Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH BESAR DAN POSISI BEBAN TERHADAP MOMEN,

DEFLEKSI DAN REGANGAN PADA BALOK MELINTANG


JEMBATAN KOMPOSIT BAMBU

Tatang Fendy Harianto, Sri Murni Dewi, Hendro Suseno


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan M.T. Haryono 167 Malang 65145, Jawa Timur - Indonesia
E-mail: timez_taq2@yahoo.com

ABSTRAK
Potensi bambu sebagai salah satu material yang memiliki kuat tarik sejajar serat yang
cukup tinggi, diharapkan dapat menjadi material alternatif pengganti tulangan baja. Hal
tersebut membuat banyak dilakukannya penelitian terhadap material bambu. Penulis juga
tertarik untuk meneliti penggunaan bambu sebagai tulangan pada struktur jembatan rangka
beton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh besar dan posisi beban terhadap
momen, defleksi dan regangan pada balok melintang jembatan komposit bambu dengan
melakukan pengujian langsung pada jembatan. Pada penelitian ini, digunakan sebuah
benda uji berupa jembatan komposit bambu dengan gelagar induk berupa rangka. Untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap momen, defleksi dan regangan pada balok melintang,
dilakukan pemasangan LVDT pada 6 titik sesuai dengan perencanaan dan pemasangan
strain gauge pada tulangan bambu yang terdapat pada 2 buah balok. Pemberian beban
dilakukan secara bertahap yaitu diawali dengan beban garis 50kg/m, 100kg/m kemudian
150 kg/m. Pada setiap pembebanan, beban diletakkkan secara bertahap pada 5 posisi yang
telah ditentukan pada bentang jembatan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
posisi terhadap momen, defleksi dan regangan yang terjadi. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan adanya pengaruh yang terjadi akibat besar dan posisi beban terhadap
momen, defleksi dan regangan yang terjadi pada balok melintang jembatan komposit
bambu. Pemodelan struktur terhadap titik hubung antara balok melintang dan gelagar
induk pada jembatan komposit bambu dapat dipertimbangkan dengan pemodelan tumpuan
jepit-jepit, tetapi juga dapat dimodelkan dengan tumpuan sendi-sendi.

Kata Kunci : Balok, Pemodelan Struktur, Momen, Defleksi, dan Regangan

PENDAHULUAN Beton dan baja merupakan mate-


Indonesia merupakan sebuah rial yang telah banyak digunakan sebagai
negara kepulauan yang hampir dua bahan utama dalam pembangunan jem-
pertiga permukaan wilayahnya adalah batan. Beton sebagai material yang me-
lautan, sehingga membutuhkan suatu miliki kuat tekan tinggi, namun di sisi
infrastruktur untuk menghubungkan lain beton juga memiliki kuat tarik yang
daratan yang satu dengan yang lain, rendah sehingga penguatan tarik dan
misalnya jembatan. Jembatan merupakan geser diberikan pada tulangan baja.
salah satu infrastruktur yang berfungsi Tulangan baja digunakan karena baja me-
untuk me-lewatkan suatu massa atau miliki kekuatan tarik yang tinggi akan
traffic yang melintasinya melewati suatu tetapi perlu diingat bahwa baja me-
penghalang. Keberadaan jembatan sa- rupakan sumber daya alam (SDA) yang
ngatlah penting mengingat keadaan tidak dapat diperbaharui sehingga suatu
topografi di Indonesia yang beraneka saat keberadaannya akan habis. Bambu
ragam. sebagai salah satu sumber daya alam
yang dapat diperbaharui dan juga

