Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

‘’ Hiperemesis Gravidarum ‘’

Disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah keperawatan maternitas yang Dibina Oleh ukhtul izzah., S. Kep. Ns., M. Kep

Disusun Oleh :

1. Husnul khotimah ( 2016.010.08 )

2. Nila feby maidani sani ( 2016.010.24 )

3. Rui kurniawan ( 2016.010.28 )

4. Siti nur fatimah ( 2016.010.29 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunia dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas keperawatan maternitas
yang berjudul asuhan keperawatan dengan kasus Hiperemesis Gravidarum

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami
selama penyusunan makalah ini, serta teman-teman yang telah mendukung dan menyisihkan
waktu sehingga makalah ini bisa selesai.

Kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu
dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
sehingga dalam penulisan makalah yang selanjutnya bisa lebih baik lagi dan semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak.

Banyuwangi, April 2018

Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
karena terjadi dehidrasi. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap
saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
haripewrtama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Rustam Mochtar,
1998).

Hiperemesis gravidarum (HG) dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian


pada ibu dan janin jika tidak tertangani dengan baik. Mual dan muntah secara terus
menerus, mengakibatkan turunnya berat badan hingga lebih dari 5% berat sebelum
hamil, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan komplikasi
maternal seperti kerusakan hati dan ginjal, robekan pada esofagus, pneumothoraks,
neuropati perifer, ensefalopati wernicke, dan kematian. Pada janin dengan ibu yang
menderita hiperemesis gravidarum berkepanjangan dapat menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat bahkan kematian (Asih, Kampono, & Prihartono, 2009).

Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9
sampai ke 10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-
12 sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20
sampai ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang
menyebabkan ibu harus ditata laksana dengan rawat inap. Hiperemesis gravidarum
jarang menyebabkan kematian,tetapi angka kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir
25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi
hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada
kasus kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi
kehamilan.

Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara


lain hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan berlebih,
kehamilan multipel, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok.

Adanya berbagai macam dampak yang ditimbulkan akibat hiperemesis


gravidarum, perlu menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan.Penanganan cepat dan tepat
dari tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan sangat diperlukan

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari hiperemesis gravidarum ?
1.2.2 Apa etiologi dari hiperemesis gravidarum ?
1.2.3 Apa patofisiologi dari hiperemesis gravidarum ?
1.2.4 Apa manifestasi klinis dari hiperemesis gravidarum ?
1.2.5 Apa kompikasi yang terjadi pada hiperemesis gravidarum ?
1.2.6 Bagaimana woc hiperemesis gravidarum ?
1.2.7 Bagaiman konsep asuhan keperawatan dari hiperemesis gravidarum ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari hiperemesis gravidarum
1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari hiperemesis gravidarum
1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hiperemesis gravidarum
1.3.5 Untuk mengetahui kompikasi yang terjadi pada hiperemesis gravidarum
1.3.6 Untuk mengetahui woc hiperemesis gravidarum
1.3.7Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari hiperemesis gravidarum

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari dibuatnya asuhan keperawatan ini untuk memenuhi tugas dan untuk
menambah wawasan pengetahuan khususya tentang hiperemesis gravidarum
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan


muntahberlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga
menggganggukesehatan dan pekerjaan sehari – hari (Sarwono, 2009).

Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminumsehingga


berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang , dieresis berkurangdan timbul
asetonuri, keadaan ini di sebut hiperemesis gravidarum (Sastrowinata,2004)

Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidakterkendali


selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbanganelektrolit, atau
defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan

Jadi kesimpulan yang dapat penulis ambil, hiperemesis gravidarum adalahmual


dan muntah yang berlebihan yang dapat mengganggu aktivitas sehari – hariyang tidak
terkendali selama masa hamil yang menyebabkan dehidrasi,ketidakseimbangan elektrolit
atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan.

2.2 Etiologi

Menurut (Ratna Hidayati, 2009) hal-hal yang menjadi penyebab hiperemesis


gravidarum antara lain:

1. Sering terjadi pada primigravida, molahidatidosa, dan kehamilan ibu akibat


peningkatan kadar HCG.
2. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.

3. Faktor psikologis: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut


terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan
sebagainya.

4. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dan sebagainya.

etiologi hiperemesis gravidarum belum jelas, perkiraan faktor-faktor penyebabnya


meliputi:

1. Kadar HCG yang tinggi pada awal kehamilan.

2. Defisiensi metabolik atau nutrisi.

3. Lebih umum terjadi pada kehamilan wanita kulit putih yang tidak menikah dan
kehamilan pertama.

4. Ambivalen terhadap kehamilan atau stres terkait dengan keluarga.

5. Disfungsi tiroid

2.3 Patofisiologi

Muntah yang terus menerus mengakibatkan dehidrasi dan akhirny terjadi


penurunan jumlah darah dan nutrien yang bersirkulasi ke janin yang berkembanh.
Perawaqtan dirumah sakit mungkin diperlukan pada gejala-gejala yang berat saat klien
memerlukan hidrasi intravena dan koreksi terhadap ketidakseimbangan metabolik

1. Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 g/dL. Namun
kadar hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan berkisar 11,6
g/dL sebagai akibat pengenceran darah ibu karena peningkatan volume plasma.
Ini disebut dengan anemia fisiologi dan merupakan keadaan yang normal selama
kehamilan.
2. Selama kehamilan, zat bisa tidak dapat dipenuhi secara adekuat dalam makanan
sehari-hari. Zat dalam makanan seperti susu, teh dan kopi, menurunkan absorpsi
besi. Selama kehamilan, tambahan zat besi diperlukan untuk meningkatkan sel-
sel darah merah ibu dan transfer ke janin untuk penyimpanan dan produksi sel-sel
darah merah. Janin harus menyimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan
terakhir setelah kelahiran.

3. Selama trimester ketiga, jiaka asupan wanita tersebut tidak memadai,


hemoglobinnya tidak akan meningkat sampai nilai 12,5 g/dL dan dapat terjadi
anemia karena nutrisi. Ini akan mengakibatkan penurunan transfer zat besi ke
janin.

4. Hemoglobinopati, seperti thalasemia, penyakit sel sabit, dan G-6-PD


mengakibatkan anemia melalui hemolisis atau peningkatan penghancuran sel-sel
darah merah.

2.4 Manifestasi klinis

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3


(tiga) tingkatan yaitu :

1. Tingkat I

a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :

1) Dehidrasi : turgor kulit turu

2) Nafsu makan berkurang

3) Berat badan turun

4) Mata cekung dan lidah kering

b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke


esofagus

c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun


d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit

e. Tampak lemah dan lemas

2. Tingkat II

a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :

1) Turgor kulit makin turun

2) Lidah kering dan kotor

3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris

b. Kardiovaskuler

1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit

2) Nadi kecil karena volume darah turun

3) Suhu badan meningkat

4) Tekanan darah turun

c. Liver
fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus

d. Ginjal

dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan :

1) Oliguria

2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa
pernafasan

e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya
mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.

3. Tingkat III

a. Keadaan umum lebih parah

b. Muntah berhenti

c. Sindrom mallory weiss

d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma

e. Terdapat ensefalopati werniche :

1) Nistagmus

2) Diplopia

3) Gangguan mental

f. Kardiovaskuler

Nadi melemah, tekanan darah menurun, dan suhu meningkat

g. Gastrointestinal

1) Ikterus semakin berat

2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam

h. Ginjal
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

2.5 Penatalaksanaan

Pentalaksnaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan pengehentian


makanan peroral. Pemberian antiemtik dan vitamin secara intravena dapat
dipertimbangkan sebagai tambahan.

1) Tata laksana Awal

Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap dirumah sakit dan


dilakukan rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian
pemberian makanan per oral selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetikjika
dibutuhkan. Penambahan glukosa, multivitamin,magnesium pyridoxine, atau
tiamin perlu dipertimbangkan. Cairan dextrose dapat menghentikan pemecahan
lemak pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100mg diberikan sebelum
pemberian cairan dextrose. Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat
mentoleransi cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil laboratorium.

2) Pengaturan Diet

Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat III, diberikan diet


hiperemesis I. makanan yang diberikan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan
tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2jam setelah makan. Diet hiperemesis
kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C, sehingga diberikan hanya selama
beberapa hari. Jika rasa mual dan muntah berkurang, pasien diberikan diet
hiperemesis II. Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai
gizi tinggi.minuman tidak diberikan bersama makanan. Diet hiperemesis II rendah
dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D. diet hiperemesis III diberikan
kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Pemberian makanan dapat diberikan
bersama makanan. Diet ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.

3) Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.


Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan
proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik
lainnya yang melatarbelakangi penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah
adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang
setelah usia kehamilan 4 bulan.

4) Terapi alternative

Terapi alternative seperti akupuntur dan jahe telah diteliti untuk


penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe adalah salah satu
pilihan nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol,
dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur H.Pylori, terutama galur Cytotoxin
associated gene (Cag)A+ yang sering menyebabkan infeksi. Empat randomized
trials menunjukkan bahwa extrak jahe lebih efektif daripada placebo dan
efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping berupa refluks
gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian , tetapi tidak ditemukan
efeksamping signifikan terhadap keluaran kehamilan. Terapi lain adalah pemberian
vitamin B6 yang berperan mengatasi hiperemesis, namun masih menjadi
kontroversi.

2.5 Komplikasi

Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan


dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok.
Dehidrasi yang berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin. Oleh karena
itu pada pemeriksaan fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital,
seperti peningkatan frekuensi nadi (>100kali permenit), penurunan tekanan darah,
kondisi subfebris, dan penurunan kesadaran. Selanjutnya dalam pemeriksaan fisik
lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, serta
penurunan berat badan.

Selain dehidrasi , akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan


keseimbangan elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga
terjadi keadaan alkalosis metabolic hipokloremik disertai hiponatremia dan hipokalemia.
Hipertemesis yanh berat juga dapat membuat pasien tidak dapat makan atau minum
samasekali, sehingga cadangan karbihidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai untuk
pemenuhan kebutuhan energy jaringan. Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun,
lemak tidak dapat dioksidasidengan sempurna dan terjadi penumpukan asam aseton-
asetik, asam hidroksibutirik, dan aseton, sehingga menyebabkan ketosis. Salah satu
gejalanya adalah bau aseton (buah-buahan) pada napas. Pada laboratorium pasien dengan
hiperemesis gravidarum dapat diperoleh peningkatan relative hemoglobin dan
hematokrit, hiponatremia, badan keton dalam darah dan proteinuria

Robekan pada selaput jaringan esophagus dan lambung dapat terjadi bila muntah
terlalu sering. Pada umunya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang
muncul dapat berhenti sendiri.

Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan


dalam kehamilan yang kurang (<7Kg) memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan,
premature, dan nilai APGAR lima menit kurang dari tujuh.
2.6 Woc hiperemesis gravidarum

Kehamilan

Perubahan perubahan
Fisiologis psikologis

Hormon HCG estrogen


Krisis kurang informasi
Motilitas lambung dan usus
Ancaman kehilangan
Kembung dan produksi gas janin

MK : ansietas/
cemas

Mual dan muntah nafsu makan menurun

BB turun
MK : nutrisi kurang
MK : Kurang volume dari kebutuhan
Cairan elektrolit keluar lemah
cairan danelektrolit

Tugor kulit menurun/jelek MK :


intoleransi
aktivitas
MK : Resiko kerusakan
integritas
kulit

2.7Konsep Asuhan Keperawatan Dari Hiperemesis Gravidarum

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA HIPEREMESIS GRAVIDARUM


PENGKAJIAN, Meliputi :
1. Keluhan utama
mual muntah yg hebat pada pagi hari atau setelah makan, nyeri epigastrik,
tidak nafsu makan, merasa haus
2. Riwayat kehamilan saat ini
meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan antenatal, dan komplikasi
3. Riwayat Kesehatan sekarang
meliputi awal kejadian dan lamanya mual dan muntah, kaji warna volume,
frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga factor yg memperberat dan memperingan
keadaan, serta pengobatan apa yang pernah dilakukan.
4. Riwayat medis sebelumnya
seperti riwayat penyakit obstetric dan ginekologi, kolelithiasis, gangguan
tiroid, dan gangguan abdomen lainnya
5. Riwayat sosial
seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar dengan
lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab,
pekerjaan, dll
6. Riwayat diet
khususnya intake cairan
7. Riwayat pembedahan
khususnya pada abdomen
8. Integritas Ego
seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, dll
9. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
1. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum :
Lemah, umumnya compos mentis, tetapi dapat juga apatis

