‘’ Hiperemesis Gravidarum ‘’
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunia dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas keperawatan maternitas
yang berjudul asuhan keperawatan dengan kasus Hiperemesis Gravidarum
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami
selama penyusunan makalah ini, serta teman-teman yang telah mendukung dan menyisihkan
waktu sehingga makalah ini bisa selesai.
Kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu
dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
sehingga dalam penulisan makalah yang selanjutnya bisa lebih baik lagi dan semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak.
Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I
PENDAHULUAN
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
karena terjadi dehidrasi. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap
saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
haripewrtama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Rustam Mochtar,
1998).
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9
sampai ke 10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-
12 sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20
sampai ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang
menyebabkan ibu harus ditata laksana dengan rawat inap. Hiperemesis gravidarum
jarang menyebabkan kematian,tetapi angka kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir
25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi
hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada
kasus kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi
kehamilan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari hiperemesis gravidarum
1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari hiperemesis gravidarum
1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hiperemesis gravidarum
1.3.5 Untuk mengetahui kompikasi yang terjadi pada hiperemesis gravidarum
1.3.6 Untuk mengetahui woc hiperemesis gravidarum
1.3.7Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari hiperemesis gravidarum
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari dibuatnya asuhan keperawatan ini untuk memenuhi tugas dan untuk
menambah wawasan pengetahuan khususya tentang hiperemesis gravidarum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
3. Lebih umum terjadi pada kehamilan wanita kulit putih yang tidak menikah dan
kehamilan pertama.
5. Disfungsi tiroid
2.3 Patofisiologi
1. Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 g/dL. Namun
kadar hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan berkisar 11,6
g/dL sebagai akibat pengenceran darah ibu karena peningkatan volume plasma.
Ini disebut dengan anemia fisiologi dan merupakan keadaan yang normal selama
kehamilan.
2. Selama kehamilan, zat bisa tidak dapat dipenuhi secara adekuat dalam makanan
sehari-hari. Zat dalam makanan seperti susu, teh dan kopi, menurunkan absorpsi
besi. Selama kehamilan, tambahan zat besi diperlukan untuk meningkatkan sel-
sel darah merah ibu dan transfer ke janin untuk penyimpanan dan produksi sel-sel
darah merah. Janin harus menyimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan
terakhir setelah kelahiran.
1. Tingkat I
2. Tingkat II
b. Kardiovaskuler
c. Liver
fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
d. Ginjal
1) Oliguria
2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa
pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya
mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
3. Tingkat III
b. Muntah berhenti
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Gangguan mental
f. Kardiovaskuler
g. Gastrointestinal
2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
h. Ginjal
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria
2.5 Penatalaksanaan
2) Pengaturan Diet
3) Terapi psikologik
4) Terapi alternative
2.5 Komplikasi
Robekan pada selaput jaringan esophagus dan lambung dapat terjadi bila muntah
terlalu sering. Pada umunya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang
muncul dapat berhenti sendiri.
Kehamilan
Perubahan perubahan
Fisiologis psikologis
MK : ansietas/
cemas
BB turun
MK : nutrisi kurang
MK : Kurang volume dari kebutuhan
Cairan elektrolit keluar lemah
cairan danelektrolit
2. Tanda-tanda vital :
N: > 100 x/menit
TD: systole 20 x/menit
S: > 36,5 – 37 oC
3. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala,
apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
4. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih atau tidak, ada atau tidaknya sekret pada
hidung, serta cairan yang keluar, ada sinus atau tidak dan apakah ada
gangguan dalam penciuman
5. Mulut
mukosa pucat, bibir kering, lidak kering, aroma nafas aseton, gigi kurang
bersih, pengecapan baik, anoreksia, hipersekresi saliva
6. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan
distensi vena jugularis
7. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris atau tidak, kaji pola pernapasan,
apakah ada wheezing atau ronchi, apakah ada gangguan pada pernapasan
8. Abdomen
bentuk datar, simetris (+), asites (-), kebersihan (+), massa (-),
pembesaran hepar (-), nyeri (+) epigastrium
K. Pemeriksaan Diagnostik
a) USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin
dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi
plasenta.
