Anda di halaman 1dari 7

Manajemen pembangunan kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan


meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan
tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta
maupun pemerintah.
Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang
memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai
prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk
menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan
pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan hendaknya
dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas pembangunan kesehatan
sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian dan mewujudkan jaminan
kesehatan masyarakat .
A. Pengkajian dan penyusunan kebijakan
Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri-ciri yang harus
diperhatikan. Menurut Azwar (1996) ciri-ciri tersebut secara sederhana dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Bagian dari sistem administrasi
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan pekerjaan
perencanaan sebagai bagian dari sistem administrasi secara keseluruhan.
Sesungguhnya, perencanaan pada dasarnya merupakan salah satu dari fungsi
administrasi yang sangat penting. Pekerjaan administrasi yang tidak didukung
oleh perencanaan, bukan merupakan pekerjaan administrasi yang baik.
2. Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Perencanaan yang dilakukan hanya sekali bukanlah
perencanaan yang dianjurkan. Ada hubungan yang berkelanjutan antara
perencanaan dengan berbagai fungsi administrasi lain yang dikenal. Disebutkan
perencanaan penting untuk pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah dinilai,
dilanjutkan lagi dengan perencanaan. Demikian seterusnya sehingga terbentuk
suatu spiral yang tidak mengenal titik akhir.
3. Berorientasi pada masa depan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan.
Artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dapat dilaksanakan,
akan mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga
pada masa yang akan datang.
4. Mampu menyelesaikan masalah
Suatu perencanaan yang baik adalah yamg mampu menyelesaikan berbagai
masalah dan ataupun tantangan yang dihadapi. Penyelesaian masalah dan
ataupun tantangan yang dimaksudkan disini tentu harus disesuaikan dengan
kemampuan. Dalam arti penyelesaian masalah dan ataupun tantangan tersebut
dilakukan secara bertahap, yang harus tercermin pada pentahapan perencanaan
yang akan dilakukan.
5. Mempunyai tujuan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang dicantumkan
secara jelas. Tujuan yang dimaksud kan di sini biasanya dibedakan atas dua
macam, yakni tujuan umum yang berisikan uraian secara garis besar, serta
tujuan khusus yang berisikan uraian lebih spesifik.
6. Bersifat mampu kelola
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti
bersifat wajar, logis, obyektif, jelas, runtun, fleksibel serta telah disesuaikan
dengan sumber daya. Perencanaan yang disusun tidak logis serta tidak runtun,
apalagi yang tidak sesuai dengan sumber daya bukanlah perencanaan yang baik.

Proses Penyusunan Kebijakan


a. Identifikasi Masalah dan Isu
b. Perumusan Kebijakan
c. Pelaksanaan Kebijakan
d. Evaluasi Kebijakan

Menggunakan Segitiga Kebijakan Kesehatan. Segitiga kebijakan kesehatan


digunakan untuk memahami kebijakan tertentu dan menerapkan untuk
merencanakan kebijakan khusus dan dapat bersifat : Retrospektif (meliputi
evaluasi dan monitoring kebijakan) dan Prospektif (Memberi pemikiran
strategis,dan advokasi

B. Pengembangan Sistem administasi


Pada dasarnya administrasi berfungsi untuk menentukan tujuan organisasi dan
merumuskan kebijakan umum, sedangkan manajemen berfungsi untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan dalam
batas-batas kebijakan umum yang telah dirumuskan. Hal ini berarti bahwa
administrasi dan manajemen tidak menjalankan sendiri kegiatan-kegiatan yang
bersifat operasional.
Dalam proses pelaksanaannya, administrasi dan manajemen mempunyai
tugas-tugas tertentu yang harus dilaksanakan sendiri. Tugas-tugas itulah yang biasa
disebut sebagai fungsi-fungsi administrasi dan manajemen.
Pada dasarnya keseluruhan fungsi-fungsi administrasi dan manajemen dapat
dibagi menjadi dua klasifikasi utama, yaitu :
a. Fungsi Organik
Yang dimaksud fungsi organik adalah semua fungsi yang mutlak harus
dijalankan oleh administrasi dan manajemen.
b. Fungsi Pelengkap
Yang dimaksud dengan fungsi pelengkap yaitu semua fungsi yang
meskipun tidak mutlak dijalankan oleh organisasi, sebaiknya dilaksanakan
juga dengan baik karena pelaksanaan fungsi-fungsi itu akan meningkatkan
efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan, memperlancar usaha pencapaian tujuan
dengan efisiensi dan efektif.

C. Sistem informasi kesehatan


Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu bagian penting yang tidak
dapat dipisahkan dari Sistem Kesehatan di suatu negara. Kemajuan atau kemunduran
Sistem Informasi Kesehatan selalu berkorelasi dan mengikuti perkembangan Sistem
Kesehatan, kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) bahkan
mempengaruhi Sistem Pemerintahan yang berlaku di suatu negara. Suatu system
yang terkonsep dan terstruktur dengan baik akan menghasilkan Output yang baik
juga. Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu bentuk pokok Sistem
Kesehatan Nasional ( SKN ) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam
penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan. Dengan sistem Informasi
kesehatan yang baik maka akan membuat masyarakat tidak buta dengan semua
permasalahan kesehatan. Dengan maraknya perkembangan media dan teknologi
seharusnya membuat masyarakat dan khususnya pada mahasiswa kesehatan akan
berkemajuan berinovasi terhadap sistem informasi kesehatan di Indonesia.
Sistem Informasi Kesehatan merupakan gabungan perangkat dan prosedur
yang digunakan untuk mengelola siklus informasi ( mulai dari pengumpulan data
sampai pemberian umpan balik informasi ) untuk mendukung pelaksanaan tindakan
tepat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan.
Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai
dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan
program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi.
World Health Organization( WHO ) menilai bahwa investasi sistem informasi
kesehatan mempunyai beberapa manfaat antara lain :
a. Membantu pengambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah
kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya
b. Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan mudah dipahami, serta
melakukan berbagai perbaikan kualitas pelayanan kesehatan

Adapun manfaat adanya sistim informasi kesehatan dalam suatu fasilitas


kesehatan diantaranya:
1. Memudahkan setiap pasien untuk melakukan pengobatan dan mendapatkan
pelayanan kesehatan
2. Memudahkan fasilitas kesehatan untuk mendaftar setiap pasien yang berobat
3. Semua kegiatan di fasilitas kesehatan terkontrol dengan baik ( bekerja secara
terstruktur ).

D. Pengembangan sistem kesehatan daerah


Sistem Kesehatan Daerah (SKD) merupakan implementasi sistem Kesehatan
Nasional didaerah, yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya pemerintah,
masyarakat, dan sektor swasta di daerah yang secara terpadu dan saling mendukung,
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan pada
hakekadnya merupakan wujud sekaligus metode penyelenggaraan kesehatan daerah.
SKD juga merupakan ruang sekaligus bentuk pengakuan terhadap potensi pelaku
dibidang kesehatan yang dimiliki daerah (pemerintah, masyarakat, swasta) yang
dengan SKD ini diikat dalam komitmen dan tujuan yang sama sebagaimana prinsip
dasar SKN, yakni : Perikemanusiaan; Hak Azasi Manusia; Adil dan merata;
Pemberdayaan dan kemandirian Masyarakat; Kemitraan; Pengutamaan dan manfaat;
Tata kepemerintahan yang baik.

E. Jaminan Pembiayaan Kesehatan


Pengertian biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azrul A, 1996).
Dari defenisi di atas, ada dua pihak yang terlibat yakni penyelenggara pelayanan
kesehatan (provider) dan pemakai jasa pelayanan kesehatan. Bagi penyelenggara,
terkait besarnya dana untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana
investasi serta dana operasional, sedangkan bagi pemakai jasa layanan berhubungan
dengan besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya
kesehatan.
Jaminan kesehatan sebagai amanah UU sistem jamianan sosial nasional (
SJSN ) sebagai solusi untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan yang semakin
meningkat. Pengembangan jaminan untuk meniadakan hambatan pembiayaan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok miskin dan rentan. Solusi
masalah pembiayaan kesehatan mengarah pada peningkatan pendanaan kesehatan
untuk mendukung pembangunan kesehatan. Peningkatan biaya pemeliharaan
kesehatan menyulitkan akses sebagian besar masyarakat dalam memenuhi layanan
kesehatan. Banyak faktor penyebab meningkatkannya pembiayaan kesehatan seperti
penggunaan teknologi kesehatan yang semakin canggih, inflasi, pola penyakit kronik
dan degeneratif, dan sebagainya sementara kemampuan penyediaan dana pemerintah
maupun masyarakat sangat terbatas.
Sumber dana biaya kesehatan berasal dari:
1. Bersumber dari anggaran pemerintah
Dana pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kota, BUMN ,premi bagi
jamkesmasmiskin yang di bayarkan oleh pemerintah
2. Bersumber dari anggaran masyarakat
Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar
masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun
pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat
berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh
pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut. Contohnya CSR atau Corporate Social
Reponsibility) dan pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan tunai atau melalui
sistem asuransi.
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri
Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit
tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh organisasi
sosial ataupun pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana dari luar negeri untuk
penanganan HIV dan virus H5N1 yang diberikan oleh WHO kepada negara-negara
berkembang (termasuk Indonesia).
4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat.
Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat mengakomodasi
kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya.
Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah
dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran
serta masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan
mengeluarkan biaya tambahan.
Dengan ikut sertanya masyarakat menyelenggarakan pelayanan kesehatan, maka
ditemukan pelayanan kesehatan swasta. Selanjutnya dengan diikutsertakannya
masyarakat membiayai pemanfaatan pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan
tidaklah cuma-cuma. Masyarakat diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkannya. Sekalipun pada saat ini makin banyak saja negara yang
mengikutsertakan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, namun tidak ditemukan
satu negara pun yang pemerintah sepenuhnya tidak ikut serta. Pada negara yang
peranan swastanya sangat dominan pun peranan pemerintah tetap ditemukan. Paling
tidak dalam membiayai upaya kesehatan masyarakat, dan ataupun membiayai
pelayanan kedokteran yang menyangkut kepentingan masyarakat yang kurang mampu.
DAFTAR PUSTAKA

Dun,WN. 1998. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI

Islamy, MI. 1988. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bina Aksara.

No name. 2015. Sistem informasi kesehatan. Diunduh


https://www.kompasiana.com/asnawiok/sistem-informasi kesehatan. pada tanggal 22
november 2017

No name.2012. Kebijakan pembiayaan kesehatan. Diunduh dari


http://www.sumbarsehat.com/2012/09/kebijakan-pembiayaan-kesehatan.html . pada
tanggal 22 november 2017

Anda mungkin juga menyukai