Anda di halaman 1dari 1

Landasan berfikir mengapa terdapat eksaminasi adalah untuk memberikan pengawasan terhadap

putusan-putusan hakim yang memiliki kekuatan hukum tetap agar sesuai dengan hukum yang
berlaku di Indonesia. Selain itu juga Gustav Radbruch menyebut ada 3 nilai mendasar dari hukum
yang harus ditegakkan, yaitu Keadilan, Kemanfaatan, dan Kepastian, di mana ke 3 nilai dasar hukum
tersebut dapat tercermin dari setiap putusan yang dikeluarkan oleh hakim. Eksaminasi murni timbul
akibat banyaknya putusan hakim yang tidak mencerminkan ketiga nilai dasar hukum tersebut. Oleh
karenanya Hakim dalam memutuskan suatu perkara tidak hanya melihat sisi kepastian hukum yang
terdapat dalam Kitab Undang-Undang yang berlaku melainkan pula melihat sisi kemanfaatan hukum
dan keadilan hukum. Peran penting eksaminasi untuk menjaga putusan-putusan hakim untuk tetap
pada koridor 3 nilai dasar hukum tersebut, karena salah satu dasar hukum Indonesia adalah
yurisprudensi/ putusan hakim terdahulu yang dijadikan dasar untuk memutuskan dalam perkara
yang sama.

Macam-macam penafsiran / interpretasi hukum yang digunakan oleh Hakim dalam memutuskan:

1. Interpretasi Gramatikal : adalah menafsirkan kata-kata dalam UU sesuai dengan kaidah


bahasa atau kaidah hukum tata bahasa. Interpretasi yang dulunya merupakan prioritas
daripada jenis interpretasi lain.
2. Interpretasi Historis : mencakup 2 jenis interpretasi, yaitu (a) Interpretasi menurut sejarah
UU dan (b) Interpretasi menurut sejarah hukum. Interpretasi menurut sejarah UU adalah
mencari maksud dari peraturan perundang-undangan itu seperti apa yang dilihat oleh
pembuat UU ketika UU dibentuk dahulu. Kehendak Pembuat UU dianggap paling
menentukan. Interpretasi sejarah hukum adalah metode interpretasi yang ingin memahami
UU dalam konteks seluruh sejarah hukum.
3. Interpretasi sistematis : adalah metode yang menafsirkan UU sebagai bagian dari
keseluruhan system perundang-undangan. Perundang-undangan keseluruhan di dalam
suatu Negara dianggap sebagai suatu system yang utuh.
4. Interpretasi Sosiologis atau Teleologis : adalah menetapkan makna UU berdasarkan tujuan
masyarakat.
5. Interpretasi Komparatif : adalah metode membandingkan antara berbagai sistemhukum.
6. Interpretasi futuristic : adalah menjelaskan UU yang berlaku sekarang (ius constitutum)
dengan berpedoman pada UU yang belum mempunyai kekuatan hukum (ius
constituendum).
7. Interpretasi Restriktif : adalah metode interpretasi yang sifatnya membatasi gramatikal agar
tidak memiliki arti yang luas.
8. Interpretasi ekstensif : metode interpretasi yang melebihi batas-batas hasil interpretasi
gramatikal.

Anda mungkin juga menyukai