Anda di halaman 1dari 22

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Mashudi, M.Pd

DI SUSUN OLEH:

Herwinda Nurlaily F1221151019

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, memanjatkan puji syukur kehadirat


ALLAH SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas Makalah Mata kuliah Pendidikan Multikultural.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Prof. Dr.
Mashudi M.Pd yang telah memberikan Saya tugas ini, sehingga saya bisa
mengetahui tentang multikultural.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya
hadapi. Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyususnan materi ini
tidak lain berkat bantuan dan dorongan dari kedua orang tua dan teman-teman,
sehingga kendala-kendala yang saya hadapi bisa teratasi. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang Multikultural, yang saya sajikan
berdasarkan referensi yang saya dapat dari internet.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas TanjungPura. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada Dosen Pengampu kami
meminta masukkannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Pontianak, April 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2

A. Pengertian Multikultural........................................................................ 2
B. Jenis-Jenis Multikultural ....................................................................... 3
C. Ciri-Ciri Multikultural ........................................................................... 6
D. Penyebab Terciptanya Masyarakat Multikultural ................................. 7
E. Pentingnya Multikultural. ...................................................................... 10
F. Konflik Yang Muncul Akibat Multikultural ......................................... 14
G. Pemecahan Masalah Multikultural. ....................................................... 15

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 17

A. Kesimpulan ......................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.
Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang
begitu beragam dan luas. Pada prinsipnya, pendidikan multikultural adalah
pendidikan yang mengharagai perbedaan. Sehingga nantinya perbedaan
tersebut tidak menjadi sumber konflik dan perpecahan. Sikap saling toleransi
inilah yang nantinya akan menjadikan keberagaman yang dinamis, kekayaan
budaya yang menjadi jati diri bangsa yang patut untuk dilestarikan. Dengan
beragamnya suku bangsa agama dan lain sebagainya kita perlu mengetahui
seluk beluk tentang multikultural sehingga untuk kedepannya kita bisa
mengetahui seperti apa multikultural itu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Multikultural?
2. Apa saja Jenis-Jenis Multikultural?
3. Apa saja Ciri-Ciri Multikultural?
4. Bagaimana Penyebab Terciptanya Masyarakat Multikultural?
5. Apa Pentingnya Multikultural?
6. Seperti apa Konflik Yang Muncul Akibat Multikultural?
7. Bagaimana cara Pemecahan Masalah Multikultural?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Multikultural
2. Mengetahui Jenis-Jenis Multikultural
3. Mengetahui Ciri-Ciri Multikultural
4. Mengetahui Penyebab Terciptanya Masyarakat Multikultural
5. Mengetahui Pentingnya Multikultural
6. Mengetahui Konflik Yang Muncul Akibat Multikultural
7. Mengetahui Pemecahan Masalah Multikultural

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Multikultural
Ada banyak sekali pengertian mulikultural mulai dari menurut para
ahli sampai ke pengertian menurut bahasa dan lain sebagainya. Menurut
Parsudi Suparlan (2002) akar kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan,
yaitu kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi
kehidupan manusia. Gibson (1984) mendefinisikan bahwa multikultural
adalah suatu proses yang membantu individu mengembangkan cara
menerima, mengevaluasi, dan masuk ke dalam sistem budaya yang berbeda
dari yang mereka miliki. Menurut Furnivall, masyarakat multikultural adalah
suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-
sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain didalam suatu kesatuan politik.
Multikultur adalah berbagai macam status social budaya meliputi latar
belakang, tempat, agama, ras, suku dll. Jadi pendidikan multicultural adalah
usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian didalam dan diluar sekolah
yang mempelajari tentang berbagai macam status sosial, ras, suku, agama
agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam menghadapi masalah-masalah
keberagaman budaya. Sedangkan Menurut Wikipedia Multikulturalisme
adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang
tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang
menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai
macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat
menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka
anut.
Jadi, dapat disimpulkan multikultural adalah istilah yang digunakan
untuk menjelaskan mengenai ragam kehidupan manusia atau menegnai
kebudayaan yang beragam atau berbagai macam adat istiadat atau pola
kehidupan.

