sehingga
kita dapat memotong dengan tepat. Selain itu, penggunaan ibu jari dan jari telunjuk pada lubang
gunting biasanya pengontrolannya berkurang. Jenis-jenis gunting berdasarkan objek kerjanya,
yakni gunting jaringan (bedah), gunting benang, gunting perban dan gunting iris.
a. Gunting Jaringan (bedah)
Gunting jaringan (bedah) terdiri atas dua bentuk. Pertama, berbentuk ujung tumpul dan
berbentuk ujung bengkok. Gunting dengan ujung tumpul digunakan untuk membentuk bidang
jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat dipotong secara tajam. Gunting dengan
ujung bengkok dibuat oleh ahli pada logam datar dengan cermat. Pemotongan dengan gunting
ini dilakukan pada kasus lipoma atau kista. Biasanya dilakukan dengan cara mengusuri garis
batas lesi dengan gunting. Harus dipastikan kalau pemotongan dilakukan jangan melewati
batas lesi karena dapat menyebabkan kerusakan.
b. Gunting Benang (dressing scissors)
Gunting benang didesain untuk menggunting benang. Gunting ini berbentuk lurus dan
berujung tajam. Gunakan hanya untuk menggunting benang, tidak untuk jaringan. Gunting ini
juga digunakan saat mengangkat benang pada luka yang sudah kering dengan tehnik selipan
dan sebaiknya pemotongan benang menggunakan bagian ujung gunting. Hati-hati dalam
pemotongan jahitan. Jika ujung gunting menonjol keluar jahitan, terdapat resiko memotong
struktur lainnya.
c. Gunting Perban
Gunting perban merupakan gunting berujung sudut dengan ujung yang tumpul. Gunting ini
memiliki kepala kecil pada ujungnya yang bermanfaat untuk memudahkan dalam memotong
perban. Jenis gunting ini terdiri atas knowles dan lister. Bagian dasar gunting ini lebih panjang
dan digunakan sangat mudah dalam pemotongan perban. Ujung tumpulnya didesain untuk
mencegah kecelakaan saat remove perban dilakukan. Selain untuk membentuk dan memotong
perban sesaat sebelum menutup luka, gunting ini juga aman digunakan untuk memotong perban
saat perban telah ditempatkan di atas luka. (wikipedia)
d. Gunting Iris
Gunting iris merupakan gunting dengan ujung yang tajam dan berukuran kecil sekitar 3-4
inchi. Biasanya digunakan dalam pembedahan ophtalmicus khususnya iris. Dalam bedah
minor, gunting iris digunakan untuk memotong benang oleh karena ujungnya yang cukup kecil
untuk menyelip saat remove benang dilakukan. (dictionary online)
4. Pinset Chirurgis
Pinset Chirurgis biasanya memiliki susunan gigi 1x2 (dua gigi pada satu bidang). Pinset
bergigi ini digunakan pada jaringan; harus dengan perhitungan tepat, oleh karena dapat
merusak jaringan jika dibandingkan dengan pinset anatomi (dapat digunakan dengan
genggaman halus). Alat ini memiliki fungsi yang sama dengan pinset anatomi yakni untuk
membentuk pola jahitan, meremove jahitan, dan fungsi-fungsi lainnya.(wikipedia)
5. Klem Jaringan
Klem jaringan berbentuk seperti penjepit dengan dua pegas yang saling berhubungan pada
ujung kakinya. Ukuran dan bentuk alat ini bervariasi, ada yang panjang dan adapula yang
pendek serta ada yang bergigi dan ada yang tidak. Alat ini bermanfaat untuk memegang
jaringan dengan tepat. Biasanya dipegang oleh tangan dominan, sedangkan tangan yang lain
melakukan pemotongan, atau menjahit. Cara pemegangannya: klem dipegang dalam keadaan
relaks seperti memegang pulpen dengan posisi di tengah tangan. Banyak orang yang
memegang klem ini dengan salah, yang memaksa lengan dalam posisi pronasi penuh dan
menyebabkan tangan menjadi tegang. Dalam penggunaannya, hati-hati merusak jaringan.
Pegang klem selembut mungkin, usahakan genggam jaringan sedalam batas yang seharusnya.
