Skripsi
Diajukan oleh
Brigitta Dharma Shanti
NIM : 02 8114 115
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Mat 6: 25-34)
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah Bapa di surga atas segala berkat dan karunia
yang telah dianugerahkan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing untuk semua
skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Sri Sulihtyowati S., Apt. selaku dosen penguji yang telah
3. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
4. Semua laboran dari laboratorium lantai satu sampai empat, terutama Pak
Mus, Mas Agung, Pak Iswandi, Mas Otok, Mas Sarwanto, Mas Sigit, Mas
Wagiran dan Mas Andre untuk kerelaannya berbagi waktu dan tenaga
5. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun
tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Akhirnya, seperti kata pepatah ‘tak ada gading yang tak retak’, skripsi ini
pun tak lepas dari berbagai kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ………………………………………………………………………v
INTISARI …………………………………………………………………….…xv
ABSTRACT ………………………………………………………………….…xvi
BAB I. PENDAHULUAN
B. Pemerasan ………………………………………………………………...6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Sirup …………………………………………………………………..…..7
4. Perkolasi …………………………………………………………10
4. Pengawet ………………………………………………………...11
5. Buffer ……………………………………………………………13
6. Antioksidan ……………………………………………………...13
2. Kristalisasi ……………………………………………………….14
3. Kerapatan ………………………………………………………..14
4. pH ………………………………………………………………..15
H. Hipotesis …………………………………………………………………19
dewa……………………………………………………………..25
b. Pengkristalan ……………………………………………...25
dewa……………………………………………………………………...30
2. Pengkristalan …………………………………………………….38
A. Kesimpulan ……………………………………………………………...56
B. Saran ……………………………………………………………………..57
LAMPIRAN …………………………………………………………………….60
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel VIII. Data kecepatan alir pada tiap penambahan beban pada sirup
formula A………………………………………………………….51
Tabel IX. Data kecepatan alir pada tiap penambahan beban pada sirup
formula B………………………………………………………….52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 6. Foto sirup perasan daging buah mahkota dewa formula A dan B…...62
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
mahkota dewa……………………………………………………...64
awal penyimpanan…………………………………………………68
awal penyimpanan…………………………………………………76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Kata kunci: perasan daging buah mahkota dewa, stabilitas fisis, sukrosa, sorbitol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Crown of God (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) fruit has been used
in various traditional medications to cure many diseases. This fruit has many
peculier properties. During this time, people consumed it in the form of squeeze
but never been made in the form of syrup.
The purpose of this research is to compare the physical stability of syrup
that made by 650 g sucrose and 422,5 g sucrose – 227,5 g sorbitol combination as
the sweetening agents. The obtained result is about the examination data of syrup
physical stability before and after the saving for 6 weeks. The examined syrup
physical stability consists of organoleptic properties (colour, smell, clearity),
crystallization, the density, pH, rheological properties of syrup.
The changing of density and pH value on weekly storage was analysed
statistically with Independent-Sample T Test. The rheological type of syrup was
observed from the connection curve between weight addition and the change of
shearing rate, while the rheological type was determined by looking the
availability of proportional connection between weight addition and the change of
shearing rate of syrup which analysed statistically by using linear regression.
The result of this research shows that the organoleptic properties of the
two formulas were unstable during storage of 6 weeks. The pH value of syrup
using 650 g sucrose is more stable compared with syrup using 422,5 g sucrose-
227,5 g sorbitol. Syrup which using sucrose 422,5 g-sorbitol 227,5 g as the
sweetening agents doesn’t experience crystallization and has density value which
more stable compared with syrup using 650 g sucrose. The rheological properties
of the two formulas was stable during the storage of 6 weeks.
BAB I
PENGANTAR
A. LATAR BELAKANG
yang berkhasiat sebagai obat. Salah satu diantaranya adalah mahkota dewa.
berbagai khasiat. Penyakit ringan seperti gatal-gatal, pegal-pegal atau flu hingga
penyakit berat antara lain kanker, diabetes, hipertensi dan asam urat dapat
Salah satu bagian dari tanaman mahkota dewa yang paling banyak
digunakan adalah buahnya, disamping daun dan batang. Buah mahkota dewa
terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit dan daging buah, cangkang (batok biji), serta
biji. Dari ketiga bagian tersebut, bagian yang banyak dimanfaatkan adalah kulit
dan daging buah serta cangkangnya. Dalam keadaan segar, kulit dan daging buah
mahkota dewa terasa sepet agak pahit, sedangkan jika sudah tua terasa sepet agak
manis.
secara tradisional adalah dengan diperas. Air perasan tersebut kemudian diminum.
Secara organoleptis, perasan kulit dan daging buah mahkota dewa terasa pahit.
Rasa perasan yang pahit ini akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien
terutama karena penggunaannya yang per oral. Untuk menutupi rasa pahit ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maka air perasan kulit dan daging buah mahkota dewa diolah dalam bentuk
sediaan sirup.
dari 64% dan tidak lebih dari 66% (Anonim, 1995). Sukrosa merupakan bahan
pemanis yang paling sering digunakan dalam pembuatan sirup. Masalah yang
Cap-locking ini merupakan salah satu manifestasi dari kristalisasi sukrosa yang
ditandai dengan terbentuknya kristal pada leher dan tutup botol. Untuk mencegah
Sorbitol merupakan suatu poliol (gula alkohol) yang stabil dan tahan
terhadap panas. Sorbitol dibuat dengan proses hidrogenasi glukosa dan tersedia
dalam bentuk cair maupun kristal. Selain berfungsi sebagai humektan dan
texturizing agent, bahan ini juga dapat berfungsi sebagai anti-crystallizing agent
2006b).
Stabilitas fisis sirup ditentukan dari ada tidaknya perubahan yang terjadi
terhadap kejernihan, warna, bau, rasa, pH, kerapatan, profil dan tipe alir. Selain
fisis sirup yang meliputi: warna, bau, rasa, kejernihan, kerapatan, pH, profil dan
1. Perumusan masalah
mahkota dewa yang dibuat dengan 650 g sukrosa dan campuran sukrosa-sorbitol
2. Keaslian Penelitian
3. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
2. Manfaat teoritis
B. TUJUAN PENELITIAN
kerapatan, pH serta profil dan tipe alir), yang dibuat dengan 650 g sukrosa dan
sorbitol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Mahkota Dewa
Tanaman ini tumbuh baik di tanah yang gembur dengan bahan organik
yang tinggi pada ketinggian 10-1.200 m di atas permukaan air laut. Penyusun
utama bahan organik adalah unsur karbon. Kedudukan tanaman makuto dewo
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Dikotiledonae
Bangsa :Thymeleales
Suku :Thymelaceae
tumbuhnya. Di jawa disebut sebagai : Makuto dewo, Makuto rojo, Makuto ratu,
dari daun dan kulit buah dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Secara tradisional, dosis yang digunakan adalah tiga buah untuk sehari, direbus
atau diperas. Rebusan buahnya digunakan untuk obat sakit lever, ginjal, tekanan
darah tinggi, dan spasmofilia. Sebagai obat luar, buah dan biji Mahkota Dewa
Daun dan kulit buah mahkota dewa mengandung alkaloid, saponin, dan
flavonoid. Selain itu, di dalam daunnya juga terkandung polifenol. Seorang ahli
B. Pemerasan
Pemisahan cairan dari material padat (seperti buah atau daun) dapat
pembuatan sari jamu, dengan maksud agar larutan perasan dapat tepisahkan dari
bahan padat pengotor atau yang tidak diinginkan. Cairan yang diperoleh dengan
tumbuhan segar, dan yang tertinggal hanyalah bahan yang tidak terlarut
(Voigt,1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Sirup
Sirup adalah larutan yang digunakan secara oral, merupakan sediaan cair
yang mengandung larutan sukrosa (tidak kurang dari 64,0 % dan tidak lebih dari
66,0 % sukrosa) atau gula lain kadar tinggi dengan bahan pengaroma atau
pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air (Anonim, 1995). Sirup
“medicated syrup” atau sirup obat (Ansel, 1969). Larutan sukrosa hampir jenuh
dalam air dikenal sebagai sirup atau sirup simpleks. Penggunaan istilah sirup juga
digunakan untuk bentuk sediaan cair lain yang dibuat dengan pengental dan
sukrosa, air murni, bahan pengaroma, bahan pewarna, zat aktif serta bahan lain
tergantung dari sifat fisika-kimia dari bahan-bahan yang akan digunakan. Secara
umum, ada 4 metode pembuatan sirup, yaitu: metode pemanasan, agitasi tanpa
1. Metode pemanasan
sediaan sirup dalam waktu yang singkat dan bila bahan yang digunakan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rusak dengan adanya pemanasan. Pada metode ini, biasanya sukrosa ditambahkan
ke dalam air lalu dipanaskan hingga gula larut. Pemanasan ini akan mempercepat
didinginkan dan ditambah air hingga volume sirup yang dikehendaki. Jika
fruktosa (levulosa). Reaksi hidrolisis ini disebut inversi, dan kombinasi dari 2
monosakarida disebut gula invert. Inversi sukrosa dapat terjadi saat pemanasan
ini disebabkan karena ion hidrogen dari senyawa asam berfungsi sebagai katalis
kemanisan sirup berubah dan warnanya menjadi lebih gelap. Sirup dengan
sirup tidak bisa disterilisasi menggunakan autoklaf. Penggunaan air bersih yang
sukrosa karena adanya pemanasan. Sirup dalam skala volume yang kecil dapat
dibuat dengan metode ini. Sirup dibuat dengan melarutkan sukrosa dan bahan-
bahan lainnya ke dalam air yang ditampung dalam botol dengan kapasitas volume
yang lebih besar daripada volume sirup yang akan dibuat. Sukrosa akan lebih
lama larut bila menggunakan metode ini dibandingkan dengan bantuan pemanasan
ada di dalam sirup, maka dilakukan proses pemisahan. Caranya adalah dengan
mencampur tinktur atau ekstrak cair dengan air lalu didiamkan hingga komponen-
komponen yang tidak larut dalam air memisah. Setelah pemisahan terjadi
4. Perkolasi
Pada metode ini, sukrosa dapat diperkolasi untuk dibuat sirup atau bahan
yang mengandung zat aktif diperkolasi menjadi ekstrak dan sukrosa dapat
Bahan ini berguna untuk menutupi rasa pahit atau rasa yang tidak enak.
Pemanis yang biasa digunakan, antara lain : sukrosa, sorbitol, manitol, cairan
Sukrosa berupa serbuk kristal putih, larut dalam air dan alkohol. Sukrosa stabil
secara fisik maupun kimia pada pH 4,0 sampai 8,0. Bahan ini akan menghambat
gliserin, dan poliol lain untuk mengurangi terjadinya kristalisasi sukrosa (Ansel,
kemanisan sekitar 60% dari sukrosa. Sorbitol mengandung kalori yang lebih
berry. Saat ini, sorbitol dibuat dengan proses hidrogenasi glukosa dan tersedia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam bentuk cair dan kristal (Anonim, 2006b). Bahan ini memiliki stabilitas yang
baik dan saat digunakan dalam pemakaian oral tidak akan menyebabkan
peningkatan kadar gula darah. Oleh karena itu, sorbitol bisa digunakan dalam
tidak diinginkan pada sediaan. Dalam hal ini dapat diatasi dengan menggunakan
bahan perasa atau flavoring agents. Bahan perasa dapat berupa bahan alam
maupun sintetik. Bahan alam yang bisa digunakan sebagai bahan perasa adalah
(Aulton, 2002).
diinginkan untuk sediaan, misalnya warna kuning untuk rasa jeruk dan merah
untuk rasa cheery (Swarbick, J. and Boylan, C.J., 1994). Bahan pewarna dapat
dibedakan menjadi pewarna dari bahan alam dan pewarna sintetik. Pewarna
sintetik menghasilkan warna yang lebih terang dan biasanya lebih stabil
4. Pengawet (Preservatives)
besar dari sediaan ini juga digunakan sebagai obat dosis ganda sehingga resiko
oral, terutama karena sediaan obat cair sering diberikan kepada anak-anak dan
lansia. Bahan pengawet harus larut, stabil, aktif secara mikrobiologi, dan dapat
bahan pengawet yang memenuhi semua kriteria di atas sulit ditemukan. Oleh
karena itu, sering diperlukan kombinasi 2 atau lebih bahan pengawet (Swarbick, J.
oleh bahan yang diformulasikan dan kemampuan antimikroba itu sendiri (Ansel,
1969).
asam benzoat. Bahan pengawet ini dapat larut dalam air dan dapat berfungsi baik
5. Buffer
adanya reaksi degradasi dalam produk, interaksi dengan komponen dari wadah
atau karena adanya disolusi gas dan uap air. Untuk mencegahnya, ditambahkan
buffer untuk menstabilkan pH. Sistem buffer ini harus mempunyai kapasitas yang
buffer didasarkan pada profil pH dari obat dalam larutan. Buffer yang biasa
digunakan adalah asetat, sitrat, fosfat dan glutamat. Meskipun buffer akan
bahan lain, misal dalam hal kelarutan. (Swarbick, J. and Boylan, C.J., 1994).
6. Antioksidan
oksidasi. Reaksi ini karena adanya radikal bebas atau molekul oksigen. Suatu
senyawa yang memiliki potensi oksidasi lebih rendah dari obat disebut
tunggal maupun kombinasi dengan chelating agent atau antioksidan lain dan
berfungsi dengan cara teroksidasi terlebih dahulu saat akan dikonsumsi atau
kerapatan, pH serta profil dan tipe alir selama penyimpanan. Selain itu, juga
Kejernihan, warna, bau dan rasa suatu larutan harus tetap terjaga selama
2. Kristalisasi
terbentuknya kristal-kristal gula pada leher dan tutup botol (Swarbick, J. and
3. Kerapatan
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur
tertentu. Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukkan ukuran
dan bobot molekul suatu komponen tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi
kerapatan air pada suhu 4o C atau kerapatan suatu zat terhadap kerapatan air pada
suhu yang sama. Bobot jenis merupakan suatu karakteristik bahan yang penting,
yang digunakan dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan obat dan bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. pH
menyatakan tingkat keasaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau
benda. pH penting dalam formulasi produk obat terkait antara lain dengan
normal jika memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut
memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 memiliki sifat asam. Nilai pH 0
lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila
dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit suatu
Istilah rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu rheo yang berarti
mengalir dan logos yang berarti ilmu; digunakan untuk menggambarkan aliran
cairan dan deformasi suatu padatan. Viskositas adalah tahanan suatu cairan untuk
2002).
Sifat alir adalah ratio antara gaya gesek dan sifat gesek. Berdasarkan tipe
alir dan deformasinya, suatu bahan dapat diklasifikasikan termasuk bahan dengan
tipe alir Newtonian dan non-Newtonian tergantung apakah sifat aliran bahan
tersebut sesuai dengan hukum Newton atau tidak (Martin et all, 1983).
Bahan yang termasuk tipe alir Newtonian, memiliki sifat alir yang sesuai
dengan hukum Newton dimana adanya kenaikan gaya gesek (shearing stress)
Semakin besar viskositas cairan suatu cairan, akan makin besar pula shearing
stress yang diperlukan untuk menghasilkan rate of shear tertentu. Oleh karena itu,
η=F/G
dimana η : viskositas, F: shearing stress dan G: rate of shear (Martin dkk, 1993).
Banyak alat yang bisa digunakan untuk menentukan sifat alir dari bahan dengan
falling-sphere viscometer. Namun, tidak semua alat tersebut bisa digunakan untuk
dalam sistem non-Newtonian. Viskositas bahan akan berubah dengan adanya nilai
dibedakan menjadi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kurva pada tipe alir plastik tidak melalui titik nol tetapi bergeser ke
kanan dan jika bagian kurva yang lurus diekstrapolasikan terhadap sumbu x
akan memotong pada suatu titik tertentu yang disebut “ Yield value”. Jika gaya
yang diberikan lebih kecil daripada yield value maka bahan yang bersangkutan
tidak akan mengalir dan berkelakuan sebagai zat yang elastik/zat padat
(Aulton, 2002). Contoh cairan yang memiliki tipe alir plastik: saus tomat
(Anonim, 1999b).
Bahan dengan tipe alir ini akan segera mengalir setelah diberikan gaya
gesek (Aulton, 2002). Tipe alir pseudoplastik sering disebut dengan tipe
Tipe alir ini merupakan kebalikan dari tipe alir pseudoplastik. Adanya
yang bersangkutan (Aulton, 2002). Contoh cairan yang memiliki tipe alir
dilatant: larutan amilum dalam air dan pasir dalam air. Tipe alir dilatant sering
G. Landasan Teori
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah perasan daging
buah mahkota dewa. Perasan tersebut mengandung berbagai zat aktif yang
terdapat dalam daging buah mahkota dewa dan berasa pahit. Untuk menutupi rasa
pahit tersebut, maka perasan daging buah mahkota dewa dibuat dalam bentuk
sediaan sirup. Sirup mengandung larutan sukrosa tidak kurang dari 64,0 % dan
pemeriksaan terhadap perubahan yang terjadi terhadap sifat-sifat fisis sirup selama
terhadap warna, rasa, bau, kejernihan, kristalisasi, kerapatan, pH dan profil serta
Namun demikian, bahan ini mudah mengalami karamelisasi dengan adanya panas
dan juga mudah mengkristal. Pengkristalan sukrosa ini bisa mempengaruhi sifat-
dengan sukrosa. Bahan ini juga bisa berfungsi sebagai anti-crystallizing agent.
Penambahan sorbitol dalam pembuatan sirup dari perasan daging buah mahkota
memperbaiki sifat-sifat fisis sirup seperti warna, bau, rasa, kejernihan, kerapatan,
H. Hipotesis
sirup perasan daging buah mahkota dewa yang meliputi: warna, bau, rasa,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
2. Variabel tergantung
Stabilitas fisis sediaan sirup perasan daging buah mahkota dewa yang
dihasilkan, meliputi keadaan warna, bau, rasa, kejernihan, nilai kerapatan, pH,
3. Variabel terkendali
- Buah mahkota dewa : buah mahkota dewa yang digunakan sudah masak,
Beringharjo, Yogyakarta.
- Jenis alat dan bahan yang digunakan, seperti: sukrosa, sorbitol, bahan pewarna
- Jumlah perasan daging buah mahkota dewa, yaitu sebanyak 150 ml untuk
1000 ml sirup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- Panas yang tidak terukur untuk melarutkan sukrosa saat pembuatan sirup
- Kadar sukrosa pada sirup perasan daging buah mahkota dewa setelah proses
penyaringan.
C. Definisi Operasional
1. Sirup merupakan larutan yang digunakan secara per oral, berupa sediaan cair
yang mengandung larutan sukrosa (tidak kurang dari 64,0 % dan tidak lebih
dari 66,0 %) atau gula lain kadar tinggi dengan bahan pengaroma atau
pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air (Anonim, 1995).
2. Perasan daging buah mahkota dewa: air perasan yang diperoleh dari hasil
memeras daging buah mahkota dewa menggunakan juicer. Tiga buah mahkota
rasa, kejernihan, kristalisasi sukrosa, kerapatan, pH, profil dan tipe alir sirup.
a). warna, bau, dan rasanya tidak mengalami perubahan selama penyimpanan
d). nilai kerapatan dan pH-nya tidak mengalami perubahan yang bermakna
sirup pada tiap minggu penyimpanan dengan rata-rata nilai kerapatan atau pH
1. Bahan : perasan daging buah mahkota dewa, sukrosa, sorbitol ( produksi PT.
2. Alat : Alat-alat gelas Merk TE 32 Pyrex (bekker glass, gelas ukur, pengaduk,
pipet, corong), Juicer Kirin KJE-350, Stirrer, Kain kassa putih bersih,
WTC Binder.
Bahan yang digunakan yaitu buah mahkota dewa yang sudah masak dan
berwarna merah tua menyala yang didapat dari pasar Beringharjo, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Pembuatan perasan
Buah mahkota dewa yang sudah masak dan berwarna merah tua menyala
yang masih segar dicuci dengan air mengalir hingga bersih, kemudian daging
4. Penentuan dosis
diperas airnya untuk penggunaan 1 hari. Tiga buah mahkota dewa diambil daging
dihasilkan dari 70 gram buah mahkota dewa tersebut yaitu sekitar 15 ml. Jadi
dosis penggunaan mahkota dewa untuk 1 hari dalam bentuk perasan yaitu 15 ml
5. Pembuatan sirup
Sukrosa…………………………………..650 g
Asam benzoat………………………………1,5 g
Air ad…………………………………..1000 ml
Dalam pembuatan sirup dari perasan daging buah mahkota dewa ini
dibuat dua formula sirup. Kedua formula sirup terdiri dari formula A yang
Formula A B
Sukrosa 650 g 422,5 g
Sorbitol - 227,5 g
larut, yaitu 1 g zat dapat larut dalam pelarut kurang dari 1 bagian. Berdasarkan hal
tersebut maka sirup dibuat dengan melarutkan sukrosa dalam air dengan bantuan
asam benzoat yang sudah dilarutkan dalam air dan bahan pewarna sekaligus
perasa frambozen. Campuran tersebut kemudian ditambah air hingga 1000 ml dan
dilakukan penyaringan menggunakan kain kassa yang masih bersih. Sirup tersebut
stabilitas sirup.
mengetahui perubahan sifat fisis sirup yang terjadi pada tiap minggu penyimpanan
dan kejernihan serta penentuan bau dan rasa sirup. Pengamatan terhadap warna
dan kejernihan dilakukan secara visual. Penentuan bau dan rasa sirup dengan cara
menghirup bau dan mencicipi sirup secara langsung oleh satu orang secara
subyektif.
b. Pengkristalan
Kristalisasi pada sirup diamati secara visual yaitu terbentuknya kristal pada
bagian leher dan tutup botol. Pengamatan dilakukan oleh satu orang secara
subyektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Penentuan pH sirup
9025. Sebelum digunakan, alat ini perlu dikalibrasi terlebih dahulu dengan
menekan tombol power pada posisi ON. Tekan tombol CAL maka pada layar
akan terdisplay CAL. Layar juga akan mendisplay nilai dari larutan buffer
“4,01” pH, untuk mengubahnya tekan “↑C” atau “↓C”. Untuk memulai
dengan aquadest. Gunakan tanda “↓C” untuk memperoleh nilai pH yang sama
layar mendisplay tanda CON, tekan tombol CON. Setelah kalibrasi selesai
kemudian isi dengan aquadest hingga penuh lalu rendam dalam air es
ditutup, pipa kapiler dibiarkan terbuka dan suhu air dibiarkan naik sampai
suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar, lalu air yang berada di
Cara perhitungannya :
b (g)
volume air = volume piknometer = Vp =
ρ air (g/ml)
kemudian isi dengan sirup hingga penuh lalu rendam dalam air es
ditutup, pipa kapiler dibiarkan terbuka dan suhu sirup dibiarkan naik
Biarkan suhu sirup dalam piknometer mencapai suhu kamar, lalu air yang
piknometer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cara perhitungannya :
volume piknometer = Vp
c (g)
kerapatan sirup = ρsirup =
Vp (ml)
saat. Tambahkan beban seberat 5 gram pada penggantung dan catat waktu
yang digunakan untuk memutar rotor sebanyak 25 kali putaran. Ulangi lagi
x
V= x 60
t
Keterangan:
V = kecepatan alir (rpm)
t = waktu yang diperlukan untuk memutar rotor sebanyak x (sekon)
x = jumlah putaran rotor
7. Analisis hasil
setiap minggu selama 6 minggu. Sedangkan untuk penentuan profil dan tipe alir
Data kerapatan sirup dan nilai pH sirup perasan daging buah mahkota
tidaknya perubahan nilai kerapatan dan pH sirup perasan daging buah mahkota
untuk mengetahui seberapa besar perubahan rata-rata nilai kerapatan dan pH sirup
perasan daging buah mahkota dewa pada tiap minggu penyimpanan terhadap awal
perubahan nilai rata-rata kerapatan dan pH semakin besar sehingga sirup semakin
tidak stabil.
hubungan antara penambahan beban dan perubahan kecepatan alir. Tipe alir sirup
penambahan beban dan perubahan kecepatan alir sirup yang dihasilkan. Metode
analisis statistik yang digunakan adalah regresi linear. Nilai koefisien korelasi (r)
yang diperoleh dibandingkan dengan nilai r tabel untuk melihat ada tidaknya
alir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
Air perasan daging buah mahkota dewa yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari buah mahkota dewa yang sudah masak dan berwarna merah tua
menyala. Hal tersebut disebabkan karena pada buah mahkota dewa yang sudah
masak, kandungan airnya cukup tinggi. Pembuatan air perasan diawali dengan
mencuci buah mahkota dewa yang akan digunakan dengan air mengalir.
menempel pada buah mahkota dewa. Buah mahkota dewa yang sudah bersih lalu
diiris menjadi potongan-potongan kecil dan bagian bijinya dipisahkan dari daging
buahnya. Biji mahkota dewa mengandung racun yang bisa menyebabkan lidah
terasa kaku dan mati rasa serta demam, sehingga tidak digunakan dalam penelitian
ini. Irisan dari daging buah mahkota dewa lalu diperas airnya dengan
menggunakan juicer. Tiga buah mahkota dewa menghasilkan air perasan sekitar
15 ml. Air perasan daging buah mahkota dewa yang diperoleh berwarna coklat
Buah mahkota dewa memiliki diameter 3-5 cm. Daging buah mahkota dewa
berwarna putih. Setelah masak, daging buahnya berserat dan berair. Biji buahnya
berbentuk bulat, keras, berwarna coklat. Permukaan kulit buah mahkota dewa
licin dan mangkilat. Saat masih muda, kulit buah mahkota dewa berwarna hijau.
Sesudah masak, warna kulit buahnya berubah menjadi merah marun dan menyala.
Ketebalan kulit buah mahkota dewa sekitar 0,5 – 1 mm. Cangkang biji buah
mahkota dewa berwarna putih. Ketebalan cangkang biji mahkota dewa bisa
mencapai 2 mm.
Sirup perasan daging buah mahkota dewa dalam penelitian ini dibuat
stabilitas fisis sirup perasan daging buah mahkota dewa yang dihasilkan. Metode
yang digunakan dalam pembuatan sirup perasan daging buah mahkota ini adalah
metode pemanasan. Metode pembuatan sirup dalam penelitian ini dapat dibagi
penyaringan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelarutan sukrosa.
seperti: sorbitol, perasan daging buah mahkota dewa, bahan pewarna dan perasa
frambozen serta asam benzoat dicampur setelah larutan sukrosa selesai dibuat.
Sorbitol merupakan bahan yang tahan panas, dan karena bentuknya yang sudah
cair, maka sorbitol bisa dicampurkan ke dalam larutan sukrosa yang masih panas.
Pembuatan sirup perasan daging buah mahkota dewa ini menggunakan metode
pemanasan, dimana pada metode ini bahan pemanis dilarutkan dengan bantuan
pemanasan. Hal inilah yang menjadi alasan sorbitol dicampurkan ke dalam larutan
sukrosa yang masih panas, yaitu bertujuan untuk memberi perlakuan yang sama
terhadap bahan pemanis yang digunakan dalam setiap formula sirup. Perasan
sudah dingin supaya tidak mengalami kerusakan. Setelah itu, ditambahkan bahan
pewarna sekaligus perasa frambozen yang mampu menutupi rasa pahit dan bau
tidak enak dari perasan daging buah mahkota dewa. Langkah selanjutnya adalah
kerusakan fisis sirup akibat mikroorganisme. Jika semua bahan telah tercampur
homogen namun belum mencapai volume yang diinginkan, yaitu 1000 ml, maka
ditambahkan aquadest sampai volume yang diinginkan. Volume sirup dibuat 1000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ml supaya tersedia sirup dalam jumlah yang cukup untuk dilakukan pengujian
selama 6 minggu penyimpanan Sirup perasan daging buah mahkota dewa yang
kassa yang masih bersih untuk memisahkan bahan-bahan pengotor yang tidak
larut dalam sirup. Penyaringan dilakukan sebanyak 2 kali sehingga diperoleh sirup
yang terlihat bening. Sirup yang telah disaring lalu dimasukkan dalam wadah
Uji organoleptis sirup dilakukan tiap minggu mulai dari awal pembuatan
kejernihan dan rasa. Dari hasil uji organoleptis selama 6 minggu penyimpanan
diperoleh menunjukkan adanya perubahan warna, bau, rasa serta kejernihan sirup
Pada awal pembuatan, kedua formula sirup perasan daging buah mahkota
dewa yang dihasilkan memiliki warna yang hampir sama, yaitu merah muda.
berwarna jernih agak kecoklatan. Larutan sukrosa kedua formula sirup berwarna
sekaligus perasa frambozen yang berwarna merah pada larutan sukrosa kedua
formula dan perasan buah mahkota dewa menjadikan sirup formula A dengan
100% sukrosa berwarna merah muda lebih gelap dibandingkan sirup formula B
dapat menyebabkan warna sirup menjadi lebih gelap. Reaksi inversi yang terjadi
Kombinasi dari 2 monosakarida yang dihasilkan dari inversi ini disebut dengan
gula invert. Gula invert ini memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi
dibandingkan sukrosa. Namun demikian, adanya reaksi inversi yang terjadi ini
sumber energi bagi mikroorganisme. Peristiwa inversi ini bisa terjadi karena
lingkungan sirup yang berupa air dan adanya asam yang berfungsi sebagai katalis.
Selain itu, adanya pemanasan akan menyebabkan reaksi inversi berlangsung lebih
cepat. Penambahan asam terjadi saat penambahan asam benzoat yang digunakan
Peristiwa inversi yang terjadi selama penyimpanan karena adanya air dan
senyawa asam, mempengaruhi penampilan fisik sirup terutama warna dan rasa
perubahan warna. Warna sirup yang pada awalnya merah muda menjadi semakin
Pada awal pembuatan, sirup perasan daging buah mahkota dewa memiliki
rasa yang manis dan seperti frambozen. Setelah 3 minggu penyimpanan, mulai
terjadi perubahan rasa, yaitu sirup menjadi semakin manis dan muncul aftertaste
yang kurang enak. Hal ini disebabkan karena terbentuknya gula invert (fruktosa
dan glukosa) sebagai hasil inversi, yang memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi
dibandingkan sukrosa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diperoleh dari hasil inversi yang terjadi. Reaksi fermentasi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
sirup. Hal tersebut mungkin disebabkan karena bahan pengawet yang digunakan,
yaitu asam benzoat, kurang sesuai untuk sediaan ini. Peristiwa fermentasi yang
selama penyimpanan. Mulai pada minggu kedua, aroma frambozen yang terdapat
dalam sirup mulai berkurang bahkan pada minggu keempat mulai tercium adanya
alkohol. Hal ini disebabkan reaksi fermentasi yang terjadi selama penyimpanan.
daging buah mahkota dewa yang dihasilkan tampak jernih. Selama penyimpanan,
mengalami pemisahan menjadi 2 bagian mulai pada minggu ketiga yang ditandai
adanya perbedaan berat molekul dimana berat molekul sorbitol lebih kecil
2. Pengkristalan
Sirup perasan daging buah mahkota dewa yang dibuat dalam penelitian ini
mudah mengkristal, oleh karena itu dikombinasikan dengan sorbitol yang bisa
perlu dilakukan pengamatan akan kristal yang terbentuk. Dalam penelitian ini,
terbentuknya kristal pada tutup dan leher botol. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan, mulai pada minggu ketiga telah terjadi pembentukan kristal pada sirup
yang digunakan dalam penelitian, dimana sukrosa untuk formula A sebanyak 650
g sedangkan sukrosa untuk formula B sebanyak 422,5 g. Maka dari itu, ada 2
kelarutan sukrosa. Adapun kemungkinan yang kedua adalah karena kadar sukrosa
yang digunakan untuk formula B lebih sedikit dibandingkan kadar sukrosa yang
Kerapatan merupakan massa per unit volume suatu zat pada temperatur
tertentu. Kerapatan ini dapat dipengaruhi oleh faktor konsentrasi zat. Semakin
tinggi konsentrasi suatu zat maka kandungan zat akan lebih banyak sehingga
kerapatan juga semakin besar. Dengan demikian, semakin besar nilai kerapatan
sirup, semakin banyak pula partikel sukrosa yang terdispersi molekuler dalam
larutan tersebut. Jika sirup memiliki nilai kerapatan yang stabil selama
penyimpanan, maka bisa dikatakan bahwa konsentrasi sukrosa dalam sirup tetap
penurunan berarti bahwa kandungan sukrosa yang terlarut dalam sirup berkurang.
Berkurangnya sukrosa yang terlarut dalam sirup bisa diakibatkan antara lain
buah mahkota dewa perlu dilakukan karena terkait dengan stabilitas fisis sirup,
dahulu. Untuk menentukan volume piknometer dibutuhkan suatu zat yang telah
diketahui nilai kerapatannya, oleh karena itu digunakan air. Dalam penentuan
volume piknometer, suhu air diturunkan ± 2o C di bawah suhu percobaan. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan pengamatan saat suhu air naik mencapai suhu
piknometer. Suhu sampel sirup yang akan diukur kerapatannya juga diturunkan ±
2o C di bawah suhu percobaan seperti halnya pada air. Penurunan suhu ini
dilakukan saat suhu sampel mencapai suhu kamar, yaitu 28o C. Hal ini bertujuan
untuk mencegah adanya pengembunan pada bagian luar piknometer yang bisa
piknometer yang berisi sirup perasan daging buah mahkota dewa lebih rendah
kerapatan sirup tiap minggu dibandingkan dengan kerapatan sirup pada awal
digunakan untuk menguji perbedaan nilai rata-rata kerapatan sirup antara dua
sampel sirup yang berbeda (tidak berhubungan). Nilai rata-rata kerapatan sirup
sirup pada waktu tertentu penyimpanan dilambangkan µ2. Hipotesis nol (Ho),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hipotesis alternatif (H1) dan wilayah kritis yang digunakan dalam uji tersebut
yaitu:
Ho : µ1 - µ2 = 0
H1 : µ1 - µ2 ≠ 0
α : 0,05
Wilayah kritis :
Dari analisis statistik yang dilakukan diperoleh hasil seperti tertera dalam tabel
berikut ini:
Tabel III. Nilai t hasil Independent-Sample T Test nilai kerapatan sirup tiap
minggu dibandingkan dengan nilai kerapatan sirup pada awal penyimpanan.
Lama Nilai t
penyimpanan Formula A Formula B
1 37,837 5,480
2 13,479 5,840
3 150,500 1,078
4 209,000 4,025
5 20,313 -0,456
6 55,318 19,304
formula A selama 6 minggu penyimpanan, diperoleh nilai t uji yang lebih besar
dari harga ttabel, sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa mulai dari minggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kerapatan sirup formula B, diperoleh nilai t uji > 4,303 mulai dari minggu
perubahan kerapatan sirup yang bermakna secara statistik. Pada minggu ketiga
sampai kelima penyimpanan, diperoleh nilai t uji < 4,303 sehingga Ho diterima.
sirup. Perubahan nilai kerapatan sirup yang bermakna terjadi setelah sirup formula
B disimpan selama 6 minggu. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t uji > 4,303. Dengan
penyimpanan.
kurang bisa digunakan untuk menentukan formula sirup manakah yang memiliki
nilai kerapatan sirup yang lebih stabil selama penyimpanan. Oleh karena itu,
digunakan nilai Mean Difference (perbedaan rata-rata) yang diperoleh dari hasil
uji Independent-Sample T Test terhadap nilai kerapatan tiap formula sirup pada
tiap minggu penyimpanan terhadap nilai kerapatan sirup pada awal penyimpanan.
Nilai Mean Difference ini merupakan selisih antara rata-rata nilai kerapatan sirup
pada tiap minggu penyimpanan dengan rata-rata nilai kerapatan sirup pada awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penyimpanan. Semakin besar selisih rata-rata nilai kerapatan sirup pada tiap
Adapun nilai Mean Difference yang diperoleh dari hasil uji Independent-
Sample T Test antara nilai kerapatan sirup pada tiap minggu penyimpanan
terhadap nilai kerapatan sirup pada awal penyimpanan adalah sebagai berikut:
Tabel IV. Nilai Mean Difference hasil Independent-Sample T Test nilai kerapatan
sirup tiap minggu dibandingkan dengan nilai kerapatan sirup pada awal
penyimpanan.
dengan sirup formula B. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tiap minggu
penyimpanan, perubahan nilai kerapatan yang terjadi pada sirup formula A lebih
besar dibandingkan dengan perubahan nilai kerapatan yang terjadi pada sirup
kerapatan yang relatif lebih stabil dibandingkan sirup yang menggunakan 650 g
4. Pengukuran pH Sirup
tinggi. Tingkat keasaman yang tinggi pada sirup akan meningkatkan terjadinya
asam asetat. Adanya asam asetat dalam sirup akan membuat tingkat keasaman
dalam sirup merupakan salah satu tanda ketidakstabilan sirup. Oleh karena itu,
daging buah mahkota dewa selama 6 minggu penyimpanan, nilai pH sirup pada
dilambangkan µ2. Hipotesis nol (Ho), hipotesis alternatif (H1) dan wilayah kritis
Ho : µ1 - µ2 = 0
H1 : µ1 - µ2 ≠ 0
α : 0,05
Wilayah kritis :
Tabel VI. Nilai t hasil uji Independent-Sample T Test nilai pH sirup tiap minggu
dibandingkan dengan nilai pH sirup pada awal penyimpanan.
Lama Nilai t
penyimpanan Formula A Formula B
1 5,126 15,377
2 8,132 18,336
3 10,553 28,638
4 7,559 29,933
5 15,495 28,677
6 14,473 37,951
penyimpanan terhadap nilai pH sirup awal diperoleh hasil bahwa sejak minggu
pertama penyimpanan, nilai t uji untuk kedua formula sirup lebih besar daripada
nilai ttabel ( t uji > 4,303). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kedua formula
sirup yang dibuat telah mengalami perubahan nilai pH yang bermakna secara
rata-rata pH sirup pada awal penyimpanan dilambangkan µ1, sedangkan nilai rata-
Hipotesis nol (Ho), hipotesis alternatif (H1) dan wilayah kritis yang digunakan
Ho : µ1 - µ2 ≤ 0
H1 : µ1 - µ2 > 0
α : 0,05
Wilayah kritis :
formula sirup adalah lebih besar dari ttabel ( t uji > 2,920) sehingga Ho ditolak. Hal
tersebut menunjukkan bahwa nilai pH sirup pada awal penyimpanan lebih besar
bahwa pada sirup formula A dan B telah terjadi penurunan nilai pH yang
sirup pada tiap minggu penyimpanan terhadap awal penyimpanan. Oleh karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
itu, digunakan nilai Mean Difference yang merupakan selisih antara rata-rata nilai
pH sirup pada tiap minggu penyimpanan dengan rata-rata nilai pH sirup pada awal
T Test antara nilai pH sirup pada tiap minggu penyimpanan dibandingkan dengan
Tabel VII. Nilai Mean Difference hasil Independent-Sample T Test nilai pH sirup
tiap minggu dibandingkan dengan nilai pH sirup pada awal penyimpanan.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Mean Difference dari tiap formula
Semakin besar nilai Mean Difference yang diperoleh berarti perubahan nilai pH
sirup yang terjadi juga semakin besar. Hal tersebut menunjukkan tidak stabilnya