1
memiliki kuat tarik sejajar serat yang secara mendadak akibat dibebani secara
tinggi, membuat bambu menjadi menarik lentur (Kusuma & Vis, 1994).
untuk diteliti sebagai material pengganti Berdasarkan penelitian Ghavami
tulangan baja. (2004) menyimpulkan persentase ideal
Penggunaan bambu sebagai tulangan bambu terhadap penampang
tulangan pada beton telah lama diteliti. melintang balok adalah 3% Selain itu,
Melalui penelitian Khare yang meneliti penelitian yang dilakukan The United
balok beton bertulang bambu dan States Naval Civil Engineering
menyimpulkan bahwa bambu sangat Laboratory (1966, 2000) merekomen-
potensial menggantikan baja. Wonlele, dasikan persentase minimum tulangan
dkk yang meneliti penggunaan bambu bambu terhadap penampang melintang
sebagai tulangan pada rangka batang balok adalah 3 - 4% untuk menghasilkan
beton dan menyimpulkan bahwa rangka nilai beban optimum.
batang beton bertulang bambu cukup
berpotensi menggantikan rangka batang Pemodelan Struktur
kayu. Berangkat dari hasil-hasil penelitan Pemodelan struktur dilakukan
tersebut, penulis mencoba untuk menggu- untuk memudahkan proses analisis.
nakan bambu sebagai tulangan pada Pemodelan efektif bergantung pada
jembatan khususnya pada elemen struktur perilaku eksak struktur pada titik hubung
balok. elemen struktur karena sifat gaya-gaya
Tujuan yang ingin dicapai dari rekasi yang timbul pada benda yang
penelitian ini adalah: dibebani tergantung bagaimana benda
1. Ingin mengetahui perbandingan tersebut ditumpu atau dihubungkan
momen, defleksi, dan regangan yang dengan benda lain. Untuk memudahkan
terjadi pada balok melintang dengan analisis, titik hubung dapat dimodelkan
hasil analisa teoritis akibat posisi dan sebagai salah satu jenis dari jenis-jenis
besarnya beban. dasar (sendi, jepit, rol) (Schodek, 1998).
2. Ingin mengetahui distribusi momen
lapangan yang terjadi jika dibanding- Momen
kan dengan tumpuan jepit-jepit dan Momen adalah setiap gaya yang
sendi-sendi teoritis. bekerja pada suatu benda, yang akan
menyebabkan benda tersebut mengalami
translasi dalam arah gaya itu. Secara
TINJAUAN PUSTAKA sederhana momen dapat dirumuskan
Balok (Beam) adalah salah satu sebagai berikut:
elemen struktur yang digunakan untuk M = P.a................................................(1)
mentransfer beban vertikal secara Dimana :
horizontal. Meskipun dianggap sederhana M = Momen
dalam hal konstruksi, balok mempunyai P = Gaya luar/beban
karakteristik internal yang lebih rumit a = Jarak antara gaya P terhadap titik
dalam memikul beban dibandingkan yang ditinjau
elemen struktur yang lain, misalnya
rangka batang maupun kabel. (Schodek, Defleksi
1998). Defleksi pada suatu konstruksi
Penggunaan bambu sebagai tula- dapat ditentukan sebagai bidang/diagram
ngan pada elemen balok memerlukan
momen oleh beban diagram momen
perencanaan tulangan minimum.
Perencanaan tersebut bertujuan untuk M0 yang direduksi dengan . Garis
mencegah terjadinya tulangan yang putus elastis menjadi garis sisi diagram momen
itu. Garis elastis adalah garis sumbu

2
suatu batang yang lurus, yang akan bambu dan beton hingga 90%, dapat
melengkung oleh pengaruh gaya atau meminimalisir kelemahan yang ada.
momen yang membebaninya (Frick, Pada penelitian ini akan
2003). digunakan bambu dengan jenis bambu
petung (Dendrocalamus asper) yang
Regangan menurut penelitian Morisco pada tahun
Regangan (ϵ) dapat didefinisikan 1994-1999, kuat tarik Bambu Petung
sebagai rasio (perbandingan) antara (Dendrocalamus asper) juga lebih tinggi
perubahan ukuran atau bentuk suatu dari baja (kuat leleh 2400 kg/cm2).
elemen yang mengalami tegangan, Dari pengujian sifat fisik dan
terhadap ukuran dan bentuk semula (S) mekanik bambu petung yang dilakukan
elemen (Schodek, 1998). Berdasarkan Karyadi dan Susanto (2010) dan Setyo,
hukum hooke, yang menyatakan dkk (2013) diperoleh data-data sebagai
hubungan antara regangan dan tegangan, berikut berikut:
maka secara umum rumus regangan dapat
dirumuskan menjadi : Tabel 1. Sifat Fisik dan Mekanik
Bambu Petung
........................................(2) Sifat Fisik & Bambu
No Satuan
Mekanik Petung
dimana : M = Momen 1 Kadar Air % 12,50
ϵ = Regangan 2 Berat Jenis gr/cc 0,63
E = Modulus elastisitas 3 MOE kg/cm2 166703
y = Parameter Lokasi 4 MOR kg/cm2 1490
I = Besaran Penampang 5 Tekan Sejajar Serat kg/cm2 321,5
6 Tarik Sejajar Serat kg/cm2 1664
Bambu
Bambu merupakan famili rumput- Poisson Ratio
7 0,189
Longitudinal-Radial
rumputan yang banyak terdapat di daerah
Poisson Ratio
tropis dan subtropis di Asia termasuk 8 Longitudinal- 0,225
Indonesia. Dilihat dari struktur anatomi- Tangensial
nya, bambu mengandung banyak serat
dan pembuluh yang arahnya sejajar Garis Pengaruh
mengikuti arah memanjang bambu, hal Garis Pengaruh adalah diagram
tersebut yang membuat kekuatan tarik yang menggambarkan perubahan reaksi
dan kekuatan tekan sejajar serat cukup tumpuan atau gaya dalam struktur akibat
tinggi. Secara umum ada 40% - 70% serat beban satuan bergerak. Garis pengaruh
yang terkonsentrasi pada bagian luar dan ini dapat digunakan untuk mencari posisi
15% - 30% di bagian dalam batang. beban akibat rangkaian beban berjalan
Bambu memiliki beberapa yang memberikan efek maksimum.
kelemahan yaitu mudah terbakar, mudah (Dewi,2013). Namun perlu dipahami
diserang serangga dan sifat higroskopis, pembutan garis pengaruh berbeda dengan
yang artinya mempunyai kemampuan membuat diagram geseran atau momen.
meng-absorpsi atau deabsorpsi air, hal Garis pengaruh menggambarkan efek
tersebut juga tergantung dari suhu dan beban bergerak hanya di titik tertentu
kelembaban udara disekelilingnya. pada suatu anggota bagian, sedangkan
Namun dengan melakukan pengawetan diagram geseran dan momen
dan pemberian lapisan impermeable serta menggambarkan efek beban-beban tetap
pasir pada bambu yang mana dapat sepanjang sumbu anggota bagian.
meningkatkan kekuatan lekat antara (Hibbeler, 2002)

3
Untuk mendapatkan suatu nilai Jumlah dan Perlakuan Benda Uji
fungsi (momen, defleksi, dan regangan) Dalam penelitian ini akan dibuat
akibat posisi dan besar beban yang sebuah jembatan komposit bambu dengan
berubah pada penelitian ini, maka akan gelagar induk berupa rangka. Penulangan
digambarkan dengan garis pengaruh yang dan pemodelan tulangan bambu pada
diperoleh dengan cara berikut : letakkan balok seperti pada gambar 1. Nantinya
suatu beban satuan di berbagai lokasi x, setiap tulangan bambu akan dilapisi
sepanjang elemen struktur dan di setiap dengan cat dan pasir dengan pengulangan
lokasi peletakan dengan menggunakan pemberian lapisan sebanyak 2 kali.
ilmu statika untuk mencari nilai-nilai Pengujian defleksi dilakukan untuk
fungsi (reaksi, geseran, atau momen) di mengetahui defleksi aktual yang terjadi
titik tertentu. Setelah diperoleh berbagai pada balok dengan pemodelan pembaca-
nilai fungsi (momen, defleksi, dan an defleksi seperti gambar 2 yaitu dengan
regangan) di berbagai titik sepanjang memasang LVDT pada keenam titik
elemen struktur, nilai-nilai tersebut dapat tersebut dan untuk mengetahui regangan
diplot dan segmen-segmen garis yang terjadi pada balok A dan balok B
pengaruh dapat dibuat (Hibbeler, 2002). (gambar 3) akan dipasang strain gauge
pada tulangan tekan yang terdapat pada
METODE PENELITIAN balok A dan balok B.
Penelitian ini adalah penelitian
eksperimen, yang mana pembuatan benda Pemodelan Pembebanan
uji dilakukan di Laboratorium Struktur Pengujian akan dilakukan pada
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas saat beton berumur 28 hari sejak
Brawijaya Malang sedangkan Uji pengecoran seluruh jembatan dilakukan.
pembebanan dilakukan di Jalan Raya Pengujian dilakukan dengan pembacaan
Mojorejo RT. 02 Rw. 05 Batu. Analisis hasil pada LVDT (Gambar 2) dan strain
yang dilakukan adalah analisis data hasil meter (gambar 3) sesuai dengan peren-
pengujian dan analisis teoritis. canaan.

