Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lembaga pembiayaan adalah salah satu bentuk usaha yang mempunyai peranan sangat
penting dalam pembiayaan. Kegiatan lembaga pembiayaan ini dilakukan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan surat sanggup bayar. Oleh karena itu,
lembaga pembiayaan juga berperan sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif
yang potensial untuk menunjang perekonomian nasional.

Ketika zaman dituntut untuk serba cepat didalam melakukan pembangunan infrastruktur
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana masyrakat didalam
menunjang kegiatan – kegiatan masyarakat serta memenuhi dan memperkuat kegiatan sendi –
sendi perekonomian pada masyarakat Indonesia maka pada era globalisasi persaingan
disektor ekonomi tidak bisa untuk dibendung lagi, disusul dengan diadakannya perjanjian
masyarakat ekonomi ASEAN maka setiap anggota negara – negara se Asia Tenggara pun
mulai menunjukkan taring nya disektor ekonomi tak terkecuali Negara Indonesia maka untuk
bisa bersaing diantara negara – negara Asia Tenggara maka disini pemerintah Indonesia telah
mencetuskan kebijakan – kebijakan yang bertujuan untuk memperkuat perekonomian NKRI
salah satunya adalah program penyedian Pembiayaan Infrastruktur adalah suatu pembiayaan
terhadap suatu unit ekonomi tertentu di mana pihak pemberi pinjaman akan cukup puas dng
mempergunakan cash flow dan earnings dari unit ekonomi tsb sbg sumber dana utk
pengembalian pinjaman utk pembiayaan proyek tsb, dan dng menggunakan aset dari unit
ekonomi tersebut sebagai jaminan utang yang bersangkutan. untuk perusahaan – perusahaan
baru yang ingin meningkatkan kualitas didalam melakukan pembangunan – pembangunan
infrastruktur dengan cepat dan tepat sasaran.

Sehingga melihat latar belakang diatas penulis ingin menjelaskan terkait program
penyedian Pembiayaan Infrastruktur yang telah diberlakukan di Negara Indonesia dan sejauh
mana program ini telah berjalan, maka penjelasan penulis disini diawali dengan jenis – jenis
atau macam – macam Lembaga Pembiayaan dan pengertian serta fungsi dari
penyedian Pembiayaan Infrastruktur yaitu antara lain adalah sebagai berikut :

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian, kegiatan usaha, tata cara pendirian kepemilikan dan
kepengurusan perusahaan pembiayaan infrakstruktur ?
2. Bagaimana penyertaan, penempatan dana , pembinaan dan pengawasan serta
pencabutan izin usaha oleh lembaga pembiayaan infrakstruktur ?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah di atas terdapat beberapa tujuan yang ingin di capai yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian, kegiatan usaha, tata cara pendirian kepemilikan dan
kepengurusan perusahaan pembiayaan infrakstruktur.
2. Untuk mengetahui penyertaan, penempatan dana , pembinaan dan pengawasan serta
pencabutan izin usaha oleh lembaga pembiayaan infrakstruktur.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian lembaga pembiayaan infrastruktur.

Peter Nevit
Pembiayaan Infrastruktur adalah suatu pembiayaan terhadap suatu unit ekonomi di
mana pihak pemberi pinjaman akan cukup puas dengan mempergunakan cash
flow dan earnings dari unit ekonomi tersebut sebagai sumber dana untuk pengembalian
pinjaman untuk pembiayaan proyek tersebut, dan dengan menggunakan aset dari unit
ekonomi tersebut sebagai jaminan utang yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan Infrastruktur adalah prasarana yang dapat memperlancar
mobilitas arus barang dan jasa. Lebih lengkap mengenai pembiayaan oleh Perusahaan
Pembiayaan Infrastruktur diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
100/PMK.010/2009 tentang Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur. Yang membedakan
antara Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dengan Perusahaan Pembiayaan biasa
adalah, kategori konsumen Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur yang biasanya
berbentuk perusahaan dan bukan retail. Saat ini, jumlah Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur yang ada di Indonesia adalah 2 Perusahaan.