nilai pH sirup selama penyimpanan. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa nilai
yang bermakna secara statistik mulai minggu pertama penyimpanan namun dapat
formula B jika dilihat dari nilai Mean Difference yang lebih kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penentuan profil dan tipe alir sirup perasan daging buah mahkota dewa
dilakukan pada awal dan minggu keenam penyimpanan. Hal tersebut bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya perubahan tipe alir sirup selama 6 minggu
penyimpanan. Profil dan tipe alir ini penting karena dapat digunakan untuk
sirup termasuk dalam tipe alir Newtonian, maka viskositas sirup akan stabil
dengan adanya perlakuan, seperti pengadukan dan penggojogan. Tetapi jika sirup
termasuk dalam tipe alir non-Newtonian, maka dengan adanya perlakuan seperti
Penentuan profil dan tipe alir sirup menggunakan alat viscometer Stormer. Data
Tabel VIII. Kecepatan alir pada tiap penambahan beban pada sirup
formula A
Awal 6 minggu
Beban Waktu (detik) Kecepatan alir Waktu (detik) Kecepatan alir
(gram) (rpm) (rpm)
50 25,85 58,0271 26,04 57,6037
55 20,45 73,3496 21,43 69,9953
60 18,50 81,0811 17,22 87,1080
65 16,54 90,6892 14,66 102,3192
70 13,56 110,6195 12,97 115,6515
75 12,90 116,2791 11,63 128,9768
80 11,18 134,1682 10,53 142,4501
85 10,72 139,9254 9,22 162,6898
90 10,43 143,8159 8,90 168,5393
95 8,34 179,8561 8,59 174,6217
100 6,97 215,2080 7,35 204,0816
105 6,77 221,5657 6,74 222,5519
110 6,57 228,3105 6,59 227,6176
115 6,20 241,9355 6,20 241,9355
120 5,84 256,8493 6,02 249,1694
125 5,75 260,8696 5,91 253,8071
130 5,06 296,4427 5,69 263,6204
Nilai r 0,9910 0,9952
400
300
200
100
0
0 50 100 150
beban (gram)
awal penyimpanan minggu ke-6 penyimpanan
Gambar 1. Kurva hubungan beban (gram) vs kecepatan alir (rpm) pada sirup
formula A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IX. Kecepatan alir pada tiap penambahan beban pada sirup formula B
Awal 6 minggu
Beban Waktu Kecepatan alir Waktu (detik) Kecepatan alir
(gram) (detik) (rpm) (rpm)
50 23,88 62,8141 26,68 56,2219
55 18,72 80,1282 24,46 61,3246
60 17,47 85,8614 19,24 77,9626
65 14,27 105,1156 15,46 97,0246
70 12,43 120,6758 13,43 111,6902
75 11,48 130,6620 11,93 125,7334
80 9,68 154,9587 11,22 133,6898
85 8,97 167,2241 10,80 138,8889
90 8,47 177,0956 8,63 173,8123
95 7,50 200 8,29 180,9409
100 6,72 223,2143 7,42 202,1563
105 6,62 226,5861 7,05 212,7659
110 6,37 235,4788 6,67 224,8876
115 6,00 250 6,35 236,2205
120 5,72 262,2378 5,99 250,4174
125 5,38 278,8104 5,76 260,4167
130 5,15 291,2621 5,49 273,2240
Nilai r 0,9975 0,9972
200
100
0
0 50 100 150
beban (gram)
awal penyimpanan minggu ke-6 penyimpanan
Gambar 2. Kurva hubungan beban (gram) vs kecepatan alir (rpm) pada sirup
formula B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hubungan antara penambahan beban dan kecepatan alir. Data yang diperoleh dari
hampir sama, yaitu menyerupai garis lurus, baik pada awal maupun minggu
Penentuan tipe alir kedua formula sirup dapat ditentukan dari ada
alir sirup. Untuk tujuan ini, digunakan metode analisis statistik regresi linear.
Dengan uji tersebut diperoleh nilai koefisien relasi antara penambahan beban dan
perubahan kecepatan alir yang terjadi. Hipotesis nol (Ho) yang digunakan
menyatakan tidak ada korelasi yang proporsional antara penambahan beban dan
sebaliknya. Hipotesis nol (Ho), hipotesis alternatif (H1) dan wilayah kritis yang
Ho : ρ = 0
H1 : ρ ≠ 0
α : 0,05
Wilayah kritis :
Dari hasil uji regresi linear yang telah dilakukan, diperoleh nilai r uji sirup
formula A, baik pada awal maupun minggu keenam penyimpanan, lebih besar
daripada rtabel ( r uji > 0,482) sehingga Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan
perubahan kecepatan alir sirup, yang berarti bahwa adanya penambahan beban
beban vs kecepatan alir pada sirup formula B, baik pada awal maupun minggu
keenam penyimpanan, diperoleh nilai r uji > 0,482 sehingga Ho ditolak. Hal
memiliki profil alir yang hampir sama selama 6 minggu penyimpanan. Hasil
dengan perubahan kecepatan alir. Hal ini berarti bahwa adanya penambahan
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua formula sirup termasuk
Dengan demikian, bisa diperkirakan bahwa viskositas sirup perasan daging buah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mahkota dewa akan relatif stabil selama penyimpanan dengan adanya perlakuan,
misal pengadukan dan penggojogan, selama dan setelah proses pembuatan sirup
BAB V
A. Kesimpulan
1. Perbandingan stabilitas fisis sediaan sirup perasan daging buah mahkota dewa
sebagai berikut:
c. Sirup perasan daging buah mahkota dewa yang dibuat dengan 650 g
d. Profil dan tipe alir sirup perasan daging buah mahkota dewa tidak
2. Secara keseluruhan, sirup perasan daging buah mahkota dewa tidak memiliki
stabilitas fisis yang baik selama penyimpanan tetapi bila dibandingkan, sirup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan campuran sukrosa 422,5 g dan sorbitol 227,5 g sebagai bahan pemanis
menghasilkan sirup perasan daging buah mahkota dewa dengan stabilitas fisis
yang lebih baik dibandingkan sirup dengan 650 g sukrosa ditinjau dari nilai
B. Saran
2. Perlu diadakan penelitian tentang stabilitas kimiawi sirup perasan daging buah
mahkota dewa untuk mengetahui ada tidaknya perubahan kandungan zat aktif
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang khasiat dari sirup perasan daging
kristalisasi sukrosa.
C. Kelemahan
digunakan dalam penelitian, dimana kadar sukrosa pada formula A lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1969, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, 121 - 126, Lea
& Febringer, Philadelphia.
Aulton, M., 2002, Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design, 2nd Ed.,
41-53,318,321, Churchill Livingstone, London
Backer and Backhuizen van den Brink, 1963, Flora of Java, Vol. I, 943, N.V.P,
Noordhoff, the Netherlands
Bestari, 2001, Efek Hipoglikemik Rebusan Daging Buah Makuto Dewo pada
Tikus Diabetes Tidak Tergantung Insulin (DMTTI), Skripsi, Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Carter, S. J., 1975, Dispensing for Pharmaceutical Students, 12th Ed., 52,358-349,
Pitman Medical, Great Britain.