Klem jaringan bergigi memiliki gigi kecil pada ujungnya yang digunakan untuk memegang
jaringan dengan kuat dan dengan pengontrolan yang akurat. Hati-hati, kekikukan pada saat
menggunakan alat ini dapat merusak jaringan. Kemudian, klem tidak bergigi juga memiliki
resiko merusak jaringan jika jepitan dibiarkan terlalu lama, karena klem ini memiliki tekanan
yang kuat dalam menggenggam jaringan.
dan bengkok (mosquito). Namun, bentuk bengkok (mosquito) lebih cocok digunakan pada
bedah minor.
Cara penggunaan: klem arteri memiliki ratchet pada handlenya. Ratchet inilah yang
menyebabkan posisi klem arteri dalam keadaan terututup (terkunci). Ratchet umumnya
memiliki tiga derajat, dimana pada saat penutupan jangan langsung menggunakan derajat akhir
karena akan mengikat secara otomatis dan sulit untuk dilepaskan. Pelepasan klem dilakukan
dengan cara pertama harus ditekan ke dalam handlenya, kemudian dipisahkan handlenya
sambil membuka keduanya. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis karena hal ini akan
menyebabkan jari telunjuk mendukung instrumen bekerja sehingga dapat memposisikan
jepitan dengan tepat.
Jepitan klem arteri berbentuk halus dengan galur lintang paralel yang membentuk chanel
lingkaran saat instrumen ditutup. Jepitan ini berukuran relatif panjang terhadap handled yang
memungkinkan genggaman jaringan lebih halus tanpa pengrusakan. Jepitan dengan ujung
bengkok (mosquito) berfungsi untuk membantu pengikatan pembuluh darah. Jangan
menggunakan klem ini untuk menjahit, oleh karena struktur jepitannya tidak mendukung dalam
memegang needle.
Gambar 2. Perbedaan Struktur Jepitan Antara Klem Jaringan, Klem arteri dan Needle
Holder
8. Benang Bedah
Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang absorbable
biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat pembuluh darah dan kadang
digunakan pada bedah minor. Benang non-absorbable biasanya digunakan untuk jaringan
tertentu dan harus diremove. Selain itu, benang bedah ada juga yang bersifat alami dan sintetis.
Benang tersebut dapat berupa monofilamen (Ethilon atau prolene) atau jalinan (black silk).
Umumnya luka pada bedah minor ditutup dengan menggunakan benang non-absorbable.
Namun, jahitan subkutikuler harus menggunakan jenis benang yang absorbable.
Black silk adalah benang jalinan non-absorbable alami yang paling banyak digunakan.
Meskipun demikian, benang ini dapat menimbulkan reaksi jaringan, dan menghasilkan luka
yang agak besar. Jenis benang ini harus dihindari, karena saat ini telah banyak benang sintetis
alternatif yang memberikan hasil yang lebih baik. Luka pada kulit kepala yang berbatas
merupakan pengecualian, oleh karena penggunaan jenis benang ini lebih memuaskan.
Benang non-abosrbable sintetis terdiri atas prolene dan ethilon (nama dagang). Benang ini
berbentuk monofilamen yang merupakan benang terbaik. Jenis benang ini cukup halus dan
luwes dan menghasilkan sedikit reaksi jaringan. Namun, jenis benang ini lebih sulit diikat dari
silk sehingga sering menyebabkan jahitan terbuka. Masalah ini dapat diselesaikan dengan
menggunakan tehnik khusus seperti menggulung benang saat jahitan dilakukan atau mengikat
benang dengan menambah lilitan. Prolene (monofilamen polypropylene) dapat meningkatkan
keamanan jahitan dan lebih mudah diremove dibandingkan dengan Ethilon (monofilamen
polyamide).
Catgut merupakan contoh terbaik dalam kelompok benang absorbable alami. Jenis benang
ini merupakan monofilamen biologi yang dibuat dari usus domba dan sapi. Terdapat dua
macam catgut, plain catgut dan chromic catgut. Plain catgut memiliki kekuatan selama 7-10
hari. Sedangkan chromic catgut memiliki kekuatan selama 28 hari. Namun, kedua jenis benang
ini dapat menghasilkan reaksi jaringan.
