Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

ENTEROTOMY PADA KUCING

Co-Asisten Bagian Bedah dan Radiologi

OLEH

IMRAN
C034171037

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KOASISTENSI ILMU BEDAH DAN RADIOLOGI

Nama kegiatan : Koas Ilmu Bedah dan Radiologi


Tempat : Klinik Hewan Pendidikan Universitas Hasanuddin
Peserta : Imran, S.KH

Makassar, 16 Maret 2018

Menyetujui,
Pembimbing Koordinator Bagian Bedah

(Drh. A. Maghfira Satya Apada M,Sc) (Drh. Yuko M. Adi Kurniawan)

Mengetahui,
Ketua Program PPDH FK Unhas

(Dr. drh. Dwi Kesuma Sari)


NIP. 19730216 199903 2 001

Tanggal Pengesahan :
Tanggal Ujian : 16 Maret 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kucing adalah salah satu hewan yang popular di kalangan masyarakat,
bentuk fisik yang lucu dan tingkah yang menggemaskan merupakan salah satu
alasan yang membuat banyak orang menyukai hewan peliharaan yang satu ini.
Kepopulerannya membuat jumlah peminat kucing di Indonesia sangatlah besar,
namun hal ini tidak diimbangi dengan pengetahuan pemeliharanya dan
ketersediaan dokter hewan yang mencukupi (Saputra et al, 2015).
Kucing memiliki tingkat reproduksi yang tinggi, kucing betina dewasa
kelamin pada umur tujuh bulan, memiliki masa kehamilan 63 hari, dan
melahirkan 1- 6 anak (Turner and Bateson. 2000, Nutter et al., 2004).
Kucing local (Felis catus) merupakan sub spesies dari kucing liar Felis
silvestris. Arkeolog dari yunani memperkirakan kucing didosmetifikasi sekitar
9500 tahun yang lalu. Seiring perkembangan jaman, kucing yang pada jaman
dahulu dikenal sebagai simbol religi sekarang telah menjadi salah satu hewan
kesayangan dan menjadi pengontrol populasi tikus (Saputra et al, 2015).
Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan yang banyak diminati
untuk dipelihara oleh masyarakat. Masyarakat banyak memelihara kucing, tetapi
banyak menjadi hidup liar dan sakit karena kurang memperhatikan
kesejahtraannya, kematian sebagian besar kucing disebabkan karena adanya
kerusakan pada organ dalam yang memerlukan tindakan pembedahan. Tindakan
pembedahan dilakukan pada berbagai kasus hewan penderita yang membutuhkan
penanganan bedah baik kasus klinik ringan seperti abses hingga kasus klinik yang
berat misalnya obstruksi dan neoplasia (Sardjana dan Kusumawati, 2011). Pada
dasarnya tindakan bedah memiliki 3 tahapan yaitu: tahap persiapan bedah,
pelaksanaan bedah/operasi, dan pasca operasi. Ketiga tahapan ini akan sinergis
menentukan keberhasilan dari suatu tindakan bedah (Sardjana et al., 2011).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini yaitu:

a. Untuk mengetahui indikasi teknik operasi Enterotomi pada kucing


b. Mengetahui metode operasi Enterotomi pada kucing
c. Mengetahui perawatan pasca operasi Enterotomi pada kucing

1.3 Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam laporan ini yaitu :
1. Apa saja indikasi gastropexy pada kucing?
2. Bagaimana metode operasi gastropexy pada kucing?
3. Bagaimana perawatan pasca operasi gastropexy pada kucing?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Enterotomy terdiri dari dua kata, yaitu entero yang berarti organ dalam
(usus) dan tomi yang berarti penyayatan. Enterotomy merupakan tindakan
penyayatan yang dilakukan pada dinding usus (Murni, 2014).

A. Anatomi

Gambar 1. Sistem Digesti (Colville dan Bassert, 2002).

