Hasil Wawancaraaaa
Hasil Wawancaraaaa
Hasil Wawancaraaaa
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Umur : 40 tahun
Status : menikah
Agama : islam
Berat badan : 65 kg
Gejala
1. Nyeri yang terlokalisir pada otot upper trapezius
2. Adanya titik tenderness pada suatu tempat sepanjang taut band yang disebut sebagai
trigger point/jump sign
3. Kelelahan otot yang berlebih
4. Tightness pada otot upper trapezius
5. Spasme otot akibat dari adanya rasa nyeri yang timbul dan juga akibat dari
penumpukan zat-zat iritan/zat metabolis
Dari hasil observasi dan pemeriksaan pada pekerja pengantar gallon dapat di simpulkan
bahwa pekerja menderita Myofascial Pain Syndrom pada otot upper trapezius.
Shoulder kompleks merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia
karena memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Shoulder kompleks tersusun oleh 3 tulang
utama yaitu clavicula, scapula, dan humerus yang membentuk kombinasi three joint yang
menghubungkan upper extremity dgn thoraks.
Shoulder kompleks terdiri atas 3 sendi sinovial dan 2 sendi non-sinovial. Ketiga
sendi sinovial adalah sternoclavicular joint, acromioclavicular joint, dan glenohumeral
joint, sedangkan kedua sendi non-sinovial adalah suprahumeral joint dan scapulothoracic
joint. Suprahumeral joint merupakan syndesmosis karena pertemuan kedua tulang hanya
dihubungkan oleh ligamen (jaringan fibrous) dan secara fungsional terlibat pada gerakan
elevasi, depresi, protraksi, retraksi, abduksi dan fleksi shoulder. Scapulothoracic joint
merupakan sendi fungsional karena secara anatomis tidak memiliki karakteristik
arsitektur sendi, dimana sendi ini secara fungsional terlibat pada gerakan elevasi, depresi,
protraksi, retraksi, abduksi dan fleksi shoulder.
a. Sendi
1. Sternoclavicular joint
Sternoclavicular joint dibentuk oleh ujung proksimal clavicula yang bersendi
dengan incisura clavicularis dari manubrium sternum dan cartilago costa I.
Sternoclavicular joint terdiri dari 2 permukaan yang berbentuk saddle, salah satu
permukaan terdapat pada ujung proksimal clavicula dan satu permukaan lagi terdapat
pada incisura clavicularis dari manubrium sternum, sehingga sternoclavicular joint
tergolong kedalam saddle joint.
Sternoclavicular joint memiliki diskus artikular fibrokartilago yang dapat
memperbaiki kesesuaian kedua permukaan tulang yang bersendi & berperan sebagai
shock absorber. Sternoclavicular joint dibungkus oleh kapsul artikularis yang tebal
dan kendor, serta diperkuat oleh ligamen sternoclavicular anterior dan posterior.
Selain ligamen sternoclavicular anterior dan posterior, sendi ini juga diperkuat oleh
ligamen costoclavicularis dan interclavicularis. Ligamen costoclavicular memiliki 2
lamina yaitu lamina anterior yang memiliki serabut kearah lateral dari costa I ke
clavicula, dan lamina posterior yang memiliki serabut kearah medial dari costa I ke
clavicula. Ligamen interclavicularis menghubungkan kedua ujung proksimal clavicula
dan ikut menstabilisasi sternoclavicular joint.
2. Acromioclavicular joint
Acromioclavicular joint dibentuk oleh processus acromion scapula yang
bersendi dengan ujung distal clavicula. Acromioclavicular joint termasuk kedalam
irregular joint atau plane joint dengan permukaan sendi yang hampir rata, dimana
permukaan acromion berbentuk konkaf dan ujung distal clavicula berbentuk konveks.
Acromioclavicular joint memiliki diskus artikular diantara kedua permukaan tulang
pembentuk sendi.
Acromioclavicular joint dibungkus oleh kapsul artikularis yang lemah tetapi
diperkuat oleh ligamen acromioclavicularis superior dan inferior. Pada bagian
posterior dan superior sendi juga diperkuat oleh aponeurosis otot upper trapezius dan
deltoideus.
Ligamen coracoclavicularis (serabut trapezoideum pada sisi lateral dan serabut
conoideum pada sisi medial) dan ligamen coracoacromialis tidak berhubungan
langsung dengan acromioclavicular joint tetapi ikut membantu menstabilisasi
acromioclavicular joint.
