OLEH
IMRAN
C034171037
Menyetujui,
Pembimbing Koordinator Bagian Bedah
Mengetahui,
Ketua Program PPDH FK Unhas
Tanggal Pengesahan :
Tanggal Ujian : 16 Maret 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kucing adalah salah satu hewan yang popular di kalangan masyarakat,
bentuk fisik yang lucu dan tingkah yang menggemaskan merupakan salah satu
alasan yang membuat banyak orang menyukai hewan peliharaan yang satu ini.
Kepopulerannya membuat jumlah peminat kucing di Indonesia sangatlah besar,
namun hal ini tidak diimbangi dengan pengetahuan pemeliharanya dan
ketersediaan dokter hewan yang mencukupi (Saputra et al, 2015).
Kucing memiliki tingkat reproduksi yang tinggi, kucing betina dewasa
kelamin pada umur tujuh bulan, memiliki masa kehamilan 63 hari, dan
melahirkan 1- 6 anak (Turner and Bateson. 2000, Nutter et al., 2004).
Kucing local (Felis catus) merupakan sub spesies dari kucing liar Felis
silvestris. Arkeolog dari yunani memperkirakan kucing didosmetifikasi sekitar
9500 tahun yang lalu. Seiring perkembangan jaman, kucing yang pada jaman
dahulu dikenal sebagai simbol religi sekarang telah menjadi salah satu hewan
kesayangan dan menjadi pengontrol populasi tikus (Saputra et al, 2015).
Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan yang banyak diminati
untuk dipelihara oleh masyarakat. Masyarakat banyak memelihara kucing, tetapi
banyak menjadi hidup liar dan sakit karena kurang memperhatikan
kesejahtraannya, kematian sebagian besar kucing disebabkan karena adanya
kerusakan pada organ dalam yang memerlukan tindakan pembedahan. Tindakan
pembedahan dilakukan pada berbagai kasus hewan penderita yang membutuhkan
penanganan bedah baik kasus klinik ringan seperti abses hingga kasus klinik yang
berat misalnya obstruksi dan neoplasia (Sardjana dan Kusumawati, 2011). Pada
dasarnya tindakan bedah memiliki 3 tahapan yaitu: tahap persiapan bedah,
pelaksanaan bedah/operasi, dan pasca operasi. Ketiga tahapan ini akan sinergis
menentukan keberhasilan dari suatu tindakan bedah (Sardjana et al., 2011).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini yaitu:
1.3 Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam laporan ini yaitu :
1. Apa saja indikasi gastropexy pada kucing?
2. Bagaimana metode operasi gastropexy pada kucing?
3. Bagaimana perawatan pasca operasi gastropexy pada kucing?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enterotomy terdiri dari dua kata, yaitu entero yang berarti organ dalam
(usus) dan tomi yang berarti penyayatan. Enterotomy merupakan tindakan
penyayatan yang dilakukan pada dinding usus (Murni, 2014).
A. Anatomi
B. Indikasi
Enterotomy adalah suatu tindakan penyayatan pada usus yang mengalami
gangguan (penyumbatan) atau karena adanya benda asing (tulang yang keras,
kaca, kawat, besi dan rambut), (Yusuf 1995). Enterotomy dilakukan dengan
menyayat dinding usus secara longitudinal. Penyayatan dilakukan pada daerah
dengan sedikit inervasi pembuluh darah. Penyayatan pada Enterotomy sebaiknya
tidak terlalu lebar, hal ini dikarenakan jaringan pada usus sangat lunak, lembut
dan mudah robek (Murni, 2014).
Benda asing yang ditemukan itu sangat bervariasi seperti kulit yang keras,
kain, jarum besi, kawat, seng, rambut, tulang yang keras dan lain-lain. Benda
asing yang besar akan menyebabkan gejala ileus obstruksi, sedangkan benda
tajam menyebabkan perforasi saluran cerna dengan gejala peritonitis. Untuk
mendiagnosa adanya benda asing pada saluran pencernaan tidak mudah tetapi
dengan pemeriksaan ronsen dapat membantu diagnosa (Ibrahim, 2000).
D. Teknik Operasi
Setelah pasien teranastesi, pasien diletakkan di atas meja operasi pada
posisi dorsal recumbency dan keempat kaki diikat pada sisi kiri dan kanan meja
operasi, kemudian daerah yang akan diincisi didesinfeksi dengan alkohol 70% dan
Iodium tincture 3%, pasang dook steril pada daerah abdomen (Sudisma, 2006).
Incisi kulit melalui linea median, dari umbilicus ke caudal sepanjang
kurang lebih 5-6 cm, kulit dan jaringan subcutan diincisi dengan
menggunakan scalpel, preparasi tumpul dilakukan untuk mendapatkan
linea alba, kemudian bagian kiri dan kanan linea alba dijepit dengan allis
forceps, kemudian dengan ujung gunting atau scalpel dibuat irisan kecil
pada linea alba.
Irisan diperpanjang dengan menggunakan gunting lurus (sebagai pemandu,
jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri di letakkan di bawah linea alba
agar organ dalam tidak tergunting).
Kemudian intestinum dikeluarkan, bagian kiri dan kanan dari intestinum
yang akan disayat diikat dengan kain kasa kemudian kain kasa tersebut
diklem.
Dibuat sayatan pada permukaan intestinum dan benda asing dikeluarkan,
usahakan agar usus tetap dalam keadaan basah dengan cara membilas
dengan penstrep 1%.
Gambar 2. Enterotomy. A,B dan C Insisi dinding Usus; D. Menutup dinding usus
dengan pola jahitan connel, cushing atau lembert (Sudisma, 2006).
Kemudian mucosa dijahit dengan pola simple continous dan serosa dijahit
dengan pola lambert.
untuk memastikan ada tidaknya kebocoran dilakukan uji kebocoran usus.
Setelah dipastikan tidak bocor, intestinum dimasukkan kembali ke rongga
abdomen, kemudian peritoneum dijahit dengan menggunakan benang
nilon simple interrupted, musculus dan fascia dijahit dengan benang cat
gut pola simple continous dan kulit dijahit dengan nilon pola simple
interrupted.
Gambar 3. Pola jahitan yang dapat digunakan (D) Connel, (E) Cushing
(F). Lembert (Sudisma, 2006).
3.2 Metode
3.2.1 Persiapan Ruangan
Ruangan dibagi menjadi 2 yaitu ruang pre-operasi sebagai ruang untuk
persiapan hewan serta operator dan co-operator. Dan ruang operasi sebagai
ruangan untuk pembedahan. Ruangan dibersihkan dengan desinfektan,
persiapan alat dan bahan untuk operasi.
Anamnesa
Bubu merupakan kucing yang dipelihara tanpa dikandangkan. Kucing tidak
memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Tingkah laku kucing aktif. Makan dan
minum serta buang air baik. Belum pernah diberi obat cacing dan vaksinasi.
Efek utama dari Atropin sulfat ini yang dikehendaki adalah untuk
menurunkan tonus parasimpatik, karena reflek parasimpatik tersebut
berbahaya dan kadang dapat menyebabkan kematian (berhentinya denyut
jantung)
Anestesi
Anaestesi dilakukan dengan menggunakan kombinasi Ketamin dan
Xylazin dosis 10 mg/kg BB dan 2 mg/kg BB secara intramuskuler.
𝑚𝑔
10 𝑥 3,5 𝑘𝑔
𝑘𝑔
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐾𝑒𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 = 𝑚𝑔 = 0,35 𝑚𝑙
100
𝑚𝑙
𝑚𝑔
2 𝑥 3,5 𝑘𝑔
𝑘𝑔
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑋𝑦𝑙𝑎𝑧𝑖𝑛𝑒 = = 0, 35 𝑚𝑙
20 𝑚𝑔/𝑚𝑙
(a) (b)
Gambar 7. (a) Luka pada hari ke 2, (b) Luka pada hari ke 7
Doxycicline
Nama Doxycicline
Nama Dagang Doxycicline, Vibramy Colidox
Mekanisme Terikat pada ribosom subunit 30s dan menghambat sintesis
protein, bakteriostatik
Indikasi Antibiotik tetrasiklin spektrum luas pada bakteri, beberapa
protozoa riketsia dan ehrillichia.
Dosis 5mg/kg BB (kucing)
Frekuensi Tiap 12 jam
Rute PO, IV
Biodin Injeksi
Nama Biodin (Atp, K, Mg, Na, Vit B12)
Nama Dagang Biodin
Mekanisme Menstimulasi tubuh secara umum, pembebasan energi,
pembentukan sel darah, membantu metabolisme tubuh
Indikasi Mengatasi kelemahan otot
Dosis 1 ml (kucing)
Frekuensi Tiap 2-5 hari
Rute IM, IV
Amoxiclave
Nama Amoxicillin/Clavulanate
Nama Dagang Amoxiclave
Mekanisme Amoxicillin bekerja dengan cara menghancurkan
peptidoglikan bakteri dan asam klavulanat merupakan
substansi yang dapat menghambat pembentukan beta-
laktamase.
Indikasi Antibiotik spektrum luas pada bakteri, mengatasi infeksi yang
disebabkan oleh bakteri.
Dosis 62,5 mg perekor (kucing)
Frekuensi Tiap 12 jam
Rute PO
Betadine
Nama Providone Iodine
Nama Dagang Betadine
Mekanisme Menurunkan kebutuhan oksigen mikroba, mengganggu
metabolisme bakteri dengan menghambat transfer elektron
pada enzim metabolisme, dan mengganggu protein membran
sitoplasma mikroba
Indikasi Antiseptik dan Desinfektan, mencegah infeksi
Dosis -
Frekuensi -
Rute Topikal
Atropin Sulfat
Nama Atropin Sulfat
Nama Dagang Atropin
Mekanisme Memblokade efek asetilkolin pada reseptor muskarinik
Indikasi Antikolinergik, parasimpatolitik, anastesi, prosedur
meningkatkan denyut jantung, respirasi dan gastrointestinal.
Antidota keracunan
Dosis 0,02-0,04 mg/kg BB (kucing)
Frekuensi Dosis tunggal
Rute PO, IV, IM, SC
Xylazine
Nama Xylazine
Nama Dagang Xylazine Injeksi, Seton 2 %
Mekanisme Agonis adrenergik a2
Indikasi Digunakan terutama untuk anastesi dan analgesik adrenergik
agonis
Dosis 1 – 3 mg/kg BB
Frekuensi Dosis tunggal
Rute IM, IV
Ketamin
Nama Ketamine HCl
Nama Dagang Ketaset, Ketamin 10%
Mekanisme Belum diketahui, agen dissosiatif
Indikasi Anastesi, sebagai analgesik (efek ringan)
Dosis 3 – 12,5 mg/kg BB
Frekuensi Dosis Tunggal
Rute IM, IV
4.2 Pembahasan
Sehari sebelum dilakukan pembedahan, terlebih dahulu pasien diberikan
antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi sebelum operasi dan biodin untuk
membantu melancarkan metobolisme kucing dan membantu produksi sel-sel
darah agar tidak terjadi anemia saat dilakukan tindakan penyayatan usus. Hal ini
sesuai dengan pendapat Langley-Hobbs et al. (2014) bahwa sebelum dilakukan
enterotomi terlebih dahulu kucing diberikan antibiotik. Sebelum dilakukan operasi
maka dilakukan persiapan operasi seperti sterilisasi alat serta kesiapan pasien.
Pengecekan keadaan umum seperti denyut jantung, frekuensi nafas serta suhu
dilakukan untuk mengetahui kondisi dari pasien. Kondisi pasien dinyatakan baik
dengan suhu tubuh 38,5oC (38,0-39,3 oC), denyut jantung 108 kali/menit (100-140
kali/menit), dan frekuensi nafas 40 kali/menit (24-42 kali/menit).
Pada hari Minggu 4 Maret 2018 dilakukan tindakan bedah enterotomi atau
penyayatan intestinum pada kucing lokal (domestik) bernama Bubu. Enterotomy
adalah suatu tindakan penyayatan pada usus yang mengalami gangguan
(penyumbatan) atau karena adanya benda asing (tulang yang keras, kaca, kawat,
besi dan rambut) atau kemungkinan adanya gangren pada usus, (Yusuf 1995).
Sebelum operasi pasien juga dipuasakan selama 8 jam sebagai tindakan
pengosongan lambung untuk menghindari efek muntah setelah pemberian
anastesi. Selanjutnya kucing tersebut akan dianastesi dan terlebih dahulu
diberikan premedikasi Atropin sulfat yang akan menyebabkan rasa mengantuk
dan lebih tenang, pemberian anastesi umum memiliki tujuan untuk
menghilangkan rasa sakit, relaksasi otot dan hilangnya kesadaran. Ketamin
memiliki efek analgesik dan hipnotik, sementra xylazine memiliki efek analgesik,
sedasi, dan relaksasi otot yang baik ( Sardjana, 2011; Plumb, 2011).
Tindakan operasi dilakukan pada posisi pasien dorsal rekumbensi. Pasien
selanjutnya diinfus dengan NaCl selama operasi berlangsung. Bagian abdomen
yang telah dicukur dioleskan betadine secara sirkuler. Selanjutnya dilakukan insisi
kulit pada bagian caudal umbilicus 5-6 cm. Lapisan kulit, subkutan, dan linea
alba diinsisi. Setelah linea alba diinsisi, dilakukan eksplorasi untuk mencapai
organ usus. Usus dikeluarkan dari rongga abdomen. Untuk menjaga kelembaban
maka diberikan cairan fisiologis NaCl dan dilanjutkan dengan pemberian betadine
2 %. Setelah dilakukan penyayatan pada dinding usus, kemudian benda asing
dikeluarkan dan dilakukan penjahitan. Tes kebocoran dilakukan dengan cara
mengijeksikan cairan NaCl sebanyak 10 ml kedalam intestinum yang telah
diligasi atau dibendung dengan cara dijepit dengan jari. Tes ini bertujuan untuk
melihat ada tidaknya cairan yang keluar dari usus, sebagai penilaian
kesempurnaan penutupan luka. Dilakukan penjahitan pada peritoneum, subkutan,
subcutikular dan Kulit. Peritonium ditutup dengan jahitan simple interrupted,
subkutan ditutup dengan jahitan simple continues, subcuticular ditutup dengan
jahitan subcuticular suture, dan kulit ditutup dengan jahitan simple continues.
Secara umum operasi yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur pelaksanaan
enterotomi menurut Langley-Hobbs et al. (2014).
Perawatan setelah operasi diberikan antibiotik Amoxiclave untuk mencegah
terjadinya infeksi pada luka operasi. Pemberian nutriplus gel sebagai vitamin
dalam menambah sitem pertahanan tubuh setelah oprasi. Pengobatan topikal yang
diberikan berupa pemberian Betadine untuk mencegah adanya infeksi pada luka
operasi. Terapi cairan tetap dilakukan sampai pasien dapat makan dan minum.
Diet yang diberikan merupakan diet protein tinggi yaitu ikan dalam kemasan
Whiskas untuk membantu meregenerasi sel-sel yang nekrosa dan memproduksi
sel-sel darah serta trombosit.
Monitoring pasien dilakukan selama 7 hari dan 3 kali dalam sehari
dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, pulsus, frekuensi nafas, denyut jantung, CRT,
dan turgor kulit. Sesaat setelah operasi pemeriksaan keaadaan umumnya bernilai
dibawah normal, hal tersebut diakibatkan oleh efek dari anastesi. Sehari setelah
operasi pasien barulah sadar dari anastesinya sehingga pasien dapat diberikan
obat. Amoxiclave diberikan 2 kali sehari dalam 6 hari serta. Setiap harinya pasien
mengalami perkembangan kesembuhan yang cukup baik, makan dan minum baik
serta kesembuhan dari luka operasi tidak mengalami masalah.
4.3 Resep
R/ Nutriplus gel
s.b.d.d ¼ c.t.h
#
A. Kesimpulan
Enterotomy adalah suatu tindakan penyayatan pada usus yang
mengalami gangguan (penyumbatan) atau karena adanya benda asing (tulang
yang keras, kaca, kawat, besi dan rambut).
B. Saran
Lakukan operasi sesteril mungkin untuk menghindari kontaminan
yang dapat mengganggu proses penyembuhan pascaoperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fossum, T.W. (2002). Small Animal Surgery. 2nd ed. Mosby. USA.
Langley-Hobbs, S. J., Demetriou, J. L., Ladlow, J. F. 2014. Feline Soft Tissue and
General Surgery. UK (Printed China): Saunders Elsevier.
Sudisma, I.G.N., dkk, 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan teknik Operasi. Pelawasai.
Turner, D. C., and P. P. G. Bateson. 2000. The Domestic Cat: the Biology of its
Behaviour. Cambridge University Press, Cambridge, U.K.
Widodo, S., Sajuthi, D., Choliq, C., Wijaya, A., Wulansari, R., Lelana, RP. A.
2012. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press
1. Pra Operasi
2. Tindakan Operasi