Usus merupakan bagian dari alat pencernaan yang menempati rongga


abdomen yang dimulai dari pylorus dan berakhir di rectum. Letaknya
dipertahankan oleh panggantung yang disebut dengan mesentrium (Colville dan
Bassert, 2002).
Pada usus halus terjadi penyerapan yang terjadi karena adanya kontraksi dari
otot polos pada dinding usus dan dari mucosa muscularis. Ingesta di dorong dan
dicampur dengan cairan pencernaan oleh gerakan reflek usus halus yang akan
membuat sirkulasi darah limfe. Gerakan peristaltik yang dipermudah dengan
gerakan ritmik dari usus halus akan mendorong ingesta ke arah anus, ketika feces
terdorong ke arah rectum timbul reflek untuk defekasi. Fungsi utama usus halus
yaitu untuk penyerapan sari-sari makanan yang diperelukan oleh tubuh dan
membantu proses pencernaan. Fungsi usus besar adalah sebagai organ penyerap
air, penampung dan pengeluaran bahan-bahan feces (Widodo,, 2012).
Secara histologi usus terdiri dari beberapa lapisan yaitu; mukosa, sub
mukosa, muskularis mukosa dan serosa (Colville dan Bassert, 2002). Mukosa
yang sehat dan suplai darah yang baik sangat penting untuk sekresi dan absorbsi
normal usus. Submukosa terdiri dari pembuluh darah, limpatik dan saraf.
Muskularis mukosa dibutuhkan untuk kontraksi normal dan serosa penting untuk
pemulihan yang cepat saat terjadi perlukaan atau insisi (Fossum, 2002).

B. Indikasi
Enterotomy adalah suatu tindakan penyayatan pada usus yang mengalami
gangguan (penyumbatan) atau karena adanya benda asing (tulang yang keras,
kaca, kawat, besi dan rambut), (Yusuf 1995). Enterotomy dilakukan dengan
menyayat dinding usus secara longitudinal. Penyayatan dilakukan pada daerah
dengan sedikit inervasi pembuluh darah. Penyayatan pada Enterotomy sebaiknya
tidak terlalu lebar, hal ini dikarenakan jaringan pada usus sangat lunak, lembut
dan mudah robek (Murni, 2014).

Benda asing yang ditemukan itu sangat bervariasi seperti kulit yang keras,
kain, jarum besi, kawat, seng, rambut, tulang yang keras dan lain-lain. Benda
asing yang besar akan menyebabkan gejala ileus obstruksi, sedangkan benda
tajam menyebabkan perforasi saluran cerna dengan gejala peritonitis. Untuk
mendiagnosa adanya benda asing pada saluran pencernaan tidak mudah tetapi
dengan pemeriksaan ronsen dapat membantu diagnosa (Ibrahim, 2000).

C. Persiapan Pra Operasi


Sebelum operasi dilaksanakan, hewan dipuasakan selama 12 jam dengan
tujuan untuk menghindari dampak pemberian anastesi dan untuk membersihkan
saluran pencernaan. Dilakukan pencukuran pada daerah yang akan dioperasi
(Sudisma, 2006).

D. Teknik Operasi
Setelah pasien teranastesi, pasien diletakkan di atas meja operasi pada
posisi dorsal recumbency dan keempat kaki diikat pada sisi kiri dan kanan meja
operasi, kemudian daerah yang akan diincisi didesinfeksi dengan alkohol 70% dan
Iodium tincture 3%, pasang dook steril pada daerah abdomen (Sudisma, 2006).
 Incisi kulit melalui linea median, dari umbilicus ke caudal sepanjang
kurang lebih 5-6 cm, kulit dan jaringan subcutan diincisi dengan
menggunakan scalpel, preparasi tumpul dilakukan untuk mendapatkan
linea alba, kemudian bagian kiri dan kanan linea alba dijepit dengan allis
forceps, kemudian dengan ujung gunting atau scalpel dibuat irisan kecil
pada linea alba.
 Irisan diperpanjang dengan menggunakan gunting lurus (sebagai pemandu,
jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri di letakkan di bawah linea alba
agar organ dalam tidak tergunting).
 Kemudian intestinum dikeluarkan, bagian kiri dan kanan dari intestinum
yang akan disayat diikat dengan kain kasa kemudian kain kasa tersebut
diklem.
 Dibuat sayatan pada permukaan intestinum dan benda asing dikeluarkan,
usahakan agar usus tetap dalam keadaan basah dengan cara membilas
dengan penstrep 1%.

Gambar 2. Enterotomy. A,B dan C Insisi dinding Usus; D. Menutup dinding usus
dengan pola jahitan connel, cushing atau lembert (Sudisma, 2006).

 Kemudian mucosa dijahit dengan pola simple continous dan serosa dijahit
dengan pola lambert.
 untuk memastikan ada tidaknya kebocoran dilakukan uji kebocoran usus.
Setelah dipastikan tidak bocor, intestinum dimasukkan kembali ke rongga
abdomen, kemudian peritoneum dijahit dengan menggunakan benang
nilon simple interrupted, musculus dan fascia dijahit dengan benang cat
gut pola simple continous dan kulit dijahit dengan nilon pola simple
interrupted.