Dalimartha, S., 2003, Atlas Tanaman Obat Indonesia, Jilid 3, cet.I, 62-65, Puspa
Swara, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Harmanto, N, 2005, Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa, 12, cet.I, Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Martin, A.; Swarbick, J.; and Cammarata, A., 1983, Physical Pharmacy, 3rd Ed.,
522-542, Lea & Febiger, Philadelphia.
Martin, A.; Swarbick, J.; and Cammarata, A., 1993, Farmasi Fisik, Ed. 3, 1079,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Saragih, 2001, Efek Hipoglikemik Rebusan Daging Buah Makuto Dewo pada
Tikus Diabetes Tergantung Insulin (DMTI), Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sisilia, 2001, Toksisitas Akut Oral Rebusan Daging Buah Makuto Dewo pada
Mencit Jantan Terinduksi Parasetamol, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sumastuti, 2001, Efek Antihistamin Daun dan Buah Makuto Dewo pada Ileum
Marmut Terpisah, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Wijayanti, 2002, Efek Hepatoprotektif dari Perasan Daging Buah Makuto Dewo
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Jantan Terinduksi
CCl4, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1
FOTO-FOTO HASIL PENELITIAN
Gambar 6. Foto sirup perasan daging buah mahkota dewa formula A dan B
Gambar 7. Foto pemisahan pada sirup perasan daging buah mahkota dewa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3
FORMULA A
Uji Kerapatan awal
Piknometer kosong : 25,4085 g
Piknometer + air : 35,3664 g
Piknometer + sampel 1 : 37,9357 g
Piknometer + sampel 2 : 37,9359 g
Piknometer + sampel 3 : 37,9352 g
Volume piknometer : 9,9872 ml
Kerapatan sampel 1 : 1,2543 g/ml
Kerapatan sampel 2 : 1,2544 g/ml
Kerapatan sampel 3 : 1,2543 g/ml
FORMULA B
Hasil Uji Independent-Sample T Test Nilai Kerapatan Sirup pada Tiap Minggu Penyimpanan
terhadap Nilai kerapatan Sirup pada Awal Penyimpanan
FORMULA A
Awal penyimpanan vs minggu ke-1
Group Statistics
Std. Error
penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
kerapatan minggu ke-0 3 1,254333 ,0000577 ,0000333
minggu ke-1 3 1,239733 ,0006658 ,0003844
Std. Error
penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
kerapatan minggu ke-0 3 1,254333 ,0000577 ,0000333
minggu ke-2 3 1,244167 ,0013051 ,0007535
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Std. Error
penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
kerapatan minggu ke-0 3 1,254333 ,0000577 ,0000333
mimggu ke-3 3 1,244300 ,0001000 ,0000577
Std. Error
penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
kerapatan minggu ke-0 3 1,254333 ,0000577 ,0000333
minggu ke-4 3 1,240400 ,0001000 ,0000577
Std. Error
penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
kerapatan minggu ke-0 3 1,254333 ,0000577 ,0000333
minggu ke-5 3 1,242567 ,0010017 ,0005783
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Std. Error
penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
kerapatan minggu ke-0 3 1,254333 ,0000577 ,0000333
minggu ke-6 3 1,242967 ,0003512 ,0002028
FORMULA B
Awal penyimpanan vs minggu ke-1
Group Statistics
Std. Error
penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
kerapatan minggu ke-0 3 1,214533 ,0000577 ,0000333
minggu ke-1 3 1,212467 ,0006506 ,0003756
Std. Error
penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
kerapatan minggu ke-0 3 1,214533 ,0000577 ,0000333
minggu ke-2 3 1,213867 ,0010693 ,0006173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Std. Error
penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
kerapatan minggu ke-0 3 1,214533 ,0000577 ,0000333
minggu ke-3 3 1,213333 ,0003512 ,0002028
Std. Error
penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
kerapatan minggu ke-0 3 1,214533 ,0000577 ,0000333
minggu ke-4 3 1,212433 ,0009018 ,0005207
Std. Error
penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
kerapatan minggu ke-0 3 1,214533 ,0000577 ,0000333
minggu ke-5 3 1,214667 ,0005033 ,0002906
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Std. Error
penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
kerapatan minggu ke-0 3 1,214533 ,0000577 ,0000333
minggu ke-6 3 1,210567 ,0003512 ,0002028
Hasil Uji Independent-Sample T Test Nilai pH Sirup pada Tiap Minggu Penyimpanan
terhadap Nilai pH Sirup Awal Penyimpanan
FORMULA A
Awal penyimpanan vs minggu ke-1
Group Statistics
Std. Error
Lama_penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
pH minggu ke-0 3 5,523333 ,0152753 ,0088192
minggu ke-1 3 5,466667 ,0115470 ,0066667
Std. Error
Lama_penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
pH minggu ke-0 3 5,523333 ,0152753 ,0088192
minggu ke-2 3 5,446667 ,0057735 ,0033333
Std. Error
Lama_penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
pH minggu ke-0 3 5,523333 ,0152753 ,0088192
minggu ke-3 3 5,406667 ,0115470 ,0066667
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Std. Error
Lama_penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
pH minggu ke-0 3 5,523333 ,0152753 ,0088192
minggu ke-4 3 5,390000 ,0264575 ,0152753
Std. Error
Lama_penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
pH minggu ke-0 3 5,523333 ,0152753 ,0088192
minggu ke-5 3 5,360000 ,0100000 ,0057735
Std. Error
Lama_penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
pH minggu ke-0 3 5,523333 ,0152753 ,0088192
minggu ke-6 3 5,363333 ,0115470 ,0066667
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FORMULA B
Awal penyimpanan vs minggu ke-1
Group Statistics
Std. Error
Lama_penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
pH minggu ke-0 3 5,606667 ,0152753 ,0088192
minggu ke-1 3 5,436667 ,0115470 ,0066667
Std. Error
Lama_penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
pH minggu ke-0 3 5,606667 ,0152753 ,0088192
minggu ke-2 3 5,333333 ,0208167 ,0120185
Std. Error
Lama_penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
pH minggu ke-0 3 5,606667 ,0152753 ,0088192
minggu ke-3 3 5,336667 ,0057735 ,0033333
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Std. Error
Lama_penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
pH minggu ke-0 3 5,606667 ,0152753 ,0088192
minggu ke-4 3 5,233333 ,0152753 ,0088192
Std. Error
Lama_penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
pH minggu ke-0 3 5,606667 ,0152753 ,0088192
minggu ke-5 3 5,190000 ,0200000 ,0115470
Std. Error
Lama_penyimpanan N Mean Std. Deviation Mean
pH minggu ke-0 3 5,606667 ,0152753 ,0088192
minggu ke-6 3 5,133333 ,0152753 ,0088192