1.2 Ciri-ciri khas lembaga pembiayaan infrakstruktur


1. Hanya disediakan bagi proyek besar (jalan tol, pelabuhan/bandara, pengeboran
minyak, tambang emas)
2. Biasanya dilakukan secara sindikasi oleh beberapa sumber pembiayaan
3. Tidak menggunakan sistem kredit konvensional yang didukung jaminan kebendaan
atau orang
4. Jaminan hanya terbatas pada aset unit ekonomi yang dibiayai
5. Merupakan pinjaman yang berisiko tinggi jika dibanding dengan kredit konvensional
6. Pengembalian pinjaman bersumber dari pendapatan (revenue) proyek yang
bersangkutan
7. Kelangsungan pendapatan (economic viability) proyek menjadi pertimbangan utama
pihak penyandang dana
8. Kelayakan teknis (technical feasibility) menjadi pertimbangan utama pihak
penyandang dana
9. Kontrak pembangunan proyek yang memuat bentuk pemborongan pekerjaan menjadi
jaminan pembiayaan proyek dan pengembaliannya.

1.3 Kegiatan Usaha


Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur meliputi:
a. Pemberian pinjaman langsung (direct lending) untuk Pembiayaan Infrastruktur;
b. Refinancing atas infrastruktur yang telah dibiayai pihak lain; dan/atau
c. Pemberian pinjaman subordinasi (subordinated loans) yang berkaitan dengan
Pembiayaan Infrastruktur.
Untuk mendukung kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dapat pula
melakukan:
a. Pemberian dukungan kredit (credit enhancement), termasuk penjaminan untuk
Pembiayaan Infrastruktur;
b. Pemberian jasa konsultasi (advisory services);
c. Penyertaan modal (equity investment);
d. Upaya mencarikan swap market yang berkaitan dengan Pembiayaan Infrastruktur;
dan/atau
e. Kegiatan atau pemberian fasilitas lain yang terkait dengan Pembiayaan
Infrastruktur setelah memperoleh persetujuan Menteri.
Penjaminan ditetapkan paling banyak sebesar modal sendiri dikurangi penyertaan
modal . Penyertaan modal dihitung berdasarkan harga perolehan. Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur yang melampaui batas maksimum penjaminan Infrastruktur yang dapat
menjadi obyek Pembiayaan Infrastruktur meliputi:
a. infrastruktur transportasi, meliputi pelabuhan laut, sungai atau danau, bandar
udara, jaringan rel, dan stasiun kereta api;
b. infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol;
c. infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku;
d. infrastruktur air minum, meliputi bangunan pengambilan air baku, jaringan
transmisi, jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum;
e. infrastruktur air limbah, meliputi instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul
dan jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat
pembuangan;
f. infrastruktur telekomunikasi, meliputi jaringan telekomunikasi;
g. infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, transmisi atau distribusi
tenaga listrik;
h. infrastruktur minyak dan gas bumi, meliputi pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, transmisi, atau distribusi minyak dan gas bumi; dan/atau
i. infrastruktur lain yang tidak termasuk dalam huruf a sampai dengan huruf h atas
persetujuan Menteri.

Kegiatan pembiayaan infrakstruktur meliputi pemberian pinjaman langsung


(direct landing) untuk pembiayaan infrastruktur, refinancing atas infrastruktur yang
telah di biayai oleh pihak lain, dan pemberi pinajaman subordinasi (subordinated
loans) yang berkaitan dengan pembiayaan infrastruktur. Selain itu, untuk mendukung
kegiatan usaha, perusahaan pembiayaan juga dapat melakukan pemberian pembiayaan
kredit (credit enhancement), termasuk penjaminan untuk pembiayaan infrastruktur,
pemberian jasa konsultasi (advisory service), penyertaan modal (equety investment)
upaya mencarikan swap market yang berkaitan dengan pembiayaan infrastruktur,
serta kegiataan atau pembelian fasilitas lain yang berkaitan dengan pembiayaan
infrastruktur, serta kegiatan atau pemberian fasilitas lain yang terkait dengan lembaga
pembiayaan infrastruktur setelah memperoleh persetujuan dari menteri keuangan.

1.4 Tata Cara Pendirian

Perizinan

Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur didirikan dalam bentuk badan hukum Perseroan


Terbatas atau Koperasi. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dapat didirikan oleh:

a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia; atau

b. badan usaha asing dan warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia
(usaha patungan).

Badan usaha asing termasuk organisasi multilateral yang merupakan lembaga


keuangan internasional dan bergerak di bidang pembangunan. Setiap pihak yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, wajib
terlebih dahulu memperoleh izin usaha dari Menteri. Permohonan untuk mendapatkan
izin usaha diajukan kepada Menteri sesuai dengan format dalam Lampiran I Peraturan
Menteri Keuangan ini dan harus dilampiri dengan :
a. akta pendirian badan hukum termasuk anggaran dasar yang telah disahkan oleh
instansi berwenang, yang paling sedikit memuat:

1. nama dan tempat kedudukan;

2. kegiatan usaha sebagai Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur ;

3. permodalan;

4. kepemilikan; dan

5. wewenang, tanggung jawab, masa jabatan direksi atau pengurus dan dewan
komisaris atau pengawas MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

b. data direksi atau pengurus dan dewan komisaris atau pengawas, meliputi:

1. fotokopi tanda pengenal yang dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP)
atau paspor bagi yang berkewarganegaraan asing;

2. daftar riwayat hidup;

3. surat pernyataan:

a) tidak pernah dihukum karena tindak pidana kejahatan; dan

b) tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyatakan bersalah yang


mengakibatkan suatu perseroan/perusahaan dinyatakan pailit
berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
tetap; dan

4. fotokopi Kartu Izin Menetap Sementara (KIMS) dan fotokopi surat izin
bekerja dari instansi berwenang bagi direksi atau pengurus
berkewarganegaraan asing.

c. data pemegang saham dalam hal:

1. perorangan, wajib dilampiri dengan dokumen serta surat pernyataan bahwa


setoran modal tidak berasal dari kegiatan pencucian uang (money laundering);

2. badan hukum, wajib dilampiri dengan:


a) akta pendirian badan hukum, termasuk anggaran dasar berikut
rubahan yang telah mendapat pengesahan dari instansi berwenang
termasuk bagi badan usaha asing sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di negara asal;

b) laporan keuangan tahunan terakhir yang telah diaudit oleh akuntan


publik dan laporan keuangan interim terakhir; dan

c) dokumen bagi pemegang saham atau anggota dan direksi atau


pengurus.

3. Negara Republik Indonesia, wajib dilampiri Peraturan Pemerintah tentang


odal Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan Perseroan
(Persero) di Bidang Pembiayaan Infrastruktur;

4. Organisasi multilateral, wajib dilampiri Akta Pendirian (Articles of


Agreement) atau dokumen pendirian sejenis.

d. sistem dan prosedur kerja, struktur organisasi, dan personalia;

e. rencana kerja untuk 5 (lima) tahun pertama yang paling sedikit memuat:

1. rencana pembiayaan dan langkah-langkah yang dilakukan untuk


mewujudkan rencana dimaksud; dan

2. proyeksi arus kas, neraca dan perhitungan laba/rugi tahunan dimulai sejak
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur melakukan kegiatan operasional.

f. bukti kesiapan operasional antara lain berupa:

1. bukti kepemilikan, penguasaan atau perjanjian sewa-menyewa gedung


kantor;

2. contoh perjanjian pembiayaan atau perjanjian lain yang akan digunakan;


dan

3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

g. perjanjian usaha patungan antara pihak asing dan pihak Indonesia bagi perusahaan
patungan; dan
h. pedoman pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah.

