Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. TUJUAN
permanganometri
II. PRINSIP
Ekstraksi tannin dalam sampel teh dapat dilakukan dengan teknik maserasi
dititar dengan KMnO4 0,1N untuk mengetahui kadar tannin dalam teh. Metode
metode yang disebut dengan metode Lowenthal-Procter. Metode ini didasari oksidasi
fenolat oleh larutan kalium permanganat dengan adanya indigo carmine sebagai
1. Reaksi Standarisasi
2. Reaksi Tanin
Tanaman teh merupakan salah satu tanaman yang termasuk kedalam genus camellia
yang banyak tersebar di wilayah kawasan asia tenggara. Teh sendiri merupakan minuman
yang mengandung kafein, yang dibuat dengan cara menyeduh daun pucuk, atau tangkai daun
yang dikeringkan dari tanaman camellia sinensis dengan penambahan air panas. Teh dapat
dikelompokan menjadi 3 golongan yaitu teh hijau, teh hitam, teh oolong. Ketiga jenis teh ini
mengandung polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu melindungi tubuh
dari serangan radikal bebas. Bahkan potensi antioksidan teh tersebut lebikuat dibandngkan
antioksidan dalam sayuran dan buah-buahan . Dimana kandungan senyawa folipenol yang
berfungsi sebagai antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas. Bahkan
antioksidan the dianggap lebih kuat dibandingkan dengan antioksidan dalam sayuran dan
buah-buahan dimana kandungan senyawa polifenol yang berfungsi pada sayur dan buah
hanya sekitar 0,25 % dan komponen tersebut umumnya terdapat dalam keadaan terikat atau
terkonjugasi dengan senyawa gula, sedangkan senyawa komposisi polifenol pada teh yang
terdiri dari flavanol, flavandiol, flavanoida, dan asam-asam fenolat diperkirakan sekitar 30
% dari berat kering daun teh. Sehingga banyak peneliti membuktikan senyawa polifenol
sebagai anti-kanker terutama kanker lambung, esophagus dan kulit. Bahkan polifenol pun
Tanin merupakan turunan fenol. Pada miskroskop, tanin biasanya tampak sebagai
massa butiran bahan berwana kuning, merah atau coklat. Tanin dapat ditemukan dalam
bagian yang berbeda dari tumbuhan, misalnya pada daun, jaringan pembuluh, buah yang
belum masak, kulit, biji, dan jaringan tumbuhan karena penyakit. Tanin dapat ditemukan
dalam sel biasa atau dalam iodiblas. Didalam sel, tanin terdapat dalam vakuola atau dalam
bentuk tetes di sitoplasma dan seringkali masuk kedalam dinding sel. Tanin dalam
ternak dapat dilakukan dengan menimbulkan rasa sepat, serangan dari bakteri dan insekta
diproteksi dengan menonaktifkan enzim-enzim protoase dari bakteri dan insekta yang
bersangkutan (Cheeke dan Shull, 1985)3. Tanin juga membentuk komplek dengan
komponen polimer dinding sel dari serangan organisme patogen dan menghentikan
pembelahan sel (Swain, 1979)4. Tanin secara umum dibagi menjadi dua kelas, yaitu :
1. Tanin Kondensasi
tedistribusi pada tanaman, tidak mudah dihidrolisis dan terdapat dalam struktur yang
komplek (Cheeke dan Shull, 1985). Tanin kondensasi merupakan senyawa polimer dari
flavan -3-01 (catekin) atau flavan -3; 4-diol (leucoanthocyanidin) atau turunannya yang
2. Tanin Hidrolisis
Tanin hidrolisis merupakan ester dari glukosa dengan asam galat. Tanin ini dapat
dihidrolisis dengan asam mineral panas menjadi gula dan asam-asam yang menjadi unsur
seperti komposisi asam amino dan titik isoleotik serta karakteristik tanin seperti bobot
Menurut Susanti (2000)8, sifat utama tanin pada tanaman tergantung pada gugus
2. Semua jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya besar dan akan bertambah besar
apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu pula dalam pelarut organik seperti metanol,
3. Reaksi warna terjadi bila disatukan dengan garam besi. Reaksi ini digunakan untuk
menguji klasifikasi tanin. Reaksi tanin dengan garam besi akan memberikan warna hijau dan
biru kehitaman, tetapi uji ini kurang baik karena selain tanin yang dapat memberikan reaksi
warna, zat-zat lain juga dapat memberikan reaksi warna yang sama.
7. Tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah dioksidasi menjadi suatu
polimer, sebagian besar tanin amorf (tidak berbentuk) dan tidak mempunyai titik leleh.
8. Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya atau dibiarkan di udara terbuka.
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam) : adalah
sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam
menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer,
selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian. Salah
satu metode yang digunakan untuk uji kuantitatif senyawa tanin dalam teh adalah metode
Lowenthal-procter ( Sudarmadji, 1984 )9. Metode ini menggunakan metode titrasi oksidasi
tanin dalam metode ini adalah berdasarkan jumlah gugus pada senyawa tanin. Titrasi dengan
larutan kalium permanganat, gugus fenol pada tanin akan teroksidasi. Jumlah gugus fenol
berbanding lurus dengan jumlah kalium permanganat yang diperlukan untuk titrasi. Pereaksi
kalium permanganat bukan pereaksi baku primer. Sangat sukar untuk mendapatkan pereaksi
ini dalam keadaan murni dan bebas dari mangan dioksida (Bassett, J,1994)10.
V. ALAT DAN BAHAN
7. Alas Titar
8. Neraca Analitik
4. Aquades (H2O)
1. Standarisasi KMnO4
Dipipet sebanyak 25mL
Ditimbang Dimasukan ke Labu Ke Erlenmeyer 250mL,
Asam Oksalat Takar 100mL, ditera ditambah H2SO4 4N
dan dihomogenkan 25mL, dipanaskan hingga
630 mgram
dengan aquadest 700C
5. Pembuatan Gelatin
p
Ditimbang teliti 25 g Ditambahkan 1 L Dipanaskan
gelatin NaCl jenuh hingga larut
Nama Praktikan :
NIM :
1. 1617480
2. 1617666
Kelas : 2C
Kelompok : 2
A. Kualitatif
Identifikasi Bahan
ungu
Klorida putih
o Tidak berbau
o Tidak berbau
o Tidak berasa
kering
o Bewarna putih.
o Bewarna putih
o Tidak berbau
air.
minuman, yang
mengubahnya menjadi
warna biru.
berbau
B. Kuantitatif
baku KMnO4
𝑚𝑔 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
H2C2O4.2H2O 23,50 =
𝑉 𝐾𝑀𝑛𝑂4 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 𝐹𝑃
𝑉1+𝑉2
Volume rata-rata : 2
=
23,47 𝑚𝐿+23,50 𝑚𝐿 629,8 𝑚𝑔
2 =
𝑚𝑔 𝑚𝐿
23,50 𝑚𝑙 × 63 ⁄𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 × 4 (𝑚𝐿)
= 23,48 mL
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘⁄
= 0,1064 𝑚𝑙
(mL) (mL)
𝑚𝑔 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘⁄ 𝑚𝐿
𝑚𝑔 𝐻2 𝐶2 𝑂4 = 25 𝑚𝑙 × 63 ⁄𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 × 0,1 𝑚𝐿 × 4 ( ⁄𝑚𝐿)
= 630 𝑚𝑔
= 0,630 𝑔𝑟𝑎𝑚
629,8 𝑚𝑔
=
𝑚𝑔 𝑚𝐿
23,48 𝑚𝑙 × 63 ⁄𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 × 4 (𝑚𝐿)
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘⁄
= 0,1064 𝑚𝑙
Keterangan Rumus
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
( 4,30 −2,20 )𝑚𝑙 𝑥 0,1064 𝑥 42 𝑥 20 𝑥 10−3 𝑔/𝑚𝑔
𝑚𝑙 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
= x 100%
2,0011 𝑔
= 9,38 % ( 𝑏⁄𝑏)
Percobaan kali ini adalah penetapan kadar tanin dalam teh dengan teknik maserasi.
Tenik maserasi adalah bagian dari teknik ekstraksi. Ekstraksi adalah proses penarikan suatu
zat dengan pelarut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut
cair. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk
zat organik atau anorganik, untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan
analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan preparatif dalam bidang
kimia organik, biokimia, dan anorganik di laboratorium. Tujuan ekstraksi ialah memisahkan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan.
Maserasi merupakan teknik yang bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan
pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Pengikatan atau pelarutan zat
aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like), penyarian zat
aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari, cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Selama proses
perendaman, cairan akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Kemudian zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang
terpekat didesak keluar. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan
diganti oleh pelarut dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut terus
berulang hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan antara larutan di luar sel
dengan larutan di dalam sel. Keuntungan cara ekstraksi dengan maserasi adalah cara
pengerjaan dan peralatan yang sederhana. Namun metode ini juga memiliki kekurangan,
yaitu cara pengerjaannya yang lama dan ekstraksi yang kurang sempurna.
Tanin adalah suatu senyawa Polifenol dari tumbuhan,berasa Pahit dan Kelat yang
bereaksi dan dengan menggumpalkan Protein ,atau senyawa organik lainnya termasuk
Asam Amino dan Alkohol. Tanin mempunyai kemampuan mengendapkan protein, karena
tanin mengandung sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul protein
yang selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan komplek yaitu protein
tanin. Tanin mempunyai berat molekul 0,5-3 KD. Tanin alami larut dalam air dan
memberikan warna pada air, warna larutan tanin bervariasi dari warna terang sampai warna
merah gelap atau coklat, karena setiap tanin memiliki warna yang khas tergantung
sumbernya.
Penentuan kadar tanin dalam sampel daun teh ini melibatkan titrasi
oksalat seberat 0,6298 gram, kemudian ditambahkan asam kuat yaitu H2SO4, dipanaskan
sampai 70o, dan dititrasi dengan KMnO4 0,1 N hingga larutan yang tak berwana berubah
menjadi larutan merah muda. Permanganometri merupakan titrasi redoks yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Titrasi ini melibatkan dua tahapan,
yakni titrasi analit dengan larutan kalium permanganat dan kemudian standardisasi kalium
permanganat dengan larutan asam oksalat. Standarisasi ini bertujuan untuk megetahui
dituliskan hingga empat angka di belakang koma, hal ini menunjukkan ketelitian pada
normalitas KMnO4 yang dipakai pada percobaan ini. Titrasi permanganometri ini harus
dilakukan ditempat yang gelap atau cahaya matahari yang seminimal mungkin karena
KMnO4 bisa teroksidasi apabila terkena paparan sinar matahri.. Titrasi yang dilakukan
dalam suasana asam. Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan larutan baku tertentu. Hasil titik akhir titrasi pada saat proses
menjadi merah muda. Kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat.
Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indicator, karena mampu bertindak sebagai
indikator. Permanganat dengan asam oksalat, dengan adanya asam sulfat, menghasilkan gas
karbon dioksida: Reaksi ini lambat pada suhu kamar, tetapi menjadi cepat pada 70°C. maka
diperlukan pemanasan sebelum dititrasi, dalam praktikum ini praktikan memanaskan larutan
terlebih dahulu. Ion mangan(II) mengkatalisis reaksi ini; jadi, reaksi ini adalah otokatalitik;
sekali ion mangan(II) telah terbentuk, reaksi menjadi semakin cepat. Pada proses titrasi
ekivalen, karena MnO4 yang berwarna ungu dapat berfungsi sebagai indikator sendiri ( auto
indicator ). Titik akhir titrasi adalah saat larutan berwarna merah muda keunguan. Pada saat
titrasi yang melibatkan kalium permanganat sebaiknya digunakan alat gelas (buret, botol
penyimpanan larutan) yang berwarna gelap, karena dikhawatirkan kalium permanganat yang
sedang digunakan, terurai oleh cahaya, sehingga apabila tidak ada botol ataupun alat gelas
yang gelap, sebaiknya digunakan penutup ( bisa berupa alumunium foil ataupun plastik
hitam) untuk membungkus alat gelas bening tersebut agar kedap cahaya. Pada saat
penentuan konsentrasi kalium permanganat, digunakan asam oksalat sebagai zat baku
primer. Asam oksalat dikatakan zat baku primer dikarenakan asam oksalat merupakan zat
yang stbil, memiliki Mr tinggi dan memiliki kriteria lainnya sebagai standar primer.
Standardisasi terhadap KMnO4 perlu dilakukan karena kristal KMnO4 sering sudah
terkontaminasi dengan MnO2. Selain itu MnO2 juga mudah terbentuk di dalam larutan
karena adanya berbagai bahan organik. Oleh karena itu, setelah kristal larut larutan
dipanaskan untuk mempercepat oksidasi zat-zat organik dan setelah dingin larutan disaring
untuk memisahkan MnO2. Umumnya KMnO4 distandardisasi oleh asam oksalat yang
merupakan bahan baku primer yang baik; sangat murni, stabil selama pengeringan, dan tidak
higroskopis. Titrasi oksalat oleh KMnO4 berlangsung pada larutan yang sudah dipanaskan
sampai sekitar 70 °C dengan penambahan KMnO4 tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu
lambat. Pemberian yang terlalu cepat cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan
Mn2+ (kesalahan positif), sedangkan jika terlalu lambat mungkin terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air (kesalahan negatif). Pada
indigo carmine sebagai indikator redoks untuk menunjukkan titik akhir titrasi. Titik
akhir dimana merubah warna yang semua biru menjadi warna kuning.
Sampel teh yang merupakan padatan yang berwarna coklat kehijauan yang
akan diuji ditimbang sebanyak 2 gram. Sampel dimasukkan ke gelas piala dan
ditambahkan air panas sebanyak 20 mL dan didiamkan selama 20 menit agar senyawa-
senyawa dari dalam sampel teh larut termasuk tanin yang larut dalam air panas.
Didiamkan hingga suhu teh menurun, sebelum dimasukkan ke labu takar untuk
mencegah kerusakan pada labu takar. Sampel dimasukkan secara kuantitatif ke labu takar
100 mL dan ditera dengan akuades lalu dihomogenkan. Dilakukan penyaringan sampel
dengan kertas saring dengan lipatan berbentuk kipas. Digunakan kertas saring berbentuk
kipas karena yang dipergunakan dalam praktek ini adalah hasil filtrat dari hasil
kali yaitu untuk pemipetan 5 mL langsung ke labu takar 100 mL dan pemipetan 10 mL
untuk ke gelas piala. Pemipetan langsung ke labu takar sebanyak 5 mL dilakukan secara
kuantitatif dengan menggunakan pipet volumetri dan dilakukan 2 kali atau secara duplo.
Dilakukan penambahan 75 mL air suling dan indikator indigo carmine sebanyak 5 mL.
Kemudian dititrasi dengan KMnO4 yang telah distandarisasi terlebih dahulu. Perubahan
warna yang terjadi dalam titrasi adalah dari warna yang semula biru saat ditambahkan
indigo carmine, setelah dititrasi menjadi warna kuning. Fungsi indigo carmine adalah
sebagai indikator perubahan warna dalam titrasi ini. Volume pentitar yang dikeluarkan
adalah volume A atau volume total polifenol dalam sampel. Pada pemipetan sampel 10
mL, dilakukan secara duplo dengan penambahan 10 mL NacL asam, 2 mL gelatin , dan
2 gram kaolin. Penambahan NaCl asam adalah untuk mengendapkan senyawa tannin
yang terkandung di dalam sampel teh, sedangkan fungsi dari gelatin dan kaolin adalah
untuk mengubah endapan tannin yang terbentuk menjadi bentuk slurry. Setelah
penambahan NaCl asam, gelatin, dan kaolin dilakukan penyaringan dengan kertas lipat
berbentuk kipas. Slurry yang merupakan tannin itu tidak dapat melewati kertas s aring,
sehingga filtrat hasil penyaringan merupakan senyawa polifenol non tannin. Hasil filtrat
kemudian dipipet sebanyak 5 mL dan dipindahkan secara kuantitatif ke labu takar 100
mL. Ditambahkan 75 mL air dan indigo charmine sebanyak 5 mL, dan ditirasi dengan
KMnO4 yang telah distandarisasi. Perubahan warna yang terjadi akibat penambahan
indikator adalah dari yang semula berwarna biru menjadi berwarna kuning. Volume
titran hasil titrasi adalah volume B mL atau volume dari polifenol non tannin. Jadi dalam
perhitungan dalam menentukan kadar tannin nantinya volume senyawa total polifenol
dikurangi dengan senyawa polifenol non tannin (A-B) mL. Kemudian dihitung hasil uji
𝒎𝒈𝒓𝒆𝒌 𝒎𝒈 𝒈 𝟏𝟎𝟎 𝒎𝑳
(𝑨−𝑩)𝒎𝑳 𝒙 𝑵 𝑲𝑴𝒏𝑶𝟒 ( )𝒙 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒗𝒂𝒍𝒆𝒏( )𝒙 𝟏𝟎−𝟑 ( ) 𝒙 ( )
𝒎𝑳 𝒎𝒈𝒓𝒆𝒌 𝒎𝒈 𝟓𝟎 𝒎𝑳
× 𝟏𝟎𝟎%
𝑮𝒓𝒂𝒎 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒈)
Kadar tanin yang diperoleh dari pengujian kadar tanin dalam daun teh adalah 9,38
%. Kadar tanin yang diperoleh ini Sesuai dengan literatur yaitu kadar dalam teh biasanya
9-20%. kadar tanin yang diukur dengan kadar tanin sebenarnya mungkin terutama
disebabkan oleh kurang optimalnya proses isolasi yang dilakukan seperti kurang lamanya
proses maserasi yang dilakukan sehingga tidak seluruh tanin terekstrak dari sampel
kasarnya.
X. KESIMPULAN
Dari percobaan di atas didapatkan kadar tannin dalam sampel teh sebesar 9,38
% (b/b)
XI. DAFTAR PUSTAKA
a. Reaski
1. Bassett j, R.CDenny, G.H Jeffery, J. Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia
b. Landasan Teori
Yogyakarta.
3. Cheeke, P.R., and L.R. Shull. 1985. Tannins dan Polyphenolic. Compounds. In
: Cheeke, P.R. (Ed.). Natural Toxicants in Feeds and Poisonous Plants. AVI
4. Swain, T., 1979. Tannins and lgnins. In : Rosenthal, G.A., and D.H. JAnzen
5. Leinmuller, E., H.G. Steingass and K.H. Menke. 1991. Tannins in Ruminant
D.C.
7. Dennis, O., W. J. M. Smith., J. D. Brooker, & M. C. ScWeeney. 2005
9. Sudarmaji, S., Bambang dan Suhardi, 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan
10. Bassett j, R.CDenny, G.H Jeffery, J. Mendham. 19994. Buku Ajar Vogel Kimia
molekul senyawa
Rumus bangun Sifat kimia
Nama IUPAC
- - Sampel Padatan,
hitam
kehijauan,
berbau khas
teh
Larut dalam
air
at ungu-
kehitaman
Kelarutan
dalam basa
alkali
Kalium manganat(VII)
berkurang jika
volume logam
alkali berlebih
Merupakan
zat
pengoksidasi
yang kuat
Bereaksi
dengan materi
yang
tereduksi dan
mudah
terbakar
menimbulkan
bahaya api
dan ledakan.
biru, tidak
berbau
Sebagai
indikator
Garam dinatrium asam
Garam
3,3′-diokso-2,2′-
oraganik
bisindoliden-5,5′-
disulfonat
H2O 18 g/mol Air Cairan, tidak
berwarna,tida
k berbau
Titik didih
100◦C
Densitas 1
g/mL
ol klorida berwarna,
Rapuh (mudah
hancur)
dapur)
Larut dalam
Bisa didapat
dari reaksi
NaOH dan
HCl sehingga
pHnya netral
Ikatan ionik
kuat (Na+) +
(Cl-) selisih
elektronegatif
Larutannya
merupakan
elektrolit kuat
karena
terionisasi
sempurna pada
air.
g/mol berwarna,
tidak berbau
Larut dalam
air panas,
gliserol dan
asam asetat
serta pelarut
organik
lainnya
Titik leleh
35°C
serbuk
berwarna
putih
kecoklatan
, tidak
berbau
berminyak,
tak berwarna,
tak berbau
Titik lebur
10 °C (283 K)
Titik didih
337 °C
(610 K)
putih,
tidak
berbau
Korosif
Larut
dalam air
II. BAGAN KERJA
Sampel teh yang sudah Air dipanaskan sampai Sampel direndam dengan
ditimbang (padatan mendidih air yang sudah diapanaskan
berwarna hijau) sebanyak 20 mL (20 menit)
Penambahan indigo Dititrasi dengan KMnO4 0,1 Sampel teh yang sudah
cahrmine sebanyak 5 mL N dan volume titran sebagai dihomogenkan dipipet 10
A mL mL ke 2 gelas piala
Sampel ditambah dengan Ditambahkan dengan Ditambahkan slurry 2 gram
NaCl Asam untuk Gelatin untuk merubah (brbentuk padatan
mengendapkan tanin endapan menjadi slurry berwarna putih)