BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai kota yang berada di daratan rendah, Jakarta tidak terlepas dari ancaman banjir yang
sewaktu-waktu dapat menyerang. Menurut catatan sejarah Ibukota Jakarta telah dilanda banjir
sejak tahun 1621. Salah satu bencana banjir terparah yang pernah terjadi di Batavia adalah banjir
yang terjadi di bulan Februari 1918. Saat itu hampir sebagian besar wilayah Batavia terendam
air. Daerah yang terparah saat itu adalah gunung Sahari, Kampung Tambora, Suteng, Kampung
Hingga kini banjir pun belum berhenti meyerang Jakarta. Apalagi ketika musim penghujan
telah tiba. Oleh karena banjir yang terus menerus melanda sebagian wilayah di Jakarta kini kota
Jakarta telah terkenal dengan Kota Banjir. Walau demikian warga Jakarta tidak berhenti
Sehubungan dengan cara untuk mencoba menanggulangi banjir tersebut, maka berbagai
masalah penyebab banjir pun mulai muncul dari masalah sampah, curah hujan yang tinggi,
peluapan air yang berlebihan, pecahnya bendungan sungai, serapan air yang buruk, hingga
pemukiman liar dan pemukiman padat penduduk. Dan warga yang terkena banjir selalu
mengambil strategi sendiri untuk menanggulangi banjir ketika banjir datang ke rumah mereka.
Dengan begitu banyak masalah yang dapat mengakibatkan banjir. Maka objek yang akan di
ambil penulis adalah daerah Kebagusan wilayah Pasar Minggu Jakarta Selatan. Daerah tersebut
merupakan daerah yang rawan banjir ketika musim penghujan telah datang. Pentingnya
melakukan penulisan untuk membahas penyebab banjir di daerah tersebut, maka penulis tertarik
untuk memberi judul dalam makalah ini tentang “ Banjir ibukota dan penanggulangannya “.
1. Apa yang dimaksud dengan banjir, dan apa dampak yang di timbulkannya ?
3. Mengetahui siapa saja yang bertanggung jawab atas terjadinya banjir tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
Secara alamiah, banjir adalah proses alam yang biasa dan merupakan bagian penting dari
mekanisme pembentukan dataran di Bumi kita ini. Melalui banjir, muatan sedimen
tertransportasikan dari daerah sumbernya di pegunungan atau perbukitan ke daratan yang lebih
rendah, sehingga di tempat yang lebih rendah itu terjadi pengendapan dan terbentuklah dataran.
Melalui banjir pula muatan sedimen tertransportasi masuk ke laut untuk kemudian diendapkan
diendapkan di tepi pantai sehingga terbentuk daratan, atau terus masuk ke laut dan mengendap di
dasar laut. Banjir yang terjadi secara alamiah ini sangat ditentukan oleh curah hujan.
Perlu benar kita sadari bahwa banjir itu melibatkan air, udara dan bumi. Ketiga hal itu
hadir di alam ini dengan mengikuti hukum-hukum alam tertentu yang selalu dipatuhinya.
Seperti: air mengalir dari atas ke bawah, apabila air ditampung di suatu tempat dan tempat itu
penuh sedang air terus dimasukkan maka air akan meluap, dan sebagainya.
Karena manusia dapat mempengaruhi debit aliran permukaan dan dapat mempelajari
karakter aliran sungai, maka berkaitan dengan banjir kita dapat mengatakan bahwa manusia
Apabila kita tidak ingin terkena banjir maka perlu melakukan hal-hal berikut ini:
1. Jangan bertempat tinggal di daerah yang secara alamiah merupakan tempat penampungan
air bila aliran sungai meluap, seperti di dataran tepi sungai yang akan dilalui oleh air
sungai bila debitnya meningkat, di dataran banjir di sepanjang aliran sungai yang akan
digenangi air bila air sungai meluap ketika curah hujan tinggi di musim hujan, atau di
rawa-rawa.
2. Jangan merusak hutan di daerah peresapan air di pegunungan atau perbukitan, karena
lahan yang terbuka akan meningkatkan aliran permukaan yang menyebabkan banjir di
waktu yang sebenarnya tidak terjadi banjir, atau memperhebat banjir yang biasanya
terjadi.
3. Menjaga alur tetap baik sehingga aliran air sungai lancar. Alur sungai yang menyempit
4. Untuk daerah pemukiman atau perkotaan, kita harus menjaga saluran drainase agar tetap
baik dan tidak tersumbat sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya menyalurkan
air hujan yang turun atau menyalurkan aliran permukaan ke sungai-sungai atau saluran
5. Itulah hal-hal yang perlu dilakukan agar manusia tidak terkena banjir atau memilih
Untuk dapat memilih takdir tidak terkena banjir, manusia tidak dapat berdiri sendiri,
melainkan harus bekerjasama. Skala kerjasama bisa dalam satu komplek pemukiman, satu kota,
satu DAS (Daerah Aliran Sungai) dan bahkan harus seluruh umat manusia.
Kerjasama seluruh umat manusia di bumi ini diperlukan untuk dapat menghadapi banjir
yang disebabkan oleh perubahan iklim global. Dengan kata lain, diperlukan kerjasama
Kerjasama seluruh manusia yang tinggal di suatu DAS diperlukan untuk dapat mengatasi
masalah banjir yang melibatkan suatu sistem tata air yang melibatkan suatu DAS. Untuk banjir
yang terjadi di suatu kawasan pemukiman atau kota karena buruknya drainase, maka perlu
kerjasama seluruh penghuni pemukiman atau kota tersebut dalam arti yang seluas-luasnya, baik
itu kerjasama antar anggota masyarakat, kerjasama antara masyarakat dan pemerintah, dan
kerjasama antar instansi pemerintah, serta kerjasaman antara eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Misalnya: apabila masyarakat dihimbau tidak membuang sampah sembarangan, tentu pemerintah
harus menyediakan tempat pembuangan sampah yang memadai dan selalu mengangkutnya ke
Banjir yang terjadi selalu menimbulkan kerugian bagi mereka yang terkena banjir baik secara
Dampak banjir akan dialami langsung oleh mereka yang rumah atau lingkungannya terkena air
banjir. Jika banjir berlangsung lama akan sangat merugikan karena aktivitas akan banyak
terganggu.
Segala aktivitas tidak nyaman dan lingkungan menjadi kotor yang berdampak kurangnya sarana
air bersih dan berbagai penyakit mudah sekali menjangkiti warga yang terserang banjir.
Dampak banjir yang terjadi sering kali menganggu kesehatan lingkungan dan kesehatan warga.
Lingkungan tidak sehat karena segala sampah dan kotoran yang hanyut seringkali mencemari
lingkungan .
Sampah-sampah terbawa air dan membusuk mengakibatkan penyakit gatal-gatal di kulit, dan
lalat banyak beterbangan karena sampah yang membusuk sehingga sakit perut juga banyak
terjadi. Sumber air bersih tercemar sehingga mereka yang terkena banjir kesulitan air bersih dan
Mematikan Usaha
Dampak banjir memang luar biasa luas.Rumah bisa rusak gara-gara terendam banjir. Barang-
barang perabotan rumah tangga jika tidak segera diselamatkan bisa hanyut dan rusak pula. Yang
lebih parah jika penduduk yang memiliki usaha rumahan bisa terganggu aktivitas produksinya
Kerugian akibat tidak bisa produksi berdampak pada karyawan yang bergantung nasib pada
usaha tersebut. Kerugian tidak berjalannya produksi bisa kehilangan pelanggan, kemacetan
modal serta kerusakan alat gara-gara banjir. Jika terus menerus situasi terjadi demikian
Kerugian Administratif
Sering kali dampak banjir ini bukan sekedar membawa dampak kerugian material. Akibat banjir
sering kantor, sekolah atau instansi bahkan pribadi harus kehilangan dokumen penting
Akibat banjir sering kali sekolah harus diliburkan paksa dari aktivitas belajar. Seluruh siswa dan
dan guru tidak bisa beraktivitas rutin, bahkan terkadang banyak berkas dan data penting yang
menyiapkan diri menyelamatkan dokumen penting ke tempat yang lebih tinggi. Membuat
bangunan khusus yang bertingkat yang aman untuk meletakkan dokumen penting serta alat-alat
belajar yang rentan rusak bila terendam banjir bagi sekolah yang berada di daerah rawan banjir
adalah perlu.
Dampak banjir sering menjadikan seseorang, keluarga, lingkungan masyarakat, instansi, sekolah
dan siapa saja mengalami kerugian. Tidak jarang pula keluarga harus kehilangan segala-galanya.
Kehilangan orang-orang yang dicintai,keluarga, rumah dan segala isinya, juga pekerjaan.
Berada dititik nol istilah yang tepat . Semua habis dan hilang sekejab. Tidak jarang mereka yang
mengalami musibah banjir ini harus kehilangan ingatan pula karena mengalami depresi yang
berat akibat tidak kuat menanggung beban dampak banjir untuk dirinya.
Bencana Nasional
Sering kali di negara kita tercinta ini terjadi bencana banjir besar atau banjir bandang. Baru-baru
ini juga terjadi di Papua tepatnya di Wasior terjadi banjir bandang yang memakan korban
Kehidupan masyarakat yang teratur dan tentram tiba-tiba terkoyak gara-gara banjir. Penderitaan
begitu jelas tergambar pada mereka yang harus mengalaminya. Pemerintah menetapkan sebagai
bencana nasional.
Sebagai Warga negara yang memiliki kepedulian tinggi hampir semua warga negara Indonesia
di daerah manapun berbondong untuk saling mengulurkan tangan untuk bisa berbagi agar dapat
meringankan beban penderitaan saudara-saudara kita yang terkena dampak banjir di Wasior
Papua (http://www.anneahira.com/dampak-banjir.htm).
Di tinjau dari letak geografis, kondisi topografi, iklim, faktor demografi, dan kondisi sosial
masyarakat, maka kemungkinan terjadinya banjir di Indonesia khususnya Jakarta cukup besar.
Banjir dapat setiap saat terjadi dan sulit di perkirakaan intesitasnya, tempat, waktu baik pada
Peristiwa banjir tidak akan menjadi masalah sejauh banjir tidak menimbulkan gangguan atau
kerugian yang berart bagi kepentingan manusia. Fenoma banjir disebabkan oleh tiga faktor yaiut
1. Faktor-faktor kondisi alam yang dapat menyebabkan terjadinya banjir adalah kondisi
wilayah, misalnya : letak geografis suatu wilayah, kondisi topografi, dan geometri sungai seperti
kemiringan dasar sungai, meandering, penciutan ruas sungai, sedimentasi, pembendungan alami
2. Peristiwa alam yang bersifat dinamis yang dapat menjadi penyebab banjir seperti curah
hujan yang tinggi, pecahnya bendungan sungai, peluapan air yang berlebihan, pengendapan
sendimen / pasir, pembendungan air sungai karena terdapat tanah longsor , pemanasan global
3. Faktor kegiatan manusia yang dapat menyebabkan banjir adalah adanya pemukiman liar di
daerah bantaran sungai, penggunaan alih fungsi resapan air untuk pemukiman, tata kota yang
kurang baik, buangan sampah yang sembarangan tempat, dan pemukiman padat penduduk
(http://dwiiastuti.blogspot.com/2010/03/makalah-penyebab-banjir-di-daerah.html).
Ketidakkonsistenan pemerintah terbukti karena tidak ada real action dari pemerintah. Padahal
Pemerintah kita salah satu negara yang mendukung konferensi perubahan, akan tetapi sekarang
tetap banyak kebijakan pemerintah yang tidak ramah lingkungan, terbukti banyak perumahan,
apartemen mewah yang tidak ramah lingkungan yang tidak berifkir tempat penampungan air dan
sanitasi yang baik. Semakin tahun semakin meningkat intensitas banjir. Konsep hijau harus
diterapkan setiap kebijakan pemerintah hal ini tertuang dalam UU RI No.32 Tahun 2009 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan bahkan sanksinya cukup tegas. Akan tetapi hal itu dianggap
lalu. Dan masyarakatpun seakan menikmati dengan adanya banjir menganggap banjir adalah hal
biasa, bagaimana tidak pola fikir ( MIndset ) yang menganggap banjir adalah hal biasa dan
dinikmati. Membuang sampah di sungai adalah hal biasa dan kesadaran pentingnya menjaga
lingkungan hanya sebatas obrolan bukan sebuah tindakan. Jika semua orang berfikir satu orang
saja yagn membuang sampah mengakibatkan banjir dan merugikan ratusan hingga ribuan orang.
Jika Pemerintah yang membuat kebijakan ( Green Policy ) dan rakyat melaksanakan kebijakan
Permasalahan Banjir di Indonesia merupakan masalah klasik yang tidak pernah dapat teratasi
secara tuntas. Terutama terjadi dikota-kota besar yang tersebar dari sabang hingga merauke.
Minimnya pengetahuan tentang perencanaan tata ruang dan rendahnya akan kesadaran serta
kelestarian lingkungan menjadi akar permasalahan banjir tidak pernah tuntas teratasi. Kendati
Sebagai negara yang diapit dua benua dan dua samudra, Indonesia memiliki dua musim yaitu
kemarau dan penghujan. Pada awalnya keseimbangan itu terjadi, dimana lahan terbuka hijau
tumbuh subur di tanah Nusantara. Ketika kemarau tidak terjadi kekeringan dan ketika musim
penghujan, daerah resapan air masih mampu menampung debit air yang turun ketika hujan.
Namun, fenomena itu kini telah musnah, dan hanya kenangan. Pendirian gedung-gedung
pencakar langit, pembangunan perumahan, perambahan hutan, tata ruang buruk, dan sanitasi
yang tidak memadai menjadi alasan yang kuat banjir terus datang setiap tahunnya.
Data State of the World’s Forests 2007 dan The UN Food & Agriculture Organization
(FAO), menyebutkan angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 mencapai 1,8 juta
hektar/tahun. Dengan laju deforestasi hutan tersebut, membuat Guiness Book of The Record
memberikan “gelar kehormatan― bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan
tercepat di dunia. Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, Kementerian
Kehutanan (sebelumnya menyebutkan angka 135 juta hektar) sebanyak 21 persen atau setara
dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi.
mendominasi setiap tindakan dan kebijakan yang dibuat. Alhasil, kerugian jangka panjang pun
hanya menunggu waktu saja. Kondisi ini semakin diperparah dengan buruknya sanitasi, baik
karena sampah maupun sedimentasi yang menurunkan daya tampungnya. Akibatnya, banjir pun
Bila ingin mencari cara menanggulangi banjir, yang harus kita lihat terlebih dahulu
adalah mengapa banjir bisa datang. Banjir bisa terjadi sebenarnya karena ulah manusia sendiri.
Lihat saja, di kota-kota besar, sungai yang sebenarnya berfungsi untuk menampung air
permukiman.
jantung kota. Bisa kita hitung sendiri, kira-kira berapakah perbandingan antara hutan kota
Ibarat rumah, kota-kota yang rawan banjir tersebut adalah rumah yang tidak memiliki
atap dan jendela. Saat badai menyerang, otomatis tidak ada perlindungan sama sekali.
Apakah kita akan terus-menerus membiarkan kondisi tidak sehat terjadi di kota-kota yang
rawan banjir. Tentunya tidak. Itu sebabnya, kita dan pemerintah harus mencari cara
menanggulangi banjir meskipun sebenarnya cara tersebut sudah ada. Kita tinggal
merealisasikannya.
1. Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Sungai dan selokan adalah
tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi tempat sampah.
2. Larangan membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di dekat
sungai adalah para pendatang yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat.
membuat rumah di dekat sungai dan melarang orang-orang tanpa tujuan tidak jelas
3. Menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi. Pohon adalah salah
satu penopang kehidupan di suatu kota. Bayangkan, bila sebuah kota tidak memiliki
pohon sama sekali. Apa yang akan terjadi? Pohon selain sebagai penetralisasi
pencemaran udara di siang hari, sebagai pengikat air di saat hujan melalui akar-akarnya.