Benang absorbable sintetis terdiri atas vicryl (polygactin) dan Dexon (polyclycalic acid)
yang merupakan benang multifilamen. Benang ini berukuran lebih panjang dari catgut dan
memiliki sedikit reaksi jaringan. Penggunaan utamanya adalah untuk jahitan subkutikuler yang
tidak perlu diremove. Selain itu, juga dapat digunakan untuk jahitan dalam pada penutupan
luka dan mengikat pembuluh darah (hemostasis).
Terdapat dua sistem dalam mengatur penebalan benang, yakni dengan sistem metrik dan
sistem tradisional. Penomoran sistem metrik sesuai dengan diameter benang dalam per-sepuluh
milimeter. Misalnya, benang dengan ukuran 2 berarti memiliki diameter 0.2 mm. Sistem
tradisional kurang rasional namun banyak yang menggunakannya. Ketebalan benang
disebutkan menggunakan nilai nol misalnya 3/0, 4/0, 6/0 dan seterusnya. Paling besar nilainya,
ketebalannya semakin kecil. 6/0 merupakan nomor dengan diameter paling halus yang tebalnya
seperti rambut, digunakan pada wajah dan anak-anak. 3/0 adalah ukuran yang paling tebal yang
biasa digunakan pada sebagian besar bedah minor. Khususnya untuk kulit yang keras (kulit
bahu). 4/0 merupakan nilai pertengahan yang juga sering digunakan.
Dalam suatu paket jahitan, terdapat semua informasi mengenai benang dan needlenya
secara lengkap di cover paketnya. Setiap paket jahitan memiliki dua bagian luar, pertama yang
terbuat dari kertas kuat yang mengikat pada cover transaparan. Paket jahitan ini dijamin dalam
keadaan steril sampai covernya terbuka. Oleh karena itu, saat membuka paket, simpan ke dalam
wadah steril. Bagian kedua yakni amplop yang terbuat dari kertas perak yang dibasahi pada
satu sisinya. Basahan ini memudahkan paket jahitan dipisahkan dari kertas tersebut. Kemudian
dengan menggunakan needle-holder, angkat needle tersebut dari lilitannya dan luruskan secara
hati-hati. Kemudian, gunakan untuk tindakan penjahitan.
Rekomendasi bahan jahitan yang dapat digunakan adalah monofilamen prolene atau
Ethilon 1,5 metrik (4/0) untuk jahitan interuptus pada semua bagian. Monofilamen prolene
atau ethilon 2 metrik (3/0) untuk jahitan subkutikuler non-absorbable. Juga dapat digunakan
untuk jahitan interuptus pada kulit yang keras misalnya pada bahu. Vicryl 2 metrik
(3/0) digunakan pada jahitan subkutikuler yang absorbable dan jahitan dalam
hemostasis. Vicryl 1,5 metrik (4/0) digunakan untuk jahitan subkutikuler jaringan halus atau
jahitan dalam. Prolene atau Ethilon 0,7 (6/0) untuk jahitan halus pada muka dan pada anak-
anak.
9. Needle bedah
Saat ini bentuk needle bedah yang digunakan oleh sebagian besar orang adalah jenis
atraumatik yang terdiri atas sebuah lubang pada ujungnya yang merupakan tempat insersi
benang. Benang akan mengikuti jalur needle tanpa menimbulkan kerusakan jaringan (trauma).
Pada needle model lama memiliki mata dan loop pada benangnya sehingga dapat menimbulkan
trauma. Needle memiliki bagian dasar yang sama, meskipun bentuknya beragam. Setiap bagian
memiliki ujung, yakni bagian body dan bagian lubang tempat insersi benang. Sebagian besar
needle berbentuk kurva dengan ukuran ¼, 5/8, ½ dan 3/8 lingkaran. Hal ini menyebabkan
needle memiliki range untuk bertemu dengan jahitan lainnya yang dibutuhkan. Ada juga bentuk
needle yang lurus namun jarang digunakan pada bedah minor. Needle yang berbentuk setengah
lingkaran datar digunakan untuk memudahkan penggunaannya dengan needle holder.
