OSTEOARTHRITIS
M. AL Farisi Sutrisno, S. Ked*, dr. Ali Imran, Sp. Rad**
UNIVERSITAS JAMBI
2015
LEMBAR PENGESAHAN
CLINIC REPORT SESSION
“OSTEOARTHRITIS”
Oleh
M. AL Farisi Sutrisno, S. Ked
Telah diterima dan dipresentasikan sebagai salah satu tugas Bagian Ilmu
Kedokteran Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi
Program Studi Kedokteran Universitas Jambi
Pembimbing
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoarthritis (OA) berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi.1 Osteoarthritis merupakan
penyakit sendi degeneratif yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, ditandai
dengan kerusakan rawan sendi dan tulang subkondral secara bertingkat dan
menyebabkan nyeri pada sendi.1,2 Terdapat 2 kelompok OA, yaitu OA primer dan OA
sekunder. Osteoarthritis primer disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas
kolagen. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan
endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas
yang terlalu lama dan lain-lain. Gambaran patologi kedua kelompok OA tersebut
tidak menunjukkan adanya perbedaan.3 Kelainan utama pada OA adalah kerusakan
rawan sendi, dapat diikuti dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan
osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan sinovium, sehingga sendi
bersangkutan membentuk efusi.4
Di Indonesia, OA merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui
dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan data Badan Kesehatan
Dunia (WHO), penduduk yang mengalami gangguan OA di Indonesia tercatat
mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia
>61 tahun. Untuk osteoarthritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada
pria dan 12,7% pada wanita.5
Osteoarthritis dapat menyebabkan disfungsi dan disabilitas yang dapat
menghambat atau menganggu aktifitas sehari-hari bahkan dapat menimbulkan
kecacatan fisik bagi penderitanya. Untuk itu diperlukan tindakan penanggulangan
yang berupa tindakan baik dengan non farmakoterapi dan farmakoterapi yang bisa
4
disertai dengan intervensi fisioterapi dari rehabilitasi medik. Berikut akan
disampaikan sebuah laporan kasus seorang penderita Osteoarthritis articulatio genus
dextra yang di rawat di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum.
CRS ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan pada
kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi.
1.2.2 Tujuan khusus
Mahasiswa preklinik diharapkan mampu mengenal dan mendiagnosis
osteoarthritis sehingga dapat memberikan pengobatan yang tepat sesuai
kompetisinya.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Nyeri pada sendi lutut kanan sejak 1 minggu lalu.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Raden Mattaher tanggal 28 November 2015
pukul 15.40 WIB dengan keluhan nyeri di sendi lutut kanan sejak 1 minggu
SMRS, nyeri yang pasien rasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri tidak
menghilang baik dengan minyak urut dan pijitan. Nyeri bertambah berat
apabila beraktifitas dan perubahan posisi, nyeri dirasakan tidak menjalar dan
sedikit berkurang apabila diistirahatkan. Pasien juga mengeluh bengkak dan
terlihat merah di lutut bagian kanan. Awalnya pasien mengaku mendapatkan
keluhan nyeri dan sulit berjalan ini ketika pasien beraktivitas dan bekerja
6
sebagai petani namun nyeri semakin berat dan mengalami kekakuan pada pagi
hari namun untuk kekakuan nya hanya sebentar. Pasien menyangkal adanya
trauma seperti jatuh, mual, muntah, sesak, kejang, pusing, lumpuh, cedal,
pelo, merot semuanya juga disangkal. Riwayat makan minum, buang air besar
dan buang air kecil semuanya masih dalam batas normal.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada riiwayat penyakit sebelumnya sepeti :
Riwayat jatuh/trauma pada kaki dan lengan disangkal
Riwayat Asam urat disangkal
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat diabetes melitus disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat Penyakit Serupa : disangkal
Riwayat Darah Tinggi : disangkal
Riwayat Kencing Manis : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Ginjal : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
e. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat Minum Alkhohol : disangkal
2. Riwayat Merokok : ada, tapi sudah berhenti
3. Riwayat Narkoba : disangkal
7
b. Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler, kuat angkat
Respirasi : 23x/menit
Suhu : 36,4ºC, per axiler
Saturasi O2 : 99%
c. Status Gizi
BB = 50 kg
TB = 165 cm
BMI = 50 = 18,3 kg/m2 (harga normal = 18,5-22,5 kg/m2)
(1,65)2
Kesan : normal
d. Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala : Normochepal
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
e. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterik -/-
Pupil : Isokor +/+ diameter 2 mm, refleks cahaya +/+
Palpebra : Edema -/-
Visus : Baik
f. Pemeriksaan Hidung
Bentuk : Normonasi, tidak terdapat deformitas
Nafas cuping hidung : -/-
8
Epitaksis : -/-
Sekret : -/-
g. Pemeriksaan Mulut
Bibir : Simetris, bibir kering (-)
Lidah : Tidak kotor, papil lidah atrofi (-)
Tonsil : Tidak membesar
Faring : Tidak hiperemis
h. Pemeriksaan Telinga
Bentuk : Normal, tidak terdapat deformitas
Sekret : Tidak ada
Fungsional : Pendengaran baik
i. Pemeriksaan Leher
JVP : Normal
Kelenjar tiroid : Tidak membesar
Kelenjar limfoid : Tidak membesar
j. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS 5 linea
midclavicura sinistra, kuat angkat
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung normal, bunyi tambahan (-)
k. Paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri
9
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor pada kedua paru
Auskultasi : Vesikuler, suara nafas tambahan (-)
l. Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-), medusa (-), venektasi (-),
sikatrik bekas operasi (-).