Bila sudah tidak ada lagi pohon, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila hujan tiba
(http://www.anneahira.com/cara-menanggulangi-banjir.htm).
Cara menanggulangi banjir tersebut bisa dilakukan saat ini juga. Bila tidak sekarang, kapan lagi?
Kita semua wajib memikirkan cara menanggulangi banjir. Bagaimanapun, hal itu adalah
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan kesluruhan, khususnya pada daerah Jakarta
Selatan maka kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Daerah Jakarta Selatan ini terjadi banjir disebabkan oleh pemukiman padat penduduk, saluran
air yang diperkecil, alih fungsi lahan, tidak ada resapan air, dan pembuangan sampah yang liar.
2. Karena daerah ini sering di datangi banjir, maka warga yang menjadi korban banjir yang
a. Membuat daerah resapan air yang lebih luas lagi, dan jangan memperkecil saluran air yang
sudah ada.
b. Mengkaji ulang tata kota daerah Kebagusan, untuk mengetahui titik-titik daerah banjir.
c. Membuat tanggul baik yang permanent atau non permanent dirumah masing-masing yang
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan masukan yang mungkin
Sebaiknya seluruh warga membuat musyawarah dalam penanganganan maslah banjir seperti
tindakan kesiapsiagaan warga terhadap banjir datang, tindakan yang seharusnya dilakukan di
setipa rumah dalam mengatasi banjir datang, penyuluhan tentang kegiatan yang dapat
mengurangi resiko banjir, tindakan saat terjadi banjir dan setelah banjir kepada seluruh warga
Pengertian banjir
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak
dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya
air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian
dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam
siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi
dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.
Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak
menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah
yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan
berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.
Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah
dan hilir.
1. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai
sempit dan potongan melintangnya berbentuk huruf “V”. Di dalam alur sungai banyak
batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai
mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai
sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai.
2. Daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki
bukit. Alur sungai melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf “U”. Tebing
sungai tinggi. Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur
sungai melebar, dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran
butir kasar. Bila debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan
sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar
dari alur sungai.
3. Daerah hilir: umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat
lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur
sungai dapat berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”. Di
kiri dan kanan alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air
sungai yang meluap, sehingga dikenal sebagai “dataran banjir”. Di segmen ini terjadi
pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir yang menghasilkan
dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang mengerosi endapan sungai itu sendiri
yang diendapkan sebelumnya.
Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan bahwa :
1. Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan
banjir, sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak,
maka pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal
sebagai “delta sungai.”
2. Banjir yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan melanda
dataran di kiri dan kanan aliran sungai. Di daerah tengah, banjir hanya terjadi di
dalam alur sungai.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi
ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai,
ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
Macam-macam banjir
Terdapat berbagai macam banjir yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
Banjir air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya
air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan.
Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus sehingga
sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.
Banjir “Cileunang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir cileunang ini
disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat banyak. Banjir
akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui
saluran atau selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang
cukup lama, maka banjir cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).
Banjir bandang
Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga mengangkut material
air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air karena
seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk
menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya
rusaknya sangat tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah
pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih
rendah. Biasanya banjir bandang ini akan menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau
batu-batu berukuran besar. Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman warga
yang berada di wilayah sekitar pegunungan.
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti ini kerap
melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air
sungan yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan menggenangi daratan.
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya
hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin
dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini
mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat
meluber ke pemukiman warga.
Banjir lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini
mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan
menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa,
tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat ini,
peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin
banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama.
Banjir-banjir besar di Jakarta
Definisi banjir dalam pembahasan ini adalah banjir besar yang hampir melumpuhkan
kota Jakarta seperti terjadi pada minggu pertama Februari 2007, yang merupakan ulangan
kejadian pada bulan yang sama tahun 1996, dan 2002.
Menarik mencermati adanya kecenderungan periode 5-6 tahun pada peristiwa banjir
besar Jakarta (1996, 2002, 2007). Apabila diamati, terdapat kesamaan pola pada
hadirnya cold surge, yaitu massa udara dingin yang terbawa oleh sirkulasi angin utara-
selatan (meredional) akibat gangguan tekanan tinggi(high pressure disturbance) di daerah
Siberia, melewati ekuator di Selat Karimata, dan mencapai laut dan pesisir utara Jawa
dengan kecepatan yang konsisten, lebih dari 10 meter/detik (m/det) dan berlangsung
selama 12-24 hari.
Selain faktor hadirnya cold surge, banjir Jakarta 1996, 2002, dan 2007 memiliki
korelasi dengan gangguan atmosfer dalam bentuk osilasi gelombang Maden-Julian
Oscillation (MJO) yang memiliki periode 30-50 hari dan kondisi iklim regional El Nino/La
Nina Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) dari Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia.
Banjir Februari 1996 terjadi pada saat kondisi iklim regional mengalami La Nina
lemah bersamaan dengan datangnya fase aktif MJO. Banjir Februari 2002 terjadi pada
saat kondisi iklim regional normal dan juga fase aktif MJO. Banjir Februari 2007 terjadi
saat kondisi iklim regional El Nino di Samudra Pasifik dan IOD di Samudra Hindia baru saja
meluruh, tetapi MJO pada fase tidak aktif.
MJO menjadi faktor dominan kedua selain cold surge yang menyebabkan banjir
Jakarta 1996 dan 2002. Fenomena MJO terkait langsung dengan pembentukan kolam panas
di Samudra Hindia bagian timur dan Samudra Pasifik di bagian barat sehingga pergerakan
MJO ke arah timur bersama angin baratan(westerly wind) sepanjang ekuator selalu diikuti
dengan konveksi awan kumulus tebal.
Hal ini dapat dilihat pada akhir Desember 2007, ketika MJO dalam fase matang.
Intensitas curah hujan tinggi dan dalam waktu cukup lama (torrential rains) terjadi di laut
dan pantai utara Jawa menyebabkan wilayah Jawa Tengah mengalami longsor akibat hujan
deras yang terus-terusan mengguyur yang menimbulkan korban jiwa dan menyebabkan
instabilitas atmosfer di perairan selatan Bali (Kompas,26 Desember 2007).
Selain itu, siklon tropis Melanie terbentuk di perairan barat laut Australia pada 30
Desember 2007 dan beberapa hari kemudian siklon tropis Helen muncul di perairan utara
Australia (sekitar Darwin) pada 4 Januari 2008. Wilayah Jakarta beruntung terhindar dari
curah hujan dengan intensitas tinggi saat berlangsungnya fase matang MJO tersebut.
Instabilitas atmosfer hanya terjadi di perairan selatan Jawa dalam bentuk depresi
(tekanan rendah) pada 1 Januari 2008 akibat pergerakan siklon tropis Melanie. Kondisi tak
kondusif terjadinya banjir besar di Jakarta disebabkan tak hadirnya faktor cold
surge saat itu.
Menarik saat mencermati banjir Jakarta Februari 2007 yang terjadi saat MJO
tidak aktif. Kondisi iklim regional IOD yang meluruh di Samudra Hindia bagian timur
dianalisis sebagai faktor kondusif meningkatnya intensitas curah hujan harian secara lokal
di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Cold surge yang membawa uap air hangat dari Laut China Selatan dan Selat
Karimata mencapai wilayah Jakarta menyebabkan konvergensi angin (datang dari arah barat
daya) bertekanan rendah di permukaan (0-3 km) yang secara intensif dan berlangsung
cukup lama sejak akhir Januari sampai minggu pertama Februari 2007. Sebaliknya di lapisan
menengah (lebih dari 3 kilometer) berembus angin tenggara yang berlawanan dengan arah
angin di lapisan bawahnya dan membawa massa udara kering akibat proses depresi di
Samudra Hindia bagian timur pada saat meluruhnya IOD.
Hal tersebut menyebabkan gaya gesekan angin secara menegak (wind vertical
shear) yang besar di permukaan dan menjadi kondisi sangat kondusif untuk intensifikasi
pembentukan awan kumulus dalam waktu lama dan berulang dalam sehari (Rotunno dkk,1988)
Kondisi ini dapat dilihat saat cold surge hadir dalam waktu cukup lama (12 hari) pada
kasus banjir Jakarta 2007 dan meningkatkan durasi curah hujan harian di wilayah Jakarta
dan sekitarnya dengan pola hujan yang terjadi sepanjang malam (pukul.20.00-22.00) selama
4-5 jam, berhenti sebentar pada dini hari, dan hujan lagi pada pagi hari (Pk.08.00-10.00)
selama 3-4 jam. Bahkan pada kondisi cold surge memiliki kecepatan maksimum (15 m/det)
yang terjadi pada 31 Januari hingga 1 Februari 2007, hujan pada malam hari terus
berlangsung sampai pagi, 8-9 jam.
Dari uraian di atas tampak paling tidak ada 3 faktor dominan yang menyebabkan
banjir Jakarta 1996, 2002, dan 2007, yaitu kehadiran cold surgedengan kecepan angin dari
arah barat daya lebih besar 10 m/det dan berlangsung dalam waktu cukup lama (12-24
harian); fase aktif osilasi gelombang MJO dalam periode 30-50 harian; dan kondisi lokal
adanya massa udara kering pada lapisan menengah (lebih dari 3 km) yang menyebabkan
meningkatnya instabilitas angin secara menegak dan pada gilirannya menjadi kondisi
kondusif pembentukan awan kumulus melalui proses konveksi pada saat cold surge berada di
lapisan permukaan (0-3 km).
Menimbang skematis uraian ketiga faktor tersebut, dewasa ini curah hujan tidak
dapat diprediksi secara akurat akibat pemanasan global yang menyebabkan iklim menjadi
tidak menentu.
Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai.
Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas
yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es,
atau puing-puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir besar) atau
pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor,
atau gletser.
Sungai-sungai yang membelah Jakarta sudah tidak lagi berfungsi maksimal dalam
menampung air. Selain karena pendangkalan dan rumah-rumah penduduk yang menyemut di
sepanjang pinggirannya, juga karena sungai-sungai ini penuh dengan sampah. Berbagai jenis
sampah dapat ditemukan di badan sungai. Di beberapa tempat, tumpukan sampah itu begitu
banyak sehingga menjadi sebuah daratan yang dapat diinjak manusia.
Muara
Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin badai. Banjir
badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropismasuk dalam kategori ini.
Pantai
Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau hurikan). Banjir
badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropismasuk dalam kategori ini.
Peristiwa Alam
Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau bencana lain
seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Manusia
Kerusakan akibat aktivitas manusia, baik disengaja atau tidak merusak keseimbangan alam
Lumpur
Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian
terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai.
Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur
adalah proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan
pergerakan massal.
Lainnya
Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan) dan
tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).
Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.
Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan dan pedesaan
rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.
Dampak yang ditimbulkan oleh banjir
Primer
Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil,
bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dankanal.
Sekunder
Persediaan air – Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen.
Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi
menambah mineral tanah setempat.
Pepohonan - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
Transportasi - Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-
orang yang membutuhkan.
Dampak tersier/jangka panjang
Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir; dalam
sector pariwisata, menurunnya minat wiasatawan; biaya pembangunan kembali; kelangkaan
makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.
Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata banjir (banjir air skala kecil)
juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan
serta memberikan nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan
kering dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir
tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan
merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran. Banjir
menambahkan banyak nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin memajukan industri
perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir
untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi).
Penanggulangan banjir
Mencegah dan menanggulangi banjir tak dapat dilakukan oleh pemerintah saja atau
orang perorang saja. Dibutuhkan komitmen dan kerjasama berbagai pihak untuk
menghindarkan Jakarta dan kota lain di Indonesia dari banjir besar.
Mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah
raksasa
Meninggikan bangunan rumah memang dapat menyelamatkan harta benda kita ketika
banjir terjadi, namun kita tidak mencegah terjadinya banjir lagi. Manusia yang
mengakibatkan banjir, manusia pula yang harus bersama-sama menyelamatkan kota.
Menyelamatkan Jakarta dari banjir besar bukan hanya karena berarti menyelamatkan harta
benda pribadi, namun juga menyelamatkan wajah bangsa ini di mata dunia.