3. Glenohumeral joint
Glenohumeral joint dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas
glenoidalis yang dangkal. Glenohumeral joint termasuk sendi ball and socket joint dan
merupakan sendi yg paling bebas pada tubuh manusia.
Caput humeri yang berbentuk hampir setengah bo-la memiliki area permukaan 3
– 4 kali lebih besar daripada fossa glenoidalis scapula yang dangkal se-hingga
memungkinkan terjadinya mobilitas yang tinggi pada shoulder.Fossa glenoidalis
diperlebar oleh sebuah bibir/labrum fibrokartilago yang mengelilingi tepi fossa,
disebut dengan “labrum glenoidalis”.Labrum glenoidalis dapat membantu menambah
stabilitas glenohumeral joint. Kapsul artikularisnya kendor dan jika lengan ter-
gantung ke bawah akan membentuk kantong kecil pada permukaan medial, yang
disebut “recessus axillaris”.
Bagian atas kapsul diperkuat oleh lig. coracohumeral dan bagian anterior kapsul
diperkuat oleh 3 serabut lig. glenohumeral yang lemah yaitu lig. glenohumeral
superior, middle dan inferior. Ada 4 tendon otot yang memperkuat kapsul sendi yaitu
supraspinatus, infraspinatus, teres minor dan subscapularis. Keempat otot tersebut
dikenal dengan “rotator cuff muscle”, berperan sebagai stabilitas aktif shoulder joint.
Selain rotator cuff muscle, stabilitas aktif sendi juga dibantu oleh tendon caput
longum biceps brachii. Rotator cuff muscle memberikan kontribusi terhadap gerakan
rotasi humerus dan tendonnya membentuk collagenous cuff disekitar sendi shoulder
sehingga membungkus shoulder pada sisi posterior, superior dan anterior. Ketegangan
dari rotator cuff muscle dapat menarik caput humerus kearah fossa glenoidalis
sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap stabilitas sendi.
4. Suprahumeral joint
Suprahumeral joint terdiri atas coracoclavicular joint dan coracoacromialis joint.
Kedua sendi tersebut tidak memiliki karakteristik sinovial, kedua tulang hanya
dihubungkan oleh ligamen sehingga tergolong syndesmosis.
Coracoclavicularis joint dibentuk oleh processus coracoideus scapula dan
permukaan inferior clavicula yang diikat oleh lig. coracoclavicularis.
Coracoacromialis joint dibentuk oleh processus coracoideus scapula dan processus
acromion scapula yang diikat oleh lig. coracoacromialis.
Suprahumeral joint memiliki ruang dengan atapnya adalah processus acromion
dan ujung distal clavicula sedangkan dindingnya adalah ligamen coraco acromialis
dan ligamen coracoclavicularis (serabut trapezoideum dan serabut conoideum).
Didalam ruang suprahumeral terdapat struktur jaringan yaitu bursa
subacromialis/subdeltoidea, tendon supraspinatus & tendon caput longum biceps.
Bursa subacromial berperan sebagai bantal dari rotator cuff muscle terutama
otot supraspinatus dari tulang acromioin diatasnya. Bursa subacromial dapat menjadi
teriritasi akibat kompresi yang berulang-ulang selama aksi/pukulan overhead lengan.
5. Scapulothoracic joint
Scapulothoracic joint merupakan pertemuan antara scapula dengan dinding
thoraks, yang dibatasi oleh otot subscapularis & serratus anterior. Scapulothoracic
joint dipertahankan oleh 3 otot trapezius, rhomboid major et minor, serratus anterior
& levator scapula. Otot-otot yang melekat pada scapula melakukan 2 fungsi yaitu :
1) Fungsi pertama ; otot-otot tersebut berkontraksi untuk menstabilisasi regio
shoulder. Sebagai contoh, ketika kopor/tas diangkat dari lantai maka otot levator
scapula, trapezius & rhomboid berkontraksi untuk menyanggah scapula.
2) Fungsi kedua ; otot-otot scapula dapat memfasilitasi gerakan-gerakan upper
extremitas melalui posisi yang tepat dari glenohumeral joint. Sebagai cntoh, selama
lemparan overheadotot rhomboid berkontraksi untuk menggerakkan seluruh
shoulder kearah posterior pada saat humerus horizontal abduksi dan exorotasi
selama fase persiapan melempar. Pada saat lengan dan tangan bergerak ke depan
untuk melakukan lemparan, maka ketegangan otot rhomboid dilepaskan untuk
memberikan gerakan ke depan dari shoulder joint.