1.5 Kepemilikan dan Kepengurusan

Kepemilikan saham pada Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur oleh badan


usaha asing ditetapkan paling tinggi sebesar 85% (delapan puluh lima per seratus)
dari modal disetor. Tidak berlaku bagi Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur yang
telah go public. Bagi pemegang saham yang berbentuk badan hukum, jumlah
penyertaan modal pada Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur ditetapkan paling
tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari modal sendiri badan hukum
yang bersangkutan. Dalam hal badan hukum tersebut telah melakukan penyertaan,
maka maksimum penyertaan pada Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur adalah
setelah memperhitungkan penyertaan yang telah dilakukan. Modal sendiri bagi
pemegang saham yang berbentuk badan hukum:

a. Perseroan Terbatas merupakan penjumlahan dari modal disetor, agio


saham, cadangan, dan saldo laba/rugi.

b. Koperasi merupakan penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib,


dana cadangan, dan hibah.

c. Yayasan adalah sebesar aktiva bersih yang terdiri dari aktiva bersih terikat
secara permanen, aktiva bersih terikat secara temporer, dan aktiva bersih tidak
terikat.

Dalam hal regulasi yang berlaku bagi pemegang saham telah menetapkan
ketentuan mengenai modal sendiri, tidak berlaku. Tidak berlaku bagi pemegang
saham yang berbentuk badan hukum Dana Pensiun. Bagi pemegang saham yang
berbentuk badan hukum Dana Pensiun, jumlah penyertaan pada Perusahaan
Pembiayaan Infrastruktur sesuai dengan ketentuan yang mengatur tentang investasi
Dana PensiunPemegang saham, direksi atau pengurus, dan dewan komisaris atau
pengawas Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur wajib memenuhi persyaratan:

a. tidak pernah dihukum karena tindak pidana kejahatan;


b. paling sedikit 1 (satu) orang anggota direksi harus berpengalaman di bidang
jasa keuangan paling kurang 2 (dua) tahun; dan

c. tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyatakan bersalah yang mengakibatkan


suatu badan usaha dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap.

Dalam hal pemegang saham berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas, berlaku
bagi direksi, komisaris, dan/atau pemegang saham perseorangan Perseroan Terbatas
tersebut.

1.6 Ruang lingkup

Investasi dalam bentuk pembiayaan infrastruktur, yaitu infrastruktur yang dapat


memberikan manfaat ekonomi, sosial dan manfaat lainnya. Pembiayaan infrastruktur
diberikan kepada dalam bentuk pinjaman kepada : pemerintah daerah, badan usaha
(BUMN) untuk bidang konstruksi publik berupa jalan, jembatan energi, dan rumah
sakit ; badan usaha (swasta) untuk bidang energi terbarukan.

2.1 Penyertaan

Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur hanya dapat melakukan penyertaan modal


pada Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur lain dan/atau perusahaan yang bergerak
dalam proyek Infrastruktur . Penyertaan modal pada Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur lain atau perusahaan yang bergerak dalam proyek Infrastruktur
ditetapkan paling banyak 45% (empat puluh lima per seratus) dari modal disetor
perusahaan yang menerima penyertaan. Jumlah seluruh penyertaan modal Perusahaan
Pembiayaan Infrastruktur ditetapkan paling banyak 75% (tujuh puluh lima per
seratus) dari jumlah modal sendiri Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur yang
bersangkutan. Modal sendiri didasarkan pada laporan keuangan audit terakhir.

2.2 Penempatan Dana

Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dapat menempatkan dana dalam bentuk


Surat Utang Negara, Sertifikat Bank Indonesia dan/atau instrumen keuangan lainnya
yang mempunyai peringkat investasi.

2.3 Pembatasan
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dilarang menarik dana secara langsung dari
masyarakat dalam bentuk:

a. Giro;

b. Deposito; dan/atau

c. Tabungan.

2.4 Pembinaan dan Pengawasan

Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Perusahaan Pembiayaan


Infrastruktur. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan Menteri melakukan
pemeriksaan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur. Tata cara mengenai pemeriksaan
mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan.

2.5 Pencabutan Izin Usaha

Pencabutan Izin Usaha Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dilakukan oleh


Menteri. Pencabutan Izin Usaha dilakukan dalam hal Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur:

a. bubar;

b. dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Peraturan Menteri


Keuangan ini;

c. tidak lagi menjadi Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur; atau

d. melakukan penggabungan atau peleburan ke dalam Perusahaan Pembiayaan


Infrastruktur lain. Dalam hal Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur bubar karena
keputusan rapat umum pemegang saham, likuidator wajib melaporkan hasil rapat
umum pemegang saham kepada Menteri paling lama 15 (lima belas) hari sejak rapat
umum pemegang saham dilaksanakan. Berlaku pula bagi Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur yang bubar karena jangka waktu berdirinya sudah berakhir. Dalam hal
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur bubar berdasarkan putusan pengadilan atau
keputusan pemerintah, likuidator atau penyelesai wajib melaporkan pembubaran
tersebut kepada Menteri paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak putusan pengadilan
mempunyai kekuatan hukum tetap atau dikeluarkannya keputusan pemerintah.
Laporan, dilampiri dengan:

a. putusan pengadilan dan/atau keterangan resmi yang menyatakan putusan


pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap; atau

b. keputusan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang tentang


Perkoperasian.

Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur yang melakukan perubahan kegiatan usaha


sehingga tidak lagi menjadi Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur harus melaporkan
kepada Menteri paling lama 15 (lima belas) hari sejak perubahan anggaran dasar
memperoleh persetujuan dari instansi berwenang. Laporan, dilampiri dengan:

a. risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota; dan

b. perubahan anggaran dasar yang telah memperoleh persetujuan dari instansi


berwenang

2.6 Laporan

Bentuk pelaporan yang disampaikan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur kepada


OJK adalah: 1. Laporan bulanan Sesuai dengan POJK Nomor 3/POJK.05/2013
tentang Laporan Bulanan Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, laporan bulanan paling
lambat disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan bulanan
terdiri atas: a. laporan posisi keuangan; b. laporan laba rugi komprehensif; c. laporan
perhitungan hasil usaha; d. laporan arus kas; e. laporan analisis kesesuaian aset dan
liabilitas; dan f. laporan lain sesuai karakteristk masing-masing LJKNB. Tata cara
pelaporan bulanan PPI diatur dalam SEOJK Nomor 7/SEOJK.05/2013 tentang
Laporan Bulanan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur. 2. Laporan keuangan
triwulanan untuk periode yang berakhir 31 Maret, 30 Juni, 30 September, dan 31
Desember; 3. Laporan kegiatan usaha semesteran untuk periode yang berakhir 30 Juni
dan 31 Desember; dan 4. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh Akuntan
Publik.

2.7 Permodalan pembiayaan perusahaan infrastruktur


Modal disetor dalam rangka pendirian Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
ditetapkan paling sedikit sebesar Rp100.000.000.000,00. Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur wajib meningkatkan 64 modal disetor menjadi paling sedikit
Rp2.000.000.000.000,00 dalam jangka waktu 5 tahun sejak tanggal diterbitkannya
izin usaha.

Manfaat pembiayaan infrakstruktur yaitu :

Sumber Pengembalian Pinjaman.


- Membuka Lapangan Kerja.
- Sarana Alih Tekhnologi.
- Memperbaiki Infrastruktur,
- Sumber Peningkatan Pendapatan Negara

Klasifikasi Pembiayaan Infrastruktur (dilihat dari segi pengendalian resiko)


Pembiayaan Proyek Sektor Publik
Sumber dana dan resiko pembiayaan ditanggung dari/oleh pemerintah

Pembiayaan Proyek Sektor Swasta


Sumber dana adalah private loan dari pihak penyandang dana, dan apabila
terjadi kesulitan pembiayaan, resikonya adalah proyek diambil alih oleh pihak
penyandang dana atau dilikuidasi yg diikuti dng pemberesan.

Proyek Patungan Sektor Publik dan Swasta


Sektor swasta menyertakan modal ke dalam BUMN yg mengelola proyek. Perusahaan
swasta nasional dpt mengendalikan resiko yg dihadapi dan sekaligus terhindar dari
kemungkinan likuidasi yg diikuti dng pemberesan

KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA


Dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan infrastruktur PU 5 tahun kedepan (2005
– 2009), secara keseluruhan diperlukan pendanaan sebesar Rp. 225 trilyun. Dari jumlah
tersebut, Rp. 127 trilyun disediakan oleh Pemerintah termasuk BLN, dan sebesar Rp. 98
trilyun dari investasi swasta.
Sumber hukum lembaga pembiayaan infrakstruktur selain perpres yaitu :

Sumber hukum perdata : perjanjian dan UU yg mengatur


(1) Kebebasan berkontrak
(2) Pinjaman, pembiayaan, jaminan
(3) Pemborongan pekerjaan
(4) Badan hukum, perusahaan dan investasi

Sumber hukum administrasi negara


(1) Keagrariaan
(2) Sumber daya alam
(3) Lingkungan dan tata ruang
(4) Perizinan dan perpajakan

Contoh perusahaan pembiayaan infrastruktur di indonesia :

Pembangunan infrastruktur di Indonesia yang dilakukan pemerintah semakin gencar


dilakukan. Salah satu tujuannya adalah agar perekonomian Indonesia bisa maju dan
berkembang dengan adanya infrastruktur yang memadai. Agar proses pembangunan tersebut
bisa maksimal, tentunya adalah perusahaan yang membiayai infrastruktur tersebut. Nah,
disinilah peran PT SMI (Sarana Multi Infrastruktur) yang merupakan perusahaan yang
berbasis pada pembiayaan infrastruktur diperlukan. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 26
Februari 2009. Perusahaan yang termasuk kedalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia dengan Kementrian Keuangan Republik
Indonesia sebagai pengelolanya. Dalam fungsinya, perusahaan ini memiliki peran aktif untuk
memfasilitasi berbagai pembiayaan infrastruktur yang ada di Indonesia. Tak hanya itu saja,
berbagai kegiatan dalam bidang pengembangan proyek serta pelayanan konsultasi proyek
infrastruktur juga salah satu fungsi kenapa perusahaan ini didirikan.

Tak hanya itu saja, PT SMI juga memiliki tugas mendukung setiap agenda
pembangunan pemerintah pada bidang infrastruktur yang ada di Indonesia.Mendukung
agenda ini sendiri tidak dilakukan sendirian oleh perusahaan ini, karena pekerjaannya
mendapatkan bantuan dari lembaga keuangan swasta ataupun multilateral dengan skema
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). Dengan adanya fungsi demikian, perusahaan ini
memiliki fungsi sebagai bentuk katalis untuk mempercepat pembangunan berbagai
infrastruktur yang ada di Indonesia. Seiring adanya rencana Pemerintah untuk mengubah
perusahaan perseroan jadi lembaga Pembiayaan Pembangunan Indonesia (LPPI), saat ini
sektor yang bisa dibiayai oleh perusahaan perserian akan diperluas bukan hanya infrastruktur
dasar saja namun juga infrastruktur sosial juga. Beberapa sektor yang bisa dibiayai antara lain
adalah :

• Transportasi

• Telekomunikasi

• Kelistrikan

• Irigasi

• Pengolahan limbah

• Efisiensi energi

• Rolling stock pada kereta api

• Air minum

• Jalan tol

• Infrastruktur sosial

• Jembatan

• Minyak serta gas

Dengan berbagai tugas atau peranan ini, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa PT SMI memiliki
peran yang sangat penting bagi kelancaran pembangunan setiap infrastruktur yang ada di
Indonesia. Salah satunya dengan menjalankan Program Kerja Pemerintah Swasta dengan
mengikutsertakan setiap institusi yang terkait. Yakni dengan institusi yang bergerak dalam
bidang keuangan, baik multilateral maupun swasta

“Bisnis utama PT SMI adalah melakukan pembiayaan di bidang infrastruktur”

Bisnis utama PT SMI adalah melakukan pembiayaan di bidang infrastruktur. Sebagai


perusahaan pembiayaan infrastruktur, kegiatan operasional PT SMI tunduk pada Peraturan
Menteri Keuangan No. 100/PMK.010/2009 yang antara lain mengatur lingkup objek
pembiayaan yang terdiri dari infrastruktur transportasi, jalan, pengairan, air minum, air
limbah, telekomunikasi, ketenagalistrikan, minyak dan gas bumi, serta infrastruktur lain atas
persetujuan Menteri Keuangan.

 Produk Pembiayaan dan investasi


 Pembiayaan Investasi Berjangka
 Take Out Financing
 Mezzanine Loan
 Pembiayaan Modal Kerja
 Promoter Financing
 Investasi Penyertaan Modal
 Pembiayaan Talangan
 Pembiayaan Subordinasi
 Pinjaman Daerah

Melalui Advisory Service, Perseroan menawarkan solusi dalam memperluas bisnis klien
dan mencapai target bisnis. Layanan konsultasi adalah salah satu pilar bisnis Perusahaan
untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur nasional. Melalui Advisory Service,
Perseroan menawarkan solusi dalam memperluas bisnis klien dan mencapai target bisnis
dengan menyediakan bantuan dalam proses pengambilan keputusan, rencana bisnis,
manajemen proyek, transaksi, struktur proyek, perencanaan keuangan, penggalangan dana,
investasi / divestasi, merger dan akuisisi, dan jenis-jenis layanan.

AdvisoryService
Perusahaan ini menawarkan solusi untuk kebutuhan keahlian profesional di bidang
infrastruktur melalui Advisory Services berikut:

“Kerjasama Pemerintah Swasta (“KPS”) saat ini menjadi salah satu bentuk solusi untuk
menutupi kebutuhan pembiayaan infrastruktur yang ada”

Merujuk pada jumlah kebutuhan pembangunan infrastruktur dan jumlah dana yang mampu
disediakan, pembiayaan infrastruktur oleh Pemerintah menjadi satu permasalahan tersendiri
yang memerlukan solusi berkelanjutan dalam kerangka pembangunan infrastruktur nasional.
Pola pengadaan infrastruktur melalui Kerjasama Pemerintah Swasta (“KPS”) saat ini menjadi
salah satu bentuk solusi untuk menutupi kebutuhan pembiayaan infrastruktur yang
ada. Dalam pengadaan proyek infrastruktur melalui pola KPS, proses pengembangan proyek
yang komprehensif dan terukur menjadi salah satu kunci keberhasilan untuk menarik minat
investor di pasar uang dan pasar modal.
Kebutuhan akan adanya penyiapan infrastruktur yang efektif merupakan salah satu
pertimbangan utama Perseroan menetapkan Pengembangan Proyek sebagai salah satu pilar
kegiatan usaha, dengan lingkup aktivitas sebagai berikut:

 Fasilitasi Pengembangan Proyek


 Konsultasi Kepada Penanggung Jawab Proyek Pemerintah
 Peningkatan Kapasitas
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

1. “Perusahaan Pembiayaan adalah suatu badan usaha di luar Bank dan Lembaga
Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan.”

Lembaga Pembiayaan meliputi:


a. Perusahaan Pembiayaan;
b. Perusahaan Modal Ventura; dan
c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.

Suatu perusahaan pembiayaan tidak diperkenankan :


1. menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk Giro,
Deposito, dan Tabungan
2. menerbitkan surat sanggup bayar (promissory notes), kecuali sebagai jaminan
atas utang pada bank yang menjadi kreditornya. Surat sanggup tersebut tidak dapat
dialihkan dan dikuasakan kepada pihak manapun
3. Memberikan jaminan dalam segala bentuknya kepada pihak lain

Pembiayaan Infrastruktur adalah suatu pembiayaan thd suatu unit ekonomi ttt di mana
pihak pemberi pinjaman akan cukup puas dng mempergunakan cash
flow dan earnings dari unit ekonomi tsb sbg sumber dana utk pengembalian pinjaman
utk pembiayaan proyek tsb, dan dng menggunakan aset dr unit ekonomi tsb sbg
jaminan utang ybs.
CIRI-CIRI KHAS PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
1. Hanya disediakan bagi proyek besar (jalan tol, pelabuhan/bandara,
pengeboran minyak, tambang emas)
2. Biasanya dilakukan scr sindikasi oleh beberapa sumber pembiayaan
3. Tdk menggunakan sistem kredit konvensiional yg didukung jaminan
kebendaan atau orang
4. Jaminan hanya terbatas pd aset unit ekonomi yg dibiayai
5. Mrp pinjaman yg berisiko tinggi jk dibanding dng kredit konvensional
6. Pengembalian pinjaman bersumber dr pendapatan (revenue) proyek
ybs
7. Kelangsungan pendapatan (economic viability) proyek menjadi
pertimbangan utama pihak penyandang dana
8. Kelayakan teknis (technical feasibility) menjadi pertimbangan utama
pihak penyandang dana
9. Kontrak pembangunan proyek yg memuat bentuk pemborongan
pekerjaan mjd jaminan pembiayaan proyek dan pengembaliannya.
Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
• a. Pemberian pinjaman langsung (direct lending) untuk
Pembiayaan Infrastruktur;
• b. Refinancing atas infrastruktur yang telah dibiayai pihak lain; dan/atau
• c. Pemberian pinjaman subordinasi (subordinated loans) yang
berkaitan dengan Pembiayaan Infrastruktur.

2. MANFAAT PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

- Sumber Pengembalian Pinjaman.


- Membuka Lapangan Kerja.
- Sarana Alih Tekhnologi.
- Memperbaiki Infrastruktur,
- Sumber Peningkatan Pendapatan Negara

Klasifikasi Pembiayaan Infrastruktur (dilihat dari segi pengendalian resiko)


Pembiayaan Proyek Sektor Publik
Sumber dana dan resiko pembiayaan ditanggung dari/oleh pemerintah

Pembiayaan Proyek Sektor Swasta


Sumber dana adalah private loan dari pihak penyandang dana, dan apabila
terjadi kesulitan pembiayaan, resikonya adalah proyek diambil alih oleh pihak
penyandang dana atau dilikuidasi yg diikuti dng pemberesan.

Proyek Patungan Sektor Publik dan Swasta


Sektor swasta menyertakan modal ke dalam BUMN yg mengelola proyek. Perusahaan
swasta nasional dpt mengendalikan resiko yg dihadapi dan sekaligus terhindar dari
kemungkinan likuidasi yg diikuti dng pemberesan

KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA


Dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan infrastruktur PU 5 tahun kedepan
(2005 – 2009), secara keseluruhan diperlukan pendanaan sebesar Rp. 225 trilyun. Dari
jumlah tersebut, Rp. 127 trilyun disediakan oleh Pemerintah termasuk BLN, dan
sebesar Rp. 98 trilyun dari investasi swasta.

2. SARAN
Menurut saya pemerintah harus lebih giat mensosialisasi setiap perubahan
peraturan yang dibuat, khususnya dalam hal perusahaan pembiayaan infrastruktur karena
pada kenyataanya masyarakat masih banyak yang kurang mengetahui tentang peraturan
mengenai Lembaga Pembiayaan.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 100/PMK.010/2009 tentang Perusahaan


Pembiayaan Infrastruktur

Kasmir, Bank dan lembaga keuangan lainnya. Grafindo, Jakarta: 2002

Kasmir, SE. M.M. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Rajawali Pers.

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/images/FileDownload/205_5%20Pembiayaan-
compressed.pdf

Anda mungkin juga menyukai