Hasil Wawancaraaaa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

Fisioterapi Komunitas II

( RBM dan K3)


RSI Myofacial Psin Syndrom M.Upper Trapezius Pada Pekerja
Pengantar Galon

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1. AFIFAH NUR PO714241151001


2. INTAN PERMATASARI PO714241151016
3. IRMA YUNITA PO714241151017
4. MAR’A NUR PO714241151019
5. OLGA NURKHALIDA NASRAH PO714241151028
6. SITI RABIATUL ADAWIYAH PO714241151035
7. SITTI FATIMA L. LASURADJI PO714241151037
8. SITI HADIJAH PO714241151039
9. WAHYUDDIN PO714241151045
10. WIRDHA AMALIA PO714241151048
JURUSAN FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
T.A 2017/2018
A. Identitas pekerja

Nama : Pak Arman

Umur : 40 tahun

Alamat : Jln. Pajjaiyyang

Pekerjaan : Pengantar Galon

Tempat kerja : Depot Air Galon Khusnul

Jenis kelamin : laki-laki

Status : menikah

Agama : islam

Berat badan : 65 kg

Tinggi badan : 164 cm

Status kesehatan : Sehat

B. Lokasi Keluhan (menggunakan Nordic body map)


TIPE KELUHAN
NO JENIS KELUHAN
NYERI KAKU PEGAL TEGANG
0 LEHER BAGIAN ATAS
1 LEHER BAGIAN BAWAH 
2 BAHU KIRI
3 BAHU KANAN  
4 LENGAN ATAS KIRI
5 PUNGGUNG
6 LENGAN ATAS KANAN
7 PINGGANG
8 PANTAT (BUTTOCK)
9 PANTAT (BOTTOM)
10 SIKU KIRI
11 SIKU KANAN
12 LENGAN BAWAH KIRI
13 LENGAN BAWAH KANAN
14 PERGELANGN TANGAN
KIRI
15 PERGELANGAN TANGAN
KANAN
16 TANGAN KIRI
17 TANGAN KANAN
18 PAHA KIRI
19 PAHA KANAN
20 LUTUT KIRI
21 LUTUT KANAN
22 BETIS KIRI
23 BETIS KANAN
24 PERGELANGAN KAKI
KIRI
25 PERGELANGAN KAKI
KANAN
26 KAKI KIRI
27 KAKI KANAN

C. Tanda dan gejala


 Tanda
1. Perubahan otonomik seperti vasokontriksi pembuluh darah dan keringat yang
berlebihan di sepanjang area referred pain
2. Penurunan ROM
3. Terdapat taut band pada otot dan fascia serta jaringan ikat longgar (connective tissue)

 Gejala
1. Nyeri yang terlokalisir pada otot upper trapezius
2. Adanya titik tenderness pada suatu tempat sepanjang taut band yang disebut sebagai
trigger point/jump sign
3. Kelelahan otot yang berlebih
4. Tightness pada otot upper trapezius
5. Spasme otot akibat dari adanya rasa nyeri yang timbul dan juga akibat dari
penumpukan zat-zat iritan/zat metabolis

D. Jenis Repetitif Strain Injury

Dari hasil observasi dan pemeriksaan pada pekerja pengantar gallon dapat di simpulkan
bahwa pekerja menderita Myofascial Pain Syndrom pada otot upper trapezius.

