Disusun oleh:
Kelompok 7
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
MAKALAH
MATA KULIAH KEPERAWATAN BEDAH
Disusun oleh :
Ninuk Profita Sari 162310101127
Kiki Aprelia 162310101162
Fidella Ucca Fairuz 162310101167
Sri Yuni Wulandari 162310101183
M. Rizqon Ni’amullah 162310101236
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I KONSEP DASAR ..................................................................................... 1
1.1 Definisi ....................................................................................................... 1
1.2 Etiologi ....................................................................................................... 1
1.3 Patofisiologi ............................................................................................... 3
1.4 Manifestasi Klinis ...................................................................................... 4
1.5 Pemeriksaan penunjang .............................................................................. 4
1.6 Penatalaksanaan ......................................................................................... 6
ii
1
1.1 Definisi
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan
asam urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti
sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin
(Smeltzer, 2002:1460).
1.2 Etiologi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih
adalah :
a. Faktor-Endogen
Faktor genetik,
Familia
b. Faktor-Eksogen.
1.3 Patofisiologi
Batu pada vesika dapat berasal dari vesika urinaria sendiri (batu
primer) atau bisa juga berasal dari ginjal, traktus urinarius bagian atas (batu
sekunder). Pada umumnya batu vesika terbentuk dalam vesika
urinari, tetapi pada beberapa kasus tertentu batu terbentuk di ginjal lalu
turun menuju buli-buli, kemudian terjadi penambahan deposisi batu untuk
berkembang menjadi lebih besar. Batu vesika yang turun dari ginjal pada
umumnya berukuran kecil sehingga dapat melalui ureter dan dapat
dikeluarkan spontan melalui uretra.
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih
terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin
yaitu pada sistem kalises ginjal atau vesika. Batu terdiri dari kristal-kristal
yang tersusun dari bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut
didalam urin. Yang mana kristal tersebut akan tetap berada pada keadaan
metastable (terlarut) didalam urin jika tidak ada keadaan yang menyebabkan
terjadinya presipitasi kristal. Kondisi Metastable dipengaruhi oleh pH larutan,
adanya koloid didalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam
saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
sebagai inti batu.
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan
dengan oksalat maupan dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalatdan kalsium
fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat
(batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Pada penderita usia
tua atau dewasa komposisi batu biasanya merupakan batu asam urat yakni
lebih dari 50% dan paling banyak berlokasi di vesika. Gambaran fisik batu
yakni halus maupun keras.
4
Kalsium Opak
MAP Semiopak
b. IVP
Berguna untuk mendeteksi adanya batu semiopak ataupun batu non
opak yang tidak terlihat di BNO, menilai anatomi dan fungsi ginjal, mendeteksi
divertikel, indentasi prostat.
c. USG
Menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (echoic shadow), hidronefrosis,
pembesaran prostat.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin, kimia darah, urinalisa dan kultur urin. Pemeriksaan ini sering
dilakukan karena cenderung tidak mahal dan hasilnya dapat memberikan gambaran jenis
batu dalam waktu singkat. Pada pemeriksaan dipstick, batu buli berhubungan dengan
hasil pemeriksaan yang positif jika mengandung nitrat, leukosit esterase, dan darah. Batu
vesika sering menyebabkan disuria dan nyeri hebat oleh karena itu banyak pasien
yangsering mengurangi konsumsi air sehingga urin akan pekat. Pemeriksaan
6
mikroskopis menunjukkan adanya sel darah merah dan leukosit, dan adanya kristal yang
menyusun batu vesika. Pemeriksaan kultur juga berguna untuk memberikan antibiotik
yang rasional jika dicurigai adanya infeksi.
e. Pemeriksaan Urin
1. Urinalisis 1
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk
tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi
berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti
diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap
status kesehatan umum.
