Anda di halaman 1dari 22

3

BAB 2
TINJAUAN TEORI

1. Konsep Lansia
A. Definisi lansia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila
usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap
lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.

B. Klasifikasi lansia
Menurut WHO dibagi menjadi:
1) Usia pertangahan ( middle age) : usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) : usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) : usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

C. Teori menua
1) Teori biologis
1. Teori stikastik : kerusakan sel acak yang terjadi seiring perjalanan waktu.
2. Teori nonstokastik: mekanisme fisiologis tubuh yang terprogram secara
genetika.
2) Teori psikologis
Perubahan perilaku, peran dan hubungan yang terjadi pada penuaan.
3) Teori aktivitas
Aktivitas yang dilakukan selama paruh baya
4

4) Teori perkembangan
Penuaan kepribadian akan tetap sama dan perilaku yang dibangun selama
hidup akan menentukan tingkat hubungan dan aktivitas.

D. Perubahan fisiologis
1) Keseluruhan
Berkurangnya tinggi badan, berat badan, dan berkurangnya cairan tubuh.

2) System integument
Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme protekasi
kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis, serta berwarna kelabu, rambut,
dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya
cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras
dan rapuh, kuku kaki tumbuh dan secara berlebihan seperti tanduk, kelenjar
keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang
bercahaya.

3) System respirasi
Penurunan refleks batuk: pengeluaran lendir, debu, iritan saluran nafas
berkurang (penurunan jumlah sillia), peningkatan kekakuan dinding dada,
peningkatan resistensi saluran nafas, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga
kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat, kepastas pernapasan
maksimum menurun dan kedalaman pernapasan menurun.

4) System kardiovaskuler
Penebalan dinding pembuluh darah, penurunan elastisitas dan klasifikasi
katup-katup jantung, peningkatan tekanan darah sistolik, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5

5) System gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami penurunan, ecofagus melebar,
sensitivitas akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung dan untuk
pengosongn lambung menurun, peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi,
fungsi absorsi menurun, hati semakin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, serta berkurangnya suplai aliran darah.

6) Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan kepadatannya dan semakin rapuh, kifosis, persendian
membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan megalami sklerosis, atrofi
serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan
menjadi tremor.

7) Sistem neurologis
Degenerasi sel saraf, penurunan meurotransmiter, dan penurunan konduksi
implus.

8) Sistem reproduksi
Pria: penurunan jumlah sperma, testis mengecil, dan ereksi berkurang
Wanita: penurunan produksi estrogen, degenerasi ovarium, atrofi vagina, uterus
dan payudara.

9) Sistem urogenital
Nefron berkurang, penurunan 50% aliran darah ginjal pada 80 tahun dan
penurunan kapasitas kandung kemih.
Pria: pembesaran prostat.
Wanita: penurunan tonus sfingter
6

10) Sistem endokrin


Umum : penurunan produksi hormone dengan penurunan kemampuan respon
terhadap stress
Tiroid : penurunan sekresi
Timus : involusi kelenjar timus
Kortisul : peningkatan hormone antiradang

11) Sistem glukokortikoid


Pancreas: peningkatan kibrisis, penurunan sekresi, enzim dan hormone.

12) Sistem pendengaran


Gangguan pada pendengaran (presbiakusis), membrane timpani mengalami
atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen kerena peningkatan keratin,
pendengaran menurun pada usia lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa
atau stress.

13) Sistem pengelihatan


Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respons terhadap sinar,
kornea lebih berbentuk seperti bola, lensa lebih suram (keruh) dapat
menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengemetan sinar dan daya
adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk melihat dalam
gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang dan menurunnya
daya untuk membedakan antara warna biru dengan hijau pada skala pemeriksaan.

E. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan, tingkat kecerdasan dan
kenangan.
7

F. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami pensiun. Berikut
adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun:
1) Kehilangan sumber financial atau pemasukan berkurang
2) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya.
3) Kehilangan teman atau relasi
4) Kehilagan pekerjaan atau kegiatan
5) Merasakan atau kesadaran akan kematian

G. Pengkajian fungsional lansia


1. Katz indeks
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB dan BAK), mengguanakan
pakaian pergi ketoilet, berpindah dan mandi.
B Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
C Mandiri kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
D Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain
E Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ketoilet dan satu fungsi yang lain
F Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ketoilet, berpindah dan satu fungsi
yang lain
G Ketergantungan untuk semua fungsi diatas

2. Bathel indeks
No Criteria Dengan Mandiri
bantuan
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
3 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, sebaliknya 5 10
8

4 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut,gosok 5-10 15


gigi)
5 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka 5 10
tubuh, menyiram)
6 Mandi 5 15
7 Jalan dipermukaan datar 0 15
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10
12 Olah raga/latihan 5 10
13 Rekreasi/pemanfaatan waktu luang 5 10
Keterangan:

a. 130 : mandiri
b. 65 – 125 : ketergantungan sebagian
c. 60 : ketergantuangan
d.
3. SPMSQ
Benar Salah No Pertanyaan
01 Tanggal berapa hari ini?
02 Hari apa sekarang ini?
03 Apa nama tempat ini?
04 Dimana alamat anda?
05 Berapa umur anda?
06 Kapan anda lahir?
07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
09 Siapa nama ibu anda?
10 Kirangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun?
9

∑=6 ∑=4
Interpretasi hasil:

a. Salah 0 – 3 : fungsi intelektual utuh


b. Salah 4 – 5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : kerusakan intelektual sedang
d. Salah 7 – 10 : kerusakan intelektual berat

4. MMSE

No Aspek Nilai Nilai Criteria


kognitif maks klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar
o Tahun
o Musim
o Tanggal
o Hari
o Bulan
Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada
o Negara Indonesia
o Provinsi jawa barat
o Kota…
o PSTW
o Wisma
2 Regristrasi 3 Sebutkan nama 3 objek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing objek. Kemudian
tanyakan kepada klien ketiga objek tadi
(untuk disebutkan)
o Pulpen
o Jam
o Sisir
10

3 Perhatian 5 Minta klien untuk memulai dari angka


dan kalkulasi 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat
o 93
o 86
o 79
o 72
o 62
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
objek pada no.2 (regristrasi) tadi. Bila
benar 1 point untuk masing-masing
objek.
5 Bahasa 9 Tujuan pada klien atau benda dan
tanyakan namanya pada klien
o Jam tangan
o Pensil
Minta klien untuk mengulangi kita
berikut: “tidak ada jika, dan atau,
tetapi”. Bila benar, nilai satu point
o Pertanyaan benar 2 buah: tidak
ada, tetepi
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah:
Ambil kertas ditangan anda, lipat dua
dan turun dilantai”
o Ambil kertas ditangan anda
o Lipat dua
o Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk menulis
satu kalimat dan menyalin gambar
o Tulis satu kalimat
11

o Menyalin gambar

Interpretasi hasil:
>23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18 – 22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

5. Pengkajian keseimbangan
0 1 No A. Perubahan posisi atau keseimbangan
01 Bangun dari kursi
02 Duduk ke kursi
03 Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa
mendorong sternum perlahan-lahan sebanyak 3 kali)
04 Mata tertutup
05 Perputaran leher
06 Gerakan mengapai sesuatu
07 Membungkuk
No 1. Komponen gaya berjalan atau gerakan
08 Minta klien untuk berjalan ketempat yang ditentukan
09 Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat
melangkah)
10 Kontinuitas langkah kaki
11 Kesimetrisan langkah
12 Penyimpangan jalur pada sat berjalan
13 Berbalik

Intervensi hasil:
0–5 : resiko jatuh rendah
6 – 10 : resiko jatuh sedang
12

11 – 15 : resiko jatuh tinggi

H. Intervensi
A. Aspek fisik atau biologis
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu
dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena factor biologi.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien
diharapkan mampu:

a. Asupan nutrisi tidak bermasalah


b. Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah
c. Energy tdak bermasalah
d. Berat badan ideal
Intervensi :

1) Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk memuat


perencanaan perawatan jika sesuai.
2) Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat
badann, jika berat badan pasien tdak sesuia dengan usia dan bentuk
tubuh.
3) Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap
hari supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai
target.
4) Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien
5) Kembangkan hubungan suportif dengna pasien
6) Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan
makanan dan kenaikan atau pemeliharaan berat badan
7) Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat
badan dan untuk menimimalkan berat badan.
8) Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang
mendukung peningkatan berat badan.
13

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,


terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan
fungsi yang ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam pasien


diharapkan dapat memperbaiki pola tidurnya dengan criteria :
a. Mengatur jumlah jam tidurnya
b. Tidur secara rutin
c. Meningkatkan pola tidur
d. Meningkatkan kualitas tidur
e. Tidak ada gangguan tidur
Intervensi :

1) Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien


2) Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya
3) Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress fisik
4) Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress sebelum jam
tidurnya

3. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan


neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet
melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu
mengontrol pengosongan.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam diharapkan
pasien mampu :

a. Kontinensia Urin
b. Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).
c. Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.
d. Mengosongkan bladde dengan lengkap.
14

e. Mampu memprediksi pengeluaran urin.


Intervensi :

1) Monitor eliminasi urin


2) Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.
3) Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.
4) Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500
cc/hari.

4. Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan


neuromuscular yang ditandai dengan : perubahan gaya berjalan, gerak
lambat, gerak menyebabkan tremor dan usaha yang kuat untuk perubahan
gerak
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan
pasien dapat :
a. Memposisikan penampilan tubuh
b. Ambulasi : berjalan
c. Menggerakan otot
d. Menyambung gerakan/mengkolaborasikan gerakan
Intervensi :

1) Kosultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang


sesuai dengan kebutuhan.
2) Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang
aman
3) Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri
(mudah goyah/tidak kokoh)

B. Aspek Psikososial
15

1. Coping tidak efektif b.d percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan
koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik
atau hubungan.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara
konsisten diharapkan mampu:

a. Mengidentifikasi pola koping efektif


b. Mengedentifikasi pola koping yang tidak efektif
c. Melaporkan penurunan stress
d. Memverbalkan control perasaan
e. Memodifikasi gaya hidup yang dibutuhkan
f. Beradaptasi dengan perubahan perkembangan
g. Menggunakan dukungan social yang tersedia
h. Melaporkan peningkatan kenyamanan psikologis
Intervensi :

1) Dorong aktifitas social dan komunitas


2) Dorong pasien untuk mengembangkan hubungan
3) Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan
ketertarikan yang sama
4) Dukung pasein untuk menguunakan mekanisme pertahanan yang
sesuai.
5) Kenalkan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama.

2. Isolasi social b.d perubahan penampilan fisik, peubahan keadaan


sejahtera, perubahan status mental.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara
konsisten diharapkan mampu:

a. Berpatisipasi dalam aktifitas bersama


b. Berpatisipasi dala tradisi keluarga
16

c. Menerima kujungan dari teman dan anggota keluarga besar


d. Memberikan dukungan satu sama lain
e. Mengekspresikan perasaan dan masalah kepada yang lain.
f. Mendorong anggota keluarga untuk tidak ketergantungan
g. Berpatisipasi dalam rekreasi dan acara aktifitas komunitas
h. Memecahkan masalah
Intervensi :

1) Mengidentifikasikan kemampuan anggota keluarga untuk terlibat


dalam perawatan pasien.
2) Menentukan sumber fisik, psikososial dan pendidikan pemberi
pelayanan kesehatan yang utama.
3) Mengidentifkasi deficit perawatan diri pasien
4) Menentukan tinggat ketergantungan pasien terhadap keluarganya
yang sesuai dengan umur atau penyakitnya.

3. Cemas b.d perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi ,
fungsi peran, lingkungan, status ekonomi yang ditandai dengan: ekspresi
yang mendalam dalam perubahan hidup, mudah tersinggung dan gangguan
tidur

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan


pasien dapat:

a. Memonitor intensitas cemas


b. Melaporkan tidur yang adekuat
c. Mengontrol respon cemas
d. Merencanakan strategi koping dalamsituasi stress
Intervensi :

1) Bantu pasien untuk menidentifikasi situasi percepatan cemas


2) Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
mengurangi ketakutan
17

3) Identifikasi ketika perubahan level cemas


4) Instuksikan pasien dalam teknik relaksasi

C. Aspek Spiritual
1. Distress spiritual b.d perubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau
orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social,
kurang sosiokultural.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara
luas diharapkan mampu:

a. Mengekspresikan orientasi masa depan yang positif


b. Mengekspresikan arti kehidupan
c. Mengekspresikan rasa optimis
d. Mengekspresikan perasaan untuk mengontrol diri sendiri
e. Mengekspresikan kepercayaan
f. Mengekspresikan rasa percaya pada diri sendiri dan orang lain
Intervensi :

1) Pengkaji pasian atau keluarga untuk mengidentifikasi area


pengharapan dalam hidup
2) Melibatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri
3) Mengajarkan keluarga tentang aspek positif pengharapan
4) Memberikan kesempatan pasien atau keluarga terlibat dalam support
group.
5) Mengembangkan mekanisme paran koping pasien
18

2. Gangguan Mobalitas pada Lansia


A. Definisi
Imobalilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat
berbagai penyakit atau impairment ( gangguan pada alat / organ tubuh ) yang
bersifat fisik atau mental. Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang
untuk menggerakan tubuhnya sendiri.

B. Penyebab
Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya Imobilisasi , contohnya :
1. Gangguan sendi atau tulang
Penyakit rematik seperti pengaburan tulang atau patah tulang
2. Penyakit saraf
Adanya stroke. Penyakit Parkinson , dan gangguan sarap penyakit jantung atau
pernapasan
3. Gangguan pengelihatan
4. Masa penyembuhan

C. Akibat Imobilisasi
Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut :
1. Infeksi saluran kemih
2. Sembelit
3. Infeksi paru
4. Gangguan aliran darah
5. Luka tekan sendi kaku
19

D. Faktor – faktor Internal


Faktor-faktor internal yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas.
1. Penurunan fungsi muscuioskeletal
Otot-otat (atrofi, distrofi, atau redera), tulang (infeksi, fraktur, tumor,
osteoporosis, atau, Osteomastia), sendi (arthritis dan tumor) atau kombinasi
struktur (kanker dan obat-obatan).
2. Perubahan fungsi neurologist
Infeksi (ensefalitis), tumor, trauma, obat-obatan, penyakit vascular (stroke),
penyakit degenerative (penyakit Parkinson), penyakit demielinasi (skierosis
multiple), terpajan produk racun (karbon monoksida), gangguan nutrisi.

E. Faktor Eskternal
Faktor-faktor eksternal yang berperan terhahap Imobilitas
1. Program teraupetik
2. Karakteristik penghuni institusi
3. Karakteristik sfaf
4. Sistem pemberian asuhan keperawatan
5. Hambatan-hambatanan

F. Pemeriksa fisik
1. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran pertumbuhan tulang yang abnormal akibat
tumor tulang. Pemerdekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran aratomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau
garakan pada titik selain sendi biasanya mendadakan adanya patah tulang.
2. Mengaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kuruvatura lateral tulang belakang).
Kifosis (kenaikan kuruvatura tulang belakang pada dada)
Lordosis (membebek , kuruvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
20

3. Mengkaji sistem persendian


Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupaun pasif, deformalitas stalsilitas, dan
adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
4. Mengkaji sistem otot
Kemampuanan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing – masing otot. Lingkar ekstremitas untuk memantau adanya edema atau
atrofi, nyeri otot.
5. Mengaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan cara berjalan abnormal.
6. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukan adanya suhu yang lebih panas atau yang lebih
dingin dari lainnya dan ada edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji
denyut peri fer, warna , suhu dan waktu pengisian kapiler.
7. Mengaji fungional klien
1) Katz indek

G. Masalah keperawatan
1. Gangguan mobalilitas fisik
2. Gangguan rasa nyamn nyeri
3. Risiko terhadap kerusankan intergritas kulit
4. Gangguan berfusi jaringan perifel
5. Kurang perawatan diri
6. Risiko terhadap cidera
7. Risiko terjadi infeksi
21

H. Rencana keperwatan
1) Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
1. Ajaran untuk melakukan latiahan rentang gerak aktif / pasif pada anggota gerak
yang sehat sedikitnya 4x / hari
R/ Membantu lasia untuk mandiri dan meminimalkan risiko cedera
2. Anjurkan partisipasi aktivitas sehari – hari
R/ Meningatkan rasa kontrol dan kemandirian
3. Ajarkan dan amati pengguna alat bantu
4. R/ Penggunaan alat bantu yang yang dapat memaksimalkan mobilitas untuk
fungsi onal
2) Risiko cidera fisik b.d penurunan fungsi tubuh
1. Ajarkan pengguna tongkat, kruk dan kursi roda dengan tepat
R/ Mengurangi cidera
2. Orientasikan klien dengan lingkungan baru disekelilingnya
3. R/ Menghindari disorientasi tempat
3) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d pengapuran tulang
1. Evaluasi atau lanjutan pemantauan tingkat inflamasi atau rasa sakit pada sendi
R/ Tingkat aktif atau latiahan bergantung perkembanagn atau resolusi proses
inflamasi
2. Bantu dan ajari keluarga dengan rentang gerak aktif atau pasif
R/ Mempertahankan atau meningakatkan fungsi kekuatan dan standar umum
3. Ajari klien dan keluarga untuk mengubah posisi dengan sering
R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan
4) Risiko terhadap kerusankan integritas kulit yang b.d imobilisan fisik
1. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan
R/ Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan pembentukan edema
2. Ajarkan keluarga lansia agar mengubah posisi sesering mungkin
R/ Mengurangi tekanan konstan
3. Ajarkan keluarga lansia agar sesering mungkin membersihkan luka
R/ Menurukan kadar kon taminasi kulit
22

3. Konsep dermatitis
A. Definisi
Eksim atau sering disebut eksema atau dermatitis adalah peradangan hebat yang
menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada akhirnya
pecah dan mengelurkan cairan.
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor endogen dan faktor eksogen, menimbulkan kelainan klinis
berubah efio-resensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan
gatal).

B. Klasifikasi
1. Eksogen
Dermatitis kontak: Jenis eksim ini disebabkan karena faktor di luar tubuh penderita,
seperti terpapar bahan kimia, iritasi karena sabun, kosmetik, parfum dan logam.
Dermatitis kontak adalah jenis eksim yang paling banyak diderita manusia,
diperkirakan 70% penyakit eksim merupakan ini. Secara klinis jenis eksim ini
memiliki gejala terasa panas, kemudian muncul benjolan, dan disertai adanya cairan.
Bagian kulit yang terserang jenis eksim ini memiliki batas tepi yang jelas, sehingga
yang mengalami gejala tersebut hanya pada bagian yang terserang. Tetapi jenis eksim
ini dapat menjadi kronis yang ditandai dengan kulit semakin mengering, pigmentasi,
terjadi penebalan kulit sehingga tampak garis-garis pada permukaan kulit dan
kemudian terjadi retak-retak seperti teriris pada kulit.

2. Endogen
a. Dermatitis atopik: jenis eksim yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan
jenis eksim dermatitis kontak yaitu adanya rasa gatal, memiliki bentuk yang
khas terrutama pada kulit wajah dan lipatan-lipatan tubuh, serta adanya
riwayat atopik yaitu alergi atau asma. Jenis eksim ini banyak menyerang
anak-anak dan bayi, dan biasanya merupakan penyakit eksim kambuhan.
b. Dermatitis numularis: Jenis eksim ini pada umunya berhubungan dengan kulit
kering dan sering menyerang pada orang yang berusia lanjut. Gejala penyakit
23

eksim jenis ini berupa kulit mengering, merah, gatal, dan muncul dalam
bentuk bulatan-bulatan pipih seperti koin logam, biasanya terdapat pada kulit
kaki dan tangan.
c. Neurodermatitis: peradangan kronik pada kulit yang tidak diketahui
penyebabnya, lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria dan puncak
insidennya adalah umur paruh baya.
d. Dermatitis stasis: jenis eksim kulit yang berkaitan dengan adanya varises
pada bagian kaki. Jenis eksim ini terdapat pada kaki ditandai dengan rasa
gatal, penebalan kulit serta berubahnya warna kulit menjadi memerah bahkan
kecoklatan.

C. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), seperti misalnya bahan
kimia, fisik (sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur), ataupun dari dalam (endogen),
misalnya dermatitis atopic. Sebagian lain tidak diketahui secara pasti etiologi akan
tetapi pruritus memegang salah satu peranan penting.

D. Patogenesis
Beberapa jenis dermatitis memiliki penyebab yang diketahui, sedangkan yang
lainnya tidak. Terutama penyakit dermatitis yang dipengaruhi oleh faktor endogen.
Sedangkan yang diakibatkan oleh faktor eksogen masih dapat diketahui dengan
dilakukan anamnesis dan tes pemeriksaan.

E. Manifestasi klinis
1. Tanda-tanda radang akut terutama pruritus.
2. Kenaikan suhu.
3. Kemerahan.
4. Edema atau pembengkakan.
5. Gangguan fungsi kulit.
6. Batas kelainan tidak tegas.
24

F. Pemeriksaan penunjang
1. Lab
Darah, urin.
2. Histopatologi
Pemeriksaan ini tidak memberikan gambaran khas untuk diagnostic karena
gambaran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain.

G. Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit.
2. Risiko infeksi b.d penurunan imunitas.
3. Gangguan pola tidur b.d pruritas.
4. Gangguan citra tubuh b.d penampakan kulit yang tidak bagus.
5. Kurang pengetahuan tentang program terapi b.d kurangnya informasi

Anda mungkin juga menyukai