E. Anatomi dan Fisiologi Shoulder Komplex

Shoulder kompleks merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia
karena memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Shoulder kompleks tersusun oleh 3 tulang
utama yaitu clavicula, scapula, dan humerus yang membentuk kombinasi three joint yang
menghubungkan upper extremity dgn thoraks.
Shoulder kompleks terdiri atas 3 sendi sinovial dan 2 sendi non-sinovial. Ketiga
sendi sinovial adalah sternoclavicular joint, acromioclavicular joint, dan glenohumeral
joint, sedangkan kedua sendi non-sinovial adalah suprahumeral joint dan scapulothoracic
joint. Suprahumeral joint merupakan syndesmosis karena pertemuan kedua tulang hanya
dihubungkan oleh ligamen (jaringan fibrous) dan secara fungsional terlibat pada gerakan
elevasi, depresi, protraksi, retraksi, abduksi dan fleksi shoulder. Scapulothoracic joint
merupakan sendi fungsional karena secara anatomis tidak memiliki karakteristik
arsitektur sendi, dimana sendi ini secara fungsional terlibat pada gerakan elevasi, depresi,
protraksi, retraksi, abduksi dan fleksi shoulder.
a. Sendi
1. Sternoclavicular joint
Sternoclavicular joint dibentuk oleh ujung proksimal clavicula yang bersendi
dengan incisura clavicularis dari manubrium sternum dan cartilago costa I.
Sternoclavicular joint terdiri dari 2 permukaan yang berbentuk saddle, salah satu
permukaan terdapat pada ujung proksimal clavicula dan satu permukaan lagi terdapat
pada incisura clavicularis dari manubrium sternum, sehingga sternoclavicular joint
tergolong kedalam saddle joint.
Sternoclavicular joint memiliki diskus artikular fibrokartilago yang dapat
memperbaiki kesesuaian kedua permukaan tulang yang bersendi & berperan sebagai
shock absorber. Sternoclavicular joint dibungkus oleh kapsul artikularis yang tebal
dan kendor, serta diperkuat oleh ligamen sternoclavicular anterior dan posterior.
Selain ligamen sternoclavicular anterior dan posterior, sendi ini juga diperkuat oleh
ligamen costoclavicularis dan interclavicularis. Ligamen costoclavicular memiliki 2
lamina yaitu lamina anterior yang memiliki serabut kearah lateral dari costa I ke
clavicula, dan lamina posterior yang memiliki serabut kearah medial dari costa I ke
clavicula. Ligamen interclavicularis menghubungkan kedua ujung proksimal clavicula
dan ikut menstabilisasi sternoclavicular joint.

Gambar 6.1. Struktur sendi sternoclavicular

2. Acromioclavicular joint
Acromioclavicular joint dibentuk oleh processus acromion scapula yang
bersendi dengan ujung distal clavicula. Acromioclavicular joint termasuk kedalam
irregular joint atau plane joint dengan permukaan sendi yang hampir rata, dimana
permukaan acromion berbentuk konkaf dan ujung distal clavicula berbentuk konveks.
Acromioclavicular joint memiliki diskus artikular diantara kedua permukaan tulang
pembentuk sendi.
Acromioclavicular joint dibungkus oleh kapsul artikularis yang lemah tetapi
diperkuat oleh ligamen acromioclavicularis superior dan inferior. Pada bagian
posterior dan superior sendi juga diperkuat oleh aponeurosis otot upper trapezius dan
deltoideus.
Ligamen coracoclavicularis (serabut trapezoideum pada sisi lateral dan serabut
conoideum pada sisi medial) dan ligamen coracoacromialis tidak berhubungan
langsung dengan acromioclavicular joint tetapi ikut membantu menstabilisasi
acromioclavicular joint.

Gambar 6.2. Struktur sendi acromioclavicular

3. Glenohumeral joint
Glenohumeral joint dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas
glenoidalis yang dangkal. Glenohumeral joint termasuk sendi ball and socket joint dan
merupakan sendi yg paling bebas pada tubuh manusia.
Caput humeri yang berbentuk hampir setengah bo-la memiliki area permukaan 3
– 4 kali lebih besar daripada fossa glenoidalis scapula yang dangkal se-hingga
memungkinkan terjadinya mobilitas yang tinggi pada shoulder.Fossa glenoidalis
diperlebar oleh sebuah bibir/labrum fibrokartilago yang mengelilingi tepi fossa,
disebut dengan “labrum glenoidalis”.Labrum glenoidalis dapat membantu menambah
stabilitas glenohumeral joint. Kapsul artikularisnya kendor dan jika lengan ter-
gantung ke bawah akan membentuk kantong kecil pada permukaan medial, yang
disebut “recessus axillaris”.
Bagian atas kapsul diperkuat oleh lig. coracohumeral dan bagian anterior kapsul
diperkuat oleh 3 serabut lig. glenohumeral yang lemah yaitu lig. glenohumeral
superior, middle dan inferior. Ada 4 tendon otot yang memperkuat kapsul sendi yaitu
supraspinatus, infraspinatus, teres minor dan subscapularis. Keempat otot tersebut
dikenal dengan “rotator cuff muscle”, berperan sebagai stabilitas aktif shoulder joint.
Selain rotator cuff muscle, stabilitas aktif sendi juga dibantu oleh tendon caput
longum biceps brachii. Rotator cuff muscle memberikan kontribusi terhadap gerakan
rotasi humerus dan tendonnya membentuk collagenous cuff disekitar sendi shoulder
sehingga membungkus shoulder pada sisi posterior, superior dan anterior. Ketegangan
dari rotator cuff muscle dapat menarik caput humerus kearah fossa glenoidalis
sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap stabilitas sendi.

Gambar 6.3. Struktur glenohumeral joint (shoulder joint)

4. Suprahumeral joint
Suprahumeral joint terdiri atas coracoclavicular joint dan coracoacromialis joint.
Kedua sendi tersebut tidak memiliki karakteristik sinovial, kedua tulang hanya
dihubungkan oleh ligamen sehingga tergolong syndesmosis.
Coracoclavicularis joint dibentuk oleh processus coracoideus scapula dan
permukaan inferior clavicula yang diikat oleh lig. coracoclavicularis.
Coracoacromialis joint dibentuk oleh processus coracoideus scapula dan processus
acromion scapula yang diikat oleh lig. coracoacromialis.
Suprahumeral joint memiliki ruang dengan atapnya adalah processus acromion
dan ujung distal clavicula sedangkan dindingnya adalah ligamen coraco acromialis
dan ligamen coracoclavicularis (serabut trapezoideum dan serabut conoideum).
Didalam ruang suprahumeral terdapat struktur jaringan yaitu bursa
subacromialis/subdeltoidea, tendon supraspinatus & tendon caput longum biceps.
Bursa subacromial berperan sebagai bantal dari rotator cuff muscle terutama
otot supraspinatus dari tulang acromioin diatasnya. Bursa subacromial dapat menjadi
teriritasi akibat kompresi yang berulang-ulang selama aksi/pukulan overhead lengan.

5. Scapulothoracic joint
Scapulothoracic joint merupakan pertemuan antara scapula dengan dinding
thoraks, yang dibatasi oleh otot subscapularis & serratus anterior. Scapulothoracic
joint dipertahankan oleh 3 otot trapezius, rhomboid major et minor, serratus anterior
& levator scapula. Otot-otot yang melekat pada scapula melakukan 2 fungsi yaitu :
1) Fungsi pertama ; otot-otot tersebut berkontraksi untuk menstabilisasi regio
shoulder. Sebagai contoh, ketika kopor/tas diangkat dari lantai maka otot levator
scapula, trapezius & rhomboid berkontraksi untuk menyanggah scapula.
2) Fungsi kedua ; otot-otot scapula dapat memfasilitasi gerakan-gerakan upper
extremitas melalui posisi yang tepat dari glenohumeral joint. Sebagai cntoh, selama
lemparan overheadotot rhomboid berkontraksi untuk menggerakkan seluruh
shoulder kearah posterior pada saat humerus horizontal abduksi dan exorotasi
selama fase persiapan melempar. Pada saat lengan dan tangan bergerak ke depan
untuk melakukan lemparan, maka ketegangan otot rhomboid dilepaskan untuk
memberikan gerakan ke depan dari shoulder joint.

b. Otot Penyusun Shoulder Kompleks


Adapun otot pada shoulder kompleks
Otot bahu hanya meliputi sebuah sendi saja dan membungkus tulang pangkal
lengan dan tulang belikat acromion yang teraba dari luar.
1. M. Deltoid (otot segitiga), otot ini membentuk lengkung bahu dan berpangkal
di bagian sisi tulang selangka ujung bahu, balung tulang belikat dan diafise
tulang pangkal lengan. Di antara otot ini dan taju besar tulang pangkal lengan
terdapat kandung lendir. Fungsinya mengangkat lengan sampai mendatar.
2. M. Subscapularis (otot depan tulang belikat) otot ini mulai dari bagian depan
tulang belikat, menuju taju kecil tulang pangkal lengan, di bawah uratnya
terdapat kandung lendir. Fungsinya menengahkan dn memutar tulang humerus
ke dalam.
3. M. Supraspinatus (otot atas balung tulang belikat). Otot ini berpangkal dilekuk
sebelah atas menuju ke taju besar tulang pangkal lengan.fungsinya
mengangkat lengan.
4. M. Infraspinatus (otot bawah balung tulang belikat). Otot ini berpangkal
dilekuk sebelah bawah balung tulang belikat dan menuju ke taju besar tulang
pangkal lengan. Fungsinya memutar lengan keluar.
5. M.Teres mayor (otot lengan bulat besar). Otot ini berpangkal di siku bawah
tulang belikat dan menuju ke taju kecil tulang pangkal lengan. Di antar otot
lengan bulat kecil dan otot lengan lengan bulat besar terdapat kepala yang
panjang dari muskulus triseps brakii. Fungsinya bisa memutar lengan ke
dalam.
6. M. Teres minor (otot lengan belikat kecil). Otot ini berpangkal disiku sebelah
luar tulang belikat dan menuju ke taju besar tulang pangkal. Fungsinya
memutar lengan ke luar.
7. M. Pectoralis mayor Pangkalnya terdapat diujung tengah selangka, tulang dada
dan rawan iga. Fungsinya dapat memutar lengan kedalam dan menengahkan
lengan., menarik lengan melalui dada, merapatkan lengan kedalam.
8. M. Pectoralis minor terdapat dibawah otot dada besar, berpangkal di iga III,IV,
dan V menuju ke prosesus korakoid. Fungsinya menaikkan tulang belikat dan
menekan bahu.
9. M. Sublavicula Terdapat diantar tulang selangka dan ujung iga I, bagian dada
atas sebelah bawah os klavikula. Fungsinya menentapkan tulang selangka
disendi sebelah tulang dada dan menekan sendi bahu ke bawah dan kedepan.
10. M. Seratus anterior berpangkal di iga I sampai IX dan menuju ke sisi tengah
tulang belikat, tetapi yang terbanyak menuju ke bawah.
11. M. Seratus anterior berpangkal di iga I sampai IX dan menuju ke sisi tengah
tulang belikat, tetapi yang terbanyak menuju ke bawah.
12. M.Trapezius terdapat di semua ruas-ruas tulang punggung. Berpangkal di
tulang kepala belakang. Fungsinya mengangkat dan menarik sendi bahu.
Bagian atas menarik scapula ke bagian medial dan yang bawah menarik ke
bagian lateral.

c. Gerakan pada shoulder Kompleks


1. Sternoclavicular joint
Sternoclavicular joint merupakan bentuk sendi saddle biaxial yang memiliki 2
pasang gerakan (2 DKG) yaitu elevasi – depresi dan protraksi – retraksi. Dimana
ROM elevasi adalah 0o – 48o, sedangkan ROM depresi sebesar 0o – 15o. dan ROM
protraksi adalah 0o – 15o/20o, sedangkan ROM retraksi adalah 0o – 20o/30o.

2. Glenohumeral joint
Sendi-sendi yang menyusun atau membentuk shoulder kompleks memberikan
kontribusi terhadap gerakan 180o abduksi/fleksi – elevasi shoulder, dimana gerakan
tersebut menghasilkan kombinasi gerakan pada scapula, clavicula, dan humerus.
Sehingga menghasilkan 3 pasang gerakan (3DKG) yaitu fleksi-ekstensi,abduksi-
adduksi dan eksorotasi-endorotasi. Dimana ROM fleksi adalah 180o, sedangkan
ROM ekstensi sebesar 45o – 50o. ROM abduksi adalah 180o, sedangkan ROM
adduksi adalah 30o-45o. dan ROM eksorotasi adalah 80o -90o, sedangkan ROM
endorotasi adalah 90o -95o.
F. Hasil Wawancara

Hasil wawancara:

 Prolong

Mulai bekerja pada jam 08.00 pagi sampai jam 21.00, kemudian waktu istirahat
pekerja itu tidak menentu karena pekerja istirahat sesuai dengan tingkat kelelahan yang
dirasakanya meskipun orderannya banyak, kalau merasa kelelahan pada waktu tertentu ketika
mengantar orderan maka barulah pekerja itu istirahat.

 Overwork

Beban kerja pekerja yang dirasakan sedang jika orderannya sedikit kecuali orderan
pekerja itu banyak, terutama ketika pekerja mengantar galon di rumah yang bertingkat 1
sampai 3 maka barulah pekerja akan merasakan beban kerja yang berlebihan.

 Alat yang digunakan

Alat dan fasilitas yang digunakan

1. Keranjang besi
2. Galon
3. Pembuka botol dan sejenisnya
4. Motor
5. Hand phone
6. Tisu pembersih galon

Pada saat mengantarkan galon pekerja merasakan nyeri bila jarak yang ditempuh
(menggunakan motor) jauh dan jumlah galon yang diantarkan berlebih.

G. Perencanaan Dengan Pendekatan Komunitas (K3) :

A. Administrasi : disarankan pada pemilik usaha untuk


 mengurangi jam kerja mengantar gallon yang sebelumnya jam 08 : 00 - 20 :
00 malam menjadi jam 08 : 00 – 17 : 00. Dan untuk jam 17 : 00 – tutup tidak
menerima pesan antar tapi pembeli datang sendiri membawa galonnya.
 Memberikan jam istirahat pada pekerja dari jam 12:00 – 13:00 siang.
 Memberikan hari libur pada pekerja pengantar gallon. Misalnya pada hari
minggu dan pemilik tidak usah menutup depot air gallon dengan tidak
menerima pesan antar tapi pembeli datang sendiri membawa galonnya.
B. Tekhnik :
 Dari segi postur pengantar gallon pada saat mengangkat usahakan
meminimalisasi posisi membungkuk dan tidak terus-menerus meletakkan
gallon di atas bahu saat mengangkat.
 Usahakan Letak motor jangan terlalu jauh dari tempat pengisian air gallon
agar meminimalisir jarak pekerja mengangkat gallon ke motor.
 Agar lebih efisien danmengurangi tambahan beban kerja, jika pesanan banyak
disarankan menggunakan kendaran seperti mobil atau viar (motor gandeng)
dalam sekali antar daripada menggunakan motor biasa.
C. Medical :
Senam ergonomic adalah salah satu metode yang praktis dan efektif
dalam memelihara kesehatan tubuh. Tujuan pemberian senam ergonomic
( ergonomic exercises) didesain untuk digunakan saat masa istirahat kerja di
tempat kerja (workstation area) dan dapat membantu untuk mengurangi rasa
kurang nyaman pada seseorang karyawan, karena melalui desain ini dapat
memfasilitasi berkurangnya sakit kepala, strain pada mata, leher, punggung
dan pinggang, bahu, dan nyeri pada pergelangan tangan.
Petunjuk Latihan ergonomic yaitu :
 Kontraksi otot dengan kuat dan rasakan kontraksi tersebut
 Tahan kontraksi otot selama 5-10 second
 Lemaskan otot tersebut sampai terasa rileks
 Ulangi latihan tersebut sekali lagi

Adapun gerakan /latihan ergonomic yaitu :

1. Latihan Bahu dan leher terdiri atas 6 latihan


a. Latihan 1
Dalam posisi duduk, angkat kedua siku ke atas dan kedua tangan saling
digenggamkan di belakang kepala. Tarik siku ke belakang hingga
terasa penguluran, kemudian kembalikan posisi siku kedepan hingga
keduanya saling bertemu.

b. Latihan 2
Duduk, posisikan kedua siku sejajar dengan level ketinggian bahu,
bengkokkan kedua lengan hingga tangan menyentuh bahu.kemudian
luruskan kembali.

c. Latihan 3
Dalam posisi duduk di atas kursi kerja. Pertemukan kedua tangan
dalam keadaan ekstensi diatas kepala, kepala dalam keadaan rileks dan
secara perlahan melakukan laterofleksi ke kanan dan ke kiri.
Pertahankan agar posisi tubuh tetap dalam keadaan lurus.

d. Latihan 4
Dalam posisi duduk, rilekskan bahu kemudian angkat kedua bahu ke
atas dan pendekkan leher.

e. Latihan 5
Duduk dengan kedua tangan pada bagian belakang badan. Satu tangan
diletakkan diantara kedua scapula, tangan yang lain mendorong
kebawah dengan dorongan disekitar siku. Ganti dengan sisi yang
lainnya

f. Latihan 6
Posisi berdiri atau duduk, palingkan kepala ke kanan dan kekiri .
pertahankan agar kepala dan tulang belakang tetap lurus.

2. Latihan Anggota Gerak Atas


a. Latihan 1
Duduk, satu tangan menyilangi dada sedangkan tangan yang lain
menekan di siku. Palingkan kepala kearah bahu dari tangan yang
sedang diberikan tekanan. Ulangi untuk tangan sebelahnya.

b. Latihan 2
Duduk, kedua siku diangkat selevel ketinggian bahu, putar badan
kekiri dan kekanan dengan gerakan yang perlahan.

c. Latihan 3
Duduk, kedua siku diangkat sebatas level bahu dan tekuk kedua siku
hingga tangan saling bertemu di depan dada. Luruskan lengan ke
samping dan kebelakang. Kembalikan kedua lengan ke depan

H. Rencana Pengobatan (Fisioterapi)


 Promotif
1. Memberi pengetahuan pada pekerja mengenai penyakit myofascial pain syndrome
2. Memberi pengetahuan mengenai posisi /postur yang dapat menimbulkan dan
memperburuk penyakit myofascial pain syndrome.
3. Memberi tahu pentingnya gizi seimbang dan pentingnya mengkonsumsi air
mineral.
4. Memberi tahu pentingnya melakukan aktifitas fisik agar mencapai tingkat
kebugaran dan dapat lebih produktif.

 Prefentif
1. Melakukan stretching sebelum melakukan pekerjaan agar otot tidak mudah
tegang/spasme
2. Mengurangi jumlah beban yang diangkat.Berdasarkan aturan yang ditetapkan oleh
ILO
 Laki-laki dewasa 40 kg
 Wanita dewasa 15-20 kg
 Laki-laki (16-18 tahun) 15-20 kg
 Wanita (16-18 tahun) 12-15 kg
3. Memperbaiki cara mengangkat beban,yaitu :
 Memperbaiki posisi kaki
 Posisi badan jongkok dengan posisi vertebra tetap lurus/tegap.
 Usahakan beban dekat dengan badan pekerja.
 Posisi lengan dekat dengan tubuh.
 Usahakan agar galon yang diangkat tidak menekan bahu.

4. Memperbaiki postur ketika mengendarai motor yaitu :


 Posisi duduk yang benar dengan menjepit jok mototr dengan paha bagian
dalam dan tubuh tetap tegap.
 Posisi tangan menekuk 135 derajat,posisi ini memberikan efek meredam
guncangan yang terjadi pada bahu.

 Kuratif

Fisioterapi bertanggung jawab terhadap gangguan gerak dan fungsi akibat myofascial
pain syndrome. Penanganan yang umum diberikan dalam masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh myofascial pain syndrome, antara lain adalah mengurangi nyeri,
mengurangi spasme otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot
menggunakan modalitas fisioterapi seperti ultrasound, strain counterstrain dan auto
stretching.
1. Ultrasound
a. Pengertian ultrasound (US)

Ultrasoud (US) adalah salah satu modalitas fisioterapi yang menggunakan gelombang
suara dengan getaran mekanis membentuk gelombang longitudinal dan berjalan melalui
medium tertentu dengan frekuensi yang bervariasi (Bartley&Young, 2009).

Pesawat ultrasound merupakan suatu generator yang menghasilkan arus bolak-balik


dengan frekuensi tinggi (high frequency alternating current) yang mencapai 0,5-3 Mhz.
Arus ini berjalan menembus kabel koaksial pada tranduser yang kemudian dikonversikan
menjadi vibrasi oleh adanya efek piezoelektrik (Sugijanto, 2008).

Gelombang dari efek piezoelektrik dikarenakan dari vibrasi kristal yang terdapat pada
tranduser ultrasound. Gelombang suara apabila di berikan pada kulit akan menyebabkan
vibrasi dari jaringan lokal. Vibrasi ini dalam kasus tertentu terjadi panas dalam lokal.

b. Efek fisiologis ultrasound


1) Efek Mekanik

Pada saat gelombang ultrasound masuk ke dalam tubuh maka efek pertama yang terjadi
adalah efek mekanik. Gelombang ultrasound pada saat diserap oleh jaringan tubuh 17
akan menyebabkan kompresi dan regangan dengan gaya maksimal 4 Bar dalam jaringan
tubuh dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi dari gelombang ultrasound yang
masuk tadi. Oleh karena itu terjadi variasi tekanan dalam jaringan sehingga
menghasilkan efek mekanis yang besar sekali di dalam jaringan tubuh yang tidak
didapatkan dari modalitas yang lain. Jadi dengan adanya variasi tekanan inilah kemudian
timbul efek mekanik yang dikenal dengan istilah micromassage (Sugijanto, 2008).

2) Efek Termal (Panas)

Micromassage pada jaringan lunak akan menghasilkan efek friction yang hangat. Pada
saat friksi terjadi di dalam aliran daerah, maka akan terjadi pengeluaran energi yang
terusmenerus dari ultrasound yang menyebabkan peningkatan suhu. Kemudian dengan
adanya micromassage dan rasa hangat akan menimbulkan efek sedatif pada pasien.
“Lehmann” mengemukakan bahwa setiap pemberian ultrasound dengan dosis 1 watt/cm2
secara kontinyu dalam jaringan otot akan 18 menaikkan temperatur sebesar 0,070C per
detik (Sugijanto, 2008).

Panas yang dihasilkan untuk setiap jaringan tidak sama, hal ini bergantung pada beberapa
faktor yang dapat ditentukan, misalnya : bentuk aplikasi ultrasound (kontinyu dan
intermitten), intensitas dan lamanya terapi (Sugijanto, 2008).

Pengaruh panas dari ultrasound dapat membuat panas yang lain yaitu bertambahnya
aktivitas sel, vasodilatasi yang mengaktifkan penambahan nutrisi, oksigen dan
memperlancar peningkatan sisa metabolisme (Sugijanto, 2008). Namun demikian efek
termal pada ultrasound pengaruhnya lebih kecil mengingat durasi panas yang diperoleh
hanya 1 (satu) menit pada tiap-tiap jaringan. Tetapi bila terkonsentrasi pada satu jariingan
dapat menimbulkan “heat burn”, yaitu bila pada tempat menonjol atau tranduser static
(Sugijanto, 2008).

3) Efek Biologis

Efek biologis merupakan hasil fisiologis dari efek mekanik dan efek panas. Adapun
pengaruh biologis yang dihasilkan ultrasound adalah meningkatkan sirkulasi darah,
rileksasi otot, meningkatkan permeabilitas membran dan meningkatkan regenerasi
jaringan. Dibawah ini akan dijelaskan 19 secara singkat proses timbulnya efek-efek
biologis diatas (Sugijanto, 2008):

 Meningkatkan sirkulasi darah Penyerapan dari energi ultrasound antara lain


menghasilkan efek panas. Tubuh akan memberikan reaksi terhadap efek panas ini
yaitu vasodilatasi.
 Mengurangi nyeri Pengaruh nyeri terjadi secara tidak langsung yaitu dengan
adanya pengaruh gosokan membantu “venous dan lymphatic”, sehingga terjadi
peningkatan kelenturan jaringan lemak serta menurunnya nyeri regang dan proses
percepatan regenerasi jaringan.
 Rileksasi otot Perbaikan sirkulasi darah akan menyebabkan terjadinya relaksasi
otot-otot karena zat-zat pengiritasi jaringan diangkut. Vibrasi ultrasound dapat
mempengaruhi serabut saraf afferent secara langsung dan akibatnya adalah
relaksasi otot.
 Peningkatan permeabilitas membran Terjadi pada pelaksanaan secara kontinyu
dari intermitten. Melalui getaran ini, cairan tubuh didorong kedalam membran sel,
yang dapat mengakibatkan adanya 20 perubahan konsentrasi ion yang akan
berpengaruh juga terhadap nilai ambang rangsang dari sel-sel.
 Meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan Dengan pemberian ultrasound
menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga meningkatkan
pasokan bahan makanan pada jaringan lunak dan juga terjadi peningkatan zat
antibodi yang mempermudah terjadinya perbaikan jaringan yang rusak 6)
Pengaruh terhadap saraf perifer Getaran ultrasound dengan intensitas 0,5-5
watt/cm2 dengan gelombang kontinyu dapat mempengaruhi eksitasi dari saraf
perifer. Efek ini berhubungan dengan efek panas sedangkan aspek mekanis tidak
berpengaruh.

c. Dosis
Dosis adalah hasil perkalian antara intensitas dengan lamnya terapi ultrasound yang
diberikan. Perhitungan dosis yang dapat dipakai sebagai acuan dengan area 70 cm2
adalah sebagai berikut (Rahayu, 2014): 1. Untuk mengurangi nyeri 1-2 w/cm2
kontinyu (serabut saraf) selama 3-5 menit, 0,5-1 w/cm2 kontinyu (akar saraf dan
ganglia) selama 3-4 menit
atau pulsed selama 6-8 menit. 21 2. Untuk mengurangi adhesi 1,5-3 w/cm2 kontinyu
selama 4-6 menit. Durasi dan frekuensi terapi ultrasound sebaiknya diberikan setiap
hari dalam 3 kali seminggu. Intensitas ditentukan oleh aktualitas patologi, power
permukaan treatment head (W/cm2), bila ingin memberikan intensitas dengan dosis
rendah maka pemberian dengan pulsasi, tergantung ukuran ERA dan rasa iritasi
adalah hangat ringan, bila ada keluhan sakit kepala, vertigo, kelelahan dan lain-lain
maka intensitas diturunkan. Pemberian kontinyu intensitas rendah adalah 0,3 W/cm2,
bila medium 0,3-1,2 W/cm2, sedangkan intensitas tinggi adalah 1,2-3 w/cm2
(Rahayu, 2014).