Tambahan:
Tidak steril:
1. Alat cukur
2. NacL 0,9%
3. Povidone iodine
4. Alkohol
5. Lidocain
Dosis: 4mg/kgbb. Max 280mg
Steril:
1. Basmalah, salam.
2. Mempersiapkan alat dan bahan
3. Mengenal jarum dan jenis benang
Catatan:
Luka sembuh dalam 7-10 hari. Jika tidak sembuh, ada infeksi. Jika menggunakan
benang yg nonabsorbable, informasikan untuk datang kembali.
Luka dalam, jahit di dalam dan diluar
Luka kopong pakai peroksida. Dr kamal: jgn dijahit
Golden period 2 jam
Contoh kasus:
Laki2 dengan luka kotor terbuka, compang-camping -> vulnus laseratum. Perlu
debridement.
MATA I
PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN MATA (VISUS)
A. PEMBUKAAN
1. Basmalah, salam.
2. Cairan antiseptic
Contoh laporan:
Visus Oculi Dextra: 1/300
Tidak bisa melihat-> lanjut uji proyeksi sinar
Contoh laporan:
Visus Oculi Dextra: 1/∞
Tidak bisa melihat-> visus 0
A. PENUTUPAN
1. Cairan antiseptic
2. Hamdalah, salam.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pemeriksaan visus atau tajam penglihatan diukur menggunakan optotip snellen. Seseorang yang
masih memiliki visus yang normal bisa melihat pada jarak 6 meter tanpa alat bantuan. Berarti
kondisi visus pasien tersebut adalah 6/6 (orang normal bisa melihat optotip snellen pada jarak 6
meter, pasien juga bisa melihat optotip snellen pada jarak 6 meter) atau emetrop (istilah
medis).
Seseorang yang mengalami penurunan tajam penglihatan bisa dicurigai karena kelainan refraksi
seperti miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat) atau kelainan pada organ mata (kelainan
media refraksi) seperti katarak dsb. Untuk mengetahui apakah penderita mengalami kelainan
pada refraksinya atau media refraksinya bisa dilakukan tes pinhole.
Visus normal orang adalah 20/20 (dalam feet) atau 6/6 (dalam meter).
Jika penderita hanya bisa melihat 3 huruf dari 6 huruf (50%) maka dianggap pada baris
tersebut belum lolos atau visus nya 6/12 meter (sebagai contoh tidak lulus dari baris 6 maka
dianggap visusnya bisa melihat pada baris 5). Semisal lebih dari 3 huruf (lebih dari 50%) maka
visusnya dianggap lolos atau visusnya 6/9 meter (sebagai contoh lulus dari baris 6 maka
dianggap visusnya bisa melihat pada baris 6).
Bisa dikatakan juga, semisal penderita hanya bisa melihat 3 huruf dari 6 huruf atau 50%
(baris 6) maka visus ditulis 6/12 meter plus 3 atau visus 6/9 meter false 3.
Pasang lempeng pinhole pada mata pasien, lakukan pada mata kanan dulu habis itu kiri. Amati
apakah visus membaik atau tidak. Kalau membaik dicurigai (suspect) kelainan refraksi,
sebaliknya kalau tidak membaik berarti dicurigai (suspect) kelainan media refraksi.
A. PEMBUKAAN
1. Basmalah, salam.
2. Cairan antiseptic
N. III
Medial (m. rectus medialis)
Atas luar (m. rectus superior)
Bawah luar (m. rectus inferior)
Atas dalam (m. obliquus inferior)
N. IV
Oblik hingga nasal (m. obliquus superior)
N. VI
Lateral (m. rectus lateral)