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar, ginjal dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani, ascites (-), shifting dullnes (-)
Auskultasi : Peristaltik usus normal
m. Ekstermitas
Superior : Tidak ada kelainan
Inferior : Sinistra tidak ada kelainan, Dextra sesuai status
lokalisata
Status Lokalisata
Ekstremitas Inferior regio artikulasio genus dextra.
Inspeksi
o Kontur jaringan lunak : edema (+)
o Jaringan parut (-)
Palpasi
o Panas (+),
o Penebalan dan penonjolan tulang (-)
o Nyeri lokal (+)
Pergerakan
o Nyeri bila digerakkan (+)
o Krepitasi (-)
10
Kekuatan otot (membandingkan dengan tahanan pemeriksa)
o Fleksi : dalam batas normal
o Ektensi : dalam batas normal
o Cara berjalan : lemah
Pemeriksaan Radiologi
Rontgen articulatio genus dextra posisi AP/L
11
HASIL :
Articulatio genus dextra :
12
- Ranitidin 2 x 1 amp
- Meloxicam tab 7,5 mg 1 x 1 tab
- Antibiotik : Ceftriaxon 1 x 1 gr (IV)
2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad funcionam : dubia ad malam
BAB III
13
TINJAUAN PUSTAKA
3. 1. Anatomi
Kapsul Sendi
14
Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah
meniscus lateralis. Adapun fungsi meniscus adalah (1) penyebaran
pembebanan (2) peredam kejut (shock absorber) (3) mempermudah gerakan
rotasi (4) mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap
oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi. 1
Bursa
Bursa adalah kantong yang berisi cairan yang berfungsi menjaga agar
tidak terjadi gesekan secara langsung mungkin otot dengan otot, otot dengan
tulang dan otot dengan kulit. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi
lutut antara lain : (1) bursa popliteus, (2) bursa suprapatellaris, (3) bursa
infrapatellaris, (4) bursa subcutan prapatelaris, (5) busra sub patellaris. 1
3. 2. Osteoarthritis
15
3.2.1 Definisi
3.2.2 Epidemiologi
3.2.3 Patofisiologi
16
Tulang rawan sendi 1,2
2. Perubahan Tulang.
17
tepi sendi tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk
bulan sabit (crescent).Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari
pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan
tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subchondral, tapi
pada beberapa sendi rongga – rongga terbentuk sebelum peningkatan
densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit,
tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subchondral
yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang
“denuded” dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan
kerusakan tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat
mengakibatkan shortening dan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.2
18
tulang rawan sendi dan remodelling tulang sudkhondral, termasuk
pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan
pembentukan sel tulang dan matrik kartilageneus.2
3. Jaringan Periartikuler.
3.2.4 Klasifikasi
19
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder, seperti yang
tercantum di bawah ini :19
20
1. Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban, yang akan berkurang
bila penderita beristirahat.
2. Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang cukup
lama (gel phenomenon), bahkan sering disebutkan kaku muncul pada pagi
hari setelah bangun tidur (morning stiffness).
3. Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah berat
secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi yang
sakit.
5. Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan berupa
perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi.
6. Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan, hampir
semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki, lutut dan panggul
mengalami perubahan gaya berjalan (pincang).
Secara garis besar, terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis.
Faktor Demografi
21
Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoarthritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan
di sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan
menurunkan fungsi kondrosit, yang semuanya mendukung terjadinya OA. Studi
Framingham menunjukkan bahwa 27% orang berusia 63 – 70 tahun memiliki
bukti radiografik menderita OA lutut, yang meningkat mencapai 40% pada usia
80 tahun atau lebih.7
Jenis kelamin
Ras / Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak berbeda,
sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika – Amerika memiliki
risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras Kaukasia.
Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA lutut lebih tinggi
dibandingkan Kaukasia.10,11 Suatu studi lain menyimpulkan bahwa populasi kulit
berwarna lebih banyak terserang OA dibandingkan kulit putih.9
Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis. Adanya mutasi
dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang
rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya
kecenderungan familial pada osteoarthritis.10
22
Faktor Gaya Hidup
Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel tulang rawan
sendi. Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang mempengaruhi
hilangnya tulang rawan. Merokok dapat meningkatkan kandungan
karbonmonoksida dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan.12
Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D
memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat menderita OA lutut.13
Faktor Metabolik
Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada
sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoarthritis lutut.7
Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori bahwa gerakan
mekanis yang abnormal tulang akan mempercepat kerusakan tulang rawan
sendi.10
Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus, hipertensi dan
hiperurikemi, dengan catatan pasien tidak mengalami obesitas.10
Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon estrogen setelah
dilakukan pengangkatan rahim. 10
Manisektomi
23
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut dan telah
diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA lutut. Hal ini berkaitan
dengan hilangnya jaringan meniscus.14
Faktor Biomekanis
Riwayat Trauma Lutut
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum krusiatum dan
meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA lutut.9
Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada sendi lutut
seperti genu varum, genu valgus, Legg – Calve –Perthes disease dan displasia
asetabulum.10
Pekerjaan
Osteoarthritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat, terutama yang banyak
menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut (petani, kuli, dll).9
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap hari), berjalan
jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat barang berat (10 kg – 50 kg
selama 10 kali atau lebih setiap minggu), mendorong objek yang berat (10 kg –
50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut. 9
Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak bola, lari
maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk menderita OA lutut.10
24
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini :14
25
Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan :
Gambar 3.2. Perbedaan sendi lutut normal dengan sendi lutu dengan OA
26
Gambar 3.3. gambaran sinar-x osteoarthritis articulatio genus
Keterangan :
Gambar atas kiri : posisi anteroposterior menunjukkan menyempitnya celah
sendi (tanda panah)
Gambar bawah kiri : posisi lateral menunjukkan sklerosis yang ditandai
terbentuknya osteofit (tanda panah)
Gambar atas kanan : posisiposteroanterior yang menunjukkan penyempitan
celah sendi (tanda panah putih) yang menyebabkan destruksi pada kartilaho
dan subchonral (tanda panah terbuka)
Gambar bawah kanan : ditemukan kista subchondral.
27
Gambar 3.4. gambaran sinar-x osteoarthritis tangan
Keterangan :
Gambaran anteroposterior dari foto sinar-x di atas menunjukkan menyempitnya celah
sendi dan sklerosis subchondral pada sendi metacarpal pertama (tanda panah putih).
Pembentukan osteofit dengan pembengkakan jaringan lunak dan sklerosis
subchondral dijumpai pada sendi interphalangeal distal kedua dan ketiga (tanda panah
transparan).
28
Keterangan :
Gambar atas : gambaran pertama menunjukkan penyempitan celah sendi pada
panggul (tanda panah putih), sklerosis subchondral (kepala panah putih).
Gambar bawah : gambar kedua diambil 2 tahun setelah gambar pertama yang
menunjukkan penyempitan dan sklerosis semakin terjadi.
(A) (B)
29
(C) (D)
Derajat osteoarthritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan Lawrence,
yaitu :
- Derajat 0 : tidak ada gambaran osteoarthritis.
- Derajat 1 : osteoarthritis meragukan dengan gambaran sendi normal, tetapi
terdapat osteofit minimal.
- Derajat 2 : osteoarthritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral, serta celah sendi baik.
- Derajat 3 : osteoarthritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung
tulang, dan celah sendi sempit.
- Derajat 4 : osteoarthritis berat dengan osteofit besar, deformitas ujung tulang,
celah sendi hilang, serta adanyasklerosis dan kista subkondral.
3.2.8 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah:18
a. Meredakan nyeri
b. Mengoptimalkan fungsi sendi
c. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas
hidup
30
d. Menghambat progresivitas penyakit
e. Mencegah terjadinya komplikasi
Farmakologis:
Sistemik
Analgetik
o Non narkotik: parasetamol
o Opioid (kodein, tramadol)
Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi.
Topikal
Krim rubefacients dan capsaicin.
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant.
31
Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam, dan sodium
diklofenak.
Injeksi intraartikular/intra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan simtomatik
dengan steroid, dan viskosuplementasi dengan hyaluronan untuk modifikasi
perjalanan penyakit. Beberapa preparat injeksi intraartikular, diantaranya :
Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami nyeri dan
inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian NSAIDs, tak dapat
mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang merupakan kontra indikasi
terhadap pemberian NSAIDs.
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mg/injeksi, sedangkan untuk
sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg.
Hyaluronan: high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu minggu
masing-masing 2 sampai 2,5 ml Hyaluronan. Sediaan di Indonesia diantaranya
adalah Hyalgan dan Osflex.
Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya. Pertimbangan dilakukan tindakan
operatif bila :
(A) Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
(B) Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa dan
rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement
joint.
32
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis :
Partial replacement/unicompartemental
High tibial osteotomy : orang muda
Patella & condyle resurfacing
Minimally constrained total replacement : stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan..
Total knee replacement, apabila didapatkan nyeri, deformitas, instability
akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis.
Pengobatan dengan stem cell
33
Gambar 3.3 Piramida Penatalaksanaan Osteoarthritis
34
BAB IV
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan etiologi dan faktor risiko pada penderita ini adalah laki-laki 31
tahun dimana pada jenis kelamin laki-laki sering terjadi sebelum usia 50 tahun.
Pasien ini juga melakukan pekerjaan berat yaitu sebagai petani yang banyak
menggunakan sendi lutut sehingga memiliki faktor risiko OA.
Penderita datang dengan keluhan nyeri di sendi lutut kanan sejak 1 minggu
SMRS, nyeri yang pasien rasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri tidak menghilang baik
dengan minyak urut dan pijitan. Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi
pada penyakit reumatik, seperti artritis gout, OA, keganasan, reumatik septik dan lain
sebagainya. Pada penderita ini, nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri pada
sendi yang lain, nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan) dan
berkurang apabila beristirahat. Tidak ada demam. Nyeri tidak menetap sepanjang
hari. Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA.
Penderita juga merupakan perokok berat dahulu yang mana rokok merupakan
suatu faktor risiko terjadinya osteoarthritis.
Penderita juga mengeluh kaku sendi. Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mungkin mengalami inflamasi (kapsul sendi, synovial, atau
bursa). Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat. Setelah digerak-
gerakkan, cairan akan menyebar sehingga penderita merasa terlepas dari ikatan dan
bisa menggerakkan sendinya kembali. Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari
30 menit sedangkan pada AR minimal satu jam. Pada penderita ini, kaku sendi juga
dirasakan pada pagi hari saat bangun tidur namun cuman sebentar dan menghilang
dengan sendirinya bila penderita menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti
biasa. Hal ini mendukung keluhan pada penderita OA.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan bengkak dan terlihat merah di lutut bagian
kanan. Sendi yang membengkak bisa disebabkan oleh peradangan yang disebabkan
35
suatu proses inflamasi akibat osteoarthritis. Pada penderita ditemukan tanda mulai
munculnya osteofit, penyempitan celah sendi pada pemeriksaan rontgent dan tanda
menipisnya tulang.
Pada pasien ini diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan
memakai kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of
Rheumatology (ACR). Kriteria OA lutut secara klinis yaitu adanya nyeri lutut, kaku
sendi kurang dari 30 menit, nyeri pada tulang, tidak hangat saat perabaan dan pada
radiologi ditemukan tanda munculnya osteofit, penyempitan celah sendi serta
penipisan tulang.
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan keluhan,
mengoptimalkan fungsi sendi, mengurangi ketergantungan dan meningkatkan
kualitas hidup, menghambat progresivitas penyakit dan mencegah komplikasi. Pilar
terapi OA : non farmakologis (edukasi, terapi fisik, diet/penurunan berat badan),
farmakologis (analgetik, kortikosteroid lokal, sistemik, kondroprotektif dan biologik),
dan pembedahan.
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis. Pada
tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana, seperti asetaminofen atau salisilat. Bila
tidak ada perbaikan, dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid. Namun untuk
mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini, diberikan pengobatan langsung dengan
obat anti inflamasi non steroid yaitu ketorolak dan meloxicam hal ini dikarenakan
keluhan pada penderita ini sudah cukup berat, ditambah terdapat bengkak di lutut.
Ketorolac merupakan obat golongan OAINS COX-1 inhibitor yang non-selektif,
dimana obat ini diberikan pada penderita untuk mengatasi gejala nyeri akutnya dan
untuk memperkuat ditambahkan meloxicam yang merupakan golongan OAINS
COX-2 inhibitor yang selektif, namun mengingat menggunakan OAINS lebih dari 1
jenis maka pasien juga diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran
pencernaannya. Di sini, penderita diberikan obat golongan ranitidin.
36
BAB V
KESIMPULAN
Sampai saat ini belum ada terapi definitif untuk mengobati osteoarthritis namun yang
ada hanyalah bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan meminimalisasasi
berkurangnya produktivitas fisik. Terdapat berbagai faktor risiko dan penyebab
osteoarthritis serta diperlukan pengkajian secara menyeluruh untuk mencegah
osteoarthritis seperti mengurangi melakukan aktivitas berat yang bertumpu pada salah
satu sendi, menjaga berat badan agar ideal serta mencukupi kebutuhan nutrisi seperti
kalsium.
37
DAFTAR PUSTAKA
38