160
3 10 3 10 2 2@10=20 2 10 5 3@10=30 5 10 2 2@10=20 2 10 3 10 3
10
2

1 x 1 - 10
12
8

Sengkang Baja
2

1 x 1 - 10 Ø5 mm

Tulangan Bambu
1 x 1 cm
Pot A-A
1 x 1 - 10

1 x 1 - 10

Ø5mm-10
10@10=100

100
1 x 1 - 10
1 x 1 - 10

A A

Gambar 1 Penulangan balok dan pelat jembatan komposit bambu

4
.

Gambar 2 Pemodelan pembacaan LVDT Gambar 3 Perencanaan pemasangan Strain Gauge

Beban garis
(50 kg, 100 kg, dan
Dibebani setiap
150 kg)
jarak 40 cm

Gambar 5 Pemodelan Struktur Pada


Gambar 4 Pemodelan pembebanan jembatan SAP2000 v14.2.2

Pembacaan akan dilakukan saat jembatan -jukkan perilaku balok yang ber-
dibebani pada posisi 0 cm, 40 cm, 80 cm, hubungan dengan rangka sebagai satu
120 cm dan 160 cm (gambar 4). Nantinya kesatuan struktur dalam menahan beban.
akan diberikan 3 jenis beban garis (beban Pemodelan struktur 3D jembatan kom-
50 kg, 100 kg dan beban 150 kg) dengan posit bambu pada software SAP2000
pengulangan pembacaan sebayank 3 kali v14.2.2 untuk memperoleh besaran
terhadap setiap posisi beban. momen, regangan, dan defleksi teoritis
dapat lihat pada gambar 5.
Analisis Struktur Dengan Software
SAP2000 v14.2.2 Hasil dan pembahasan
SAP2000 adalah software analisis Pengujian yang dilakukan pada
struktur yang menggunakan perhitungan balok A dan balok B memberikan hasil
elemen hingga dengan metode input data analisa sebagai berikut
berbasis pada orientasi objek.
Pada penelitian ini, penggunaan Pengujian Regangan
software SAP2000 v14.2.2 untuk memu- Pengujian ini dilakukan untuk
dahkan memperoleh besaran momen, mengetahui besarnya regangan yang
regangan, dan defleksi hasil analisis terjadi pada balok A dan balok B akibat
teoritis. Pada penelitian ini, bentang pemodelan pembebanan yang diberikan.
jembatan pendek membuat pemodelan 3- Dari hasil pengujian lapangan didapatkan
dimensi sangat membantu dalam menun- pola grafik yang menghubungkan antara

5
posisi beban dan regangan yang terjadi. awal yang terjadi akibat beban 50 kg
Untuk melakukan pembacaan regangan berada pada daerah tekan dan seiring
dipasang strain gauge pada tulangan dengan peningkatan beban mengakibat-
tekan pada balok melintang dan nilai kan perubahan regangan secara linear ke
regangan diperoleh dari alat strain meter daerah tekan. Sehingga secara umum pola
yang dihubungkan dengan strain gauge. grafik regangan hasil eksperimen
Pembacaan regangan dilakukan dengan 5 memiliki kesamaan dengan pola grafik
posisi seperti pada gambar 6 dengan 3 analisis teoritis.
(tiga) kali pengulangan pembacaan untuk Namun, Pada posisi 0 cm dan 160
setiap posisi dan besarnya beban garis 50 cm grafik hasil eksperimen (gambar 7(a)
kg, 100 kg, dan 150 kg. Karena pada dan 8(a)) terdapat data regangan, yang
penelitian ini menggunakan model mana hasilnya sangat berbeda dengan
pengujian full-scale maka untuk analisis hasil teoritis yang tidak menunjukkan
teoritis akan menggunakan bantuan terjadinya regangan. Perbedaan tersebut
program SAP2000 v14.2.2 yang diharap- mungkin terjadi karena penempatan
kan dapat mendekati pemodelan yang beban yang tidak tepat berada di posisi
sebenarnya. Dan untuk menggambarkan tumpuan sehingga menyebabkan di-
pengaruh akibat perubahan posisi beban perolehnya pembacaan data regangan dan
akan dibuat garis pengaruhnya dengan juga hasil teoritis merupakan kondisi
menggunakan metode yang telah ideal yang sangat sulit untuk diterapkan
dipaparkan sebelumnya. pada pengujian di lapangan. Selain itu,
Dengan membandingkan gambar perbedaan antara hasil eksperimen dan
7(a) dan 8(a) yang merupakan grafik teoritis dapat juga terjadi karena beberapa
regangan hasil eksperimen dengan faktor seperti, human error pada saat
gambar 7(b) dan 8(b) yang merupakan pembacaan, sulitnya menentukan lama
grafik regangan hasil eksperimen dapat waktu pembacaan untuk setiap posisi
disimpulkan beberapa hal. Pertama, nilai pembebanan, dan pada kenyataan aksi
regangan pada grafik hasil eksperimen komposit antara bambu dan beton sangat
(gambar 7(a) dan 8(a)) semakin mening- mempengaruhi hasil pembacaan, sedang-
kat akibat pertambahan beban. Peningkat- kan pada analisis teoritis aksi komposit
an regangan yang terjadi pada grafik hasil tersebut dianggap sempurna. Selain itu,
eksperimen (gambar 7(a) dan 8(a)) awal- akibat pemberian beban yang terlalu kecil
nya berada pada daerah tarik (saat membuat kesalahan pembacaan yang
dibebani 50 kg), hal ini diakibatkan pelat terjadi semakin besar. Untuk lebih
yang menumpu relatif terhadap balok. memahami perbandingan regangan antara
Namun seiring dengan pertambahan hasil eksperimen dan hasil analisis
beban regangan bergeser ke arah tekan. teoritis berikut akan ditabelkan hasil
Sedangkan pada grafik hasil analisis perbandingannya pada tabel 2 dan tabel 3
teoritis (gambar 7(b) dan 8(b)), regangan

0 cm 40 cm 80 cm 120 cm 160 cm

160

A B
Gambar 6 Posisi pembebanan

6
(a) (b)

Gambar 7. Grafik hubungan regangan-posisi pada balok A

(a) (b)
Gambar 8. Grafik hubungan regangan-posisi pada balok B

Tabel 2 Perbandingan Regangan antara Eksperimen dan


Analisis Teoritis Pada Balok A
Hasil Pembacaan Regangan (10-6) mm
Posisi
Beban 50 kg Beban 100 kg Beban 150 kg
(cm)
Eksperimen Teoritis Eksperimen Teoritis Eksperimen Teoritis
0 1,33 0 1,00 0 0,33 0
40 2,33 -0,4 0,00 -0,9 -3,67 -1,3
80 2,67 -1,0 -1,67 -2,0 -4,67 -3,0
120 -0,67 -0,1 -1,33 -0,3 -3,00 -0,4
160 1,33 0 -0,33 0 -2,00 0

Tabel 3 Perbandingan Regangan antara Eksperimen dan


Analisis Teoritis Pada Balok B
Hasil Pembacaan Regangan (10-6) mm
Posisi
Beban 50 kg Beban 100 kg Beban 150 kg
(cm)
Eksperimen Teoritis Eksperimen Teoritis Eksperimen Teoritis
0 0,33 0 0,67 0 0,67 0
40 2,00 -0,1 -2,00 -0,3 0,33 -0,4
80 2,33 -1,0 -3,00 -2,1 -1,67 -3,1
120 -1,00 -0,4 -2,33 -0,9 -3,33 -1,3
160 -0,33 0 -2,00 0 -1,33 0