2. Tanda-tanda vital :
N: > 100 x/menit
TD: systole 20 x/menit
S: > 36,5 – 37 oC
3. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala,
apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
4. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih atau tidak, ada atau tidaknya sekret pada
hidung, serta cairan yang keluar, ada sinus atau tidak dan apakah ada
gangguan dalam penciuman
5. Mulut
mukosa pucat, bibir kering, lidak kering, aroma nafas aseton, gigi kurang
bersih, pengecapan baik, anoreksia, hipersekresi saliva
6. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan
distensi vena jugularis
7. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris atau tidak, kaji pola pernapasan,
apakah ada wheezing atau ronchi, apakah ada gangguan pada pernapasan
8. Abdomen
bentuk datar, simetris (+), asites (-), kebersihan (+), massa (-),
pembesaran hepar (-), nyeri (+) epigastrium

K. Pemeriksaan Diagnostik
a) USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin
dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi
plasenta.

b) Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.

c) Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

L. Penatalaksanaan

Pentalaksnaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan


pengehentian makanan peroral. Pemberian antiemtik dan vitamin secara intravena
dapat dipertimbangkan sebagai tambahan.

1. Tata laksana Awal

Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap dirumah sakit


dan dilakukan rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat,
penghentian pemberian makanan per oral selama 24-48 jam, serta
pemberian antiemetikjika dibutuhkan. Penambahan glukosa,
multivitamin,magnesium pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan.
Cairan dextrose dapat menghentikan pemecahan lemak pasien dengan
defisiensi vitamin, tiamin 100mg diberikan sebelum pemberian cairan
dextrose. Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi
cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil laboratorium.

2. Pengaturan Diet
Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat III, diberikan diet
hiperemesis I. makanan yang diberikan berupa roti kering dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2jam setelah makan. Diet
hiperemesis kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C, sehingga
diberikan hanya selama beberapa hari. Jika rasa mual dan muntah berkurang,
pasien diberikan diet hiperemesis II. Pemberian dilakukan secara bertahap
untuk makanan yang bernilai gizi tinggi.minuman tidak diberikan bersama
makanan. Diet hiperemesis II rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A
dan D. diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Pemberian makanan dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup
dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.

3. Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat


disembuhkan. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan
karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi penyakit
ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi
pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.

4. Terapi alternative

Terapi alternative seperti akupuntur dan jahe telah diteliti untuk


penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe adalah salah
satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya,
gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur H.Pylori, terutama
galur Cytotoxin associated gene (Cag)A+ yang sering menyebabkan infeksi.
Empat randomized trials menunjukkan bahwa extrak jahe lebih efektif
daripada placebo dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping
berupa refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian , tetapi
tidak ditemukan efeksamping signifikan terhadap keluaran kehamilan. Terapi
lain adalah pemberian vitamin B6 yang berperan mengatasi hiperemesis,
namun masih menjadi kontroversi.

M. Diagnosa keperawatan

1.Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah yang


berlebihan dan pemasukan yang tidak adekuat

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual-muntah terus menerus, tidak nafsu makan

3. Intoleransi aktifitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan kurangnya intake


nutrisi.

4. Kecemasan b/d efek hyperemesis pada kesejahteraan janin

N. Intervensi Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah yang


berlebihan dan pemasukan yang tidak adekuat

a. Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ± 1 x 24 jam diharapkan :
1. Keseimbangan cairan kembali ke kondisi normal
2. Klien tidak muntah lagi
3. Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat
b. Intervensi:
- jaga intake/ asupan yang akurat dan catat output (pasien)
R/ Pengkajian tersebut menjadi dasar rencana askep dan evaluasi
intervensi
4. Monitor tanda – tanda vital
R/ Perubahan Tanda – Tanda Vital megindikasika adanya perubahan
pada beberapa organ yang berhubungan status kesehatan klien.
5. Timbang BB setiap hari dan monitor status pasien
R/ Penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan
6. Kolaborasi dengan tim dokter pemberian cairan intravena yg terdiri dari glukosa,
elektrolit dan vitamin
R/ mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki keseimbangan asam
basa

2. . Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual-muntah terus menerus, tidak nafsu makan

a. Kriteria Hasil:
setelah dilakukan tindakan keperawatan ± 1 x 24 jam diharapkan :
- Klien mengkonsumsi diet oral yg mengandung gizi adekuat
- Klien tidak mengalami mual muntah
- Klien mengalami peningkatan BB yang sesuai selama kehamilan

b. Intervensi:
- monitor tanda – tanda vital
R/ Perubahan Tanda – Tanda Vital megindikasika adanya perubahan
pada beberapa organ yang berhubungan status kesehatan klien.
7. Timbang BB klien secara rutin ( pada hari yang sama dan setelah BAB/BAK )
R/ mengidentifikasi seberapa besar penurunan berat badan pasien
8. Monitor intake/asupan dan asupan cairan secara tepat
R/ untuk mengetahui perkembang klien
9. Monitor asupan kalori makanan harian
R/ Mengetahui jumlah kalori dan nutrisi yang masuk
10. Kolaborasi dengan tim ahli gizi pemberian asupan nutrisi yang sesuai
R/ untuk membantu proses penyembuhan/ pengembalian nutrisi yang
kurang

3. Intoleransi aktifitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan kurangnya intake


nutrisi.

a. Kriteria Hasil:
setelah dilakukan tindakan keperawatan ± 3 x 24 diharapkan :
- Klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai
kemampuan
b. Intervensi:
- pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui aktivitas
spesifik
R/ untuk membantu dalam proses pemulihan klien
11. Bantu klien untuk mengeksplorasi tujuan personal dari aktivitas – aktivitas yang biasa
dilakukan
R/ mengetahui batas kemampuan klien dalam beraktivitas
12. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
R/ mengidentifikasi kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
sesuai kemampuan
13. Bantu klien aktivitas fisik secara teratur ( misal : ambulasi, transfer/berpindah,
berputar dan kebersihan diri) sesuai dengan kebutuhan
R/
14. Kolaborasi dengan tim ahli terapi fisik, okupasi dan terapis rekreasional, dalam
perencanaan dan pemantauan program aktivitas

4. Kecemasan b/d efek hyperemesis pada kesejahteraan janin


1. Kriteria Hasil:
15. Klien akan mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya tentang kesejahteraan
janin
1. Intervensi:
16. Perlihatkan sikap menerima rasa takut klien
R/ Sikap menerima rasa takut klien memungkinkan komunikasi
terbuka
17. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaaan dan kekhawatirannya
R/ Ditakutkan akan berdampak buruk terhadap kondisi janin
18. Bantu klien dalam mengidentifikasi kekuatan dirinya dan mekanisme koping
R/ Dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan klien mengatasi
penyakit dan efek-efeknya
19. Beri klien informasi tentang risiko potensial yang dapat terjadi pada janinnya
R/ Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat membantunya
menghilangkan rasa takut.

5. Resiko kerusakan jaringan kulit b.d turgor kulit yang menurun


1. Kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 3 hari diharapkan :

20. Integritas yang baik bisa dipertahankan

21. S

22. Sd

2. Intervensi

23. Tempatkan klien pada tempat tidur terapi

R/ dengan menempatkan klien pada tempat tidur terapi dapat


mengurangi penekanan pada bagian kepala dan pantat

24. Evaluasi adanya luka pada ektremitas

R/ dengan evaluasi adanya luka pada ekstremitas dapat mengurangi


resiko terjadinyanya luka

25. Memonitoring kulit yang memerah dan terjadi kerusakan

R/ dengan memonitoring area kulit yang merah dan terjadi kerusakan


untuk mengurangi resiko dekubitus
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian konsep asuhan keperawatan ini dapat ditarik kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi
buruk, karena terjadi dehidrasi. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat
timbul setiap saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah haripewrtama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang hiperemesis
gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu
hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, R, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid 1,
Jakarta : EGC.

Asih, Kampono, & Prihartono. (2009). Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia.

Prawiroharjo, sarwono.2005.ilmu kebidanan. Jakarta: tridasa printer

Sastrawinata.2004. ilmu kesehatan reproduksi: obsetri patologi. Ed – 2. Jakarta : EGC

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologi dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai