Anda di halaman 1dari 13

3/24/2016

2. Daerah Pengaliran Sungai dan Karakteristik


Sungai
2.1. Daerah Aliran Sungai (DAS, DPS)
Daerah Pengaliran Sungai adalah suatu luasan di mana aliran
permukaan di luasan tersebut mengalir menuju suatu titik
konsentrasi tertentu.
Daerah aliran sungai (sub DAS, sub basin)  suatu titik
konsentrasi selalu dikaitkan dengan suatu titik konsentrasi.

Gambar 2.1
Daerah Aliran Sungai

 Setiap anak sungai dan ruas sungai mempunyai hirarki


tersendiri yang dinamakan tingkat aliran (stream order).
Lihat Gambar 2.3.

Gambar 2.2 dan 2.3


Klasifikasi Tingkat Aliran

1
3/24/2016

2
3/24/2016

2.2. Corak Daerah Aliran Sungai


Corak DAS tergantung pada kondisi geologinya.
Periksa Gambar 2.4 di bawah ini :
•Dendritic, terdapat pada daerah cadas (rock) di mana resistan
terhadap erosi seragam, kemiringan medan sedang
•Paralel, terdapat pada daerah yang kemiringan medannya curam]
•Trellis, terdapat pada daerah lipatan (folded) cadas dengan batas
catchment area terbentuk sepanjang daerah cadas yang resistan
dan lembah yang terdiri dari batuan cadas yang erosif.
•Rectangular, terdapat pada daerah dimana joints dan patahan
(fault) berpotongan pada sudut siku-siku.
•Radial, terdapat menyisi pada daerah perbukitan dan daerah
volkano dimana tidak ada efek perbedaan resistansi cadas.
•Annular, terdapat pada daerah perbukitan yang resistan
membentuk batas catchment, dan cadas yang lemah membentuk
lembah.

• Multi basinal, terdapat pada daerah di mana pola asli sistem


drainase dihancurkan oleh aliran glacial, aliran lahar baru atau
peleburan batu kapur.
• Contorted, terdapat pada daerah dengan kondisi geologi yang
kompleks dimana dike veins, patahan (faults) atau cadas
metamorf mengontrol pola drainase.

3
3/24/2016

Gambar 2.4.
Corak Daerah Aliran Sungai

Dendritic Trellis

Paralel Radial

4
3/24/2016

Rectanguler

2.3. Pengaruh corak daerah aliran sungai terhadap


hidrograf
m3/ sec. km2

t(hr)
Gambar 2.5. Corak DAS dan hidrograf aliran

5
3/24/2016

2.4. Tipe sungai berdasarkan alirannya


• Sungai perenial, yaitu sungai yang berair sepanjang tahun karena
muka air tanah lebih tinggi dari dasar sungai.
• Sungai intermitten, sungai berair saat muka air tanah lebih tinggi
dari dasar sungai, dan tak berair bila muka air tanah lebih rendah
dari dasar sungai
• Sungai ephemeral, sungai hanya berair saat hujan saja, karena muka
air tanah selalu berada di bawah dasar sungai.

Sungai Perenial

Sungai Intermitten

6
3/24/2016

M.A.T

M.A.T M.A.T. (hujan)

M.A.T.
(kemarau)
a) Sungai Perenial b) Sungai intermitten

M.A.T.

c) Sungai ephemeral

Sungai Intermitten

Musim Hujan Musim Kemarau

7
3/24/2016

Wadi, Sungai Ephemeral

2.5. Klasifikasi genetik sungai.


Sungai dapat diklasifikasikan berdasar perkembangan proses
erosi
a.Sungai muda (youthfull), terdapat di pegunungan, penampang
berbentuk V tidak beraturan, berarus deras, banyak teIjadi
erosi, seperti halnya sungaisungai yang berada di daerah
pegunungan. Anak-anak sungai terbentuk oleh aliran
permukaan (overland flow).
b.Sungai dewasa (mature), penampang sungai dan lembah
sungai lebih lebar, kemiringan lebih landai, erosi ke arah
tebing lebih banyak dibanding erosi dasar, terdapat pola
meander. Energi sungai cukup untuk mengangkut sedimen.
Lembah sungai yang luas baik untuk pengembangan pertanian
dan pennukiman. Namun demikian bagian sungai ini merupakan
obyek pekeIjaan stabilisasi dan perbaikan sungai untuk
mengatasi perubahan/migrasi sungai.

8
3/24/2016

c. Sungai tua (old), penampang sungai lebih lebar, kemiringan


lebih landai, terdapat meander dan meander belt.
Terbentuk tanggui alam sepanjang sungai. Pada daerah-
daerah rendah dekat sungai terbentuk rawa-rawa. Anak-
anak sungai tumbuh paralel dengan sungai utama cukup
panjang sebelum pertemuan sungai. Lembah sungai subur,
namun diperlukan perbaikan sungai, tanggul, revetment
(plengsengan) untuk mengamankan daerah sekitarnya dari
luapan banjir.

2.6. Bantaran sungai dan formasi delta.


Dengan berlangsungnya waktu daerah tinggi menjadi
berkurang, sungai menggerus tebingnya dan hasil gerusan
terbawa ke hilir membentuk tebing baru dari endapannya dan
proses meandering berlangsung. Pada daerah yang landai
pengendapan teIjadi, menjadikan bantaran sungai semakin
lebar dan membentuk delta. Sungai semakin panjang dan
kemiringan semakin berkurang.
Muka air banjir meningkat dan meloop ke bantaran
sungai. Untuk sungai yang bermuara di laut, perubahan muka
air laut mempengaruhi angkutan sedimen dan pola
pengendapan material sungai.

9
3/24/2016

2.7. Aspek geologi


 Karakter sungai dibentuk oleh karakteristik geologi dan
morfologi lapisan tanah
 Gempa tektonik dapat menyebabkan longsoran besar.
Material dalam jumlah besar masuk ke dalam sungai.
Sungai-sungai di daerah volkano mengangkut sedimen/
debris dalam jumlah besar.
Berdasarkan kondisi geologi tempatnya mengalir sungai dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
Sungai yang mengalir di dataran cadas (rock)
Geometri sungai ini tidak banyak berubah, karena gerusan
pada dasar dan tebing relatif kecil, meskipun kemiringan
dasar sungai re1atif curam.
Sungai aluvial yang mengalir di dataran aluvial,
• Sungai yang mengalir di atas endapannya sendiri.
• Sungai ini sangat peka terhadap perubahan debit dan
pasokan sedimen. Sedimen dihasilkan oleh erosi permukaan
dan erosi dalam alur sungainya sendiri.

2.8. Profil memanjang sungai


Sungai ideal, contoh Kali Grindulu, Pacitan

Gambar 2.7: Profil Memanjang Sungai

10
3/24/2016

Zone 1 (bagian atas, bagian hulu), yang mempunyai ciri-ciri :


• Kemiringan sungai curam
• Penampang melintang berbentuk V
• Erosi terus menerus pada dasar sungai
• Tinggi keamanan (wakking) atau jarak muka air dan permukaan
tanah besar
• Sedimen bervariasi dari ukuran kecil sampai besar (boulder).
Zone 2 (bagian tengah) dengan ciri-ciri :
•Kemiringan memanjang lebih landai
•Dibagian ini terjadi baik erosi maupun sedimentasi, sehingga sifatnya
lebih stabil dibanding bagian lainnya.
Zone 3 (bagianbawah, bagian hilir) dengan ciri-ciri :
•Kemiringan dasar landai/sangat landai
•Penampang melintang lebar
•Banyak terjadi sedimentasi yang berperan pada perubahan alur.
•Tinggi keamanan semakin kecil, mudah terjadi peluapan.
•Pada sungai-sungai yang bermuara di laut, bagian ini sangat
dipengaruhi oleh pasang surut muka air laut.

11
3/24/2016

2.9. Pertemuan sungai dan percabangan sungai


a. Pertemuan sungai (confluence).
Di hilir pertemuan sungai berlaku hukum kontinuitas :

Q0  Q1  Q2
dan

Qs 0  Qs1  Qs 2

Q = debit aliran
Qs = debit suspended sedimen

Gambar 2.7.
Pengaruh muka air di sungai utama terhadap kecepatan aliran
dan angkutan sedimen di anak sungai

12
3/24/2016

b. Cabang sungai (bifurcation)

Qo =Q1+Q2 (aliran air)


Qso = Qs1 + Qs2 (washload)
Qb0  Qbl + Qb2 (bedload)

Wahload/ suspended sediment terbagi proposional dengan


distribusi debit.
Untuk bedload rumus diatas tidak berlaku, karena distribusi bedload
dipengaruhi oleh geometri (penampang sungai, sudut antara anak
sungai dan sungai utama) di pertemuan tersebut.

2.10. Kipas aluvial dan kerucut aluvial


Pada lokasi di mana teIjadi perubahan kemiringan dasar dari
curam ke landai, akan terbentuk kipas aluvial (alluvial fan) atau
kerucut aluvial (alluvial cone).
Peninggian dasar sungai menyebabkan pertumbuhan kipas
aluvial atau kerucut aluvial.

13

Anda mungkin juga menyukai