D. PENUTUPAN
1. Cairan antiseptic
2. Hamdalah, salam.
A. PEMBUKAAN
1. Basmalah, salam.
2. Cairan antiseptic
B. PEMERIKSAAN TIO SECARA DIGITAL/PALPASI
1. Pasien diminta melirik ke bawah
2. Pemeriksa memeriksa TIO dengan posisi tangan yang benar
Alat dan Bahan : Tonometer Schiotz dan anestesi local (pantokain 0.5%)
1. Jelaskan apa yang akan dilakukan, tujuan, cara dan sikap pasien
2. Pasien diminta berbaring terlentang, santai, mata lurus ke atas
3. Meneteskan anastesi local (pantocain eyedrop) pada mata yang akan diperiksa
4. Siapkan alat
5. Bersihkan tonometer pada bagian plunger dan footplate, dan balok tera dengan kapas
alcohol
6. Kalibrasi tonometer pada balok tera (jarum bergerak ke angka 0)
7. Tonometer diletakkan kembali pada posisi footplate tidak menyentuh kotak tonometry,
balok beban dipasang
8. Pasien diminta mengacungkan ibu jari dan memandang ibu jari tsb
A. PENUTUPAN
1. Cairan antiseptic
2. Hamdalah, salam.
MATA II
PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR DENGAN LOUPE
A. PEMBUKAAN
1. Basmalah, salam.
2. Cairan antiseptic
B. PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR DENGAN LOUPE
1. Pemeriksa duduk tepat berhadapan dengan pasien
2. Ruangan dibuat setengah gelap
3. Pemeriksa memakai loupe sebelum memulai pemeriksaan
4. Pemeriksaan:
a. Rima Orbita
Pasien melihat ke bawah
Nyeri tekan +/-
Krepitasi +/-
b. Supercillia
Tumbuh teratur
Madarosis (rontok)
Sikatrik
c. Palpebra Superior
Edema +/-
Hordeolum (infeksi kel di palpebral/bintit, inflamasi +
Chalazion (radang granulomatosa kel meibom, inflamasi –
Ptosis (kelopak mata turun)
Enteropion (kelopak mata ke dalam), diikuti oleh trikiasis umumnya
Ekteropion (kelopak mata ke luar)
Lagoftalmus (kelopak tdk menutup bola mata)
Blefarospasme (kedip2)
d. Palpebra Inferior
Edema +/-
Hordeolum (infeksi kel di palpebral/bintit, inflamasi +
Chalazion (radang granulomatosa kel meibom, inflamasi –
Ptosis (kelopak mata turun)
Enteropion (kelopak mata ke dalam), diikuti oleh trikiasis umumnya
Ekteropion (kelopak mata ke luar)
Lagoftalmus (kelopak tdk menutup bola mata)
Blefarospasme (kedip2)
e. Margo Palpebra
Enteropion (kelopak mata ke dalam)
Ekteropion (kelopak mata ke luar)
Trikiasis (bulu mata tumbuh ke dalam)
h. Konjungtiva bulbi
Pasien diminta melirik ke lateral dan medial
Injeksi konjungtiva (mata merah, A. conjungtiva posterior melebar, warna
merah cerah, dari perifer ke sentral)
Injeksi siliar (mata merah, merah gelap, dari sentral ke perifer)
Perdarahan subkonjungtiva (rupture pembuluh darah)
Flikten (nodul di limbus, hiperemis)
Pinguekula (nodul putih karena degenerasi, tidak hiperemis)
Pterigium (selaput seperti segitiga, jaringan fibrovaskular)
i. Kornea
Senter dari sudut 45 derajat, lihat dari samping searah cahaya.
Jernih/keruh
Arkus senilis (lingkaran putih)
Edema
Sikatrik (bercak putih tapi mata tenang); nebula/tipis, macula/masih terlihat
pupil dan leukoma/tebal sekali.
Infiltrat (bercak putih, mata merah)
k. Iris
Senter dari sudut 45 derajat, lihat dari depan.
Kripti +/- (garis2 pada iris)
Warna coklat tua rata
Sinekia anterior (iris lengket ke kornea)
Sinekia posterior (iris lengket ke lensa)
l. Pupil
Senter dari depan, lihat dari depan
Isokor/anisokor (sama besar/tdk)
Refleks cahaya langsung dan tdk langsung +/- (miosis)
m. Lensa
Pakai midriasil eyedrop.
Senter dari sudut 45 derajat, lihat dari depan.
Jernih/keruh
Shadow test +/- (normal -)
Merupakan derajat kekeruhan lensa. Makin tebal kekeruhan makin kecil
bayangan iris pada lensa. Senter pupil dari arah 45 derajat, lihat bayangan iris
pada kontralateral. Nilai:
1. Shadow test +
Bayangan besar jauh (belum keruh sepenuhnya) – katarak imatur
2. Shadow test –
Bayangan kecil dekat (keruh seluruhnya) – katarak matur
3. Shadow test + palsu
Keruh seluruhnya dan nucleus lensa tenggelam dalam korteks lensa yang
mencair sehingga tampak jernih sebagian – katarak morgagni
C. PENUTUPAN
1. Cairan antiseptic
2. Hamdalah, salam.
A. PEMBUKAAN
1. Basmalah, salam.
2. Cairan antiseptic
B. PEMERIKSAAN SEGMEN POSTERIOR DENGAN MENGGUNAKAN DIRECT OPHTALMOSCOPE –
PUPIL LEBAR
1. Pemeriksa duduk tepat berhadapan dengan pasien
2. Ruangan dibuat setengah gelap
3. Pasien diminta melepas kacamata bila memakai.
4. Pemeriksa meneteskan 1 atau 2 tetes midriacil eyedrop, tunggu ½ jam hingga pupil melebar.
5. Lensa oftalmoskop disesuaikan dengan ukuran kacamata pasien (dr zaskia) / dokter (dr atik)
6. Jika emetrop posisi 0
Pemeriksaan:
7. Pegang oftalmoskop dengan tangan kanan untuk mata kanan dan sebaliknya. Jari telunjuk
pada pengatur lensa.
8. Nyalakan oftalmoskop, pegang dengan menempel pada mata pemeriksa (30cm depan
pasien), perlahan maju mendekati pasien (agak menyamping) dengan oftalmoskop
diposisikan pada sisi temporal pasien hingga fundus terlihat.
9. Jari telunjuk pada pengatur lensa mengatur dioptric yang diperlukan untuk menyesuaikan
focus hingga detail fundus jelas.
10. Memeriksa detail fundus:
a. Papil n. optici (arahkan ke medial)
Bulat,
Batas tegas,
Merah kekuningan (tidak merah kekuningan jika atrofi)
Cup Disc Ratio/ CDR: 3/10 atau 0,3, 6/10 atau 10/10 (glaucoma)
c. Retina
Merah kekuningan
Pucat putih jika edema
Sikatrik
Perdarahan: dot (kecil) dan blot (besar)
Eksudat: + pada DM
d. Macula
Refleks fovea + (seperti mutara)
Refleks fovea – (gelap/trauma tumpul)
Sikatrik: hitam – toxo – choreoretinitis.
11. Laporkan hasil
D. PENUTUPAN
1. Cairan antiseptic
2. Hamdalah, salam.
PEMERIKSAAN TELINGA
1. Basmalah, salam.
2. Inform consent, pakai lampu
kepala
3. Cairan antiseptic
4. Periksa daun telinga dan
sekitarnya
Inspeksi: ukuran telinga normal
(kecil: mikrotia), ulkus, tumor,
hiperemis, sikatrik
5. Melakukan tekanan pada tragus
dan daerah belakang telinga
Palpasi: dari atas telinga sampai
bawah, tragus dan belakang
telinga. 2 jempol untuk 1
telinga.
- Massa
- Krepitasi
- Nyeri tekan pada
tragus; otitis eksterna
6. Mengatur posisi pemeriksaan
sehingga pandangan mata dan
cahaya lampu satu bidang
horizontal dan tegak lurus pada
lubang telinga
7. Mengatur posisi auricular (ditarik
ke posterior atas dan tragus
digeser ke depan)
8. Masukkan speculum ke liang
telinga
9. Menggerakkan speculum dengan
lembut untuk dapat melihat lebih
baik liang telinga dan membrane
timpani. Pegang speculum pada lehernya.
Laporkan: secret (Serumen? Darah? Pus?), kondisi liang
10. Masukkan otoskop dengan tangkai otoskop horizontal. Lihat dengan mata hamper
menyentuh otoskop (lampu kepala dilepas)
Laporkan:
- Liang telinga: lapang, tidak hiperemis, tdk ada sekret
- Membrane tymphani: cone of light (kanan jam 5, kiri jam 7), intak (tidak
perforasi), buldging, warna putih mutiara
11. Laporkan
12. Bersihkan tangan dengan antiseptic
13. Hamdalah, salam
1. Basmalah, salam.
2. Inform consent, lampu
kepala
3. Cairan antiseptic
4. Pemeriksaan hidung
bagian luar (inspeksi,
boleh pakai tangan
untuk posisi dan palpasi
yang benar)
Inspeksi: deformitas,
udem, hiperemis
5. Palpasi sinus maxillaris
dengan menekan
daerah pipi dengan ibu
jari
Palpasi hidung: pakai 2
telunjuk dari radix
sampai bawah
Palpasi sinus: dari sinus
frontal, os nasal, ala
nasi, philtrum
Cari:
- Massa
- Nyeri tekan
- krepitasi
6. Memilih speculum yang
sesuai
7. Mengatur posisi kepala pasien
Lihat sejelas-jelasnya (focus) pada kedua nares anterior dalam posisi vertical,
dimana pandangan mata dan cahaya lampu kepala satu bidang horizontal dan tegak
lurus pada nares anterior
Untuk itu:
- Kepala pasien lebih tinggi satu dahi dari kepala pemeriksa (pasien
mendongak)
- Lampu kepala di atas alis pemeriksa
- Pemeriksa duduk sedekat mungkin dengan pasien (30cm), pemeriksa duduk
di samping kanan pasien dengan memiringkan badan ke kanan
- Pasien didongakkan kepalanya
8. Memasukkan speculum dengan lembut
Punggung tangan menempel di pipi.
9. Pemeriksaan rhinoskopi anterior.
- Vestibulum nasi
- Deviasi septum
- Konka
- Polip
PEMERIKSAAN OROPHARYNX
1. Basmalah, salam.
2. Informed consent, lampu kepala
3. Antiseptic
4. Meminta pasien membuka mulut tanpa menjulurkan lidah
INSPEKSI MULUT
- Trismus: kekakuan; gangguan buka mulut yg tdk permanen karena kontraksi
otot pengunyahan
- Ptialismus: pengeluaran air ludah berlebihan pada wanita hamil, terutama
trimester pertama
- Ulkus di mukosa. Contoh: ulkus akibat RAS/SAR/stomatitis aptosa
rekuren/sariawan
- Gingiva dan gigi
- Palatum durum
5. Menekan 2/3 lidah dengan spatula lidah pada linea mediana
6. Oropharynx dapat terlihat tanpa menimbulkan refleks muntah
7. Meminta pasien mengucapkan “aah”
8. Menyingkirkan spatula yang sudah dipakai dan disterilkan
9. Laporkan
- Pilar anterior / Arcus palatoglossus tidak hiperemis, tdk edema
- Pilar posterior / Arcus palatopharyngeum tidak hiperemis, tdk edema
- Dinding orofaring tidak hiperemis
- Tonsil: T0/T1/T2/T3/T4, tenang? Hiperemis?
T0: sudah dioperasi
T1: Normal
T2: Membesar tidak sampai garis tengah
T3 Membesar mencapai garis tengah
T4: membesar melewati garis tengah
10. Antiseptic
11. Hamdalah, salam
1. Basmalah, salam.
2. Informed consent, lampu kepala
3. Antiseptik
4. Inspeksi leher bagian luar
- Tumor
- Luka
5. Palpasi leher bagian luar
- Submentalis
- Submandibular
- M. sternocleidomastoideus
- Supraklavikula
- Lig. nuchae
6. Laringoskopi indirek
- Buka mulut
- Julurkan lidah
- Pakai kasa steril, ikat lidah
- Kaca hadap bawah
7. Melihat hipofaring dan laring serta muara esophagus
8. Meminta pasien mengucapkan “aaa” atau “iii”
9. Laporkan hasil dan singkirkan alat untuk dicuci dan disterilkan
Lapor Plica Vocalis:
- Udem
- Hiperemis
- Nodul
- Granulasi
- Tumor
- Paresis
10. Antiseptic
11. Hamdalah, salam.
PEMERIKSAAN PENDENGARAN
1. Basmalah, salam.
2. Antiseptic
3. Informed consent
4. Tes Rinne
8. Antiseptik
9. Hamdalah, salam.
Berikut ini adalah contoh beberapa keadaan membran timpani yang mengalami gangguan :
Tampak adanya cairan berwarna kuning dengan atau tanpa gelembung udara di belakang
membran timpani à adanya infeksi virus dari saluran nafas atas atau perubahan mendadak
tekanan atmosfir (misalkan akibat menyelam atau naik pesawat terbang).
