Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan salah satu tanaman rempah-
rempah asli Indonesia yang daerah produksinya tersebar dari Kepulauan Maluku,
Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Aceh, dan Papua. Pada awal masa perdagangan
(VOC), pala merupakan rempah-rempah yang dicari layaknya emas (Astawan Made,
2008).

Kandungan yang terdapat dalam biji pala di antaranya adalah minyak atsiri rata-rata
10%, minyak kental yang terdiri dari asam palmetik, sterik dan miristik sebanyak 25-
30%. Minyak pala mengandung 88% monolepen. Pala juga mengandung30 karbohidrat
dan ±6% protein. Sedangkan untuk kandungan alkohol seperti eugenol, metieugenol
dan lain-lain sebanyak ±4-8%. Selain itu, biji buah pala juga mengandung antioksidan
(Hilman, 1964)

Trimiristin merupakan suatu trigliserida yang banyak terkandung dalam biji buah
pala (Miristica fragrans). Isolasi trimiristin ini dapat dijadikan suatu contoh
sederhana dari isolasi senyawa bahan alam yang biasanya memakan waktu dan
sangat rumit, karena sering tercampur dengan senyawa-senyawa sejenis di
dalamnya. Kandungan trimiristin dalam biji pala cukup tinggi sehingga bisa
diperoleh dengan cara ekstraksi eter yang sederhana dan kristalisasi (Miller, 1980).

Dilihat dari banyaknya manfaat dan kegunaan pala, terutama kandungan senyawa
trimiristin yang terkandung dalam biji pala sehingga hal inilah yang
melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini untuk mengetahui metode isolasi
trimiristin biji pala dengan cara ekstraksi dan kristalisasi.
1.2 Tujuan pecobaan
Mempelajari cara mengisolasi trimiristin dari biji pala.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pala

Menurut Hasanah, (2011), berikut sistematika tumbuhan pala:

Gambar 2.1 Pala (Myristica Fragans Houtt)

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophya

Sub-Divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyletydoneae

Ordo : Magnoliales

Famili : Myrtaceae

Genus : Myristica

Species : Mirystica fragrans

Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh baik
di daerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam Familia Myristicaceae,
yang mempunnyai sekitar 200 spesies. Tanaman ini jika pertumbuhannya
baik dan tumbuh di lingkungan terbuka, tajuknya akan rindang dan
ketinggiannya dapat mencapai 15 - 18 meter. Tajuk pohon ini bentuknya
meruncing ke atas dan puncak tajuknya tumpul (Sunanto, 1993).

Biji buah pala merupakan biji dari tumbuhan-tumbuhan yang kaya akan
trigliserida yaitu asam lemak ester gliserol dan asam miristisin, yang
disebut trimiristin. Biji buah pala kering biasanya mengandung trimiristin
sebanyak 25-30% (Winarno, 1991)

2.2 Trimiristin

Trimiristin merupakan suatu trigliserida yang banyak terkandung dalam biji buah
pala ( miristica fragrans). Isolasi trimiristin ini dapat dijadikan suatu contoh
sederhana dari isolasi senyawa bahan alam yang biasanya memakan waktu dan
sangat rumit, karena sering tercampur dengan senyawa-senyawa sejenis di
dalamnya. Kandungan trimiristin dalam biji pala cukup tinggi sehingga bisa
diperoleh dengan cara ekstraksi eter yang sederhana dan kristalisasi (Miller, 1980).

Gambar 2.2 Struktur trimiristin

Trimiristin merupakan salah satu senyawa bahan alam golongan lemak yang
ditemukan pada biji buah pala (myristica fragrans). Trimiristin yang terkandung
dalam biji buah pala merupakan lemak yang juga dapat ditemukan beberapa jenis
sayuran yang kaya akan minyak dan lemak terutama pada biji-bijian. Trimiristin
merupakan bentuk kental dan tidak berwarna serta tidak larut dalam air. Beberapa
perbedaan trigliserida mungkin karena gliserol mempunyai tiga fungsi. Fungsi
hidroksil dan juga mengandung lemak alami yang mempunyai rantai panjang dan
sejumlah ikatan rangkap yang berhubungan satu sama lain. Trimiristin terkandung
sekitar 25% dari berat kering biji buah pala. Isolasi trimiristin (ester) dan miristat
(turunan fenil propanon) yang merupakan dua produk utama dari buah pala
dilakukan dengan ekstraksi kloroform. Trimiristin padat dicampur dengan alkali,
menghasilkan asam miristat. Miristat dimurnikan dengan kromatografi kolom dan
evaporasi bertingkat. Isolasi trimiristin dari biji buah pala yang paling baik adalah
dengan cara ekstraksi eter dengan alat refluks dan residunya dihabiskan dengan
aseton. Selain itu senyawa trimiristin tidak banyak bercampur dengan ester lain
yang sejenis (Wilcox, 1995).

Bila trimiristin dihidrolisis, maka akan terbentuk asam miristat dan gliserol. Reaksi
hidrolisis dapat berlangsung dalam suasana asam atau basa, dimana hidrolisis
dapat dilakukan dengan alkohol. Trimiristin adalah trigliserida yang tidak
memiliki ikatan rangkap sehingga strukturnya teratur dan mampat (Miller, 1980).

Menurut wilcox (1995), sifat-sifat dari trimiristin yaitu sebagai berikut:

1. Berbentuk kristal putih

2. Berat molekulnya 723,18 g/mol

3. Titik leburnya 56.5ºC

4. Titik didihnya 311ºC

5. Tidak larut dalam air

6. Larut dalam alkohol, eter, kloroform dan benzena


2.3 Kloroform
Kloroform (CHCL3) memiliki sifat tidak mudah terbakar, sangat mudah menguap,
memiliki rasa yang manis dan bau yang khas. Kloroform dapat digunakan sebagai
pelarut untuk lemak, minyak, karet, alkaloid, lilin, gutta percha, resin dan sebagai
cleansing agent. Kloroform berbahaya bila dihirup pada dosis tinggi karena dapat
menyebabkan hipotensi, gangguan pernafasan dan miokardial dan bahkan
kematian (Merck, 1999).

Kloroform mendidih pada suhu 61,7oC dan larut dengan mudah pada etanol dan
eter tetapi tidak dapat bercampur dengan air. Kloroform dihasilkan dengan
mereaksikan klorin dengan etanol dan dengan mereduksi karbon tetraklorida
(CCl4). Kloroform dahulu dimanfaatkan sebagai obat bius saat proses
pembedahan namun saat ini sudah digantikan dengan bahan yang lebih tidak
beracun, obat bius yang lebih aman yaitu eter. Secara kimia, kloroform digunakan
sebagai pelarut lemak, alkaloid, iodin dan bahan lainnya. Ketika kloroform terbuka
di udara dan terkena sinar matahari maka kloroform akan berubah menjadi gas

yang beracun (Delvia, 2006).

Gambar 2.3 struktrur kloroform

2.4 Ektraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel
dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan
tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu
dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama
(Agoes G, 2007).

Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada titik didih
pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya
pendingin balik (kondensor). Pada umumnya dilakukan tiga sampai lima kali
pengulangan proses pada rafinat pertama. Kelebihan metode refluks adalah
padatan yang memiliki tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung dapat
diekstrak dengan metode ini. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan jumlah
pelarut yang banyak (Irawan, 2010).

Refluks merupakan teknik laboratorium dengan cara mendidihkan cairan dalam


wadah yang disambungkan dengan kondensor sehingga cairan terus menerus
kembali kedalam wadah. Teknik ini digunakan untuk melaksanakan reaksi dalam
waktu lama, semisal sintesis organik. Prinsip isolasi trimiristin (Ester) dan miristat
adalah dua produk buah pala yang dilakukan dengan ekstraksi kloroform, senyawa
ini dipisahkan dengan pemisahan residu dan filtratnya. Trimiristin dapat dicampur
dengan alkali menghasilkan asam miristat. Miristat dimurnikan dengan
kromatografi kolom dan evaporasi. Rekristalisasi hanyalah sebuah proses lanjutan
dari kristalisasi. Rekristalisasi hanya efektif apabila digunakan pelarut yang tepat.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut yang cocok
untuk kristalisasi dan rekristalisasi. Pelarut yang baik adalah pelarut yang akan
melarutkan jumlah zat yang agak besar pada suhu tinggi, namun akan melarutkan
dengan jumlah sedikit pada suhu rendah dan harus mudah dipisahkan dari kristal
zat yang dimurnikan. Selain itu, pelarut tidak bereaksi dengan zat yang akan
dimurnikan dengan cara apapun (Fieser, 1957).
2.5 Kristalisasi
Kristalisasi adalah suatu proses pembentukan kristal dari larutannya dan kristal
yang dihasilkan dapat dipisahkan secara mekanik. Kristalisasi merupakan
peristiwa pembentukan partikel-partikel zat padat dalam suatu fase homogen.
Kristalisasi dari larutan dapat terjadi jika padatan terlarut dalam keadaan berlebih
(di luar kesetimbangan), maka sistem akan mencapai kesetimbangan dengan cara
mengkristalkan padatan terlarut (Dewi dan Ali, 2003).

Kristalisasi senyawa dalam larutan langsung pada permukaan transfer panas


dimana kerak terbentuk memerlukan tiga faktor simultan yaitu konsentrasi lewat
jenuh (supersaturation), nukleasi (terbentuknya inti kristal) dan waktu kontak
yang memadai. Pada saat terjadi penguapan, kondisi jenuh (saturation) dan
kondisi lewat jenuh (supersaturation) dicapai secara simultan melalui pemekatan
larutan dan penurunan daya larut setimbang saat kenaikan suhu menjadi suhu
penguapan. Pembentukan inti kristal terjadi saat larutan jenuh, kemudian sewaktu
larutan melewati kondisi lewat jenuh beberapa molekul akan bergabung
membentuk inti kristal. Inti kristal ini akan terlarut bila ukurannya lebih kecil dari
ukuran partikel kritis (inti kritis), sementara itu kristal-kristal akan berkembang
bila ukurannya lebih besar dari partikel kritis. Apabila ukuran inti kristal menjadi
lebih besar dari inti kritis, maka akan terjadi pertumbuhan Kristal (Zeiher et al.,
2003).
BAB III

METEDOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu - Kamis, 21 - 22 Maret 2018 pukul
15.00 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Kimia Organik Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako Palu.

3.2 Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu serbuk biji pala, ethanol
96%, kloroform, kertas saring, aluminium foil, tisu, dan kalsium klorida.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Erlenmeyer 500 mL,
gelas ukur 100 mL, corong kaca, pipet tetes, neraca analitik, batang pengaduk,
rotary vakum evaporator, seperangkat alat refluks, blender, labu alas bulat 250 ml
dan 1000 ml.

3.3 Prosedur Kerja


Mula-mula menimbang biji pala dalam bentuk bubuk sebanyak 15 gram dengan
menggunakan neraca analitik kemudian memasukkannya ke dalam labu alas bulat,
lalu menambahkan kloroform sebanyak 200 mL. Selanjutnya, merefluks campuran
selama 90 menit, lalu menyaring campuran tersebut dan menambahkan kalsium
klorida ke dalam filtrat yang dihasilkan. Kemudian menyaring kembali campuran
tersebut dan menguapkan pelarut kloroform secara vakum menggunakan rotari
vakum evaporator. Melarutkan residu yang diperoleh dengan etanol 95 %
sebanyak 200 mL, kemudian mendinginkan selama 24 jam. Menyaring kristal
yang terbentuk dan menentukan rendemennya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Hasil


1. 15 gram biji pala (bubuk) + 200 Larutan berwarna coklat
mL kloroform
2. Campuran direfluks selama 90 Larutan berwarna kuning
menit lalu disaring fitratnya + kemerahan dan CaCl tidak larut.
CaCl-2-hidrat
3. Larutan disaring kembali dan di Berwarna kuning kecoklatan dan
rotary kental.
4. Residu yang diperoleh + 200 mL Berwarna kuning dan terdapat
etanol lau didinginkan 24 jam endapan putih.
5. Kristal yang terbentuk disaring Berat kertas saring = 0,462 gram
lalu dikeringkan dengan corong Berat rendemen = 4,708 gram
bucher lalu ditimbang

4.2 Analisa Data


 Diketahui: Berat kertas saring = 0,462 gram
Berat rendemen = 4,708 gram
 Ditanya: % Rendemen biji buah pala…?
 Penyelesaian:
Berat kristal = Berat rendemen – kertas saring
= 4,708 gram - 0,462 gram
= 4,246 gram

berat kristal
Rendemen = x 100%
massa lada hitam
4,246 gram
= x 100%
15 gram
= 28,3067 %
4.3 Pembahasan

Trimiristin merupakan salah satu senyawa bahan alam golongan lemak yang
ditemukan pada biji buah pala (Myristica fragrans). Trimiristin merupakan bentuk
kental dan tidak berwarna serta tidak larut dalam air. Isolasi trimiristin kandungan
utama biji pala, dilakukan dengan cara ekstraksi dengan kloroform. Isolasi
trimiristin dari biji buah pala yang paling baik adalah dengan cara ekstraksi eter
dengan alat refluks dan residunya dihabiskan dengan aseton (Wilcox, 1995).

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari cara isolasi trimiristin dari biji pala.
Pada percobaan ini digunakan biji pala yang telah dihaluskan terlebih dahulu. Hal
ini dilakukan agar zat-zat yang terkandung dalam biji pala mudah larut dalam
pelarut, karena semakin halus serbuk maka semakin luas permukaan sentuh antara
pelarut dengan sampel sehingga akan semakin besar kontak dengan pelarut yang
digunakan. Biji pala yang telah halus dilarutkan dengan kloroform.

Pada percobaan ini digunakan biji pala yang telah dihaluskan terlebih dahulu. Hal
ini dilakukan agar zat-zat yang terkandung dalam biji pala mudah larut dalam
pelarut, karena semakin halus serbuk maka semakin luas permukaan sentuh antara
pelarut dengan sampel sehingga akan semakin besar kontak dengan pelarut yang
digunakan. Biji pala yang telah halus dilarutkan dengan kloroform. Penggunaan
kloroform sebagai pelarut untuk lemak yang bersifat non polar, dimana senyawa
trimiristin merupakan suatu lemak sehingga hanya dapat larut dalam pelarut
kloroform. Menurut Wilcox (1995), trimiristin merupakan ester yang larut dalam
alkohol, eter, kloroform, dan benzena. Trimiristin merupakan suatu gliserida (ester
lemak) yang terbentuk dari gliserol dan asam miristat. Gliserida ini terkandung
dalam buah pala (Myrictica fragrans) yang bersifat non polar dengan kadar yang
tinggi tanpa banyak bercampur dengan ester-ester yang lain, maka dapat
diekstraksi dengan menggunakan pelarut non polar seperti kloroform. Selain itu
titik didih kloroform juga sangat rendah yaitu 61,2oC sedangkan titik didih
trimiristin adalah 311oC sehingga pada proses pemisahan antara pelarut
(kloroform) dengan trimiristin dapat mudah dilakukan. Selanjutnya campuran
direfluks bertujuan agar serbuk pala dan kloroform tercampur sempurna. Prinsip
kerja dari refluks yaitu mempertahankan reaksi dalam waktu lama dengan
pemanasan dan pengembunan uap, serta menjaga kestabilan suhu di bawah titik
didih pelarut. Dalam proses refluks terjadi pertahanan reaksi dalam jangka waktu
lama yaitu dengan memanaskan dan mengembunkan uap kloroform dan uapnya
akan kembali ke erlenmeyer asal. Pada alat refluks digunakan kondensor untuk
mendinginkan kloroform agar tidak menguap. Kelebihan refluks ialah senyawa
yang akan diisolasi dapat diperoleh dengan maksimal, tidak ada senyawa yang
hilang karena uapnya didinginkan oleh kondensor dan prosesnya mudah dan
sederhana.

Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan kertas saring kemudian filtrat yang


diperoleh ditambahkan CaCl2 anhidrat yang berfungsi untuk mengikat air.
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan residu (ampas serbuk pala) dengan
filtrat yang berwarna kuning, yang merupakan campuran kloroform dan trimiristin.
Menurut Wilcox (1995), senyawa anhidrat dapat digunakan sebagai senyawa
pengikar molekul air pada isolasi senyawa bahan alam, agar didapatkan hasil yang
murni.

Pelarut kloroform dipisahkan dari trimiristin dengan cara penguapan dengan


menggunakan rotary vakum evaporator. Dalam evaporator akan terjadi pemisahan
ekstrak dari pelarutnya (kloroform) dengan prinsip pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan pelarut
kloroform akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi
molekul-molekul cairan pelarut kloroform murni yang ditampung dalam labu alas
bulat sebagai penampung pelarut.Karena titik didih kloroform lebih rendah dari
trimiristin yaitu 61-620C maka kloroform menguap terlebih dahulu sehingga
kloroform dan trimiristin dapat dipisahkan.

Residu yang diperoleh dilarutkan dengan etanol 96%. Hal ini bertujuan karena
etanol memiliki kemampuan untuk mengikat zat-zat pengotor yang masih terdapat
dalam suatu senyawa, misalnya dalam hal ini trimiristin, sehingga pada akhirnya
diperoleh trimiristin yang benar-benar murni. Menurut Iryanti (2012), Etanol
berfungsi untuk melarutkan bahan-bahan anorganik yang tidak larut dalam air dan
mengikat zat pengotor yang bersifat polar. Larutan didiamkan sampai terbentuk
kristal. Kristal yang telah terbentuk diperoleh berbentuk jarum. yang merupakan
ciri khas kristal trimiristin.

Trimiristin dipisahkan dari filtratnya menggunakan kertas saring, kemudian di


keringkan dengan oven. Rendemen yang didapat adalah 28,3067 % dengan berat
kristal 4,246 gram. Disamping itu, kadar trimiristin yang terkandung pada biji buah
pala cukup tinggi yaitu antara 20-25%dari berat kering biji pala (Wilcox,1995).
Rendemen yang didapat dipengaruhi oleh serbuk trimiristin yang masih memilki
zat pengotor atau bahan pengotornya masih ada dalam trimiristin tersebut.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan yaitu :

1. Trimiristin merupakan suatu trigliserida yang banyak terkandung dalam biji


buah pala ( miristica fragrans).
2. Isolasi trimiristin dari biji pala dapat dilakukan dengan cara ekstraksi dengan
kloroform, kemudian dipisahkan dengan penguapan pelarut menggunakan
vakum rotary evaporator dan residu yang diperoleh dilarutkan menggunakan
pelarut etanol 95 % sehingga berbentuk kristal.
3. Rendemen yang diperoleh sebesar 27,07 % dengan berat Kristal 8,122 gram.

5.2 Saran

Saran yang dapat saya berikan yaitu sebaiknya alat dalam laboratorium di lengkapi
kembali sehingga tidak akan menghambat jalannya praktikum.

Anda mungkin juga menyukai