2. Pemeriksaan Makrokoskopik
1.6 Penatalaksanaan
a. Konservatif
1. Penanganan nyeri
Tujuannya ialah mengurangi rasa nyeri dan dapat menghilangkan
penyebabnya yakni dengan diberikan morfin untuk mencegah syok
dan sinkop akibat nyeri yang timbul. Dan juga dapat dengan cara
lain yakni dengan merendam area panggul dengan air hangat.
2. Terapi nutrisi dan medikasi
c. Terapi pembedahan
Terapi ini dilakukan jika tersedia alat litrotriptor. Tetapi harus di
diperlukan suatu indikasi misalnya jika batu kadung kemih selalu
menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga perlu diadakan
tindakan pengeluaran. Litotirptor hanya mampu memecahkan batu
dalam ukuran kurang dari 3cm. Untuk ukuran lebih dari 3cm dapat
dilakukan dengan menggunakan batu kejut atau sistolitotomi
1. Transurethral Cystolitholapaxy, teknik ini dilakukan setelah adanya batu
ditunjukkan dengan sistoskopi, kemudian diberikan energi untuk
membuatnya menjadi fragmen yang akan dipindahkan dari dalam buli
8
dengan alat sistoskopi. Energi yang digunakan dapat berupa energi mekanik
(pneumatic jack hummer), ultrasonic dan elektrohidraulik dan laser
2. Percutaneus Suprapubic cystolithopaxy, tenik ini selain digunakan untuk
dewasa juga digunakan untuk anak- anak, teknik percutaneus
menggunakan endoskopi untuk membuat fragmen batu lebih cepat
hancurlalu dievakuasi. Sering tenik ini digunakan bersama teknik yang
pertama dengan tujuan stabilisasi batu dan mencegah irigasi yang
ditimbulkan oleh debris pada batu.
3. Suprapubic Cystostomy: tenik ini digunakan untuk memindah batu dengan
ukuran besar, juga di indikasikan untuk membuang prostate, dan
diverculotomy. Pengambilkan prostate secara terbuka diindikasikan jika
beratnya kira- kira 80-100gr. Keuntungan tehnik ini adalah cepat, lebih
mudah untuk memindahkan batu dalam jumlah banyak, memindah
batuyang melekat pada mukosa buli dan kemampuannya untuk memindah
batu yang besar dengan sisi kasar. Tetapi kerugian penggunaan teknik ini
adalah pasien merasa nyeri post operasi, lebih lama dirawat di rumah sakit,
dan lebih lama menggunakan kateter.
9
2.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama :-
Umur : Kebanyakan terjadi pada pria diatas 50 tahun.
Jenis Kelamin : Kebanyakan terjadi pada laki-laki dari pada perempuan
No. RM : ZZZZ
Suku :-
Alamat :
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan saat berkemih mendapati nyeri pinggang
dan berdarah.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
C. Pemeriksaan Fisik
1. Suhu
Keadaan suhu tubuh klien vesikothialisis kemungkinan menetap pada suhu
normal 36,5-37,5.
2. Nadi
Jarang terjadi peningkatan, dan rentang nadi normal 60x-100x/ menit.
3. Tekanan darah
Tekanan darah dalam rentang 130/80 mmHg.
4. Respirasi
Respirasi pada klien dengan vesikothialisis masih dalam batas normal 16x-
20x/menit
5. Berat Badan
Berat badan klien yang terkena vesikothialisis dapat menurun berat
badannya dari batas normal BMI akibat dari veskiothialisis yang dapat
menimbulkan mual dan muntah bahkan kehilangan selera makan yang
dikategotrikan sangat kurus < 16,00, kurus < 18,50, normal 18,50-
24,99, kegemukan > = 25,00, obesitas >= 30,00
D. Pemeriksaan Pola
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Kaji definisi sehat menurut pasien, dari mulai pola diet, nutrisi apa saja yang
dipenuhi, gaya hidup seperti apa yang dilakukan selama sehat. Data
pendukung: pemeriksaan fisik umum
2. Pola nutrisi dan metabolisme
11
Kaji kebiasaan makan dan minum sebelum MRS, diet RS, intake makanan,
adanya mual, muntah, kesulitan menelan, keadaan yang mengganggu
nutrisi, status gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh: postur tubuh,
BB, TB, IMT, pengetahuan tentang nutrisi terkait penyakitnya, intake
cairan, tanda-tanda kelebihan cairan, perubahan intake makanan terkait
penyakit, budaya, stress, adanya kelainan psikologis terkait makan. Data
pendukung lain: hasil pemeriksaan system Gastrointestinal, kulit,
rambut, kuku
3. Pola eliminasi
Kaji lebih mendalam keadaan BAK dan BAB pada klien mulai dari obat
yang dikonsumsi , keluhan saat BAK dan BAB, serta karakteristik dari BAK
dan BAB. Data pendukung: Hasil pemeriksaan system genitourinary
4. Pola aktivitas dan latihan
Kaji aktivitas atau pola hidup yang dilakukan oleh klien yaitu seperti
oksigenasi, olahraga, dan ROM. Data pendukung: hasil pemeriksaan
kardiovaskuler, respirasi, muskuloskeletal, neurologi
5. Pola tidur dan istirahat
Kaji kebiasaan pola tidur klien pada saat sebelum masuk rumah sakit,
apakah pernah mengkonsumsi obat-obatan untuk tidur dan kebutuhan jam
tidur klien. Data pendukung: pemeriksaan fisik umum
6. Pola persepsi dan kognitif
Kaji tingkat kesadaran dan fungsi dari panca indera dalam tubuh klien, serta
kemampuan klien untuk berfikir menyelesaikan masalah. Data
pendukung: Hasil pemeriksaan neurologi
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji klien dari pekerjaan yang dikerjakan, situasi dan kondisi di
keluarganya. Data pendukung: pemeriksaan fisik umum
8. Pola peran dan hubungan
Peran pasien dalam keluarga, pekerjaan yang dilakukan klien serta
hubungan dengan masyarakat di lingkungan klien tinggal atau bahkan di
12
E. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisa
1) Warna kuning, coklat atau gelap.
2) pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme
dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah
menyebabkan pengendapan batu asam urat.
3) Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan
batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
4) Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi
dalam proses pembentukan batu saluran kemih.
5) Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah
terjadi hiperekskresi.
b. Darah
1) Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
2) Lekosit terjadi karena infeksi.
13
intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24
jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume
total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta
adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di
dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya
batu kandung kemih pada klien ke getah bening dengan biaya ringan.
Vesikolithiasis
Obstruksi
pengelolaan Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
Sinar laser pembedahan
1. Pre op
2. Intra op
3. Post op
4.
16
4. Melakukan
pemasangan
kateter
sementara,
sesuai dengan
kebutuhan.
nyerinya dengan
tepat
4. Dukung
istirahat/tidur yang
adekuat untuk
membantu
penurunan nyeri
3. Domain 2: Nutrisi, Status Nutrisi (1004) Managemen Nutrisi
Kelas 1. Makan. Tujuan: (1100)
Mempertahankan 1. Kolaborasi
Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi yang dengan ahli gizi
nutrisi kurang dari adekuat untuk
kebutuhan tubuh b.d menentukan
intake cairan yang tidak Kriteria hasil: jumlah kalori dan
terpenuhi d.d mual 1. Mampu nutrisi yang
muntahyang berlebihan. mengidentifikasi dibutuhkan
nutrisi 2. Berikan makanan
2. Tidak adanya tanda yang terpilih
tanda malnutrisi 3. Berikan informasi
3. Tidak terjadi tentang
penurunan berat kebutuhan nutrisi
badan yang berarti
2.5 Evaluasi
Hasil akhir yang diharapkan untuk pasien yaitu:
a. Pasien dapat kembali BAK secara normal
c. Pasien dapat makan kembali secara normal tanpa mual dan muntah
19
1) BAK
a) Sebelum sakit keluarga menyatakan BAK ± 5x/hari dengan warna urine
kuning jernih, dan bau khas dari urin.
b) Saat sakit keluarga mengatakan klien BAK ± 4-5x/hari : ±550cc/BAK, total
BAK ±2.200cc/hari.
2) BAB
a) Sebelum sakit klien BAB ±1x/hari secara rutin.
b) Selama sakit keluarga mengatakan klien BAB 1x dalam 2 hari
Balance cairan :
Total input : 2.877 cc/hari
Total output : 2.200 cc/hari
IWL : BB X 10
: 55kg x 10 = 550cc/hari
Rumus balance cairan : input – (output + IWL)
: 2.877 – (2200 + 550)
: ± 1277 cc
d. Pola Personal Hygine
1) Mandi
a) Sebelum sakit klien mandi secara rutin 2x sehari
b) Saat sakit klien membersihkan diri dengan di lap oleh keluarganya 2x
sehari.
2) Oral hygien
a) Sebelum sakit kelurga menyatakan bahwa klien rajin merawat gigi dengan
memebersihkan dan menyikat gigi baik setelah makan dan saat mandi.
b) Saat sakit keluarga menyatakan bahwa memebersihkan gigi klien 1x/hari
saat pagi hari.
e. Pola istirahat dan tidur
1) Keluarga mengatakan sebelum sakit klien memiliki jam tidur yang baik dan
kurang lebih waktu yang dibutuhkan untuk tidur sehari 6-8 jam.
2) Saat sakit keluarga mengatakan klien sulit tidur dan terbangun di malam hari
untuk berkemih kurang lebih waktu tidur 3-4 jam.
22
D. Status Umum
2. Mata : Pupil bulat isokor (+/+), refleks cahaya (+/+), eksoftalmus tak ada,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
3. Hidung : Tidak ada discharge, tidak ada deviasi septum nasi, tidak ada napas
cuping hidung.
5. Mulut/Gigi : Mukosa tidak anemis, lidah kotor (-), gigi palsu (+), tonsil dalam
batas normal.
7. Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Dinding dada simetris kanan-kiri, retraksi tak ada, ketinggalan gerak
tidak ada.
23
Auskultasi : Suara napas vesikuler di seluruh lapang paru, tidak ada suara
tambahan.
Jantung
8. Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : Supel, kembung (-), defense muscular (-), nyeri tekan (+) di suprapubik
6. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : L 10.5 g/dL
Leukosit : 10090 /uL
Hematokrit : L 32 %
Eritrosit : L 3.9 10^6/uL
Hitung jenis :
24
Basofil : 0.2 %
Eosinofil : L 1,9 %
Batang : L 0.00 %
Segemen : H 81.0 %
Limfosit : L 16.7%
Monosit : 7.9 %
B. Terapi Operati
25
- Merupakan salah satu sumber energi yang cukup kuat untuk menghancurkan batu
kandung kemih
A.2. Litotripsi
A.3. Vesikolitotomi
- Batu buli-buli yang berukuran lebih dari 2,5 cm pada orang dewasa dan
semua ukuran pada anak-anak
A.4. ESWL
- Umumnya dilakukan lebih dari satu kali untuk batu kandung kemih
C. Edukasi
1. Banyak minum air putih lebih dari 8 gelas ukuran sedang per hari.
2. Hindari kebiasaan menahan buang air kecil, buang air kecil normalnya setiap 4
jam atau 6 kali per hari.
Paraf
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi &
Nama
1. Domain 3. Eliminasi dan Tujuan:
Manajemen cairan (4120)
Riz
pertukaran Setelah dilakuakan perawatan selama
1. Jaga intae/asupan yang akurat dan catat Ns R.
Kelas 2. Fungsi urinarius 1 x 24 jam pernafasan pasien optimal
dan bersihan jalan nafas tidak
output
Riz
2. Timbang berat badan setiap hari dan monitor
Retensi urin (00023) terganggu
status pasien. Ns R.
KH:
3. Masukkan kateter urin Riz
4. Monitor status hidrasi
Eliminasi urin (0503) Ns R.
5. Monitor hasil laboratorium yang relevan
1. Pola eliminasi dipertahankan pada
dengan retensi cairan. Riz
skala 5
2. Jumlah urin dipertahankan pada Ns R.
skala 5 Riz
3. Intake cairan dipertahankan pada
Ns R.
skala 5
29
Ketidakseimbanga nutrisi : Setelah dilakuakan perawatan selama perawatan dengan melibatkan klien Riz
kurang dari kebutuhan 1 x 24 jam skala nyeri pasien menurun dengan orang-orang terdekatnya dengan
Ns R.
tubuh (00002) dan pasien menjadi nyaman. tepat.
2. Monitor asupan kalori makanan harian Riz
KH: 3. Sediakan program latihan dibawah
Ns R.
Status nutrisi : asupan makanan observasi yang diperlukan
dan cairan (1008) 4. Timbang beratbadan klien secara rutin
Riz
5. Bangun program perawatan dan follow Ns R.
1. Asupan makanan secara oral pada up.
Riz
skala 5
2. Asupan secara intravena pada skala Ns R.
5
31
2. Selasa / 06 Maret Manajemen Nyeri Melakukan pengkajian nyeri Klien bersedia dan kooperatif Riz
2016/ 08.45 WIB secara komprehensif yang meliputi
Ns R.
lokasi, karakteristik, onset/durasi,
dan frekuensi.
3. Selasa / 06 Maret Manajemen Nyeri Observasi adanya petunjuk Klien berusaha menjelaskan Riz
2016/ 08.45 WIB nonverbal mengenai dengan mengerang
Ns R.
ketidaknyamanan terutama pada
klien yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
32
4. 2Selasa / 06 Februari Manajemen Nyeri Gunakan tindakan pengontrol Klien bersedia dan kooperatif Riz
.2016/ 08.50 WIB nyeri sebelum nyeri bertambah
Ns R.
5. 3Selasa / 06 Maret Ketidakseimbanga nutrisi : Berkolaborasi dengan tim Klien kooperatif. Riz
.2016/ 09.00 WIB kurang dari kebutuhan kesehatan yang lain untuk
Ns R.
tubuh mengembangkan rencana
perawatan dengan melibatkan
klien dengan orang-orang
terdekatnya dengan tepat
6. 4Selasa / 06 Maret Retensi urin Menjaga intake/asupan yang Klien kooperatif. Riz
.2016/ 09.10 WIB akurat dan catat output
Ns R.
8. 6Selasa / 06 Maret Ketidakseimbanga nutrisi : Monitor asupan kalori makanan Klien bersedia dan kooperatif Riz
.2016/ 13.00 WIB kurang dari kebutuhan harian
Ns R.
tubuh
34
BAB 4.PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah di atas adalah:
1. Vesikolitialisis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan
asam urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti
sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih
adalah faktor endogen yang meliputi faktor genetik, familial, hiperkalsiuria,
hipositraturia, hiperurikosuria, dan hiperoksalouria. Faktor ekstrogen
meliputi faktor lingkungan, pekerjaan (sopir) , makanan, infeksi bakteri
(kurang personal hygine) dan kejenuhan mineral dalam air minum.
3. Gejala yang timbul adalah nyeri tekan, buang air kecil kurang lancar, koliks,
adanya pembesaran prostat, demam dan timbul rasa terbakar setelah buang
air kecil.
4. Penatalaksaan dari vesikolitialisis adalah uretroskopi, terapi nutrisi dan
medikasi, penanganan nyeri, Transurethral Cystolitholapaxy: tehnik ini
dilakukan setelah adanya batu, Percutaneus Suprapubic cystolithopaxy, dan
Suprapubic Cystostomy: tehnik ini digunakan untuk memindah batu.
4.2 Saran
4.2.1 Saran bagi Pembaca
DAFTAR PUSTAKA