Membran timpani tampak menggelembung dan berwarna merahà adanya peradangan (OMA
stadium hiperemis / pre supurasi).
Terdapat bercak putih mengandung kapur pada membran timpani adanya jaringan parut
akibat otitis media lama).
Membran timpani tampak berlubang à adanya perforasi atau ruptur timpani.
Adapun cara melihat membran timpani agar lebih jelas, maka posisi meatus acusticus externus
harus diluruskan dengan cara :
Pada klien anak: telinga ditarik ke bawah.
Klien dewasa: telinga ditarik ke atas terus ke belakang.
Untuk inspeksi hidung bagian dalam dapat dibantu dengan speculum hidung, senter dan dapat juga
dengan menggunakan kaca laring atau laringoskop posterior.
Untuk inspeksi tenggorokan dapat digunakan kaca laring dengan bantuan tongue spatel.
Abnormalitas yang dapat ditemukan saat inspeksi faring antara lain sebagai berikut :
Adanya bengkak, kemerahan pada mukosa faring.
Adanya pembesaran tonsil (amandel).
Adanya paralisis nerves yang menyebabkan kelumpuhan otot faring, sehingga dalam
pemeriksaan tampak uvula yang lebih condong ke salah satu sisi .
Pada pemeriksaan inspeksi laring bagian dalam, terdapat pita suara yang jika dalam keadaan
normal posisinya adalah sebagai berikut :
Pita suara membuka penuh saat inspirasi dalam.
Pita suara membuka sedikit saat bernafas biasa.
Pita suara menutup saat berbicara.
Untuk memeriksa ketajaman pendengaran dapat dilakukan uji berbisik, uji garpu tala, atau test
audiometri. Secara singkat test garpu tala adalah sebagai berikut :
Uji Rinne :
Garpu tala divibrasikan
Pangkal garpu tala diletakkan pada mastoid pasien
Pindahkan garpu tala ke depan ke depan telinga, jika pasien sudah tak merasa getaran pada
mastoid
Catat hasil test :
1) +, jika setelah dipindahkan klien masih mendengar bunyi garpu tala.
2) –, jika setelah dipindahkan klien tidak mendengar bunyi.
Uji Weber :
Garpu tala divibrasikan
Pangkal garpu tala diletakkan pada garis simetris kepala (biasanya di dahi, gigi seri, atau ubun-
ubun).
Tanyakan pasien merasakan getaran lebih keras yang sebelah mana
Catat hasil test :
1) Lateralisasi ke kanan, jika kanan lebih merasakan getaran
2) Lateralisasi ke kiri, jika kiri lebih merasakan getaran.
Uji Weber juga digunakan untuk menentukan apakah seseorang menderita tuli konduktif atau tuli
sensorineural / perspektif
1) Tuli konduktif, jika getaran lebih dirasakan dibagian telinga yang tidak mendengar.
2) Tuli perspektif, jika pada bagian telinga yang tidak mendengar tidak dirasakan adanya getaran.
Uji Schwabach :
Garpu tala divibrasikan
Pangkal garpu tala diletakkan pada mastoid pasien sampai pasien tak mendengnar
Pindahkan pangkal garpu tala pada mastoid pemeriksa
Catat hasil test :
1) Memendek, jika pemeriksa masih mendengar
2) Jika pemeriksa juga tak mendengar, lakukan test balik (uji pemeriksa dulu, kemudian pasien).
- Jika pemeriksa sudah tak dengar, tapi pasien masih dengar: test Schwabach memanjang.
- Jika pemeriksa sudah tak dengar dan pasien juga tak dengar: pasien dalam keadaan
normal.