2
B. Jenis-Jenis Multikultural
Berbagai macam pengertian dan kecenderungan perkembangan
konsep serta praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli,
membuat seorang tokoh bernama Parekh (1997:183-185) membedakan lima
macam/jenis multikulturalisme:
1. Multikulturalisme Isolasionis
Multikulturalisme isolasionis mengacu kepada masyarakat dimana
berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat
dalam interaksi satu sama lain. Kelompok ini menerima keragaman, tetapi
pada saat yang sama berusaha mempertahankan budaya mereka secara
terpisah dari masyarakat lain umumnya.
Contoh :
- Masyarakat yang ada pada sistem "millet" di Turki Usmani.
- Masyarakat Amish di USA.
- Masyarakat Baduy di Banten.
- Suku Mascho Piro yang hidup di Taman Nasional Manu, tenggara
Peru.
- Suku Korowai, mereka tinggal di Papua New Guinea dan budaya
mereka masih tetap terisolasi dari peradaban modern.
2. Multikulturalisme Akomodatif
Multikulturalisme akomodatif yakni masyarakat plural yang memiliki
kultur atau budaya dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-
akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultural kaum minoritas. Masyarakat
kaum multikultural akmodatif merumuskan dan menerapkan undang-
undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kutural dan
memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan
dan mengembangkan kebudayaan mereka; sebaliknya kaum minoritas
tidak menantang kultur dominan. Tipe masyarakat multikulturalisme
akomodatif ini dapat ditemukan di Inggris, Prancis, dan beberapa negara
eropa lainnya.
Contoh :

3
- Di negara Inggris membantu integrasi para imigran dan kaum
minoritas, menghilangkan berbagai halangan terhadap keikutsertaan
mereka dalam kehidupan bernegara.
- Perancis menerapkan izin waktu bagi para umat Muslim untuk shalat
dan beribadah di saat waktu kerja.
- Banyaknya negara – negara di Eropa sudah menerapkan label
“Halal” pada makanan yang mereka jual, sehingga membantu
masyarakat umat Muslim dalam memilih makanan.
- Di negara Indonesia yang masyarakatnya mayoritas umat bergama
Islam, tapi dalam membentuk undang – undang sesuai atau tidak
menganggu hak dan kewajiban dari pemeluk agama lain.
- Di negara – negara Eropa, pemerintahnya sudah mulai menerapkan
kurikulum pendidikan agama Islam ke setiap sekolah yang
membutuhkan. Serta mengizinkan pendirian sekolah – sekolah Islam.
3. Multukulturalisme Otonomis
Multukulturalisme otonomis yakni masyarakat plural dimana kelompok-
kelompk kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality)
dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam
kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Fokus pokok
kelompok ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang
memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang
kelompok kultural dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat
dimana semua kelompok dapat eksis sebagai mitra yang sejajar.
Contoh :
- Kaum zionis Yahudi yang menolak keberadaan kamu palestina.
- Negara Indonesia yang kaum mayoritasnya menginginkan negara
dengan tegaknya syariat Islam.
- Negara Belanda melarang pembangunan menara – menara masjid.
- Di Swiss pemerintah melarang penggunaan Hijab dan Cadar bagi
masyarakatnya.

4
- Negara Indonesia di sebagian besar wilayahnya, masing – masing
pemerintah melarang penjualan dan bukanya rumah makan selama
bulan puasa. Padahal banyak juga masyarakat yang tidak
menjalankan puasa.
4. Multikulturalisme Kritikal atau Interaktif
Multikulturalisme kritikal atau interaktif yakni masyarakat plural dimana
kelompok-kelompok kultural tidak terlalu fokus dengan kehidupan
kultural otonom, tetapi lebih menuntut penciptaan kultur kolektif yang
mencerminkan dan menegaskan perspektif mereka.
Contoh :
- Nelson Mandela salah satu tokoh yang menolak politik kulit hitam /
“APARTHEID” yang membuat orang kulit hitam menjadi warga
kelas bawah.
- Gus Dur mantan presiden Indonesia yang memperjuangkan hak
warga kaum Tioghoa untuk merayakan hari raya Imlek.
- Pendeta Martin Luther King, Jr., Ph.D. M enentang diskriminasi
terhadap orang-orang kulit hitam.
- Hajjah Rangkayo Rasuna Said, ia memperjuangkan adanya
persamaan hak antara pria dan wanita.
- Prof. Dr. Nurcholish Madjid biasa dipanggil Cak Nur mendukung
konsep kebebasan dalam beragama, namun bebas dalam konsep Cak
Nur tersebut dimaksudkan sebagai kebebasan dalam menjalankan
agama tertentu yang disertai dengan tanggung jawab penuh atas apa
yang dipilih.
5. Multikulturalisme Kosmopolitan
Multikulturalisme kosmopolitan yakni dimana masyarakat plural berusaha
menghapuskan batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan
sebuah masyarakat dimana setiap individu tidak lagi terkait pada budaya
tertentu, dan sebaliknya secara bebas terlibat dalam eksperimen-
eksperimen interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan
kultural masing-masing. Sebagian besar pendukung multikulturalisme

5
jenis ini ialah kelompok liberal yang memiliki kecenderungan
postmodern, memandang seluruh budaya sebagai resources yang dapat
mereka pilih dan ambil secara bebas.
Contoh :
- Masyarakat yang ada di negara Amerika Serikat, sebagian besar
masyarakatnya yang terdiri berbagai macam suku bangsa sudah mulai
meninggalkan budaya ke-sukuan. Justru timbul budaya multikultural
baru yaitu, : Haloween, Thanksgiving dan lain – lain.
- Di negara Singapura yang mayoritas penduduknya dari pendatang,
memunculkan budaya oriental dalam kehidupan masyarakatnya.
- Di negara Perancis, ada sebuah kawasan pantai dimana para
pengunjungnya diperbolehkan bebas untuk telanjang / tidak
mengenakan pakaian.
- Di negara Amerika Serikat dan Eropa sudah banyak masyarakatnya
dapat tinggal satu rumah pria dan wanita walaupun belum terikat
status pernikahan yang sah.

C. Ciri-Ciri Masyarakat Multikultural


Untuk dapat melihat apakah suatu negara atau suatu daerah
merupakan masyarakat multikultural, yakni kita bisa mengetahuinya dengan
melihat ciri-ciri dari masyarakat tersebut:
1. Terjadi segmentasi, yaitu masyarakat yang terbentuk oleh bermacam-
macam suku, ras, dll tapi masih memiliki pemisah. Yang biasanya
pemisah itu adalah suatu konsep yang disebut primordial. Contohnya, di
Jakarta terdiri dari berbagai suku dan ras, baik itu suku dan ras dari daerah
dalam negeri maupun luar negeri, dalam kenyataannya mereka memiliki
segmen berupa ikatan primordial kedaerahaannya.
2. Memilki struktur dalam lembaga yang non komplementer, maksudnya
adalah dalam masyarakat majemuk suatu lembaga akam mengalami
kesulitan dalam menjalankan atau mengatur masyarakatnya alias karena
kurang lengkapnya persatuan yang terpisah oleh segmen-segmen tertentu.

6
3. Konsensus rendah, maksudnya adalah dalam kelembagaan pastinya perlu
adanya suatu kebijakan dan keputusan. Keputusan berdasarkan
kesepakatan bersama itulah yang dimaksud konsensus, berarti dalam suatu
masyarakat majemuk sulit sekali dalam pengambilan keputusan.
4. Relatif potensi ada konflik, dalam suatu masyarakat majemuk pastinya
terdiri dari berbagai macam suku adat dan kebiasaan masing-masing.
Dalam teorinya semakin banyak perbedaan dalam suatu masyarakat,
kemungkinan akan terjadinya konflik itu sangatlah tinggi dan proses peng-
integrasianya juga susah.
5. Integrasi dapat tumbuh dengan paksaan, seperti yang sudah saya jelaskan
di atas, bahwa dalam masyarakat multikultural itu susah sekali terjadi
pengintegrasian, maka jalan alternatifnya adalah dengan cara paksaan,
walaupun dengan cara seperti ini integrasi itu tidak bertahan lama.
6. Adanya dominasi politik terhadap kelompok lain, karena dalam
masyarakat multikultural terdapat segmen-segmen yang berakibat pada
ingroup fiiling tinggi maka bila suaru ras atau suku memiliki suatu
kekuasaan atas masyarakat itu maka dia akan mengedapankan kepentingan
suku atau rasnya.

D. Penyebab Terciptanya Masyarakat Multikultural


Pada dasarnya semua bangsa di dunia bersifat multikultural. Adanya
masyarakat multikultural memberikan nilai tambah bagi bangsa tersebut.
Keragaman ras, etnis, suku, ataupun agama menjadi karakteristik tersendiri,
sebagaimana bangsa Indonesia yang unik dan rumit karena kemajemukan suku
bangsa, agama, bangsa, maupun ras. Masyarakat multikultural Indonesia
adalah sebuah masyarakat yang berdasarkan pada ideologi multikulturalisme
atau Bhinneka Tunggal Ika yang multikultural, yang melandasi corak struktur
masyarakat Indonesia pada tingkat nasional dan lokal.
Berkaca dari masyarakat multikultural bangsa Indonesia, kita akan
mempelajari penyebab terbentuknya masyarakat multikultural.
Keanekaragaman budaya dan masyarakat dianggap pendorong utama

7
munculnya persoalan-persoalan baru bagi bangsa Indonesia. Faktor penyebab
terciptanya masyarakat multikultural adalah sbb :
1. Faktor geografis, faktor ini sangat mempengaruhi apa dan bagaimana
kebiasaan suatu masyarakat. Maka dalam suatu daerah yang memiliki
kondisi geografis yang berbeda maka akan terdapat perbedaan dalam
masyarakat (multikultural).
2. Pengaruh budaya asing, mengapa budaya asing menjadi penyebab
terjadinya multikultural, karena masyarakat yang sudah mengetahui
budaya-budaya asing kemungkinan akan terpengaruh mind set mereka.
3. Kondisi iklim yang berbeda, maksudnya hampir sama denga perbedaan
letak geografis suatu daerah.
4. Keanekaragaman Suku Bangsa, Indonesia adalah salah satu negara di
dunia yang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa banyaknya. Yang
menjadi sebab adalah keberadaan ratusan suku bangsa yang hidup dan
berkembang di berbagai tempat di wilayah Indonesia. Kita bisa
membayangkan apa jadinya apabila masing-masing suku bangsa itu
mempunyai karakter, adat istiadat, bahasa, kebiasaan, dan lain-lain.
5. Keanekaragaman Agama, Letak kepulauan Nusantara pada posisi silang
di antara dua samudra dan dua benua, jelas mempunyai pengaruh yang
penting bagi munculnya keanekaragaman masyarakat dan budaya.
Dengan didukung oleh potensi sumber alam yang melimpah, maka
Indonesia menjadi sasaran pelayaran dan perdagangan dunia. Apalagi di
dalamnya telah terbentuk jaringan perdagangan dan pelayaran antarpulau.
Dampak interaksi dengan bangsa-bangsa lain itu adalah masuknya
beragam bentuk pengaruh agama dan kebudayaan. Selain melakukan
aktivitas perdagangan, para saudagar Islam, Hindu, Buddha, juga
membawa dan menyebarkan ajaran agamanya. Apalagi setelah bangsa
Barat juga masuk dan terlibat di dalamnya. Agama-agama besar pun
muncul dan berkembang di Indonesia, dengan jumlah penganut yang
berbeda-beda. Kerukunan antarumat beragama menjadi idam-idaman

8
hampir semua orang, karena tidak satu agama pun yang mengajarkan
permusuhan.
6. Keanekaragaman Ras, Salah satu dampak terbukanya letak geografis
Indonesia, banyak bangsa luar yang bisa masuk dan berinteraksi dengan
bangsa Indonesia. Misalnya, keturunan Arab, India, Persia, Cina,
Hadramaut, dan lain-lain. Dengan sejarah, kita bisa merunut bagaimana
asal usulnya. Bangsa-bangsa asing itu tidak saja hidup dan tinggal di
Indonesia, tetapi juga mampu berkembang secara turun-temurun
membentuk golongan sosial dalam masyarakat kita. Mereka saling
berinteraksi dengan penduduk pribumi dari waktu ke waktu. Bahkan ada
di antaranya yang mampu mendominasi kehidupan perekonomian
nasional. Misalnya, keturunan Cina.
Dari keterangan-keterangan tersebut terlihat bahwa bangsa Indonesia
terdiri atas berbagai kelompok etnis, agama, budaya yang berpotensi
menimbulkan konflik sosial. Berkaitan dengan perbedaan identitas dan
konflik sosial muncul tiga kelompok sudut pandang yang berkembang, yaitu:
a) Pandangan Primordialisme
Kelompok ini menganggap perbedaan-perbedaan yang berasal dari
genetika seperti suku, ras, agama merupakan sumber utama lahirnya
benturan-benturan kepentingan etnis maupun budaya.
b) Pandangan Kaum Instrumentalisme
Menurut mereka, suku, agama, dan identitas yang lain dianggap sebagai
alat yang digunakan individu atau kelompok untuk mengejar tujuan yang
lebih besar baik dalam bentuk materiil maupun nonmateriil.
c) Pandangan Kaum Konstruktivisme
Kelompok ini beranggapan bahwa identitas kelompok tidak bersifat kaku,
sebagaimana yang dibayangkan kaum primordialis. Etnisitas bagi
kelompok ini dapat diolah hingga membentuk jaringan relasi pergaulan
sosial. Oleh karena itu, etnisitas merupakan sumber kekayaan hakiki yang
dimiliki manusia untuk saling mengenal dan memperkaya budaya. Bagi
mereka persamaan adalah anugerah dan perbedaan adalah berkah.

9
E. Pentingnya Multikultural
Multikultural sangat penting bagi warga Negara Indonesia karena
multikulturalisme sangat bermanfaat untuk membangun kohesifitas, soliditas
dan intimitas di antara keragamannya etnik, ras, agama, budaya dan kebutuhan
di antara kita. Paparan di atas juga memberi dorongan dan spirit bagi lembaga
pendidikan nasional untuk mau menanamkan sikap kepada peserta didik untuk
menghargai orang, budaya, agama, dan keyakinan lain. Harapannya, dengan
implementasi pendidikan yang berwawasan multikultural, akan membantu
siswa mengerti, menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku,
budaya dan nilai kepribadian. Lewat penanaman semangat multikulturalisme
di sekolah-sekolah, akan menjadi medium pelatihan dan penyadaran bagi
generasi muda untuk menerima perbedaan budaya, agama, ras, etnis dan
kebutuhan di antara sesama dan mau hidup bersama secara damai. Agar proses
ini berjalan sesuai harapan, maka seyogyanya kita mau menerima jika
pendidikan multikultural disosialisasikan dan didiseminasikan melalui
lembaga pendidikan, serta, jika mungkin, ditetapkan sebagai bagian dari
kurikulum pendidikan di berbagai jenjang baik di lembaga pendidikan
pemerintah maupun swasta. Apalagi, paradigma multikultural secara implisit
juga menjadi salah satu concern dari Pasal 4 UU N0. 20 Tahun 2003 Sistem
Pendidikan Nasional. Dalam pasal itu dijelaskan, bahwa pendidikan
diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.
Pada konteks ini dapat dikatakan, Dalam sejarahnya, pendidikan
multikultural sebagai sebuah konsep atau pemikiran tidak muncul dalam
ruangan kosong, namun ada interes politik, sosial, ekonomi dan intelektual
yang mendorong kemunculannya. Wacana pendidikan multikultural pada
awalnya sangat bias Amerika karena punya akar sejarah dengan gerakan hak
asasi manusia (HAM) dari berbagai kelompok yang tertindas di negeri
tersebut. Banyak lacakan sejarah atau asal-usul pendidikan multikultural yang
merujuk pada gerakan sosial Orang Amerika keturunan Afrika dan kelompok
kulit berwarna lain yang mengalami praktik diskrinunasi di lembaga-lembaga

10
publik pada masa perjuangan hak asasi pada tahun 1960-an. Di antara lembaga
yang secara khusus disorot karena bermusuhan dengan ide persamaan ras pada
saat itu adalah lembaga pendidikan. Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an,
suara-suara yang menuntut lembaga-lembaga pendidikan agar konsisten dalam
menerima dan menghargai perbedaan semakin kencang, yang
dikumandangkan oleh para aktivis, para tokoh dan orang tua. Mereka
menuntut adanya persamaan kesempatan di bidang pekerjaan dan pendidikan.
Momentum inilah yang dianggap sebagai awal mula dari konseptualisasi
pendidikan multikultural.
Multikultural mencerminkan keseimbangan antara pemahaman
persamaan dan perbedaan budaya mendorong individu untuk mempertahankan
dan memperluas wawasan budaya dan kebudayaan mereka sendiri. Beberapa
aspek yang menjadi kunci dalam melaksanakan pendidikan multikultural
dalam struktur sekolah adalah tidak adanya kebijakan yang menghambat
toleransi, termasuk tidak adanya penghinaan terhadap ras, etnis dan jenis
kelamin. Juga, harus menumbuhkan kepekaan terhadap perbedaan budaya, di
antaranya mencakup pakaian, musik dan makanan kesukaan. Selain itu, juga
memberikan kebebasan bagi anak dalam merayakan hari-hari besar umat
beragama serta memperkokoh sikap anak agar merasa butuh terlibat dalam
pengambilan keputusan secara demokratis.
Berbagai masalah yang timbul di negara kita, Indonesia, banyak
dikarenakan adanya ketidakberagaman budaya yang memang pada dasarnya
Indonesia adalah negara yang tediri dari berbagai latar belakang sosial budaya
meliputi ras, suku, agama, status sosial, mata pencaharian dan lain-lain.
Berbagai masalah yang timbul itulah yang akhirnya menjadi konflik
berkepanjangan dan tidak bisa menemui titik terang atau jalan keluar untuk
masalah yang menyangkut sosial budaya.
Masalah-masalah akibat ketidak-seragaman budaya tidak hanya
melanda Indonesia saja, di negara maju seperti Amerika Serikat juga memiliki
masalah yang sama dengan Indonesia yaitu masalah multikultural. Konflik-
konflik yang terjadi karena penindasan ras kulit putih terhadap ras kulit hitam.

11
Kelompok etnis minoritas merasa direndahkan oleh kaum mayoritas (sebut
saja ras golongan eropa) yang memang pada kenyataannya segala yang
berkaitan dengan parlemen atau kedudukan dalam pemerintahan maupun
berbagai bidang lainnya banyak dikuasai oleh ras kulit putih. Tidak hanya
masalah diskriminasi yang dilakukan oleh ras kulit putih terhadap ras kulit
hitam, masalah lainnya seperti ketidak-toleran (I’intorelable) seperti ikuisi
(pengadilan negara atas sah-tidaknya teologi atau ideologi), perang agama,
dan hegemoni budaya ditengah kulur monolitik dan uni formitas global.
Berbagai masalah yang menjadi konflik berkepanjangan di Amerika Serikat
memunculkan pentingnya pendidikan multikultural untuk memberikan
persamaan kesempatan pendidikan untuk menangani masalah pertentangan ras
dan mengembangkan toleransi dan sensivitas terhadap sejarah dan budaya dari
kelompok atnis yang beraneka macam di negara Amerika Serikat.
Hal inilah yang sepatutnya dicontoh oleh negara kita, Indonesia,
karena posisi Indonesia dan Amerika adalah sama yaitu sebagai negara yang
multi budaya didalamnya. Amerika serikat telah membuktikan pentingnya
pendidikan multikultural, karena dengan pendidikan yang bersi kurikulum
tentang multikultural sedikit demi sedikit dapat menangani masalah-masalah
multikultural. Dengan adanya pendidikan multikultural akan sedikit demi
sedikit menumbuhkan sikap dan rasa saling mengharga masing-masing
budaya yang berbea.
Dengan demikian, berbagai masalah yang ditimbulkan oleh berbagai
(budaya) lambat laun akan mengikis, tentu saja tidak hanya dengan pendidikan
multikultural saja tapi harus dengan konsep penanaman ideologi negara. Telah
kita ketahui bahwa ideologi negara kita, Indonesia, adalah ideologi Pancasila
lengkap dengan Bhinneka Tunggal Ika harusnya dapat memadamkan berbagai
konflik bahkan seharusnya masalah multikultural tidak dipebolehkan untuk
ada namun tetap saja masalah tersebut tidak pernah habis dan banyak
(sebagian) yang tidak bisa diselesaikan dengan jalan damai. Pertumpahan
darah tidak boleh terjadi,sudah banyak contoh kejaian yang terjadi di
Indonesia akibat dari adanya berbagai macam konflik berdarah di Sampit

12
antara Suku Dayak dan Madura, konflik berdarah di Maluku antara pemeluk
agama Islam dan Kristen dan berbagai contoh konflik berdarah maupun tidak
lainnya yang telah menorehkan luka di bumi kita yang pertiwi ini. akan
memberikan dampak yang lebih baik bagi bangsa kita ini, Indonesia. Sejak
usia dini, peserta didik (siswa) akan lebih mengenal budaya mereka masing-
masing dan mereka akan juga lebih mengenal budaya dari suku lain di
Indonesia sehingga pertikaian antar suku dapat terganti dengan sikap saling
menghormati dan juga yang tidak kalah pentingnya adalah untuk menghindari
terjadinya klain negara latin yang mengakui salah satu budaya Indonesia
sebagai budaya mereka, contohnya batik dan reog yang telah di klaim oleh
Malaysia sebagai budaya mereka, makanan khas Malang yaitu tempe yang
telah diklain Jepang bahkan telah di hak pantenkan sebagai makanan khas
buatan penduduk negara mereka. Maka dari itu, pentingnya pendidikan
multukultural bagi warga negara kita yang memang sarat akan budaya bangsa
yang sesuai dengan peribahasa kita “Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain
ikannya” agar tidak pernah peristiwa yang akan membuat kita kecewa bahkan
malu karena sebagian besar penduduk Indonesia tidak mengenal budaya
mereka sendiri (tari, sastra, hasil kerajinan tangan, dan lain-lain) sehingga
mempermudah negara lain mengklain ciri khas budaya kita karena pada
dasarnya mereka iri kepada indonesia yang sarat akan budaya bangsa.
Apabila kita sebagai masyarakat Indonesia mengenal budaya
bangsanya sendiri tentu saja akan mendatangkan devisa yang sangat besar
bagi negara ini dari sektor pariwisata karena adanya pemikiran turis
mancanegara yang lebih menghargai budaya bangsa kita, mereka datang ke
Indonesia untuk mempelajari kepribadian budaya bangsa, contohnya saja Bali
yang menjadi daya tarik luar biasa bagi masyarakat dunia, andai saja setiap
daerah di Indonesia dapat mengembangkan budaya bahkan menerapkan
budayanya dalam kehidupan sehari-hari dan tidak terpengaruh oleh globalisasi
(masuknya budaya bangsa lain) tentu akan mendatangkan devisa negara yang
luar biasa dari sektor pariwisata, hal ini juga tidak lepas dari campur tangan
pemerintah untuk mengembangkan budaya-budaya bangsa. Di kebanyakan

13
belahan dunia yang lain, dalam sebagian besar dari mereka adalah bangsa-
bangsa bekas jajahan yang terdiri atas kelompok-kelompok etnik dan budaya
yang sangat majemuk itu, multikulturalisme adalah sebuah gagasan yang
diperjuangkan. Bahkan, lebih dini dari itu, kebanyakan negeri-negeri yang
relatif muda usia ini, harus berjuang terlebih dahulu dengan gagasan
nasionalisme.

F. Konflik yang Muncul Akibat Multikultural


Sebagaimana telah dijelaskan di depan bahwa keragaman suku bangsa
yang dimiliki Indonesia adalah letak kekuatan bangsa Indonesia itu sendiri.
Selain itu, keadaan ini menjadikan Indonesia memiliki nilai tambah di mata
dunia. Namun, di sisi lain realitas keanekaragaman Indonesia berpotensi besar
menimbulkan konflik sosial berbau sara (suku, agama, ras, dan adat). Oleh
karena itu, kemampuan untuk mengelola keragaman suku bangsa diperlukan
guna mencegah terjadinya perpecahan yang mengganggu kesatuan bangsa.
Konflik-konflik yang terjadi di Indonesia umumnya muncul sebagai akibat
keanekaragaman etnis, agama, ras, dan adat, seperti konflik antaretnis yang
terjadi di Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Papua, dan lain-lain.
Di Kalimantan Barat adanya kesenjangan perlakuan aparat birokrasi
dan hukum terhadap suku asli Dayak dan suku Madura menimbulkan
kekecewaan yang mendalam. Akhirnya, perasaan ini meledak dalam bentuk
konflik horizontal. Masyarakat Dayak yang termarginalisasi semakin
terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang diskriminatif. Sementara
penegakan hukum terhadap salah satu kelompok tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Sedangkan di Poso, Sulawesi Tengah konflik bernuansa sara mula-
mula terjadi pada tanggal 24 Desember 1998 yang dipicu oleh seorang
pemuda Kristen yang mabuk melukai seorang pemuda Islam di dalam Masjid
Sayo. Kemudian pada pertengahan April 2000, terjadi lagi konflik yang dipicu
oleh perkelahian antara pemuda Kristen yang mabuk dengan pemuda Islam di
terminal bus Kota Poso. Perkelahian ini menyebabkanterbakarnya

14
permukiman orang Pamona di Kelurahan Lambogia. Selanjutnya, permukiman
Kristen melakukan tindakan balasan.
Dari dua kasus tersebut terlihat betapa perbedaan mampu memicu
munculnya konflik sosial. Perbedaan-perbedaan yang disikapi dengan
antisipasi justru akan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan banyak
orang. Oleh karena itu, bagaimana kita bersikap dalam keanekaragaman
benar-benar perlu diperhatikan.

G. Pemecahan Masalah Multikultural


1. Menggunakan Kearifan Lokal
Ada sisi positif dan negatif dari kehadiran ratusan suku bangsa di
Indonesia. Selain bisa memperkaya khazanah kebudayaan nasional, juga
menjadi pemicu munculnya disintegrasi sosial. Sering kita dengar
terjadinya perang antarsuku atau konflik sosial antaretnis di Indonesia.
Ada banyak alasan yang mendasarinya. Tetapi, yang menarik adalah
ternyata banyak suku bangsa yang mempunyai mekanisme atau cara di
dalam menyelesaikan permasalahan itu. Kisah tentang kehidupan
masyarakat di Lembah Baliem, bisa jadi merupakan contoh kearifan lokal
yang dapat kita jadikan referensi dalam upaya mencarikan solusi atas
permasalahan antaretnis atau antarsuku bangsa di Indonesia.
2. Menggunakan Kearifan Nasional
Pada saat kita dihadapkan pada beragam konflik dan sengketa yang terjadi
di antara etnis atau suku bangsa yang ada di Indonesia, belajar dari sejarah
adalah cara yang paling tepat. Pada masa penjajahan Belanda kita
merasakan betapa sulit merangkai nilai persatuan untuk sama-sama
menghadapi bangsa penjajah. Hingga ketika kita mulai menyadarinya di
tahun 1928. Saat itu kita mengakui Indonesia sebagai identitas bersama,
yang mampu mengatasi sejumlah perbedaan kebudayaan di antara suku
bangsa yang ada. Nasionalisme Indonesia pun terbentuk dalam wujud
pengakuan bahasa, tanah air, dan kebangsaan. Dampaknya adalah
perjuangan menghadapi kolonialisme Belanda semakin menampakkan

15
hasilnya. Puncak dari pencarian identitas itu ditemukan pada saat
Pancasila disepakati sebagai dasar negara dan petunjuk/arah kehidupan
bangsa. Kompleksitas keragaman masyarakat dan budaya di Indonesia pun
bisa diakomodasi bersama. Dasar negara inilah yang digunakan oleh para
founding fathers kita pada saat mendirikan sebuah Negara nasional baru.
Disebut negara nasional karena negara Indonesia terdiri atas ratusan suku
bangsa yang bisa hidup berdampingan dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Multikultural adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
mengenai ragam kehidupan manusia atau menegnai kebudayaan yang
beragam atau berbagai macam adat istiadat atau pola kehidupan.
Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam/jenis
multikulturalisme: Multikulturalisme Isolasionis, Multikulturalisme
Akomodatif, Multukulturalisme Otonomis, Multikulturalisme Kosmopolitan
dan Multikulturalisme Kritikal atau Interaktif
Ciri-ciri dari masyarakat multikultural tersebut adalah Terjadi
segmentasi, Memilki struktur dalam lembaga yang non komplementer,
Adanya dominasi politik terhadap kelompok lain, Relatif potensi ada konflik,
Integrasi dapat tumbuh dengan paksaan dan Konsensus rendah.
Faktor penyebab terciptanya masyarakat multikultural adalah Faktor
geografis, Pengaruh budaya asing, Kondisi iklim yang berbeda,
Keanekaragaman Suku Bangsa, Keanekaragaman Agama dan
Keanekaragaman Ras.
Multikultural sangat penting bagi warga Negara Indonesia karena
multikulturalisme sangat bermanfaat untuk membangun kohesifitas, soliditas
dan intimitas di antara keragamannya etnik, ras, agama, budaya dan kebutuhan
di antara kita.
Perbedaan mampu memicu munculnya konflik sosial. Perbedaan-
perbedaan yang disikapi dengan antisipasi justru akan menimbulkan
kesengsaraan dan penderitaan banyak orang. Oleh karena itu, bagaimana kita
bersikap dalam keanekaragaman benar-benar perlu diperhatikan.
Dan pemecahan masalahnya adalah bisa dengan menggunakan
kearifan lokal atau dengan kearifan nasional.

B. Saran

17
Karena indonesia merupakan negara multikultural yang memiliki
berbagai macam suku, ras dan agama sehingga menciptakan warna warni dari
perbedaan tersebut, kita harus bisa menajaga keharmonisannya saling
menghargai perbedaan satu sama lain. Hal tersebut akan menciptakan sesuatu
yang menarik yang tidak dimiliki oleh negara-negara yang lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://kmplnmakalah.blogspot.co.id/2016/10/makalah-multikultural-lengkap.html
http://andrianoktavianus.blogspot.co.id/2014/07/jenis-jenis-
multikulturalisme.html

http://kmplnmakalah.blogspot.co.id/2016/10/makalah-multikultural-lengkap.html

19

Anda mungkin juga menyukai