2. Glenohumeral joint
Sendi-sendi yang menyusun atau membentuk shoulder kompleks memberikan
kontribusi terhadap gerakan 180o abduksi/fleksi – elevasi shoulder, dimana gerakan
tersebut menghasilkan kombinasi gerakan pada scapula, clavicula, dan humerus.
Sehingga menghasilkan 3 pasang gerakan (3DKG) yaitu fleksi-ekstensi,abduksi-
adduksi dan eksorotasi-endorotasi. Dimana ROM fleksi adalah 180o, sedangkan
ROM ekstensi sebesar 45o – 50o. ROM abduksi adalah 180o, sedangkan ROM
adduksi adalah 30o-45o. dan ROM eksorotasi adalah 80o -90o, sedangkan ROM
endorotasi adalah 90o -95o.
F. Hasil Wawancara
Hasil wawancara:
Prolong
Mulai bekerja pada jam 08.00 pagi sampai jam 21.00, kemudian waktu istirahat
pekerja itu tidak menentu karena pekerja istirahat sesuai dengan tingkat kelelahan yang
dirasakanya meskipun orderannya banyak, kalau merasa kelelahan pada waktu tertentu ketika
mengantar orderan maka barulah pekerja itu istirahat.
Overwork
Beban kerja pekerja yang dirasakan sedang jika orderannya sedikit kecuali orderan
pekerja itu banyak, terutama ketika pekerja mengantar galon di rumah yang bertingkat 1
sampai 3 maka barulah pekerja akan merasakan beban kerja yang berlebihan.
1. Keranjang besi
2. Galon
3. Pembuka botol dan sejenisnya
4. Motor
5. Hand phone
6. Tisu pembersih galon
Pada saat mengantarkan galon pekerja merasakan nyeri bila jarak yang ditempuh
(menggunakan motor) jauh dan jumlah galon yang diantarkan berlebih.
b. Latihan 2
Duduk, posisikan kedua siku sejajar dengan level ketinggian bahu,
bengkokkan kedua lengan hingga tangan menyentuh bahu.kemudian
luruskan kembali.
c. Latihan 3
Dalam posisi duduk di atas kursi kerja. Pertemukan kedua tangan
dalam keadaan ekstensi diatas kepala, kepala dalam keadaan rileks dan
secara perlahan melakukan laterofleksi ke kanan dan ke kiri.
Pertahankan agar posisi tubuh tetap dalam keadaan lurus.
d. Latihan 4
Dalam posisi duduk, rilekskan bahu kemudian angkat kedua bahu ke
atas dan pendekkan leher.
e. Latihan 5
Duduk dengan kedua tangan pada bagian belakang badan. Satu tangan
diletakkan diantara kedua scapula, tangan yang lain mendorong
kebawah dengan dorongan disekitar siku. Ganti dengan sisi yang
lainnya
f. Latihan 6
Posisi berdiri atau duduk, palingkan kepala ke kanan dan kekiri .
pertahankan agar kepala dan tulang belakang tetap lurus.
b. Latihan 2
Duduk, kedua siku diangkat selevel ketinggian bahu, putar badan
kekiri dan kekanan dengan gerakan yang perlahan.
c. Latihan 3
Duduk, kedua siku diangkat sebatas level bahu dan tekuk kedua siku
hingga tangan saling bertemu di depan dada. Luruskan lengan ke
samping dan kebelakang. Kembalikan kedua lengan ke depan
Prefentif
1. Melakukan stretching sebelum melakukan pekerjaan agar otot tidak mudah
tegang/spasme
2. Mengurangi jumlah beban yang diangkat.Berdasarkan aturan yang ditetapkan oleh
ILO
Laki-laki dewasa 40 kg
Wanita dewasa 15-20 kg
Laki-laki (16-18 tahun) 15-20 kg
Wanita (16-18 tahun) 12-15 kg
3. Memperbaiki cara mengangkat beban,yaitu :
Memperbaiki posisi kaki
Posisi badan jongkok dengan posisi vertebra tetap lurus/tegap.
Usahakan beban dekat dengan badan pekerja.
Posisi lengan dekat dengan tubuh.
Usahakan agar galon yang diangkat tidak menekan bahu.
Kuratif
Fisioterapi bertanggung jawab terhadap gangguan gerak dan fungsi akibat myofascial
pain syndrome. Penanganan yang umum diberikan dalam masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh myofascial pain syndrome, antara lain adalah mengurangi nyeri,
mengurangi spasme otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot
menggunakan modalitas fisioterapi seperti ultrasound, strain counterstrain dan auto
stretching.
1. Ultrasound
a. Pengertian ultrasound (US)
Ultrasoud (US) adalah salah satu modalitas fisioterapi yang menggunakan gelombang
suara dengan getaran mekanis membentuk gelombang longitudinal dan berjalan melalui
medium tertentu dengan frekuensi yang bervariasi (Bartley&Young, 2009).
Gelombang dari efek piezoelektrik dikarenakan dari vibrasi kristal yang terdapat pada
tranduser ultrasound. Gelombang suara apabila di berikan pada kulit akan menyebabkan
vibrasi dari jaringan lokal. Vibrasi ini dalam kasus tertentu terjadi panas dalam lokal.
Pada saat gelombang ultrasound masuk ke dalam tubuh maka efek pertama yang terjadi
adalah efek mekanik. Gelombang ultrasound pada saat diserap oleh jaringan tubuh 17
akan menyebabkan kompresi dan regangan dengan gaya maksimal 4 Bar dalam jaringan
tubuh dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi dari gelombang ultrasound yang
masuk tadi. Oleh karena itu terjadi variasi tekanan dalam jaringan sehingga
menghasilkan efek mekanis yang besar sekali di dalam jaringan tubuh yang tidak
didapatkan dari modalitas yang lain. Jadi dengan adanya variasi tekanan inilah kemudian
timbul efek mekanik yang dikenal dengan istilah micromassage (Sugijanto, 2008).
Micromassage pada jaringan lunak akan menghasilkan efek friction yang hangat. Pada
saat friksi terjadi di dalam aliran daerah, maka akan terjadi pengeluaran energi yang
terusmenerus dari ultrasound yang menyebabkan peningkatan suhu. Kemudian dengan
adanya micromassage dan rasa hangat akan menimbulkan efek sedatif pada pasien.
“Lehmann” mengemukakan bahwa setiap pemberian ultrasound dengan dosis 1 watt/cm2
secara kontinyu dalam jaringan otot akan 18 menaikkan temperatur sebesar 0,070C per
detik (Sugijanto, 2008).
Panas yang dihasilkan untuk setiap jaringan tidak sama, hal ini bergantung pada beberapa
faktor yang dapat ditentukan, misalnya : bentuk aplikasi ultrasound (kontinyu dan
intermitten), intensitas dan lamanya terapi (Sugijanto, 2008).
Pengaruh panas dari ultrasound dapat membuat panas yang lain yaitu bertambahnya
aktivitas sel, vasodilatasi yang mengaktifkan penambahan nutrisi, oksigen dan
memperlancar peningkatan sisa metabolisme (Sugijanto, 2008). Namun demikian efek
termal pada ultrasound pengaruhnya lebih kecil mengingat durasi panas yang diperoleh
hanya 1 (satu) menit pada tiap-tiap jaringan. Tetapi bila terkonsentrasi pada satu jariingan
dapat menimbulkan “heat burn”, yaitu bila pada tempat menonjol atau tranduser static
(Sugijanto, 2008).
3) Efek Biologis
Efek biologis merupakan hasil fisiologis dari efek mekanik dan efek panas. Adapun
pengaruh biologis yang dihasilkan ultrasound adalah meningkatkan sirkulasi darah,
rileksasi otot, meningkatkan permeabilitas membran dan meningkatkan regenerasi
jaringan. Dibawah ini akan dijelaskan 19 secara singkat proses timbulnya efek-efek
biologis diatas (Sugijanto, 2008):
c. Dosis
Dosis adalah hasil perkalian antara intensitas dengan lamnya terapi ultrasound yang
diberikan. Perhitungan dosis yang dapat dipakai sebagai acuan dengan area 70 cm2
adalah sebagai berikut (Rahayu, 2014): 1. Untuk mengurangi nyeri 1-2 w/cm2
kontinyu (serabut saraf) selama 3-5 menit, 0,5-1 w/cm2 kontinyu (akar saraf dan
ganglia) selama 3-4 menit
atau pulsed selama 6-8 menit. 21 2. Untuk mengurangi adhesi 1,5-3 w/cm2 kontinyu
selama 4-6 menit. Durasi dan frekuensi terapi ultrasound sebaiknya diberikan setiap
hari dalam 3 kali seminggu. Intensitas ditentukan oleh aktualitas patologi, power
permukaan treatment head (W/cm2), bila ingin memberikan intensitas dengan dosis
rendah maka pemberian dengan pulsasi, tergantung ukuran ERA dan rasa iritasi
adalah hangat ringan, bila ada keluhan sakit kepala, vertigo, kelelahan dan lain-lain
maka intensitas diturunkan. Pemberian kontinyu intensitas rendah adalah 0,3 W/cm2,
bila medium 0,3-1,2 W/cm2, sedangkan intensitas tinggi adalah 1,2-3 w/cm2
(Rahayu, 2014).
2. Strain Counterstrain
a. Definisi Strain counterstrain
Strain Counterstrain (SCS) adalah teknik khusus yang digunakan untuk mengurangi
nyeri pada gangguan myofascial pain syndrome dengan merileksasi otot dengan
memperhambat hyperaktivitas dari muscle spasme dengan menggerakkan otot yang
spasme dan sendi yang mengalami disfungsi secara pasif keposisi yang nyaman dimana
origo dan insersio didekatkan sehingga otot ini memendek dan ada tekanan pada muscle
spindle kemudian pada posisi tersebut otot benar-benar dibuat rileks selama 90 detik
(Wibowo, 2013).
Dengan menggerakkan otot upper trapezius yang spasme yang mengalami disfungsi
secara pasif ke posisi yang nyaman dimana posisi ini otot memendek dan diberikan
tekanan pada muscle spindle. Strain Counterstrain memungkinkan muscle spindle untuk
menghentikan informasi kontraksi kepada otot sehingga otot dapat rileks. Dengan otot
yang rileks, dengan sendirinya kembali ke posisi yang normal secara spontan. Hal ini
dimungkinkan karena dengan otot yang rileks dapat berfungsi secara optimal, dan
mengurangi nyeri.
Dengan relaksasi otot upper trapezius tersebut maka sirkulasi lancar sehingga
perbaikan nutrisi terhadap jaringan otot jadi lebih baik, selain itu zat-zat metabolisme
akan mudah ditransportasikan kembali sehingga tidak 32 akan ada lagi zat akan
merangsang nociceptor. Neuropraxia yang terjadi akan hilang juga seiring denga
rileksnya otot upper trapezius yang saat terjadi ketegangan. Dengan keadaan seperti itu
maka nyeripun akan hilang (Wibowo, 2013).
3. Auto Stretching
Auto stretching adalah metode penguluran yang biasa dilakukan sendiri oleh pasien
setelah diberikan intruksi atau latihan terlebih dahulu. Stretching secara aktif
meningkatkan mobilitas secara aktif dan menguatkan otot agonis. Alasan penerapan
tehnik ini adalah bahwa kontraksi isotonic yang dilakukan saat auto stretching dari otot
yang mengalami pemendekan akan menghasilkan otot memannjang secara maksimal
tanpa perlawanan (Rahayu, 2014).
Faktor yang berperan penting pada proses stretching yaitu : Muscle Spindle atau reseptor stretch
merupakan propioseptor utama di dalam otot. Propioseptor yang lain yang ikut berperan selama
proses stretching terjadi berlokasi ditendon dekat dengan akhir suatu serabut saraf otot dan
disebut dengan golgi tendon organ (Rahayu, 2014).
Pemberian auto stretching dapat mengurangi iritasi terhadap saraf yang menimbulkan nyeri
akibat adanya abnormal cross link. Hal ini dapat terjadi karena pada saat diberikan auto
stretching serabut otot ditarik keluar sampai panjang sarkomer penuh. Ketika 36 hal ini terjadi
maka akan membantu meluruskan kembali beberapa serabut atau abnormal cross link akibat
myofascial pain syndrome (Sugijanto, 2008).
Auto stretching dapat bermanfaat pada serabut otot yang mengalami nyeri miofasial. Serabut
otot yang terganggu akan menyebabkan penurunan elastisitas di dalam serabut otot akan
mengalami gangguan. Pemberian auto stretching yang dilakukan secara perlahan akan
menghasilkan peregangan pada sarkomer sehingga peregangan akan mengembalikan elastisitas
sarkomer yang terganggu (Sugijanto, 2008).
Auto stretching dapat mencegah dan atau mengurangi kekakuan dan perasaan yang tidak
nyaman. Auto stretching merupakan stretching yang efektif, karena berpengaruh terhadap
semua otot upper trapezius yang membatasi gerakan (Sugijanto, 2008).
DOKUMENTASI