2 Aa Gangguan Mobalitas Pada Lansia
2 Aa Gangguan Mobalitas Pada Lansia
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Lansia
A. Definisi lansia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila
usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap
lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
B. Klasifikasi lansia
Menurut WHO dibagi menjadi:
1) Usia pertangahan ( middle age) : usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) : usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) : usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
C. Teori menua
1) Teori biologis
1. Teori stikastik : kerusakan sel acak yang terjadi seiring perjalanan waktu.
2. Teori nonstokastik: mekanisme fisiologis tubuh yang terprogram secara
genetika.
2) Teori psikologis
Perubahan perilaku, peran dan hubungan yang terjadi pada penuaan.
3) Teori aktivitas
Aktivitas yang dilakukan selama paruh baya
4
4) Teori perkembangan
Penuaan kepribadian akan tetap sama dan perilaku yang dibangun selama
hidup akan menentukan tingkat hubungan dan aktivitas.
D. Perubahan fisiologis
1) Keseluruhan
Berkurangnya tinggi badan, berat badan, dan berkurangnya cairan tubuh.
2) System integument
Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme protekasi
kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis, serta berwarna kelabu, rambut,
dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya
cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras
dan rapuh, kuku kaki tumbuh dan secara berlebihan seperti tanduk, kelenjar
keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang
bercahaya.
3) System respirasi
Penurunan refleks batuk: pengeluaran lendir, debu, iritan saluran nafas
berkurang (penurunan jumlah sillia), peningkatan kekakuan dinding dada,
peningkatan resistensi saluran nafas, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga
kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat, kepastas pernapasan
maksimum menurun dan kedalaman pernapasan menurun.
4) System kardiovaskuler
Penebalan dinding pembuluh darah, penurunan elastisitas dan klasifikasi
katup-katup jantung, peningkatan tekanan darah sistolik, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5
5) System gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami penurunan, ecofagus melebar,
sensitivitas akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung dan untuk
pengosongn lambung menurun, peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi,
fungsi absorsi menurun, hati semakin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, serta berkurangnya suplai aliran darah.
6) Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan kepadatannya dan semakin rapuh, kifosis, persendian
membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan megalami sklerosis, atrofi
serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan
menjadi tremor.
7) Sistem neurologis
Degenerasi sel saraf, penurunan meurotransmiter, dan penurunan konduksi
implus.
8) Sistem reproduksi
Pria: penurunan jumlah sperma, testis mengecil, dan ereksi berkurang
Wanita: penurunan produksi estrogen, degenerasi ovarium, atrofi vagina, uterus
dan payudara.
9) Sistem urogenital
Nefron berkurang, penurunan 50% aliran darah ginjal pada 80 tahun dan
penurunan kapasitas kandung kemih.
Pria: pembesaran prostat.
Wanita: penurunan tonus sfingter
6
E. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan, tingkat kecerdasan dan
kenangan.
7
F. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami pensiun. Berikut
adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun:
1) Kehilangan sumber financial atau pemasukan berkurang
2) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya.
3) Kehilangan teman atau relasi
4) Kehilagan pekerjaan atau kegiatan
5) Merasakan atau kesadaran akan kematian
2. Bathel indeks
No Criteria Dengan Mandiri
bantuan
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
3 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, sebaliknya 5 10
8
a. 130 : mandiri
b. 65 – 125 : ketergantungan sebagian
c. 60 : ketergantuangan
d.
3. SPMSQ
Benar Salah No Pertanyaan
01 Tanggal berapa hari ini?
02 Hari apa sekarang ini?
03 Apa nama tempat ini?
04 Dimana alamat anda?
05 Berapa umur anda?
06 Kapan anda lahir?
07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
09 Siapa nama ibu anda?
10 Kirangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun?
9
∑=6 ∑=4
Interpretasi hasil:
4. MMSE
o Menyalin gambar
Interpretasi hasil:
>23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18 – 22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
5. Pengkajian keseimbangan
0 1 No A. Perubahan posisi atau keseimbangan
01 Bangun dari kursi
02 Duduk ke kursi
03 Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa
mendorong sternum perlahan-lahan sebanyak 3 kali)
04 Mata tertutup
05 Perputaran leher
06 Gerakan mengapai sesuatu
07 Membungkuk
No 1. Komponen gaya berjalan atau gerakan
08 Minta klien untuk berjalan ketempat yang ditentukan
09 Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat
melangkah)
10 Kontinuitas langkah kaki
11 Kesimetrisan langkah
12 Penyimpangan jalur pada sat berjalan
13 Berbalik
Intervensi hasil:
0–5 : resiko jatuh rendah
6 – 10 : resiko jatuh sedang
12
H. Intervensi
A. Aspek fisik atau biologis
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu
dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena factor biologi.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien
diharapkan mampu:
a. Kontinensia Urin
b. Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).
c. Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.
d. Mengosongkan bladde dengan lengkap.
14
B. Aspek Psikososial
15
1. Coping tidak efektif b.d percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan
koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik
atau hubungan.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara
konsisten diharapkan mampu:
3. Cemas b.d perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi ,
fungsi peran, lingkungan, status ekonomi yang ditandai dengan: ekspresi
yang mendalam dalam perubahan hidup, mudah tersinggung dan gangguan
tidur
C. Aspek Spiritual
1. Distress spiritual b.d perubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau
orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social,
kurang sosiokultural.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara
luas diharapkan mampu:
B. Penyebab
Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya Imobilisasi , contohnya :
1. Gangguan sendi atau tulang
Penyakit rematik seperti pengaburan tulang atau patah tulang
2. Penyakit saraf
Adanya stroke. Penyakit Parkinson , dan gangguan sarap penyakit jantung atau
pernapasan
3. Gangguan pengelihatan
4. Masa penyembuhan
C. Akibat Imobilisasi
Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut :
1. Infeksi saluran kemih
2. Sembelit
3. Infeksi paru
4. Gangguan aliran darah
5. Luka tekan sendi kaku
19
E. Faktor Eskternal
Faktor-faktor eksternal yang berperan terhahap Imobilitas
1. Program teraupetik
2. Karakteristik penghuni institusi
3. Karakteristik sfaf
4. Sistem pemberian asuhan keperawatan
5. Hambatan-hambatanan
F. Pemeriksa fisik
1. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran pertumbuhan tulang yang abnormal akibat
tumor tulang. Pemerdekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran aratomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau
garakan pada titik selain sendi biasanya mendadakan adanya patah tulang.
2. Mengaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kuruvatura lateral tulang belakang).
Kifosis (kenaikan kuruvatura tulang belakang pada dada)
Lordosis (membebek , kuruvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
20
G. Masalah keperawatan
1. Gangguan mobalilitas fisik
2. Gangguan rasa nyamn nyeri
3. Risiko terhadap kerusankan intergritas kulit
4. Gangguan berfusi jaringan perifel
5. Kurang perawatan diri
6. Risiko terhadap cidera
7. Risiko terjadi infeksi
21
H. Rencana keperwatan
1) Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
1. Ajaran untuk melakukan latiahan rentang gerak aktif / pasif pada anggota gerak
yang sehat sedikitnya 4x / hari
R/ Membantu lasia untuk mandiri dan meminimalkan risiko cedera
2. Anjurkan partisipasi aktivitas sehari – hari
R/ Meningatkan rasa kontrol dan kemandirian
3. Ajarkan dan amati pengguna alat bantu
4. R/ Penggunaan alat bantu yang yang dapat memaksimalkan mobilitas untuk
fungsi onal
2) Risiko cidera fisik b.d penurunan fungsi tubuh
1. Ajarkan pengguna tongkat, kruk dan kursi roda dengan tepat
R/ Mengurangi cidera
2. Orientasikan klien dengan lingkungan baru disekelilingnya
3. R/ Menghindari disorientasi tempat
3) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d pengapuran tulang
1. Evaluasi atau lanjutan pemantauan tingkat inflamasi atau rasa sakit pada sendi
R/ Tingkat aktif atau latiahan bergantung perkembanagn atau resolusi proses
inflamasi
2. Bantu dan ajari keluarga dengan rentang gerak aktif atau pasif
R/ Mempertahankan atau meningakatkan fungsi kekuatan dan standar umum
3. Ajari klien dan keluarga untuk mengubah posisi dengan sering
R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan
4) Risiko terhadap kerusankan integritas kulit yang b.d imobilisan fisik
1. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan
R/ Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan pembentukan edema
2. Ajarkan keluarga lansia agar mengubah posisi sesering mungkin
R/ Mengurangi tekanan konstan
3. Ajarkan keluarga lansia agar sesering mungkin membersihkan luka
R/ Menurukan kadar kon taminasi kulit
22
3. Konsep dermatitis
A. Definisi
Eksim atau sering disebut eksema atau dermatitis adalah peradangan hebat yang
menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada akhirnya
pecah dan mengelurkan cairan.
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor endogen dan faktor eksogen, menimbulkan kelainan klinis
berubah efio-resensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan
gatal).
B. Klasifikasi
1. Eksogen
Dermatitis kontak: Jenis eksim ini disebabkan karena faktor di luar tubuh penderita,
seperti terpapar bahan kimia, iritasi karena sabun, kosmetik, parfum dan logam.
Dermatitis kontak adalah jenis eksim yang paling banyak diderita manusia,
diperkirakan 70% penyakit eksim merupakan ini. Secara klinis jenis eksim ini
memiliki gejala terasa panas, kemudian muncul benjolan, dan disertai adanya cairan.
Bagian kulit yang terserang jenis eksim ini memiliki batas tepi yang jelas, sehingga
yang mengalami gejala tersebut hanya pada bagian yang terserang. Tetapi jenis eksim
ini dapat menjadi kronis yang ditandai dengan kulit semakin mengering, pigmentasi,
terjadi penebalan kulit sehingga tampak garis-garis pada permukaan kulit dan
kemudian terjadi retak-retak seperti teriris pada kulit.
2. Endogen
a. Dermatitis atopik: jenis eksim yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan
jenis eksim dermatitis kontak yaitu adanya rasa gatal, memiliki bentuk yang
khas terrutama pada kulit wajah dan lipatan-lipatan tubuh, serta adanya
riwayat atopik yaitu alergi atau asma. Jenis eksim ini banyak menyerang
anak-anak dan bayi, dan biasanya merupakan penyakit eksim kambuhan.
b. Dermatitis numularis: Jenis eksim ini pada umunya berhubungan dengan kulit
kering dan sering menyerang pada orang yang berusia lanjut. Gejala penyakit
23
eksim jenis ini berupa kulit mengering, merah, gatal, dan muncul dalam
bentuk bulatan-bulatan pipih seperti koin logam, biasanya terdapat pada kulit
kaki dan tangan.
c. Neurodermatitis: peradangan kronik pada kulit yang tidak diketahui
penyebabnya, lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria dan puncak
insidennya adalah umur paruh baya.
d. Dermatitis stasis: jenis eksim kulit yang berkaitan dengan adanya varises
pada bagian kaki. Jenis eksim ini terdapat pada kaki ditandai dengan rasa
gatal, penebalan kulit serta berubahnya warna kulit menjadi memerah bahkan
kecoklatan.
C. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), seperti misalnya bahan
kimia, fisik (sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur), ataupun dari dalam (endogen),
misalnya dermatitis atopic. Sebagian lain tidak diketahui secara pasti etiologi akan
tetapi pruritus memegang salah satu peranan penting.
D. Patogenesis
Beberapa jenis dermatitis memiliki penyebab yang diketahui, sedangkan yang
lainnya tidak. Terutama penyakit dermatitis yang dipengaruhi oleh faktor endogen.
Sedangkan yang diakibatkan oleh faktor eksogen masih dapat diketahui dengan
dilakukan anamnesis dan tes pemeriksaan.
E. Manifestasi klinis
1. Tanda-tanda radang akut terutama pruritus.
2. Kenaikan suhu.
3. Kemerahan.
4. Edema atau pembengkakan.
5. Gangguan fungsi kulit.
6. Batas kelainan tidak tegas.
24
F. Pemeriksaan penunjang
1. Lab
Darah, urin.
2. Histopatologi
Pemeriksaan ini tidak memberikan gambaran khas untuk diagnostic karena
gambaran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain.
G. Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit.
2. Risiko infeksi b.d penurunan imunitas.
3. Gangguan pola tidur b.d pruritas.
4. Gangguan citra tubuh b.d penampakan kulit yang tidak bagus.
5. Kurang pengetahuan tentang program terapi b.d kurangnya informasi