2. Strain Counterstrain
a. Definisi Strain counterstrain

Diperkenalkan oleh Lawrence Jones pada tahun 1981. Jones mengemukakan


pendapatnya bahwa banyak sindrom gangguan fungsi somatik diiringi oleh trigger point.
Teknik ini menentukan lokasi trigger point kaitannya dengan gangguan fungsi, kemudian
memposisikan pasien sedemikian rupa sehingga nyeri trigger point berkurang. Posisi
dipertahankan selama 90 detik, kemudia pasien secara perlahan-lahan dikembalikan ke
posisi normal. Jika teknik ini berhasil, maka nyeri trigger point akan hilang atau
berkurang drastis. Evaluasi pada lesi artikular akan memperlihatkan pengembalian fungsi
gerak. Teknik ini dapat diaplikasikan pada semua area yang teridentifikasi trigger point
(Hartman, 1997).

Strain Counterstrain (SCS) adalah teknik khusus yang digunakan untuk mengurangi
nyeri pada gangguan myofascial pain syndrome dengan merileksasi otot dengan
memperhambat hyperaktivitas dari muscle spasme dengan menggerakkan otot yang
spasme dan sendi yang mengalami disfungsi secara pasif keposisi yang nyaman dimana
origo dan insersio didekatkan sehingga otot ini memendek dan ada tekanan pada muscle
spindle kemudian pada posisi tersebut otot benar-benar dibuat rileks selama 90 detik
(Wibowo, 2013).

Dengan menggerakkan otot upper trapezius yang spasme yang mengalami disfungsi
secara pasif ke posisi yang nyaman dimana posisi ini otot memendek dan diberikan
tekanan pada muscle spindle. Strain Counterstrain memungkinkan muscle spindle untuk
menghentikan informasi kontraksi kepada otot sehingga otot dapat rileks. Dengan otot
yang rileks, dengan sendirinya kembali ke posisi yang normal secara spontan. Hal ini
dimungkinkan karena dengan otot yang rileks dapat berfungsi secara optimal, dan
mengurangi nyeri.

Dengan relaksasi otot upper trapezius tersebut maka sirkulasi lancar sehingga
perbaikan nutrisi terhadap jaringan otot jadi lebih baik, selain itu zat-zat metabolisme
akan mudah ditransportasikan kembali sehingga tidak 32 akan ada lagi zat akan
merangsang nociceptor. Neuropraxia yang terjadi akan hilang juga seiring denga
rileksnya otot upper trapezius yang saat terjadi ketegangan. Dengan keadaan seperti itu
maka nyeripun akan hilang (Wibowo, 2013).

3. Auto Stretching

Auto stretching adalah metode penguluran yang biasa dilakukan sendiri oleh pasien
setelah diberikan intruksi atau latihan terlebih dahulu. Stretching secara aktif
meningkatkan mobilitas secara aktif dan menguatkan otot agonis. Alasan penerapan
tehnik ini adalah bahwa kontraksi isotonic yang dilakukan saat auto stretching dari otot
yang mengalami pemendekan akan menghasilkan otot memannjang secara maksimal
tanpa perlawanan (Rahayu, 2014).

Faktor yang berperan penting pada proses stretching yaitu : Muscle Spindle atau reseptor stretch
merupakan propioseptor utama di dalam otot. Propioseptor yang lain yang ikut berperan selama
proses stretching terjadi berlokasi ditendon dekat dengan akhir suatu serabut saraf otot dan
disebut dengan golgi tendon organ (Rahayu, 2014).

Pemberian auto stretching dapat mengurangi iritasi terhadap saraf yang menimbulkan nyeri
akibat adanya abnormal cross link. Hal ini dapat terjadi karena pada saat diberikan auto
stretching serabut otot ditarik keluar sampai panjang sarkomer penuh. Ketika 36 hal ini terjadi
maka akan membantu meluruskan kembali beberapa serabut atau abnormal cross link akibat
myofascial pain syndrome (Sugijanto, 2008).

Auto stretching dapat bermanfaat pada serabut otot yang mengalami nyeri miofasial. Serabut
otot yang terganggu akan menyebabkan penurunan elastisitas di dalam serabut otot akan
mengalami gangguan. Pemberian auto stretching yang dilakukan secara perlahan akan
menghasilkan peregangan pada sarkomer sehingga peregangan akan mengembalikan elastisitas
sarkomer yang terganggu (Sugijanto, 2008).

Auto stretching dapat mencegah dan atau mengurangi kekakuan dan perasaan yang tidak
nyaman. Auto stretching merupakan stretching yang efektif, karena berpengaruh terhadap
semua otot upper trapezius yang membatasi gerakan (Sugijanto, 2008).

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai