Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelompok Profesi Pendidikan

KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA

Dosen Pengampu
Dra. Sorta Simanjuntak, M.S.

Di Susun Oleh:
Kelompok 6
Juna Sari Berutu 7151142017
Lidia Lavenia 7153142014
Febrianti Aritonang 7153342013
Iis Sundari 7153142010
Sri Devi Marta Sirait 7151142021
Yovita Sugiasti 7143342042
Kelas : B

PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dokter Gigi dalam melaksanakan pemeriksaan gigi, meperoleh kepercyaan dari pasien
dan klienya dalam melaksanakan tugasnya memeriksa gigi pasien dan mengobati gigi
pasienya. Profesi Dokter Gigi akan selalu berhadapan dengan permasalahan yang
mengakibatkan seorang Dokter Gigi berada dalam dua pilihan yang bertentangan. Apabila
Dokter gigi tidak bisa mengobati pasien sesuai dengan sakit pasiennya berarti akan
melanggar kode etika profesi dan komitmen Dokter gigi tersebut terhadap profesinya, tetapi
apabila tidak dapat melaksanakan tugasnya maka dikhawatirkan akan berakibat pada
penghentian tugasnya. Kode etik Dokter gigi adalah kode etik yang mengatur perilaku
Dokter gigi yang ada diwilayah indonesia. Kode etik Kedokteran Gigi Indonesia terdiri
kewajiban umum, kewajiban dokter gigi terhadap pasien, kewajiban dikter gigi teman
sejawat, kewajiban dokter gigi terhadap diri sendiri. Profesi Dokter gigi menghasilkan jasa
bagi pasien-pasien yaitu jasa mengobati gigi. Profesi dokter gigi bertanggung jawab untuk
menyelesaiakan pengobatan pasienya.sehingga pasienya memperoleh kesembuhan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Kedokteran Gigi


Etik berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘Ethicos’ yang berarti ‘moral’ dan ‘ethos’
yang berarti ‘karakter, kebiasaan’. Etika merupakan falsafah moral yang mengukur
norma atau nilai yang benar dan baik dari perilaku dan perikehidupan yang harus berlaku
dalam kehidupan sehari-hari.
Etika Kedokteran Gigi adalah: falsafah moral yang mengukur norma dan nilai
yang baik dan benar dari prilaku menjalankan profesi kedokteran gigi dan hasil karya
keilmuan kedokteran gigi sebagai mana tercantum dalam lafal sumpah dan kode etik
kedokteran gigi yang telah disusun oleh organisasni profesi dengan pemerintah.
Prinsip-prinsip etika kedokteran dalam kaidah dasar bioetika, antara lain:
1. Prinsip Beneficence (berbuat baik).
2. Prinsip Non-maleficence (melarang untuk tidak berbuat buruk).
3. Prinsip Otonomi (menghormati hak pasien).
4. Justice (moral, keadilan).
5. Fairness (tidak boleh membedakan status).
Dunia Kedokteran Gigi bersifat sosial. Para dokter gigi mutlak harus
mengutamakan kepentingan masyarakat yang membutuhkan pertolongan, terutama saat
mereka menghadapi persoalan gigi ataupun rongga mulut. Sifat sosial dunia kedokteran
gigi juga diatur dalam Kode Etik Kedokteran Gigi. Sejak disumpah untuk menjalankan
praktik profesinya setiap Dokter Gigi wajib mematuhi Kode Etik tersebut.
Landasan etik kedokteran adalah sebagai berikut:
1. Sumpah Hippokrates (460-377 SM)
2. Deklarasi Geneva (1948)
3. International Code of Medical Ethics (1949)
4. Lafal sumpah dokter Indonesia (1960)
5. Kode etik kedokteran Indonesia (1983)
6. Pernyataan-pernyataan (deklarasi) ikatan dokter sedunia (worl medical association,
WMA), yaitu antara lain:
 Deklarasi Geneva (1948), tentang lafal sumpah dokter.
 Deklarasi Helsinki (1964) tentang riset klinik.
 Deklarasi Sydney (1968) tentang saat kematian.
 Deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi medik.
 Deklarasi Tokyo (1975) tentang penyiksaan.
Kedokteran gigi tidak terlepas dari fungsi kemanusiaan dalam bidang kesehatan,
maka perlu memiliki suatu kode etik yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan UUD
1945. Berikut adalah isi dari kode etik kedokteran gigi.

2.1 Kode Etik Dokter Gigi


a) Bab I tentang Kewajiban Umum
1. Dokter Gigi di Indonesia wajib menghayati, mentaati dan mengamalkan Sumpah/
Janji Dokter Gigi Indonesia dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
2. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma kehidupan yang
luhur dalam menjalankan profesinya.
3. Dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh dipengaruhi
oleh pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi
4. Dokter Gigi di Indonesia harus memberi kesan dan keterangan atau pendapat yang
dapat dipertanggungjawabkan.
5. Dokter Gigi di Indonesia tidak diperkenankan menjaring pasien secara pribadi ,
melalui pasien atau agen.
6. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kehormatan, kesusilaan, integritas dan
martabat profesi dokter gigi
7. Dokter Gigi di Indonesia berkewajiban untuk mencegah terjadinya infeksi silang
yang membahayakan pasien, staf dan masyarakat.
8. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga
kesehatan lainnya.
9. Dokter Gigi di Indonesia dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, wajib bertindak sebagai motivator, pendidik dan pemberi pelayanan
kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif).

b) Bab II tentang Kewajiban Dokter Gigi terhadap Pasien


1. Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien untuk menentukan
pilihan perawatan dan rahasianya.
2. Dokter Gigi di Indonesia wajib melindungi pasien dari kerugian.
3. Dokter Gigi di Indonesia wajib mengutamakan kepentingan pasien.
4. Dokter gigi di Indonesia wajib memperlakukan pasien secara adil.
5. Dokter Gigi di Indonesia wajib menyimpan, menjaga dan merahasiakan Rekam
Medik Pasien.

c) Bab III tentang Kewajiban Dokter Gigi terhadap Teman Sejawat


1. Dokter Gigi di Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
2. Dokter Gigi di Indonesia apabila mengetahui pasien sedang dirawat dokter gigi
lain tidak dibenarkan mengambil alih pasien tersebut tanpa persetujuan dokter gigi
lain tersebut kecuali pasien menyatakan pilihan lain.
3. Dokter Gigi di Indonesia, dapat menolong pasien yang dalam keadaan darurat dan
sedang dirawat oleh dokter gigi lain , selanjutnya pasien harus dikembalikan
kepada Dokter Gigi semula, kecuali kalau pasien menyatakan pilihan lain.
4. Dokter Gigi di Indonesia apabila berhalangan melaksanakan praktik, harus
membuat pemberitahuan atau menunjuk pengganti sesuai dengan aturan yang
berlaku.
5. Dokter Gigi di Indonesia seyogianya memberi nasihat kepada teman sejawat yang
diketahui berpraktik di bawah pengaruh alkohol atau obat terlarang. Apabila
dianggap perlu dapat melaporkannya kepada Organisasi Profesi

d) Bab IV tentang Kewajiban Dokter Gigi terhadap Diri Sendiri


1. Dokter Gigi di Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat
dirinya.
2. Dokter Gigi di Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan etika, ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kedokteran gigi, baik secara
mandiri maupun yang diselenggarakan oleh Organisasi Profesi.
3. Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan
pelatihan kedokteran gigi tanpa izin dari Organisasi Profesi.
4. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kesehatannya supaya dapat bekerja
dengan optimal.
2.2 Pelanggaran-pelanggaran kode etik dalam menjalani profesi sebagai dokter gigi
1. Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten
2. Tidak merujuk pasien kepada dokter gigi lain yang memiliki kompetensi yang sesuai
3. Menyediakan dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan
kewenangan yang sesuai atau tidak melakukan pemberitahuan perihal penggantian
tersebut
4. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik atau mental
sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien
5. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan pasien
6. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai (adequate information)
kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran.
7. Melakukan tindakan atau asuhan medis tanpa memperoleh persetujuan dari pasien
misalkan mencabut gigi tanpa persetujuan pasien
8. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
9. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan atau teknologi
yang belum diterima dengan tata cara praktis kedokteran yang layak.
10. Menolak atau menghentikan tindakan atau asuhan medis atau tindakan pengobatan
terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah sesuai dengan ketentuan etika profesi
atau peraturan perundang-undangan yang berlaku
11. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya yang tidak sesuai dengan ketentuan etika profesi atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
12. Mengiklankan kemampuan atau pelayanan atau kelebihan kemampuan pelayanan
yang dimiliki baik lisan ataupun tulisan yang tidak benar atau menyesatkan.
13. Bepraktik dengan menggunakan surat tanda registrasi, surat izin praktik, dan/atau
sertifikat kompetensi yang tidak sah atau berpraktik tanpa memiliki surat izin praktik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
14. Tidak memberikan informasi, dokumen, dan alat bukti lainnya yang diperkulan
MKDKI/MKDKI-P, untuk pemeriksaan atas pengaduan dengan pelanggaran Disiplin
profesional Dokter Gigi.
Contoh kasus pelanggaran-pelaggaran kode etik dalam menjalani profesi sebagai dokter
gigi:
Seorang dokter gigi yang tidak sabar menangani pasiennya yang berusia balita
terus menangis lalu tanpa pertimbangan langsung dokter tersebut memberikan surat
rujukan rontgen begitu saja ke ibu pasien. Dengan hal tersebut dokter gigi dapat saja
dikenakan pelanggaran kode etik karena tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan atau melantarkan pasien yang seharusnya diberikan pengobatan.

2.3 Penanganan atau pihak yang bertanggung jawab terhadap permasalahan


pelanggaran yang dialami dokter gigi
Bagi tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan pelanggaran atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya sebagai dokter gigi dapat dikenakan tindaka disiplin yang
ditentukan oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ( MKDKI) inilah
yang berhak dan berwenang untuk meneliti dan menentukan ada tidaknya kesalahan atau
kelalaian dalam menerapkan standard profesi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter gigi) terhadap pasien. Jika dokter gigi melakukan pelanggaran kode etik maka
ijin praktek dokter tersebut dapat dicabut dan terkena sanksi pidana sesuai hukum.

2.4 Perlindungan organisasi menangani pelanggaran kode etik dokter Gigi


Organisasi dokter gigi yaitu PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) merupakan
satu-satunya organisasi profesi yang menghimpun dokter gigi di indonesia yang didirikan
di Bandung pada tanggal 22 Januari 1950. PDGI memiliki fungsi utama yaitu:
 Sebagai wadah untuk menangani permasalahan kedokteran baik yang dirasakan
pasien maupun dokter.
 Dapat memperjelas kasus yang terjadi dengan cara memanggil dan meminta
keterangan dokter yang bersangkutan.
Menindak lanjuti kasus tersebut PDGI senantiasa melakukan seminar atau pelatihan
kepada anggota-anggotanya jika terdapat disiplin ilmu baru dibidang kedokteran gigi.
Dalam menindak lanjuti kasus, PDGI bekerja sama dengan:
1. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) yang merupakan suatu
lembaga otonom dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) yang menjalankan tugasnya
secara independen. MKDKI dibentuk agar dapat menegakkan disiplin dokter dan
dokter gigi dalam menjalankan prakteknya dan menetapkan sanksi disiplin.
2. Majelis Kehormatan Etika Kedokteran Gigi Indonesia (MKEKGI).
3. Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etika Indonesia (P3EK) yang merupakan
panitia yang bekerjasama dengan Depkes, FK, FKG, IDI (Ikatan Dokter Indonesia),
PDGI dengan jumlah 7-9 orang
Hal ini karena PDGI tidak memiliki wewenang langsung untuk memberikan
tindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh dokter gigi. PDGI hanya memiliki
hak untuk melakukan pembelaan terhadap anggotanya dalam persidangan MKDKI,
MKEKGI, P3EK.
Apabila terjadi malpraktek baik medik maupun etik, seharusnya pasien melakukan
pelaporan terhadap dokter gigi yang bersangkutan kepada PDGI, sehingga PDGI dapat
memperjelas permasalahan / kasus yang terjadi dengan cara memanggil dokter gigi
tersebut untuk dimintai keterangan. Setelah itu PDGI dapat memperjelas kasus tersebut
termasuk dalam malpraktek medik atau malpraktek etik.
Jika malpraktek medik maka PDGI akan menyerahkan kasusnya kepada Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia untuk diselidiki dan ditindaklanjuti lebih
jauh. MKDKI akan menegakkan disiplin ilmu yaitu akan melakukan suatu penelitian
apakah penggunaan suatu ilmu dilakukan secara benar atau tidak oleh para dokter gigi.
Apabila telah dinyatakan sebagai penyimpangan baik disengaja atau pun tidak, atau
berada di luar gari-garis standar yang sudah ditetapkan , berikutnya MKDKI akan
memberikan sanksi sesuai dengan berat / tidaknya suatu pelanggaran. Menurut UUPK
N0. 29 Tahun 2004 Pasal 69 bahwa sanksi disiplin sebagaimana dimaksud dapat berupa:
1. Pemberian peringatan tertulis.
2. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktek, dan
3. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran
atau kedokteran gigi.
Namun MKDKI hanya dapat memberikan sanksi kepada pelanggaran disiplin yang
tidak dikategorikan pelanggaran pidana / perdata. Jika pelanggaran tersebut dapat
digolongkan sebagai pelanggaran pidana atau perdata yang merupakan kelalaian berat,
maka MKDKI akan melimpahkan kasus tersebut kepada pengadilan biasa. Tetapi
MKDKI harus memberikan hasil peradilannya kepada pengadilan karena hasil
peradilannya merupakan bukti yang diperlukan pengadilan.
2.5 Perbandingan Pelaksanaan KodeEtik Dokter Gigi dan Guru
Perbandingan pelaksanaan profesi dokter gigi dan guru ialah pada PDGI tidak
memiliki wewenang untuk langsung untuk memberikan tindakan terhadap pelanggaran
yang dilakukan oleh dokter gigi. PDGI akan menyerahkan kasus pelanggaran kode etik
yang dilakukan dokter gigi ke MKDKI. Namun MKDKI hanya dapat memberikan
sanksi kepada pelanggaran disiplin yang tidak dikategorikan pelanggaran pidana/
perdata. Jika pelanggaran tersebut dapat digolongkan sebagai pelanggaran pidana atau
perdata yang merupakan kelalaian berat, maka MKDKI akan melimpahkan kasus
tersebut kepada pengadilan biasa. Selain itu, PDGI selalu membuat seminar ataupun
pelatihan bagi anggota-anggotanya yaitu dokter gigi apabila terdapat disiplin ilmu
terbaru dalam kedokteran gigi sehingga membantu dokter gigi dalam meningkatkan
kemampuannya.
Sedangkan untuk pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh guru, PGRI tidak
menindaklanjuti pelanggaran tersebut. Tidak ada usaha yang dilakukan PGRI agar
pelanggaran yang terjadi dapat terselesaikan. Pelanggaran kode etik guru, biasanya
diselesaikan oleh pihak berwajib seperti kepolisian ataupun pengadilan umum. Selain itu,
PGRI tidak gencar dalam membuat pelatihan ataupun seminar untuk peningkatan
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru.
Dari kedua kasus pelanggaran diatas, maka dapat diketahui bahwa antara organisasi
dokter gigi dan guru sangatlah berbeda. Dimana PDGI membantu dokter gigi dalam
membela pihak yang bersangkutan ataupun dokter gigi bila terjadi pelanggaran.
Sedangkan PGRI, tidak membantu guru dalam menyelesaikan permasalahan mengenai
pelanggaran kode etik yang terjadi. Dalam peningkatan mutu profesi, PDGI lebih sering
mengadakan pelatihan maupun seminar sedangkan PGRI tidak melakukan hal yang sama
seperti PDGI untuk meningkatkan mutu profesi guru di Indonesia.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN

Etik berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘Ethicos’ yang berarti ‘moral’
dan ‘ethos’ yang berarti ‘karakter, kebiasaan’. Etika merupakan falsafah moral yang
mengukur norma atau nilai yang benar dan baik dari perilaku dan perikehidupan yang
harus berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Etika Kedokteran Gigi adalah: falsafah
moral yang mengukur norma dan nilai yang baik dan benar dari prilaku menjalankan
profesi kedokteran gigi dan hasil karya keilmuan kedokteran gigi sebagai mana
tercantum dalam lafal sumpah dan kode etik kedokteran gigi yang telah disusun oleh
organisasni profesi dengan pemerintah.
Dalam menjalankan profesinya atau melaksanakan tugasnya maka, dokter gigi
haarus memperhatikan aturan-aturan ataupun kode etik yang terdapat pada profesi
yang diembannya. Profesi dokter gigi ini juga memiliki organisasi yang menaunginya
yaitu PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia), organisasi ini mempunyai peran
pentng untuk melindungi ataupun menghukum anggotanya apabila terjadi suatu
tindakan mal praktek. Ada beberapa prinsip yang terdapat dalam kedokteran dalam
membuat suatu kode etik profesinya.
Prinsip-prinsip etika kedokteran dalam kaidah dasar bioetika, antara lain:
1. Prinsip Beneficence (berbuat baik).
2. Prinsip Non-maleficence (melarang untuk tidak berbuat buruk).
3. Prinsip Otonomi (menghormati hak pasien).
4. Justice (moral, keadilan).
5. Fairness (tidak boleh membedakan status).
Dunia Kedokteran Gigi bersifat sosial. Para dokter gigi mutlak harus
mengutamakan kepentingan masyarakat yang membutuhkan pertolongan, terutama
saat mereka menghadapi persoalan gigi ataupun rongga mulut. Sifat sosial dunia
kedokteran gigi juga diatur dalam Kode Etik Kedokteran Gigi.

Anda mungkin juga menyukai