7
Pengujian Momen yang telah dipaparkan pada tinjauan
Pengujian ini dilakukan untuk pustaka.
mengetahui besarnya momen yang terjadi Dengan membandingkan antara
pada balok A dan balok B akibat grafik hasil eksperimen dan teoritis, akan
pemodelan pembebanan yang diberikan. diketahui sejauh mana perbedaan antara
Berdasarkan tinjauan pustaka, hubungan perilaku struktur secara nyata dan dalam
regangan dan momen adalah berbanding teori. Pada gambar 9(a) dan gambar 9(b),
lurus sehingga untuk menganalisis lihat grafik yang dihasilkan dari eksperi-
momen hasil eksperimen akan digunakan men secara umum memiliki pola yang
persamaan 2 yang mana nilai untuk hampir sama dengan grafik teoritis
parameter lokasi (y) diperoleh 5,814 cm, namun penyimpangan terlihat dari grafik
momen inersia penampang transformasi hasil eksperimen akibat beban 50 kg,
(Igt transformasi) diperoleh 1540,3068 cm4, yang mana pada grafik itu nilai momenya
dan modulus elastisitas komposit semakin meningkat ke arah positif.
(Ekomposit) diperoleh 208551,808 kg/cm2. Sedangkan momen teoritisnya meningkat
Sedangkan untuk analisis teoritisnya akan ke arah negatif. Untuk mengetahui
mengunakan bantuan program SAP2000 perbandingan hasil eksperimen terhadap
v14.2.2 yang diharapkan dapat mendekati analisis teoritis pada gambar 9, berikut
pemodelan yang sebenarnya. Dan untuk pada tabel 4 dan tabel 5 akan ditabelkan
menggambarkan pengaruh posisi beban perbandingan antara hasil momen eks-
terhadap momen akan dibuat garis penga- perimen terhadap analisis teoritis.
ruh momen dengan menggunakan metode

Tabel 4 Perbandingan Momen Lapangan antara Eksperimen dan


Analisis Teoritis Pada Balok A

Hasil Pembacaan Momen (kgm)


Posisi
Beban 50 kg Beban 100 kg Beban 150 kg
(cm)
Eksperimen Teoritis Eksperimen Teoritis Eksperimen Teoritis
0 0,737 0 0,553 0 0,184 0
40 1,290 -0,189 0,000 -0,378 -1,620 -0,567
80 1,474 -0,447 -0,921 -0,893 -2,062 -1,340
120 -0,369 -0,059 -0,737 -0,118 -1,326 -0,178
160 0,737 0 -0,184 0 -0,884 0

Tabel 5 Perbandingan Momen Lapangan antara Eksperimen dan


Analisis Teoritis Pada Balok B
Hasil Pembacaan Momen (kgm)
Posisi
Beban 50 kg Beban 100 kg Beban 150 kg
(cm)
Eksperimen Teoritis Eksperimen Teoritis Eksperimen Teoritis
0 0,184 0 0,369 0 0,369 0
40 1,106 -0,060 -1,106 -0,121 0,184 -0,181
80 1,290 -0,453 -1,658 -0,907 -0,921 -1,360
120 -0,553 -0,191 -1,290 -0,381 -1,843 -0,572
160 -0,184 0 -1,106 0 -0,737 0

8
(a)

(b)
Gambar 9. Grafik hubungan momen-posisi pada balok

Pengujian Defleksi Pengambilan data dilakukan sebanyak 3


Dalam penelitian ini, pengujian kali untuk setiap posisi dan besarnya
defleksi dilakukan untuk mengetahui beban demi akurasi data yang diperoleh.
lendutan ditengah bentang balok A dan Akan tetapi setelah pengujian
balok B akibat beban yang diberikan. yang dilakukan dengan beban garis 50
Pembebanan dilakukan pada 5 posisi kg, 100 kg dan 150 kg pada berbagai
yaitu 0 cm, 40 cm, 80 cm, 120 cm dan macam posisi yang telah ditentukan, tidak
160 cm dengan beban sebesar 50 kg, 100 terdeteksi adanya defleksi pada balok A
kg, dan 150 kg. Pembacaan defleksi akan maupun balok B. Diduga terdapat bebe-
dilakukan pada setiap posisi pembebanan rapa faktor yang mempengaruhi hal
dengan bantuan alat LVDT ( Lateral tersebut seperti beban yang diberikan
Vertical Displacement Transducer) yang pada jembatan terlalu kecil sedangkan
dipasang sesuai dengan gambar 2. bentang dari jembatan juga pendek yaitu

9
sebesar 1,6 m dengan lebar jembatan 1 m Untuk lebih jelasnya, grafik perbanding-
sehingga momen yang dihasilkan akan an antara hasil eksperimen dan teoritis
kecil dan tentu saja akan mempengaruhi dapat dilihat pada gambar 10(a) untuk
lendutan yang terjadi. balok A dan gambar 10(b) untuk balok B.
Selain itu, beban yang diberikan Dengan melihat grafik tersebut, ternyata
akan ditahan bersama-sama oleh balok defleksi yang terjadi pada balok A lebih
dan pelat yang mana sifat monolit antara besar dibandingkan hasil teoritis-nya
balok dan pelat akan meningkatkan sedangkan pada balok B defleksi yang
kapasitas momen sehingga defleksi yang terjadi masih lebih kecil dibanding-kan
terjadi pada balok tidak terlalu besar. grafik teoritisnya. Hal tersebut dapat
Sehingga dilakukan penambahan beban terjadi karena pada penelitian ini,
secara bertahap melewati 150 kg dan pengecoran balok dan pelat dilakukan
pada saat dibebani 290 kg baik rangka secara manual sehingga pencampuran
maupun balok menunjukan terjadi kurang maksimal dan menyebabkan
defleksi. perbedaan mutu beton antara balok A dan
Dalam pengujian ini akan balok B. Untuk mengetahui perbandingan
dibandingkan defleksi hasil eksperimen hasil eksperimen terhadap analisis teoritis
terhadap defleksi hasil analisis teoritis pada gambar 9, berikut pada tabel 6 akan
yang diperoleh dengan bantuan program ditabelkan perbandingan antara hasil
SAP2000 v14.2.2 dan diharapkan struk- defleksi eksperimen terhadap analisis
tur balok komposit tulangan bambu aman teoritis dengan bantuan program
terhadap lendutan sehingga layak untuk SAP2000 v14.2.2.
digunakan.

(a) (b)

Gambar 10. Grafik hubungan defleksi-posisi pada balok

Tabel 6 Defleksi Hasil Elsperimen dan Teoritis Akibat Beban 290 kg

Beban 290 kg (Balok A) Beban 290 kg (Balok B)


Posisi Posisi
Eksperimen Teoritis Eksperimen Teoritis
0 0 0 0 0 0
40 0,005 0,003 40 0 0,001
80 0,009 0,008 80 0,003 0,008
120 0,003 0,001 120 0 0,003
160 0 0 160 0 0

10
Pemodelan Struktur 2. Posisi pembebanan pada jembatan
Dalam pemodelan struktur, komposit bambu mempengaruhi
struktur akan dibagi-bagi ke dalam regangan dan defleksi yang terjadi
elemen-elemen yang lebih mendasar pada balok melintang.
dengan cara memisahkan secara khas 3. Pola diagram eksperimen menyerupai
hubungan antar elemen struktur sehingga pola diagram hasil analisis teoritis,
memudahkan dalam menganalisis. Pe- namun masih terdapat perbedaan hasil
modelan yang efektif sangat bergantung pembacaan antara eksperimen dan
pada pengidentifikasian perilaku pada analisis teoritis. Penyebab perbedaan
titik hubung elemen, khususnya pada tersebut dapat disebabkan terutama
penelitian ini adalah perilaku titik hubung pada saat pembuatan benda uji
antara balok dan rangka. Karena dibutuh- maupun pada saat pelaksaan pengujian
kannya pertimbangan yang matang dalam antara lain :
penentuan model titik hubung antar a. Penurunan mutu dan kekuatan
elemen agar asumsi dapat mendekati bahan akibat pemadatan benda uji
kenyataan maka akan dilakukan yang kurang sempurna.
penelitian mengenai model titik hubung b. Kesalahan saat melakukan pem-
yang efektif untuk penelitian ini. bacaan dan peletakan pembebanan
Pemodelan pada titik hubung akan yang tidak sesuai dengan asumsi
dilakukan dengan memberi beban 100 kg teoritis.
yang diletakkan diatas balok A dan B c. Kurang teliti dan berhati-hati saat
sehingga diperoleh momen lapangan. pemasangan strain gauge, sehingga
Melalui prosentase selisih hasil momen strain gauge menjadi tidak stabil
lapangan antara eksperimen dan teoritis saat dibaca, dan peletakan LVDT
yang dibandingkan dengan hasil teoritis yang kurang sempurna
tumpuan sendi-sendi dan jepit-jepit, akan 4. Pemodelan struktur terhadap balok
diketahui pemodelan struktur mana yang melintang pada jembatan komposit
lebih efektif untuk jembatan komposit bambu lebih mendekati pemodelan
bambu pada penelitian ini. dengan tumpuan jepit-jepit, tetapi
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat juga dimodelkan terhadap
prosentase selisih momen lapangan pada tumpuan sendi-sendi.
balok A terhadap tumpuan sendi-sendi 5. Tulangan bambu cukup berpotensi
sebesar 77,890% dan terhadap tumpuan untuk menggantikan tulangan baja
jepit-jepit 33,669%. Pada balok B pada gelagar induk rangka jembatan
prosentase selisish momen lapangan beton tulangan Bambu.
terhadap tumpuan sendi-sendi sebesar
82,312% dan terhadap tumpuan jepit- Daftar Pustaka
jepit sebesar 46,935%.Dapat disimpulkan Dewi, S. M. 2013. Garis Pengaruh.
pemodelan struktur terhadap balok Malang : Bargie Media.
melintang pada jembatan komposit Dipohusodo, I. 1993. Analisis Struktur.
bambu lebih mendekati asumsi tumpuan Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
jepit-jepit dibandingkan dengan asumsi Utama.
tumpuan sendi-sendi. Farrelly, D. 1984. The Book of Bamboo.
Sierra Club Books.
Kesimpulan Frick, H. 2003. Mekanika Teknik 1
1. Semakin besar beban yang diberikan Statika dan Kegunaannya (20 ed.).
pada jembatan komposit bambu maka Yogyakarta: Kanisius.
semakin besar pula regangan yang Ghali, A., & Neville, A. 1985. Analisa
terjadi pada balok melintang Struktur Gabungan Metode Klasik

11
dan Matriks. (W. MSCE, Penerj.) U.S. Naval Civil Engineering Laboratory.
Jakarta: Erlangga. 1966, 2000. Bamboo Reinforced
Ghavami, K. 2004. Bamboo As Concrete Construction. Dipetik
Reinforcement In Structural November 20, 2013, dari
Concrete Elements. Journal Scince http://www.romanconcrete.com/doc
and Direct Elsevier. Journal, Scince s/bamboo1966/BambooReinforced
and Direct Elsevier,2005 Concrete
Hibbeler, R. 2002. Analisis Struktur. (C. Wang, C.-K., & Salmon, C. 1994. Desain
Tanya, & P. W. Indarto, Penerj.) Beton Bertulang (4 ed.). (B.
Jakarta: Tema Baru. Hariandja, Penerj.) Jakarta:
Jung, Y. 2006. Investigation of Bamboo Erlangga.
As Reinforcement In Concrete. Winter, G. 1993. Perencanaan Struktur
Kardiyono, T. 1992. Teknologi Beton. Beton Bertulang. Jakarta: Pradnya
Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil Paramita.
Universitas Gadjah Mada. Wonlele, T. 2013. Penerapan Bambu
Karyadi dan Susanto, P. B. Januari 2010. Sebagai tulangan Dalam Struktur
Uji Kapasitas Tekan Kolom Rangka Beton Bertulang. Jurnal
Laminasi Dari Bahan Kayu Sengon Rekayasa Sipil, 7.
dan Bambu Petung Sebagai
Alternatif Pengganti kayu
Komersial. Prosiding Seminar
Nasional Teknik Sipil VI-2010,
A179-A188.
Khare, L. 2005. Performance Evaluation
of Bamboo Reinforced Concrete
Beams, The Universty of Texas.
Texas: Arlington.
Kusuma, G., & Vis, W. 1994. Dasar-
dasar perencanaan Beton
bertulang. (S. Utomo, Penerj.)
Jakarta: Erlangga.
Mulyati. 2006. Bahan Ajar - Statika.
Mulyono, T. 2004. Teknologi Beton.
Yogyakarta: Andi Offset.
Murdock, L., & Brook, K. 1986. Bahan
dan Praktek Beton. Jakarta :
Erlangga.
Nawy, E. 2008. Beton Bertulang Suatu
Pendekatan Dasar. (T. Surjaman,
Penyunt.) Bandung: PT Refika
Aditama.
Nugraha, P. 2007. Teknologi Beton.
Surabaya: Andi.
Schodek, D. L. 1998. Struktur. (B.
Suryoatmono, Penerj.) PT Refika
Aditama.
Suseno, H. 2010. Bahan Bangunan Untuk
Teknik Sipil. Malang: Bargie
Media.

12

Anda mungkin juga menyukai