Gambar 3. Pola jahitan yang dapat digunakan (D) Connel, (E) Cushing
(F). Lembert (Sudisma, 2006).

E. Perawatan Pasca Operasi

Setelah operasi selesai, daerah incisi dibersihkan dan diolesi dengan


iodium tincture 3%, ke dalam daerah bekas operasi disemprotkan penisilin oil,
kemudian pasien diberi procain penisilin G dengan dosis 4000 – 10.000 IU/kg
berat badan secara IM dan Vitamin B kompleks secara intra muscular, antibiotic
dan supportif diberikan selama tiga hari berturut-turut (Sudisma, 2006)..
Pasien dimasukkan ke dalam kandang yang bersih, kering dan terang.
Selama masa perawatan diberikan makanan yang mudah dicerna, luka operasi
dijaga kebersihannya, jahitan dibuka setelah luka operasi kering dan pada bekas
operasi dioles Iodium tincture 3% (Sudisma, 2006).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
Alat Bahan
- Pen Light - Kucing Kasus
- Stetoscope - Glove/Handscoen
- Hammer - Masker
- Termometer - Benang + Jarum Silk dan
- Alat Tulis Chromic Catgut
- Ambulator Pemeriksan Fisik - Pisau Bedah
- Spoit - NaCl
- Alat Bedah Minor - Ringer Lactat
- Clipper - IV Catheter
- Mesin USG - Infus Set
- Kandang - Underpad
- Autoklaf - Obat cacing
- Tampon
- Betadine
- Vitamin K
- Epinefrin
- Biodine
- Atropin
- Ketamin
- Xylasin
- Doxycicline
- Amoxiclave

3.2 Metode
3.2.1 Persiapan Ruangan
Ruangan dibagi menjadi 2 yaitu ruang pre-operasi sebagai ruang untuk
persiapan hewan serta operator dan co-operator. Dan ruang operasi sebagai
ruangan untuk pembedahan. Ruangan dibersihkan dengan desinfektan,
persiapan alat dan bahan untuk operasi.

3.2.2 Persiapan Alat


1. Alat bedah minor dicuci dengan air bersih yang mengalir kemudian
dikeringkan sebelum masuk wadah
2. Kemudian alat bedah di masukkan ke autoclave untuk disterilkan.
3. Setelah sterilisasi alat, kemudian alat diatur di meja alat yang dekat meja
operasi.
3.2.3 Persiapan Hewan
1. Hewan yang akan dioperasi dicatat sinyalamen meliputi umur, ras, berat
badan, jenis kelamin, dan tanda khusus, dan anamnesa
2. Lakukan pemeriksaan fisik terhadap kucing yang akan dibedah
menggunakan alat pemeriksaan fisik dan catat pada ambulator
pemeriksaan fisik.
3. Berikan obat cacing 2 hari sebelum operasi dan antibiotik docycicline 1
hari sebelum operasi.
4. Injeksikan Biodin 1 hari sebelum operasi.
5. Sebelum dilakukan pemeriksaan USG, kucing dicukur rambut bagian
ventral abdomennya.
6. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui letak dan kondisi organ
yang akan dilakukan tindakan bedah.
7. Kucing dipuasakan selama 6-8 jam sebelum dilakukan operasi.
8. Kemudian ditimbang berat badannya dan rambut dicukur pada bagian
yang akan diincisi hingga bersih.

3.2.4 Tindakan Operasi

Setelah pasien teranastesi, pasien diletakkan di atas meja operasi pada


posisi dorsal recumbency dan keempat kaki diikat pada sisi kiri dan kanan meja
operasi, sebelumnya hewan dipasangkan infuse intuk mencegah hewan yang
dioperasi dehidrasi dan juga untuk memudahkan pemberian top up anastesi bila
diperluka selama operasi. kemudian daerah yang akan diincisi didesinfeksi dengan
alkohol 70% dan Povidon Iodium 2%, pasang dook steril pada daerah abdomen.
 Setelah hewan dalam keadaan teranestesi, hewan diletakkan di atas meja
operasi dengan posisi rebah dorasal.
 Untuk mempertahankan posisi tersebut, keempat kaki hewan difiksasi
pada meja operasi.
 Operasi dimulai dengan melakukan incisi pada kulit, kemudian dilanjutkan
dengan membuka subkutan, linea alba dan terakhir peritoneum yang tipis.
 Incisi dilakukan pada linea mediana, tepatnya mulai dari umbilikus ke arah
kaudal (5-6 cm) dengan menggunakan scalpel, setelah itu dilakukan
preparasi tumpul dengan menggunakan gunting untuk mempermudah
mendapatkan linea alba.
 Bagian kiri dan kanan dari linea alba dijepit dengan menggunakan allis
forceps kemudian dibuat irisan kecil secara hati-hati dengan menggunakan
gunting atau scalpel. Irisan tersebut diperpanjang dengan menggunakan
gunting.
 Tepi irisan dikuakkan dengan menggunakan allis forceps sehingga rongga
abdomen terbuka dan usus yang akan dioperasi dapat dikeluarkan.
 Diantara bagian usus yang akan diincisi dijepit pada bagian kanan dan
kirinya dengan klem usus atau menggunakan jari agar tidak merusak
jaringan.
 Incisi dilakukan diantara dua klem pada sisi antimesenterium dari usus.
Incisi dilakukan sampai lumen dengan lebar incisi sesuai kebutuhan.
 Penutupan dinding usus dilakukan dengan pola jahitan simple interupted
 Untuk pengujian terhadap kemungkinan kebocoran pada tempat
anastomosis, di bagian kranial dan kaudal (3cm dari tempat anastomosis)
dibendung dengan jari selanjutnya 10 ml larutan NaCl fisiologi steril
diinjeksikan kedalamnya.
 Apabila terdapat kebocoran maka terlihat rembesan cairan pada tempat
anastomosis. Setelah diyakini tidak ada kebuntuan dan kebocoran, usus
halus kemudian dikembalikan kedalam rongga abdomen.
 Musculus dijahit dengan catgut kromik 2-0 pola jahitan sederhana terputus
(Simple-interupted).
 Jaringan subkutan dijahit dengan catgut kromik 3-0 pola jahitan simple
continous.
 Subcuticular Kulit dijahit dengan benang catgut kromik 3-0 dengan pola
jahitan subcuticular suture.
 Irisan kulit yang telah dijahit diolesi dengan antiseptik iodin 2%. Selama
prosedur operasi berlangsung, kucing diinfus dengan larutan ringer’s laktat

3.2.5 Pasca Operasi


1. Pasien (kucing) dapat dipasangi elisabet collar untuk mencegah kucing
menggapai luka jahitan.
2. Pasien (kucing) dikandangkan dan berikan terapi cairan untuk mencegah
dehidrasi.
3. Berikan Amoxiclave sebagai antibiotik secara rutin pada kucing selama
masa penyembuhan (minimal 7 hari).
4. Bersihkan luka jahitan dengan rivanol dan oleskan betadine.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 4.1 Hasil


4.1.1. Signalemen dan Anamnesa
Signalment
Nama : Bubu
Spesies : Kucing
Ras : Domestik, Lokal
Warna Bulu : white
Jenis Kelamin : Jantan
Umur : 2 Tahun
Berat Badan : 3,5 Kg
Tanda Khusus : tidak ada warna lain selain hitam

Anamnesa
Bubu merupakan kucing yang dipelihara tanpa dikandangkan. Kucing tidak
memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Tingkah laku kucing aktif. Makan dan
minum serta buang air baik. Belum pernah diberi obat cacing dan vaksinasi.

4.1.2. Persiapan Pra Operasi


- Pemberian Drontal cat sebagai obat cacing 3 hari sebelum operasi
- Pemberian Doxycicline sesuai dosis sehari sebelum operasi
- Pemberian Biodin injeksi sebanyak 1 ml sehari sebelum operasi
- Dipuasakan selama 6-8 jam
- Injeksi vitamin K sesaat sebelum operasi
Pemeriksaan keadaan umum
Suhu : 38,5°C
Nafas : 80 x/menit
Pulsus : 108 x/menit
Turgor : < 3 detik
CRT : < 2 detik
Pramedikasi
Pramedikasi dilakukan dengan menggunakan Atropine Sulfat dengan
dosis 0,03 mg/kg BB secara Subcutaneus.
𝑚𝑔
0,03 𝑥 3,5 𝑘𝑔
𝑘𝑔
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐴𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖𝑛 = = 0,42 𝑚𝑙
0,25 𝑚𝑔/𝑚𝑙

Efek utama dari Atropin sulfat ini yang dikehendaki adalah untuk
menurunkan tonus parasimpatik, karena reflek parasimpatik tersebut
berbahaya dan kadang dapat menyebabkan kematian (berhentinya denyut
jantung)
Anestesi
Anaestesi dilakukan dengan menggunakan kombinasi Ketamin dan
Xylazin dosis 10 mg/kg BB dan 2 mg/kg BB secara intramuskuler.
𝑚𝑔
10 𝑥 3,5 𝑘𝑔
𝑘𝑔
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐾𝑒𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 = 𝑚𝑔 = 0,35 𝑚𝑙
100
𝑚𝑙
𝑚𝑔
2 𝑥 3,5 𝑘𝑔
𝑘𝑔
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑋𝑦𝑙𝑎𝑧𝑖𝑛𝑒 = = 0, 35 𝑚𝑙
20 𝑚𝑔/𝑚𝑙

- Rambut kucing didaerah anterior umblikal pada abdomen dicukur dan


dioleskan Betadine secara sirkular. Kemudian dilakukan pemasangan infus
terhadap kucing dengan menggunakan cairan NaCl.

Gambar 4. Persiapan alat


4.1.3. Tindakan Operasi

(a) (b) (c)


Gambar 5. (a) Pembedahan abdomen, (b) Penyayatan dan penjahitan intestinum,
(c) tes kebocoran
Operasi dilakukan dengan metode laparotomy anterior umblical dengan
enrerotomy atau penyayatan pada dinding usus. Dalam mencegah keringnya organ
yang eksplorasi keluar tubuh maka diberikan cairan fisiologis NaCl dan
dilanjutkan dengan pemberian betadine 2 %. Setelah dilakukan penyayatan pada
dinding usus, kemudian benda asing dikeluarkan dan dilakukan penjahitan. Tes
kebocoran dilakukan dengan cara mengijeksikan cairan NaCl sebanyak 10 ml
kedalam usus yang telah diligasi atau dibendung dengan cara dijepit dengan jari.
Tes ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya cairan yang keluar dari usus, sebagai
penilaian kesempurnaan penutupan luka.

(a) (b) (c)


Gambar 6. (a) Penjahitan musculus , (b) Penjahitan subcutan, (c) Penjahitan
subcuticular
Muskulus ditutup dengan jahitan simple interrupted, subkutan ditutup
dengan jahitan simple continues, subcuticular ditutup dengan jahitan metode
subcuticular suture, dan kullit ditutup dengan jahitan simple interrupted.

4.1.4. Pasca Operasi

(a) (b)
Gambar 7. (a) Luka pada hari ke 2, (b) Luka pada hari ke 7

Setelah operasi kucing dimonitoring selama 1 minggu, dengan mencatat


tanda vital suhu, pulsus, nafas, CRT, dan turgor kulit sebanyak 3 kali dalam
sehari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi fisiologis normal kucing
setelah operasi, tingkat anemia dan dehidrasi serta adanya kemungkinan
peradangan. Selain tanda vital, persembuhan luka pada hasil operasi juga menjadi
prioritas untuk di amati. Terapi cairan berupa Ringer Laktat dan NaCl diberikan
hingga pasien dapat makan dan minum setelah operasi untuk memenuhi
kebutuhan cairan dalam tubuh pasien selama pasien dalam tahap recovery. Obat-
obatan yang diberikan sistemik oral berupa antibiotik Amoxiclave dan nutriplus
gel. Sedangkan obat-obatan topikal pada luka yang diberikan adalah Betadine dan
Rivanol untuk membersihkan luka. Diet pakan yang diberikan adalah ikan yang
ada dalam kemasan Whiskas sebagai protein tinggi yang membantu regenerasi sel
dan produksi sel-sel darah.
4.1.5. Tata Laksana Obat
Drontal Cat
Nama Praziquantel, Pyrantel
Nama Dagang Drontal Cat
Mekanisme Pyrantel bertindak sebagai depolarizing, agen penghambat
neuromuskular pada parasit dan menghambat kolinesterase.
Indikasi Antiparasit yang dapat membunuh cacing pada sistem
pencernaan seperti cacing cestoda, nematoda serta trematoda.
Dosis 1 tablet/ 4 kg BB
Frekuensi Sekali/3-6 bulan
Rute PO

Doxycicline
Nama Doxycicline
Nama Dagang Doxycicline, Vibramy Colidox
Mekanisme Terikat pada ribosom subunit 30s dan menghambat sintesis
protein, bakteriostatik
Indikasi Antibiotik tetrasiklin spektrum luas pada bakteri, beberapa
protozoa riketsia dan ehrillichia.
Dosis 5mg/kg BB (kucing)
Frekuensi Tiap 12 jam
Rute PO, IV

Biodin Injeksi
Nama Biodin (Atp, K, Mg, Na, Vit B12)
Nama Dagang Biodin
Mekanisme Menstimulasi tubuh secara umum, pembebasan energi,
pembentukan sel darah, membantu metabolisme tubuh
Indikasi Mengatasi kelemahan otot
Dosis 1 ml (kucing)
Frekuensi Tiap 2-5 hari
Rute IM, IV
Amoxiclave
Nama Amoxicillin/Clavulanate
Nama Dagang Amoxiclave
Mekanisme Amoxicillin bekerja dengan cara menghancurkan
peptidoglikan bakteri dan asam klavulanat merupakan
substansi yang dapat menghambat pembentukan beta-
laktamase.
Indikasi Antibiotik spektrum luas pada bakteri, mengatasi infeksi yang
disebabkan oleh bakteri.
Dosis 62,5 mg perekor (kucing)
Frekuensi Tiap 12 jam
Rute PO

Betadine
Nama Providone Iodine
Nama Dagang Betadine
Mekanisme Menurunkan kebutuhan oksigen mikroba, mengganggu
metabolisme bakteri dengan menghambat transfer elektron
pada enzim metabolisme, dan mengganggu protein membran
sitoplasma mikroba
Indikasi Antiseptik dan Desinfektan, mencegah infeksi
Dosis -
Frekuensi -
Rute Topikal

Atropin Sulfat
Nama Atropin Sulfat
Nama Dagang Atropin
Mekanisme Memblokade efek asetilkolin pada reseptor muskarinik
Indikasi Antikolinergik, parasimpatolitik, anastesi, prosedur
meningkatkan denyut jantung, respirasi dan gastrointestinal.
Antidota keracunan
Dosis 0,02-0,04 mg/kg BB (kucing)
Frekuensi Dosis tunggal
Rute PO, IV, IM, SC

Xylazine
Nama Xylazine
Nama Dagang Xylazine Injeksi, Seton 2 %
Mekanisme Agonis adrenergik a2
Indikasi Digunakan terutama untuk anastesi dan analgesik adrenergik
agonis
Dosis 1 – 3 mg/kg BB
Frekuensi Dosis tunggal
Rute IM, IV

Ketamin
Nama Ketamine HCl
Nama Dagang Ketaset, Ketamin 10%
Mekanisme Belum diketahui, agen dissosiatif
Indikasi Anastesi, sebagai analgesik (efek ringan)
Dosis 3 – 12,5 mg/kg BB
Frekuensi Dosis Tunggal
Rute IM, IV

Kombinasi ketamin xylasin


Kombinasi yang paling sering digunakan untuk ketamin adalah xylazine
Kedua obat ini merupakan agen kombinasi yang saling melengkapi antara efek
analgesik dan relaksasi otot, ketamin memberikan efek analgesik sedangkan
xylazine menyebabkan relaksasi otot yang baik (Walter, 1985). Penggunaan
xylazine dapat mengurangi sekresi saliva dan peningkatan tekanan darah yang
diakibatkan oleh penggunaan ketamin. Penggunaan kombinasi ketaminxylazine
sebagai anestesi umum juga mempunyai banyak keuntungan, antara lain : mudah
dalam pemberian, ekonomis, induksinya cepat begitu pula dengan pemulihannya,
mempunyai pengaruh relaksasi yang baik dan jarang menimbulkan komplikasi
klinis (Benson et al.,1985).

4.2 Pembahasan
Sehari sebelum dilakukan pembedahan, terlebih dahulu pasien diberikan
antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi sebelum operasi dan biodin untuk
membantu melancarkan metobolisme kucing dan membantu produksi sel-sel
darah agar tidak terjadi anemia saat dilakukan tindakan penyayatan usus. Hal ini
sesuai dengan pendapat Langley-Hobbs et al. (2014) bahwa sebelum dilakukan
enterotomi terlebih dahulu kucing diberikan antibiotik. Sebelum dilakukan operasi
maka dilakukan persiapan operasi seperti sterilisasi alat serta kesiapan pasien.
Pengecekan keadaan umum seperti denyut jantung, frekuensi nafas serta suhu
dilakukan untuk mengetahui kondisi dari pasien. Kondisi pasien dinyatakan baik
dengan suhu tubuh 38,5oC (38,0-39,3 oC), denyut jantung 108 kali/menit (100-140
kali/menit), dan frekuensi nafas 40 kali/menit (24-42 kali/menit).
Pada hari Minggu 4 Maret 2018 dilakukan tindakan bedah enterotomi atau
penyayatan intestinum pada kucing lokal (domestik) bernama Bubu. Enterotomy
adalah suatu tindakan penyayatan pada usus yang mengalami gangguan
(penyumbatan) atau karena adanya benda asing (tulang yang keras, kaca, kawat,
besi dan rambut) atau kemungkinan adanya gangren pada usus, (Yusuf 1995).
Sebelum operasi pasien juga dipuasakan selama 8 jam sebagai tindakan
pengosongan lambung untuk menghindari efek muntah setelah pemberian
anastesi. Selanjutnya kucing tersebut akan dianastesi dan terlebih dahulu
diberikan premedikasi Atropin sulfat yang akan menyebabkan rasa mengantuk
dan lebih tenang, pemberian anastesi umum memiliki tujuan untuk
menghilangkan rasa sakit, relaksasi otot dan hilangnya kesadaran. Ketamin
memiliki efek analgesik dan hipnotik, sementra xylazine memiliki efek analgesik,
sedasi, dan relaksasi otot yang baik ( Sardjana, 2011; Plumb, 2011).
Tindakan operasi dilakukan pada posisi pasien dorsal rekumbensi. Pasien
selanjutnya diinfus dengan NaCl selama operasi berlangsung. Bagian abdomen
yang telah dicukur dioleskan betadine secara sirkuler. Selanjutnya dilakukan insisi
kulit pada bagian caudal umbilicus 5-6 cm. Lapisan kulit, subkutan, dan linea
alba diinsisi. Setelah linea alba diinsisi, dilakukan eksplorasi untuk mencapai
organ usus. Usus dikeluarkan dari rongga abdomen. Untuk menjaga kelembaban
maka diberikan cairan fisiologis NaCl dan dilanjutkan dengan pemberian betadine
2 %. Setelah dilakukan penyayatan pada dinding usus, kemudian benda asing
dikeluarkan dan dilakukan penjahitan. Tes kebocoran dilakukan dengan cara
mengijeksikan cairan NaCl sebanyak 10 ml kedalam intestinum yang telah
diligasi atau dibendung dengan cara dijepit dengan jari. Tes ini bertujuan untuk
melihat ada tidaknya cairan yang keluar dari usus, sebagai penilaian
kesempurnaan penutupan luka. Dilakukan penjahitan pada peritoneum, subkutan,
subcutikular dan Kulit. Peritonium ditutup dengan jahitan simple interrupted,
subkutan ditutup dengan jahitan simple continues, subcuticular ditutup dengan
jahitan subcuticular suture, dan kulit ditutup dengan jahitan simple continues.
Secara umum operasi yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur pelaksanaan
enterotomi menurut Langley-Hobbs et al. (2014).
Perawatan setelah operasi diberikan antibiotik Amoxiclave untuk mencegah
terjadinya infeksi pada luka operasi. Pemberian nutriplus gel sebagai vitamin
dalam menambah sitem pertahanan tubuh setelah oprasi. Pengobatan topikal yang
diberikan berupa pemberian Betadine untuk mencegah adanya infeksi pada luka
operasi. Terapi cairan tetap dilakukan sampai pasien dapat makan dan minum.
Diet yang diberikan merupakan diet protein tinggi yaitu ikan dalam kemasan
Whiskas untuk membantu meregenerasi sel-sel yang nekrosa dan memproduksi
sel-sel darah serta trombosit.
Monitoring pasien dilakukan selama 7 hari dan 3 kali dalam sehari
dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, pulsus, frekuensi nafas, denyut jantung, CRT,
dan turgor kulit. Sesaat setelah operasi pemeriksaan keaadaan umumnya bernilai
dibawah normal, hal tersebut diakibatkan oleh efek dari anastesi. Sehari setelah
operasi pasien barulah sadar dari anastesinya sehingga pasien dapat diberikan
obat. Amoxiclave diberikan 2 kali sehari dalam 6 hari serta. Setiap harinya pasien
mengalami perkembangan kesembuhan yang cukup baik, makan dan minum baik
serta kesembuhan dari luka operasi tidak mengalami masalah.
4.3 Resep

Klinik Hewan Pendidikan Unhas


Drh. Imran
Jl. Al Markaz Al, Komp.Perum Dosen Unhas blok IX
Telp. (0411) 123456
SIP : 008/12522/DKPP/XII/2016
No : 03/KHP/18 Makassar, 04 Maret 2018

R/ Amoxiclave tab 62,5 mg


m.f.l.a.pulv.dtd No.XII
s.b.d.d.pulv I p.c
#

R/ Nutriplus gel
s.b.d.d ¼ c.t.h
#

R/ Ringer Laktat 1 liter Kolf No.I


s.i.m.m. pro infus 600 ml IV
#

Pro : Bubu (Kucing, Jantan, 3,5 kg, 2 tahun)


Nama Pemilik : Imran
Alamat : Lanto Dg. Pasewang

Untuk terapi dehidrasi diberikan fluid therapy yaitu Ringer Laktat


Perkiraan volume cairan yang dibutuhkan karena dehidrasi yang terjadi saat
tindakan surgery pada kucing (Cipa) dengan berat badan 3 kg.
Exciting deficit (ml) = body wt (kg) x % dehydration x 1000
= 3 kg x 5% x 1000 = 150 ml
Maintenance requirements = body wt (kg) x 40-60 ml/kg/hari
= 3 kg x 50 ml/kg/hari = 150 ml
Continuing losses = estimation of fluid volume loss (ml/day) = 300 ml
Total volume yang dibutuhkan yaitu 150ml + 150ml + 300ml = 600ml
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Enterotomy adalah suatu tindakan penyayatan pada usus yang
mengalami gangguan (penyumbatan) atau karena adanya benda asing (tulang
yang keras, kaca, kawat, besi dan rambut).

B. Saran
Lakukan operasi sesteril mungkin untuk menghindari kontaminan
yang dapat mengganggu proses penyembuhan pascaoperasi.
DAFTAR PUSTAKA

Benson, G. J., J. C. Thurmon., W. J. Tranquilli., and C. W. Smith. 1985.


Cardiopulmonary Effect.

Colville,T.and J.M. Bassert. (2002). Clinical Anatomy and Fisiology for


Veterinary Technicians. Mosby. USA.

Fossum, T.W. (2002). Small Animal Surgery. 2nd ed. Mosby. USA.

Ibrahim, R. (2000). Pengantar Ilmu Bedah Umum Veteriner. Syiah Kuala


University Press, Banda Aceh.

Langley-Hobbs, S. J., Demetriou, J. L., Ladlow, J. F. 2014. Feline Soft Tissue and
General Surgery. UK (Printed China): Saunders Elsevier.

Murni, Dewi. 2014. Operasi Enterotomi pada Anjing.

Nutter, F. B., J. F. Levine, and M. K. Stoskopf. 2004. Reproductive Capacity of


Free- Roaming Domestic Cats and Kitten Survival Rate. J. A. Vet. Med.
Assoc. 225:1399-1402.

Saputra, D. Lestari,U.Sutanta, E. 2015. Jurnal Pakar Untuk Diagnosa Penyakit


Kucing Berbasis Web Menggunakan Frameworkcodeigniter Web Based
Expert System For Diagnosing Cat Disease Using Codeigniter
Framework. Jurnal SCRIPT Vol.3 No.1 .ISSN: 2338-6304.
Sardjana, I Komang W., D. Kusumawati., 2011. Buku Ajar Bedah Veteriner.
Surabaya : Airlangga University Press.

Sudisma, I.G.N., dkk, 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan teknik Operasi. Pelawasai.

Turner, D. C., and P. P. G. Bateson. 2000. The Domestic Cat: the Biology of its
Behaviour. Cambridge University Press, Cambridge, U.K.

Walter H. Hsu. 1985. Effect of Yohimbine and Xylazine-Induced Central Nervous


Sistem Depression in Dogs. JAVMA. 182 (7) : 698- 699.

Widodo, S., Sajuthi, D., Choliq, C., Wijaya, A., Wulansari, R., Lelana, RP. A.
2012. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press

Yusuf, I. 1995. Ilmu Bedah Khusus Veteriner. Diktat. Fakultas Kedokteran


Hewan Universitas Syiah Kuala : Banda Aceh.
LAMPIRAN

1. Pra Operasi

Persiapan alat, persiapan pasien, persiapan operator

2. Tindakan Operasi

Incisi abdomen, Ekplorasi organ, Penyayatan dinding usus

Ligasi pembuluh darah, Pemotongan limpa, Penjahitan


3. Obat-Obatan yang digunakan

Atropin, Ketamin, Xylasin

Doxycycline Nutriplus gel

Biodin injeksi Drontal Cat

Rivanol, Betadine, Kasa

Anda mungkin juga menyukai