L. Penatalaksanaan
2. Pengaturan Diet
Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat III, diberikan diet
hiperemesis I. makanan yang diberikan berupa roti kering dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2jam setelah makan. Diet
hiperemesis kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C, sehingga
diberikan hanya selama beberapa hari. Jika rasa mual dan muntah berkurang,
pasien diberikan diet hiperemesis II. Pemberian dilakukan secara bertahap
untuk makanan yang bernilai gizi tinggi.minuman tidak diberikan bersama
makanan. Diet hiperemesis II rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A
dan D. diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Pemberian makanan dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup
dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.
3. Terapi psikologik
4. Terapi alternative
M. Diagnosa keperawatan
N. Intervensi Keperawatan
a. Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ± 1 x 24 jam diharapkan :
1. Keseimbangan cairan kembali ke kondisi normal
2. Klien tidak muntah lagi
3. Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat
b. Intervensi:
- jaga intake/ asupan yang akurat dan catat output (pasien)
R/ Pengkajian tersebut menjadi dasar rencana askep dan evaluasi
intervensi
4. Monitor tanda – tanda vital
R/ Perubahan Tanda – Tanda Vital megindikasika adanya perubahan
pada beberapa organ yang berhubungan status kesehatan klien.
5. Timbang BB setiap hari dan monitor status pasien
R/ Penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan
6. Kolaborasi dengan tim dokter pemberian cairan intravena yg terdiri dari glukosa,
elektrolit dan vitamin
R/ mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki keseimbangan asam
basa
a. Kriteria Hasil:
setelah dilakukan tindakan keperawatan ± 1 x 24 jam diharapkan :
- Klien mengkonsumsi diet oral yg mengandung gizi adekuat
- Klien tidak mengalami mual muntah
- Klien mengalami peningkatan BB yang sesuai selama kehamilan
b. Intervensi:
- monitor tanda – tanda vital
R/ Perubahan Tanda – Tanda Vital megindikasika adanya perubahan
pada beberapa organ yang berhubungan status kesehatan klien.
7. Timbang BB klien secara rutin ( pada hari yang sama dan setelah BAB/BAK )
R/ mengidentifikasi seberapa besar penurunan berat badan pasien
8. Monitor intake/asupan dan asupan cairan secara tepat
R/ untuk mengetahui perkembang klien
9. Monitor asupan kalori makanan harian
R/ Mengetahui jumlah kalori dan nutrisi yang masuk
10. Kolaborasi dengan tim ahli gizi pemberian asupan nutrisi yang sesuai
R/ untuk membantu proses penyembuhan/ pengembalian nutrisi yang
kurang
a. Kriteria Hasil:
setelah dilakukan tindakan keperawatan ± 3 x 24 diharapkan :
- Klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai
kemampuan
b. Intervensi:
- pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui aktivitas
spesifik
R/ untuk membantu dalam proses pemulihan klien
11. Bantu klien untuk mengeksplorasi tujuan personal dari aktivitas – aktivitas yang biasa
dilakukan
R/ mengetahui batas kemampuan klien dalam beraktivitas
12. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
R/ mengidentifikasi kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
sesuai kemampuan
13. Bantu klien aktivitas fisik secara teratur ( misal : ambulasi, transfer/berpindah,
berputar dan kebersihan diri) sesuai dengan kebutuhan
R/
14. Kolaborasi dengan tim ahli terapi fisik, okupasi dan terapis rekreasional, dalam
perencanaan dan pemantauan program aktivitas
21. S
22. Sd
2. Intervensi
3.1 Kesimpulan
Dari uraian konsep asuhan keperawatan ini dapat ditarik kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi
buruk, karena terjadi dehidrasi. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat
timbul setiap saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah haripewrtama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang hiperemesis
gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu
hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, R, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid 1,
Jakarta : EGC.
Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologi dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika