Anda di halaman 1dari 16

Standar bagi pekerjaan auditor dalam

memenuhi tujuan keseluruhan auditor.

Mengatur tanggung
Sifat SA jawab umum auditor.

Mengatur pertimbangan lebih


lanjut auditor dalam hal-hal
tertentu.

Mengatur ruang lingkup, tanggal


berlaku efektif, dan keterbatasan
tertentu.

Tidak mengesampingkan peraturan


perundang-undangan atau regulasi
yang berlaku.

Memungkinkan pelaksanaan SA dan


standar audit suatu yurisdiksi
atau negara tertentu secara
bersamaan.

Pertimbangan
Spesifik bagi Audit
Tanggung jawab auditor sektor
Sektor Publik publik dapat dipengaruhi oleh
mandat audit atau kewajiban
entitas sektor publik.

Tanggung jawab tambahan tersebut


mungkin diatur dalam standar
profesi yang ditetapkan oleh
organisasi audit sektor publik,
atau dalam pedoman yang
ditetapkan oleh organisasi audit
pemerintah.

Materi pendahuluan (Tujuan dan


Isi SA ruang lingkup SA, Hal pokok SA,
Tanggung jawab, Konteks penetapan
SA)
Merencanakan audit,
sehingga audit dapat Tujuan dan ketentuan
dilaksanakan secara
efektif;
Panduan, berupa materi
penerapan dan penjelasan
Dalam menghadapi keterbatasan waktu dan keseimbangan lain
Mengarahkan audit ke area yang paling
diduga mengandung risiko kesalahan
antara Manfaat dan Biaya perlu melakukan:
10. PELAKSANAAN SUATU
penyajian material, baik yang AUDIT BERDASARKAN SA Lampiran
disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan Daftar terminologi
9. KETEPATAN WAKTU a. Transaksi sederhana/tidak rumit
Menggunakan pengujian dan cara lainnya
dalam memeriksa populasi untuk PELAPORAN KEUANGAN DAN b. Pencatatan sederhana

kesalahan penyajian.
KESEIMBANGAN ANTARA Pertimbangan Spesifik bagi Entitas yang Lebih Kecil c. Sedikit lini bisnis dan produk

MANFAAT DAN BIAYA d. Sedikit pengendalian internal


e. Sedikit tingkatan manajemen, tanggung jawab
Memiliki suatu basis untuk mengidentifikasi dan menilai risiko pengendalian yang luas
kesalahan penyajian material f. Sedikit personel, ruang lingkup tugas yang luas

Menggunakan pengujian dan cara Perencanaan dan pelaksanaan


lainnya dalam memeriksa populasi audit, dan mengharuskan Untuk mengarahkan auditor pada
auditor untuk: hasil yang dikehendaki oleh SA.

Tujuan yang Dinyatakan dalam setiap SA Secara spesifik, untuk membantu auditor dalam: memahami
apa yang akan dicapai; cara yang tepat untuk mencapainya;
dan memutuskan apakah diperlukan prosedur tambahan sesuai
dengan kondisi yang ada
Sifat pelaporan
keuangan;
Timbul dari: Ketentuan SA dirancang untuk memungkinkan auditor dalam
Sifat prosedur mencapai tujuan pada SA dan tujuan keseluruhan auditor.
audit;
menyebabkan hampir semua bukti audit yang Penggunaan Tujuan SA untuk Menentukan Kebutuhan
menjadi basis bagi auditor dalam menarik Prosedur Audit Tambahan Kondisi perikatan audit bervariasi dan seluruh kondisi yang tidak
Kebutuhan agar audit dilaksanakan dalam kesimpulan dan menyatakan opini merupakan bukti dapat diantisipasi mungkin mengharuskan auditor untuk melaksanakan
jangka waktu dan biaya yang wajar. yang bersifat persuasif bukan konklusif. prosedur audit selain yang diharuskan oleh SA (untuk mencapai tujuan
yang dinyatakan dalam SA).

Kecurangan Menggunakan tujuan SA untuk mengevaluasi apakah


bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh
Eksistensi dan kelengkapan hubungan dan
akan berdampak
signifikan dalam hal
8. KETERBATASAN Penggunaan Tujuan untuk Mengevaluasi Kecukupan dan
dalam konteks tujuan keseluruhan auditor.
transaksi pihak berelasi.
asersi sbb: INHEREN DALAM Ketepatan Bukti Audit yang telah Diperoleh

Keterjadian atas ketidakpatuhan terhadap SUATU AUDIT Jika auditor menyimpulkan bahwa bukti audit tidak cukup dan tidak tepat,
auditor dapat mengambil satu atau lebih pendekatan: Mengevaluasi apakah
peraturan perundangan-undangan dan Suatu SA belum tentu bukti audit lebih lanjut yang relevan, telah atau akan diperoleh; Memperluas
regulasi. Lihat SA 25024 untuk relevan dengan pekerjaan yang telah dilakukan dalam menerapkan satu atau lebih ketentuan
pembahasan lebih lanjut. kondisi perikatan. SA; Melaksanakan prosedur lain.

Kepatuhan Terhadap Ketentuan yang Relevan


Peristiwa atau kondisi masa depan yang SA yang relevan, dapat berisi
dapat menyebabkan suatu entitas tidak dapat ketentuan bersyarat, bersifat
melanjutkan kelangsungan usahanya eksplisit dan implisit.

SA 230 menetapkan ketentuan dokumentasi dalam


manajemen atau pihak lain tidak memberikan informasi yang
lengkap dan relevan dengan penyusunan laporan keuangan
atau yang telah diminta oleh auditor.
SA 200 Penyimpangan dari suatu Ketentuan
kondisi luar biasa ketika auditor menyimpang
dari ketentuan yang relevan.

SA tidak mengharuskan kepatuhan terhadap suatu


Adanya tindakan yang terorganisasi dengan rapi dalam Keterbatasan-keterbatasan ketentuan yang tidak relevan dengan kondisi
rangka menutupi kecurangan sehingga pengumpulan bukti auditor untuk mendapat audit
tidak efektif dan bukti tidak berfungsi dalam bukti audit:
mendeteksi kesalahan.

a. Menghalangi auditor dalam


auditor tidak diberi kekuasaan hukum mematuhi ketentuan suatu SA
khusus, seperti kekuasaan untuk melakukan yang relevan.
penggeledahan yang mungkin diperlukan Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material,
untuk suatu investigasi Kegagalan untuk Mencapai Tujuan baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan,
b. Menyebabkan auditor tidak dapat atau berdasarkan suatu pemahaman atas entitas dan lingkungannya,
tidak mungkin melaksanakan prosedur termasuk pengendalian internal entitas
audit tambahan atau memperoleh bukti
audit lebih lanjut Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah
terdapat kesalahan penyajian material, melalui perancangan dan
Tanggung jawab keseluruhan auditor penerapan respons yang tepat terhadap risiko yang dinilai
Ada kemungkinan mempunyai hubungan terbalik antara tingkat Merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan
risiko deteksi yang dapat diterima dan risiko kesalahan kesimpulan yang ditarik dari bukti audit yang diperoleh
penyajian material yang dinilai pada tingkat asersi. (Makin tinggi
risiko kesalahan penyajian material yang diyakini ada oleh
auditor, makin rendah risiko deteksi yang dapat diterima)
Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan
keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian
Tujuan keseluruhan auditor material
Risiko deteksi hanya dapat dikurangi, bukan dihilangkan ,
karena adanya keterbatasan inheren dalam suatu audit. 7. RISIKO DETEKSI Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya
Oleh karena itu, sebagian risiko deteksi akan selalu ada. sebagaimana ditentukan oleh SA berdasarkan temuan auditor
1. RUANG LINGKUP SA
perencanaan yang
memadai
Sifat dan ruang lingkup suatu audit
penugasan personel yang tepat ke dalam tim
perikatan Faktor yang meningkatkan efektifitas dan
kualitas prosedur serta hasil audit:
Ruang Lingkup Audit (Ref: Para. 3): Opini auditor atas laporan keuangan menyatakan
penerapan skeptisisme professional apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku

supervisi dan reviu atas pekerjaan audit yang


telah dilaksanakan Manajemen bertanggung jawab menyusun laporan keuangan
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku,
termasuk, jika relevan, penyajian wajar laporan keuangan
2. AUDIT ATAS Penyusunan
Menetapkan dan menjalankan pengendalian internal yang
LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan
(Ref: Para. 4): dipandang perlu untuk memungkinkan penyusunan laporan
keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material

Menyediakan akses dan informasi tambahan kepada auditor


Risiko inherent: kerentanan suatu saldo akun atau golongan untuk tujuan audit
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi
bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Seperti
perhitungan yang kompleks, angka yang berasal dari estimasi dan
faktor eksternal. Kerangka penyajian wajar
1. Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku :
Kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan oleh
Risiko Pengendalian: risiko yang muncul akibat desain dari
pengendalian internal karena sebaik apapun sistem pengendalian
6. RISIKO AUDIT : manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung Kerangka pelaporan
jawab atas tata kelola keuangan Kerangka kepatuhan.
internal, risiko kesalahan penyajian material akan tetap ada. Seperti Risiko tingkat asersi untuk
kelalaian dalam pencatatan atau penyalahgunaan wewenang golongan transaksi saldo akun
jabatan. 2. Bukti audit: Informasi yang digunakan oleh
dan pengungkapan digunakan Adalah informasi yang mendukung auditor dalam mencapai kesimpulan yang
untuk menentukan sifat, saat atau menentang asersi manajemen mendasari opini auditor.
dan prosedur audit yang akan
3. DEFINISI
digunakan.
Diperoleh oleh auditor selama prosedur audit 5. BUKTI AUDIT 3. Risiko audit: kondisi dimana opini audit yang tidak tepat Laporan posisi keuangan
atau dikumpulkan dari sumber lain seperti audit ketika laporan keuangan mengandung kesalahan
sebelumnya, prosedur pengendalian mutu, penyajian material.
Laporan laba rugi
informasi oleh pakar dll
komprehensif
4. Auditor: orang atau orang-orang yang
melaksanakan audit. Dapat berupa perikatan,
Kecukupan (kuantitas) dan Ketetapan anggota tim perikatan, atau KAP (sektor public) Laporan perubahan ekuitas
(kualitas) bukti saling berhubungan
5. Laporan keuangan: Representasi terstruktur atas
Definisi suatu set
Risiko tingkat laporan keuangan informasi keuangan historis Laporan arus kas
laporan keuangan
secara keseluruhan menggambarkan lengkap, mencakup
risiko yang berdampak luas. 6. Informasi keuangan historis: Informasi yang yang
dihasilkan oleh sistem akuntansi entitas, mencerminkan Catatan atas laporan
peristiwa ekonomi yang terjadi pada periode lalu keuangan

(a) Integritas; 7. Manajemen: Orang atau orang-orang dengan tanggung


jawab eksekutif untuk melaksanakan kegiatan entitas. Pertimbangan Spesifik dalam Audit Sektor Publik: premis, berkaitan dengan tanggung
(b) Objektivitas; Bagian A: Ketentuan etika yang jawab manajemen yang melandasi pelaksanaan suatu audit atas laporan keuangan
(c) Kompetensi dan kecermatan profesional; relevan tercantum dalam entitas sektor publik, dapat mencakup tanggung jawab tambahan
Kode Etik Profesi Akuntan
(d) Kerahasiaan; dan 8. Kesalahan penyajian (mengacu pada risiko kesalahan penyajian
Publik yang ditetapkan oleh
material): Selisih atas angka, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan Bentuk Opini Auditor (Ref: Para. 8): Opini yang dinyatakan
(e) Perilaku profesional. Institut Akuntan Publik
suatu pos laporan keuangan, antara yang dilaporkan dalam laporan oleh auditor adalah tentang apakah laporan keuangan
Indonesia (IAPI)
keuangan dengan yang seharusnya menurut kerangka pelaporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
yang berlaku kerangka pelaporan keuangan yang berlaku

Bagian B: memberikan ilustrasi bagaimana kerangka konseptual 9. Premis: tanggung jawab manajemen yang melandasi
diterapkan dalam situasi tertentu. pelaksanaan suatu audit

sikap mempertanyakan bukti audit yang 10. Pertimbangan profesional : Penerapan pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman
kontradiktif yang relevan, dalam konteks standar audit, akuntansi, dan etika, dalam membuat
mencakup
keputusan yang diinformasikan tentang tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi
dalam perikatan audit
keandalan dokumen dan respons terhadap
pertanyaan, dan
11. Skeptisisme profesional: Suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang
informasi lain yang diperoleh dari
4. KETENTUAN ETIKA YANG selalu mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan
kemungkinan kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh kecurangan
manajemen dan pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola. Skeptisisme Profesional
BERKAITAN DENGAN AUDIT maupun kesalahan, dan suatu penilaian penting atas bukti audit
ATAS LAPORAN KEUANGAN 12. Keyakinan memada i: Dalam konteks suatu audit atas
laporan keuangan, suatu tingkat keyakinan tinggi, tetapi
bukan tingkat keyakinan absolut.
•Bukti audit yang bertentangan dengan
bukti audit lain yang diperoleh.
13. Risiko kesalahan penyajian material (mengacu pada
• Informasi yang menimbulkan pertanyaan
risiko audit) : Risiko bahwa laporan keuangan mengandung
tentang keandalan dokumen dan respons kesalahan penyajian material sebelum dilakukan audit.
terhadap permintaan keterangan yang meliputi
digunakan sebagai bukti audit. kewaspadaan
terhadap 14. Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola: Orang atau orang-orang, atau
• Keadaan yang mengindikasikan adanya organisasi (sebagai contoh: suatu wali amanat korporasi), dengan tanggung jawab
kemungkinan kecurangan. untuk mengawasi arah strategis entitas dan kewajiban yang terkait dengan
• Kondisi yang menyarankan perlunya akuntabilitas entitas.
prosedur audit tambahan selain prosedur
yang disyaratkan oleh SA

15. Entitas dengan Kepentingan Publik : Seluruh Emiten dan setiap entitas
yang didefinisikan oleh regulasi atau legislasi sebagai Entitas dengan
• Kegagalan dalam melihat kondisi-kondisi tidak lazim. Kepentingan Publik atau yang terhadapnya diterapkan suatu audit dengan
• Terlalu menyamaratakan kesimpulan ketika Untuk mengurangi
menggunakan ketentuan independensi yang sama seperti audit yang dilakukan
menarik kesimpulan tersebut dari observasi audit. risiko, seperti terhadap Emiten menurut regulasi atau legislasi
• Menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam
menetapkan sifat, saat, dan luas prosedur. 16. Emiten: Entitas yang efeknya terdaftar dan
diperdagangkan suatu bursa efek yang diakui

• Materialitas dan risiko audit.

• Sifat, saat, dan luas prosedur audit yang digunakan.

• Pengevaluasian tentang apakah bukti audit Pertimbangan Profesional


yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan
apakah pengevaluasian lebih lanjut dibutuhkan.
• Penarikan kesimpulan berdasarkan bukti audit yang diperoleh,
sebagai contoh, penilaian atas kewajaran estimasi yang dibuat
oleh manajemen dalam menyusun laporan keuangan.
STANDAR AUDIT (SA) 200
TUJUAN KESELURUHAN AUDITOR INDEPENDEN DAN
PELAKSANAAN AUDIT BERDASARKAN STANDAR AUDIT
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN SA
1. Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain
Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.)
2. Standar Audit (“SA”) ini mengatur tanggung jawab keseluruhan auditor independen ketika
melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan SA.
3. Tanggung jawab keseluruhan auditor mencakup:
a. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan, berdasarkan suatu pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas
b. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah terdapat kesalahan
penyajian material, melalui perancangan dan penerapan respons yang tepat terhadap
risiko yang dinilai
c. Merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan kesimpulan yang ditarik dari
bukti audit yang diperoleh
4. Tujuan keseluruhan auditor adalah:
a. Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material
b. Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya sebagaimana ditentukan
oleh SA berdasarkan temuan auditor
DEFINISI
1. Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku: Kerangka pelaporan keuangan yang
diterapkan oleh manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola, dalam penyusunan laporan keuangan yang dapat diterima dari sudut pandang sifat
entitas dan tujuan laporan keuangan, atau yang diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan atau regulasi. digunakan untuk menyebut suatu kerangka pelaporan keuangan
yang mengharuskan kepatuhan terhadap ketentuan kerangka dan:
a. Mengakui secara eksplisit atau implisit bahwa untuk mencapai penyajian wajar laporan
keuangan, manajemen mungkin perlu menyediakan pengungkapan yang melampaui
pengungkapan yang secara khusus diharuskan oleh kerangka; atau
b. Mengakui secara eksplisit bahwa manajemen mungkin perlu untuk menyimpang dari
suatu ketentuan kerangka untuk mencapai penyajian wajar laporan keuangan.
Penyimpangan tersebut hanya terjadi dalam kondisi yang sangat jarang. Terminologi
“kerangka kepatuhan” digunakan untuk menyebut suatu kerangka pelaporan keuangan
yang mengharuskan kepatuhan terhadap ketentuan kerangka, tetapi tidak mengandung
pengakuan dalam butir (i) atau (ii) tersebut di atas.
2. Bukti audit: Informasi yang digunakan oleh auditor dalam mencapai kesimpulan yang
mendasari opini auditor. Dua faktor penting bukti audit adalah kecukupan bukti audit
(kuantitas) dan ketepatan bukti audit (kualitas)

1
3. Risiko audit: kondisi dimana opini audit yang tidak tepat ketika laporan keuangan
mengandung kesalahan penyajian material. Risiko audit dapat berupa kesalahan penyajian
material dan risiko deteksi (Risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan oleh auditor untuk
menurunkan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima tidak akan mendeteksi suatu
kesalahan penyajian yang ada dan yang mungkin material, baik secara individual maupun
secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya.
4. Auditor: orang atau orang-orang yang melaksanakan audit. Dapat berupa perikatan,
anggota tim perikatan, atau KAP (sektor public).
5. Laporan keuangan: Representasi terstruktur atas informasi keuangan historis, Umumnya,
terminologi “laporan keuangan” mengacu pada suatu set laporan keuangan lengkap
sebagaimana ditentukan oleh kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, tetapi dapat juga
mengacu pada suatu laporan keuangan tunggal.
6. Informasi keuangan historis: Informasi yang yang dihasilkan oleh sistem akuntansi
entitas, mencerminkan peristiwa ekonomi yang terjadi pada periode lalu atau kondisi
ekonomi pada tanggal tertentu di masa lalu.
7. Manajemen: Orang atau orang-orang dengan tanggung jawab eksekutif untuk
melaksanakan kegiatan entitas. Untuk beberapa entitas di beberapa yurisdiksi, manajemen
mencakup beberapa atau seluruh individu yang bertanggung jawab atas tata kelola, sebagai
contoh, anggota eksekutif Dewan Komisaris atau Komite Audit, atau seorang pemilik-
pengelola.
8. Kesalahan penyajian (mengacu pada risiko kesalahan penyajian material): Selisih atas
angka, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan suatu pos laporan keuangan, antara
yang dilaporkan dalam laporan keuangan dengan yang seharusnya menurut kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Kesalahan penyajian dapat diakibatkan oleh kesalahan
maupun kecurangan. Ketika auditor menyatakan suatu opini tentang apakah laporan
keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, kesalahan penyajian juga
mencakup penyesuaian terhadap angka, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan yang,
menurut pertimbangan auditor diperlukan agar laporan keuangan disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material.
9. Premis: tanggung jawab manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola, yang melandasi pelaksanaan suatu audit: Bahwa manajemen dan, jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab terhadap tata kelola, mengakui dan memahami bahwa mereka
memiliki tanggung jawab di bawah ini yang fundamental bagi pelaksanaan suatu audit
berdasarkan SA untuk
a. Menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, termasuk, jika relevan, penyajian wajar laporan keuangan;
b. Menetapkan dan menjalankan pengendalian internal yang dipandang perlu oleh
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk
memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian
material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan; dan
c. Menyediakan hal-hal di bawah ini bagi auditor:

2
i) Akses ke seluruh informasi yang disadari oleh manajemen dan, jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola, relevan dengan penyusunan laporan keuangan,
seperti catatan, dokumentasi, dan hal-hal lain;
ii) Informasi tambahan yang mungkin diminta oleh auditor dari manajemen dan, jika
relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, untuk tujuan audit; dan
iii) Akses tidak terbatas ke orang-orang dalam entitas yang dipandang perlu oleh
auditor untuk memperoleh bukti audit. Dalam hal kerangka penyajian wajar, butir (i)
tersebut di atas dapat dibaca sebagai “tanggung jawab penyusunan dan penyajian wajar
laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan”. Terminologi “premis,
berkaitan dengan tanggung jawab manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, yang melandasi pelaksanaan suatu audit” juga
dapat disebut sebagai “premis”.
10. Pertimbangan profesional: Penerapan pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman yang
relevan, dalam konteks standar audit, akuntansi, dan etika, dalam membuat keputusan yang
diinformasikan tentang tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi dalam perikatan audit.
11. Skeptisisme profesional: Suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang selalu
mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan
kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan suatu
penilaian penting atas bukti audit.
12. Keyakinan memadai: Dalam konteks suatu audit atas laporan keuangan, suatu tingkat
keyakinan tinggi, tetapi bukan tingkat keyakinan absolut.
13. Risiko kesalahan penyajian material (mengacu pada risiko audit): Risiko bahwa laporan
keuangan mengandung kesalahan penyajian material sebelum dilakukan audit. Risiko
tersebut terdiri dari dua komponen yang dijelaskan di bawah ini pada tingkat asersi:
a. Risiko inheren: Kerentanan suatu asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun,
atau pengungkapan terhadap suatu kesalahan penyajian yang mungkin material, baik
secara individual maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan
penyajian lainnya, sebelum mempertimbangkan pengendalian internal yang terkait.
b. Risiko pengendalian: Risiko bahwa suatu kesalahan penyajian yang mungkin terjadi
dalam suatu asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan
yang mungkin material, baik secara individual maupun secara kolektif ketika digabungkan
dengan kesalahan penyajian lainnya, tidak akan dapat dicegah, atau dideteksi dan
dikoreksi, secara tepat waktu oleh pengendalian internal entitas.
14. Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola: Orang atau orang-orang, atau organisasi
(sebagai contoh: suatu wali amanat korporasi), dengan tanggung jawab untuk mengawasi
arah strategis entitas dan kewajiban yang terkait dengan akuntabilitas entitas. Hal ini
mencakup pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan. Untuk beberapa entitas dalam
beberapa yurisdiksi, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dapat mencakup personel
manajemen, sebagai contoh, anggota eksekutif Dewan Komisaris atau Komite Audit suatu
entitas sektor privat atau sektor publik, atau seorang pemilik-pengelola.
15. Entitas dengan Kepentingan Publik: Seluruh Emiten dan setiap entitas:

3
a. yang didefinisikan oleh regulasi atau legislasi sebagai Entitas dengan Kepentingan Publik;
atau
b. yang terhadapnya diterapkan suatu audit dengan menggunakan ketentuan independensi
yang sama seperti audit yang dilakukan terhadap Emiten menurut regulasi atau legislasi.
16. Emiten: Entitas yang efeknya terdaftar dan diperdagangkan suatu bursa efek yang diakui,
atau dipasarkan menurut regulasi suatu bursa efek yang diakui atau institusi setara lainnya.

MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN


Audit atas Laporan Keuangan
Ruang Lingkup Audit (Ref: Para. 3)
A1. Opini auditor atas laporan keuangan menyatakan apakah laporan keuangan disusun,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku. Opini tersebut merupakan hal yang umum dalam semua audit atas laporan keuangan.
Oleh karena itu, opini auditor tidak memberikan keyakinan atas, sebagai contoh, kelangsungan
hidup entitas di masa depan maupun efisiensi atau efektivitas manajemen dalam melaksanakan
kegiatan entitas.
Namun, dalam beberapa regulasi yang berlaku mungkin mengharuskan auditor untuk
menyatakan opini atas hal-hal khusus lainnya, seperti keefektifan pengendalian internal, atau
konsistensi suatu laporan manajemen terpisah dengan laporan keuangan. Auditor diharuskan
untuk melakukan prosedur tambahan jika auditor memiliki tanggung jawab tambahan untuk
menyatakan opini tersebut.
Penyusunan Laporan Keuangan (Ref: Para. 4)
A2. Audit berdasarkan SA dilaksanakan dengan premis bahwa manajemen dan jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, mengakui dan memahami bahwa mereka
memiliki tanggung jawab :
a) Menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku,
termasuk, jika relevan, penyajian wajar laporan keuangan;
b) Menetapkan dan menjalankan pengendalian internal yang dipandang perlu oleh
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk
memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian
material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan; dan
c) Menyediakan hal-hal di bawah ini bagi auditor:
i. Akses ke seluruh informasi yang disadari oleh manajemen dan, jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola, relevan dengan penyusunan laporan
keuangan seperti catatan, dokumentasi, dan hal-hal lain;
ii. Informasi tambahan yang mungkin diminta oleh auditor dari manajemen dan jika
relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, untuk tujuan audit; dan
iii. Akses tidak terbatas ke orang-orang dalam entitas yang dipandang perlu oleh
auditor untuk memperoleh bukti audit.

4
A3. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen dan jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, mengharuskan :

 Pengidentifikasian atas kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, dalam konteks


peraturan perundang-undangan atau regulasi yang relevan.
 Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan kerangka tersebut.
 Pencantuman deskripsi yang memadai mengenai kerangkatersebut dalam laporan
keuangan.

Penyusunan laporan keuangan mengharuskan manajemen untuk menggunakan


pertimbangan dalam membuat estimasi akuntansi yang wajar sesuai dengan kondisinya,
serta untuk memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi yang tepat. Pertimbangan tersebut
dibuat dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
A4. Laporan keuangan dapat disusun sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan
yang dirancang untuk memenuhi :

 Kebutuhan berbagai pengguna laporan keuangan atas informasi keuangan umum


(‘laporan keuangan bertujuan umum”) atau
 Kebutuhan pengguna laporan keuangan tertentu atas informasi keuangan (“laporan
keuangan bertujuan khusus”).

A5. Kerangka pelaporan keuangan dapat mencakup standar pelaporan keuangan yang
ditetapkan oleh:

1. Organisasi penyusun standar yang berwenang atau diakui dan/atau regulator atau menurut
ketentuan legislasi.
2. Sumber-sumber lain dapat menyediakan panduan atas penerapan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, contoh:
 Lingkungan hukum dan etika, termasuk statue, regulasi, keputusan pengadilan, dan
kewajiban etika profesi dalam hubungannya dengan masalah akuntansi;
 Interpretasi akuntansi dengan berbagai kewenangan yang dipublikasikan oleh organisasi
penyusun standar, organisasi profesi, atau regulator;
 Pandangan-pandangan tentang isu akuntansi terkini dengan berbagai kewenangan yang
dipublikasikan oleh organisasi penyusun standar, organisasi profesional, atau regolator;
 Praktik umum dan industri yang diakui secara luas dan lazim; dan
 Literatur akuntansi

A6. Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menentukan bentuk dan isi
laporan keuangan. Meskipun kerangka tersebut belum tentu menentukan bagaimana
membukukan atau mengungkapkan seluruh transaksi atau peristiwa, pada umumnya kerangka
tersebut berisi sejumlah prinsip yang luas dan memadai yang dapat menjadi suatu basis untuk
pengembangan dan penerapan kebijakan akuntansi yang konsisten dengan konsep yang
melandasi ketentuan kerangka tersebut.
A7. 2 jenis kerangka pelaporan keuangan:
1. Kerangka penyajian wajar

5
2. Kerangka kepatuhan.

Kerangka pelaporan keuangan yang terutama mencakup standar pelaporan keuangan yang
ditetapkan oleh suatu organisasi yang berwenang atau diakui untuk menetapkan standar yang
akan digunakan oleh entitas untuk menyusun laporan bertujuan umum sering dirancang untuk
mancapai penyajian wajar, sebagai contoh, Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
A8. Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku juga menentukan definisi suatu set
laporan keuangan lengkap yaitu mencakup:
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan laba rugi komprehensif
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan

A9. SA lainnya yang berkaitan dengan SA 200:


1. SA 210 : Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit
2. SA 800 : Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun sesuai
dengan Kerangka Bertujuan Khusus

A10. Auditor harus memperoleh persetujuan manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, bahwa mereka mengakui dan memahami bahwa mereka
memiliki tanggung jawab sebagaimana diatur dalam paragraph A2 sebagai suatu prakondisi
untuk menerima perikatan audit.
Pertimbangan khusus dalam audit sektor publik
A11. Mandat untuk audit atas laporan keuangan entitas sektor publik dapat lebih luas
daripada entitas lainnya. Premis dapat mencakup tanggung jawab tambahan, seperti tanggung
jawab atas pelaksanaan transaksi dan peristiwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
regulasi, dan otoritas lainnya.
Bentuk opini auditor
A12. Opini yang dinyatakan oleh auditor adalah tentang apakah laporan keuangan disusun,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.

- Jika kerangka pelaporan keuangan merupakan suatu kerangka penyajian wajar,


sebagaimana halnya dalam laporan keuangan bertujuan umum, opini menurut SA adalah
tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material

Jika kerangka pelaporan keuangan merupakan suatu kerangka kepatuhan, opini menurut SA
adalah apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan kerangka tersebut.

6
KETENTUAN

Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit atas Laporan Keuangan


14. Auditor harus mematuhi ketentuan etika yang relevan, termasuk ketentuan independensi.
>>> (Ref: Para. A14–A17)
Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit atas Laporan Keuangan (Ref: Para. 14)
A14. Ketentuan etika yang relevan tercantum dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik (“Kode Etik”)
yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari Bagian A dan Bagian B.
A15. Bagian A dari Kode Etik menetapkan prinsip dasar etika profesi:
(a) Integritas;
(b) Objektivitas;
(c) Kompetensi dan kecermatan profesional;
(d) Kerahasiaan; dan
(e) Perilaku profesional.

Bagian B dari Kode Etik memberikan ilustrasi bagaimana kerangka konseptual diterapkan dalam situasi
tertentu.
A16. Kode Etik menjelaskan independensi auditor melindungi kemampuan auditor untuk
merumuskan suatu opini audit tanpa dapat dipengaruhi. Independensi meningkatkan kemampuan
auditor dalam menjaga integritasnya, serta bertindak secara objektif, dan memelihara suatu sikap
skeptisisme profesional.
A17. Standar Pengendalian Mutu (“SPM”) 1,9 mengatur tanggung jawab KAP untuk menetapkan dan
memelihara sistem pengendalian mutu audit.

Skeptisisme Profesional
15. Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan skeptisisme profesional
mengingat kondisi tertentu dapat saja terjadi yang menyebabkan laporan keuangan mengandung
kesalahan penyajian material. (Ref: Para. A18–A22)

Skeptisisme Profesional (Ref: Para. 15)


A18. Skeptisisme profesional mencakup kewaspadaan terhadap (4):
• Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain yang diperoleh.
• Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalan dokumen dan respons terhadap permintaan
keterangan yang digunakan sebagai bukti audit.
• Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan kecurangan.
• Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur audit tambahan selain prosedur yang disyaratkan oleh SA.

A19. Mempertahankan skeptisisme profesional untuk mengurangi risiko, seperti:

7
• Kegagalan dalam melihat kondisi-kondisi tidak lazim.
• Terlalu menyamaratakan kesimpulan ketika menarik kesimpulan tersebut dari observasi audit.
• Menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam menetapkan sifat, saat, dan luas prosedur.

A20. Skeptisisme profesional diperlukan dalam penilaian penting atas bukti audit. Hal ini mencakup:
- sikap mempertanyakan bukti audit yang kontradiktif
- keandalan dokumen dan respons terhadap pertanyaan, dan
- informasi lain yang diperoleh dari manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
A21. Auditor dapat menganggap catatan dan dokumen yang diterimanya asli, kecuali auditor
memiliki alasan untuk meyakini sebaliknya.
A22. Auditor tidak dapat mengabaikan pengalaman lalu mengenai kejujuran dan integritas
manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas. Di sisi lain, keyakinan bahwa
manajemen jujur dan memiliki integritas tidak melepaskan auditor dari skeptisisme professional.

Pertimbangan Profesional
16. Auditor harus menggunakan pertimbangan professional dalam merencanakan dan
melaksanakan audit atas laporan keuangan. (Ref: Para. A23–A27)
Pertimbangan Profesional (Ref: Para. 16)
A23. Pertimbangan profesional diperlukan terutama dalam membuat keputusan tentang:
• Materialitas dan risiko audit.
• Sifat, saat, dan luas prosedur audit yang digunakan.
• Pengevaluasian tentang apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan apakah
pengevaluasian lebih lanjut dibutuhkan.
• Penarikan kesimpulan berdasarkan bukti audit yang diperoleh, sebagai contoh, penilaian atas kewajaran
estimasi yang dibuat oleh manajemen dalam menyusun laporan keuangan.

A24. Karakteristik unik pertimbangan profesional dari seorang auditor yang kompeten berasal dari
pelatihan, pengetahuan, dan pengalamannya.
A25. Pelaksanaan pertimbangan profesional dalam kasus tertentu didasarkan pada fakta dan
kondisi yang diketahui oleh auditor. Konsultasi atas hal yang sulit atau kontroversial selama
pelaksanaan audit diperkenankan.
A26. Pertimbangan profesional dapat dievaluasi berdasarkan apakah pertimbangan yang dibuat
mencerminkan suatu penerapan prinsip audit dan akuntansi yang kompeten dan tepat, serta konsisten
dengan fakta dan kondisi yang diketahui oleh auditor hingga tanggal laporan auditor.
A27. Pertimbangan profesional perlu dilakukan sepanjang audit dan perlu didokumentasikan
dengan tepat. Pertimbangan profesional tidak untuk digunakan sebagai justifikasi untuk keputusan yang
tidak didukung oleh fakta dan kondisi perikatan atau bukti audit yang tidak cukup dan tidak tepat.

8
Bukti Audit yang Cukup dan Tepat serta Risiko Audit
17. Untuk memperoleh keyakinan memadai, auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
untuk menurunkan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, dan oleh karena itu, memungkinkan
auditor untuk menarik kesimpulan wajar yang mendasari opini auditor. (Ref: Para. A28–A52)

Pelaksanaan Audit Berdasarkan SA


Kepatuhan terhadap SA yang Relevan dengan Audit
18. Auditor harus mematuhi seluruh SA yang relevan dengan audit. Suatu SA relevan dengan audit
bila SA tersebut berlaku dan terdapat hal-hal yang diatur oleh SA tersebut. (Ref: Para. A53–A57

19. Auditor harus memiliki suatu pemahaman tentang keseluruhan isi suatu SA, termasuk materi
penerapan dan penjelasan lain, untuk memahami tujuan SA dan menerapkan ketentuan SA tersebut
dengan tepat. (Ref: Para. A58–A66)

20. Auditor tidak diperkenankan untuk menyatakan kepatuhannnya terhadap SA dalam laporan
auditor kecuali auditor telah mematuhi ketentuan SA ini dan seluruh SA lainnya yang relevan
dengan audit.

Tujuan yang Dinyatakan dalam Setiap SA


21. Untuk mencapai tujuan keseluruhan auditor, auditor harus menggunakan tujuan yang
dinyatakan dalam SA yang relevan dalam merencanakan dan melaksanakan audit, dengan
memperhatikan interelasi di antara SA, untuk: (Ref: Para. A67–A69)
(a) Menentukan apakah diperlukan prosedur audit lain selain prosedur audit yang diharuskan oleh SA; dan
(Ref: Para. A70)
(b) Mengevaluasi apakah bukti audit yang diperoleh cukup. (Ref: Para. A71) Kepatuhan terhadap
Ketentuan yang Relevan
22. Tergantung dari ketentuan dalam paragraf 23, auditor harus mematuhi setiap ketentuan suatu
SA dalam suatu audit, kecuali:
(a) Keseluruhan SA tidak relevan; atau
(b) Ketentuan tersebut tidak relevan karena ketentuan tersebut bergantung pada suatu kondisi dan kondisi
tersebut tidak terjadi. (Ref: Para. A72–A73)
23. Dalam kondisi luar biasa, auditor dapat memutuskan untuk menyimpang dari suatu ketentuan
relevan dalam suatu SA. Dalam kondisi tersebut, auditor harus melaksanakan prosedur audit alternative.

Kegagalan untuk Mencapai suatu Tujuan

9
24. Jika suatu tujuan dalam suatu SA yang relevan tidak dapat dicapai, auditor harus melakukan
evaluasi. Kegagalan untuk mencapai suatu tujuan merupakan suatu hal signifikan yang
membutuhkan suatu dokumentasi menurut SA 230.4 (Ref: Para. A75–A76)

BUKTI AUDIT

 Bukti audit diperoleh oleh auditor selama prosedur audit. Selain dari prosedur audit, bukti juga
dapat dikumpulkan dari sumber lain seperti audit sebelumnya, prosedur pengendalian mutu,
informasi oleh pakar dll. Intinya bukti audit adalah informasi yang mendukung atau
menentang asersi manajemen.

 Kecukupan (kuantitas) dan Ketetapan (kualitas) bukti saling berhubungan. Dimana


makin tinggi kualitas bukti, makin sedikit kuantitas bukti yang diperlukan. Kualitas bukti
bergantung pada sumber didapatkan bukti tersebut, sifatnya dan kondisi didapatkan audit.
Auditor akan menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan apakah
bukti yang terkumpul sudah memdai dalam aspek kuantitas dan kualitas.

RISIKO AUDIT
Risiko audit merupakan fungsi gabungan dari risiko kesalahan penyajian material dan risiko
deteksi. Dimana penilaian risiko audit merupakan pertimbangan profesional auditor dan
didasarkan pada prosedur audit yang akan digunakan.

Risiko Kesalahan Penyajian Material

Risiko Kesalahan Penyajian Material terjadi dalam dua tingkatan.


1. Tingkat laporan keuangan secara keseluruhan menggambarkan risiko yang
berdampak luas.
2. Tingkat asersi untuk golongan transaksi saldo akun dan pengungkapan digunakan
untuk menentukan sifat, saat dan prosedur audit yang akan digunakan.

Auditor bisa menggunakan beberapa pendekatan untuk menilai risiko asersi.


Risiko asersi dapat dibagi dua, risiko inherent (bawaan) dan risiko pengendalian dimana kedua
risiko ini timbul secara terpisah dalam audit.
Risiko inherent adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Seperti
perhitungan yang kompleks, angka yang berasal dari estimasi dan faktor eksternal.
Risiko Pengendalian adalah risiko yang muncul akibat desain dari pengenadlian internal karena
sebaik apapun sistem pengendalian internal, risiko kesalahan penyajian material akan tetap ada.
Seperti kelalaian dalam pencatatan atau penyalahgunaan wewenang jabatan.

10
Risiko Deteksi
A.42 -> Pada tingkat risiko audit tertentu, ada kemungkinan mempunyai hubungan terbalik
antara tingkat risiko deteksi yang dapat diterima dan risiko kesalahan penyajian
material yang dinilai pada tingkat asersi.
Contoh : makin tinggi risiko kesalahan penyajian material yang diyakini ada oleh
auditor, makin rendah risiko deteksi yang dapat diterima dan, oleh karena itu, makin
banyak bukti audit persuasif yang dibutuhkan oleh auditor.
A.43 -> Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efektifitas dan kualitas prosedur serta hasil
audit:
- perencanaan yang memadai
- penugasan personel yang tepat ke dalam tim perikatan
- penerapan skeptisisme professional
- supervisi dan reviu atas pekerjaan audit yang telah dilaksanakan
A.44 -> risiko deteksi hanya dapat dikurangi, bukan dihilangkan, karena adanya
keterbatasan inheren dalam suatu audit. Oleh karena itu, sebagian risiko deteksi akan
selalu ada.

KETERBATASAN INHEREN DALAM SUATU AUDIT

A.45 -> Adanya keterbatasan inheren dalam suatu audit menyebabkan hampir semua bukti
audit yang menjadi basis bagi auditor dalam menarik kesimpulan dan menyatakan
opini merupakan bukti yang bersifat persuasif bukan konklusif.
Keterbatasan bawaan suatu audit timbul dari:

- Sifat pelaporan keuangan;


- Sifat prosedur audit;
- Kebutuhan agar audit dilaksanakan dalam jangka waktu dan biaya yang wajar.

Sifat Laporan Keuangan


A.46 -> Sifat Laporan Keuangan:
- Penyusunannya melibatkan pertimbangan manajemen (keputusan atau penilaian
subjektif atau suatu tingkat ketidakpastian, dan mungkin terdapat kisar penafsiran
atau pertimbangan yang mungkin dibuat)
- menerapkan ketentuan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku bagi
entitas sesuai dengan fakta dan kondisi entitas.

Sifat Prosedur Audit


A.47 -> Ada keterbatasan auditor untuk mendapat bukti audit:
- manajemen atau pihak lain tidak memberikan informasi yang lengkap dan
relevan dengan penyusunan laporan keuangan atau yang telah diminta oleh
auditor.

11
- Adanya tindakan yang terorganisasi dengan rapi dalam rangka menutupi
kecurangan sehingga pengumpulan bukti tidak efektif dan bukti tidak berfungsi
dalam mendeteksi kesalahan.
- auditor tidak diberi kekuasaan hukum khusus, seperti kekuasaan untuk
melakukan penggeledahan yang mungkin diperlukan untuk suatu investigasi.

KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN DAN KESEIMBANGAN ANTARA


MANFAAT DAN BIAYA
A.48 -> - Perencanaan yang tepat membantu auditor dalam mengusahakan tersedianya waktu
dan sumber daya yang cukup untuk pelaksanaan audit.
- terdapat suatu keseimbangan yang harus dipertimbangkan antara keandalan
informasi dan biayanya.
- terdapat harapan dari pengguna laporan keuangan bahwa auditor akan merumuskan
suatu opini atas laporan keuangan dalam suatu periode dan biaya yang wajar.
- Adanya ketidakpraktisan untuk menangani seluruh informasi yang mungkin ada atau
untuk meneliti lebih jauh setiap hal secara mendalam dengan asumsi bahwa informasi
tersebut mengandung kesalahan atau kecurangan hingga terbukti sebaliknya.
A.49 -> Auditor dalam menghadapi keterbatasan waktu dan keseimbangan antara Manfaat
dan
Biaya perlu melakukan:
1. Merencanakan audit, sehingga audit dapat dilaksanakan secara efektif;
2. Mengarahkan audit ke area yang paling diduga mengandung risiko kesalahan
penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan,
dengan upaya yang lebih sedikit diarahkan ke area lain; dan
3. Menggunakan pengujian dan cara lainnya dalam memeriksa populasi untuk
kesalahan penyajian.
A.50 -> ketentuan untuk perencanaan dan pelaksanaan audit, dan mengharuskan auditor
untuk antara lain melakukan hal-hal di bawah ini:
Memiliki suatu basis untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material pada tingkat laporan keuangan dan asersi melalui pelaksanaan prosedur
penilaian risiko dan aktivitas terkait;21 dan
Menggunakan pengujian dan cara lainnya dalam memeriksa populasi sedemikian
rupa sehingga menyediakan suatu basis wajar bagi auditor untuk menarik
kesimpulan tentang populasi.

Hal-Hal Lain yang Memengaruhi Keterbatasan Inheren suatu Audit


A.51 -> Asersi atau hal pokok mengandung dampak potensial yang signifikan dari
keterbatasan inheren atas kemampuan auditor untuk mendeteksi kesalahan
penyajian material tersebut mencakup:
1. Kecurangan
2. Eksistensi dan kelengkapan hubungan dan transaksi pihak berelasi.
3. Keterjadian atas ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangan-undangan
dan regulasi. Lihat SA 25024 untuk pembahasan lebih lanjut.
4. Peristiwa atau kondisi masa depan yang dapat menyebabkan suatu entitas tidak
dapat melanjutkan kelangsungan usahanya.

12
A.52. -Oleh karena keterbatasan inheren suatu audit, terdapat suatu risiko yang tidak
terhindarkan bahwa beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan belum tentu dapat terdeteksi, meskipun audit telah direncanakan dan
dilaksanakan dengan tepat berdasarkan SA
- keterbatasan inheren suatu audit bukan merupakan suatu pembenaran bagi auditor
untuk menerima bukti audit yang kurang persuasive.
- Apakah auditor telah melaksanakan suatu audit berdasarkan SA, ditentukan oleh
prosedur audit yang dilaksanakan sesuai dengan kondisinya, kecukupan dan
ketepatan bukti audit yang diperoleh, dan kesesuaian laporan auditor berdasarkan
suatu pengevaluasian atas bukti audit sehubungan dengan tujuan keseluruhan
auditor.
Sifat SA
1. Standar bagi pekerjaan auditor dalam memenuhi tujuan keseluruhan auditor.
2. Mengatur tanggung jawab umum auditor.
3. Mengatur pertimbangan lebih lanjut auditor dalam hal-hal tertentu.
4. Mengatur ruang lingkup, tanggal berlaku efektif, dan keterbatasan tertentu.
5. Tidak mengesampingkan peraturan perundang-undangan atau regulasi yang berlaku.
6. Memungkinkan pelaksanaan SA dan standar audit suatu yurisdiksi atau negara tertentu
secara bersamaan.
Pertimbangan Spesifik bagi Audit Sektor Publik
1. Tanggung jawab auditor sektor publik dapat dipengaruhi oleh mandat audit atau kewajiban
entitas sektor publik.
2. Tanggung jawab tambahan tersebut mungkin diatur dalam standar profesi yang ditetapkan
oleh organisasi audit sektor publik, atau dalam pedoman yang ditetapkan oleh organisasi
audit pemerintah.

Isi SA
1. Materi pendahuluan
a. Tujuan dan ruang lingkup SA
b. Hal pokok SA
c. Tanggung jawab
d. Konteks penetapan SA
2. Tujuan dan ketentuan
3. Panduan, berupa materi penerapan dan penjelasan lain, mengenai:
a. Penjelasan lebih akurat apa yang diharuskan oleh suatu ketentuan
b. Contoh-contoh prosedur.
c. Latar belakang hal-hal yang diatur dalam suatu SA
d. Pertimbangan tambahan tertentu untuk audit atas entitas yang lebih kecil dan entitas
sektor publik (tidak membatasi atau mengurangi tanggung jawab auditor untuk
menerapkan dan mematuhi ketentuan SA)
4. Lampiran
5. Daftar terminologi

Pertimbangan Spesifik bagi Entitas yang Lebih Kecil


Karakteristik kualitatif “entitas yang lebih kecil” adalah sejumlah kecil individu selaku “pemilik-
pengelola”, serta memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut:

13
a. Transaksi sederhana/tidak rumit
b. Pencatatan sederhana
c. Sedikit lini bisnis dan produk
d. Sedikit pengendalian internal
e. Sedikit tingkatan manajemen, tanggung jawab pengendalian yang luas
f. Sedikit personel, ruang lingkup tugas yang luas

Tujuan yang Dinyatakan dalam setiap SA


1. Untuk mengarahkan auditor pada hasil yang dikehendaki oleh SA.
2. Secara spesifik, untuk membantu auditor dalam:
a. Memahami apa yang akan dicapai;
b. Cara yang tepat untuk mencapainya; dan
c. Memutuskan apakah diperlukan prosedur tambahan sesuai dengan kondisi yang ada
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Kemampuan untuk mencapai suatu tujuan setiap SA, tergantung pada keterbatasan
inheren suatu audit.
b. memperhatikan interelasi antar-SA, sebab SA mengatur tanggung jawab umum dan
penerapan dalam hal-hal tertentu.

Penggunaan Tujuan SA untuk Menentukan Kebutuhan Prosedur Audit Tambahan


1. Ketentuan SA dirancang untuk memungkinkan auditor dalam mencapai tujuan pada SA dan
tujuan keseluruhan auditor.
2. Kondisi perikatan audit bervariasi dan seluruh kondisi yang tidak dapat diantisipasi
mungkin mengharuskan auditor untuk melaksanakan prosedur audit selain yang diharuskan
oleh SA (untuk mencapai tujuan yang dinyatakan dalam SA).

Penggunaan Tujuan untuk Mengevaluasi Kecukupan dan Ketepatan Bukti Audit yang telah
Diperoleh
1. Menggunakan tujuan SA untuk mengevaluasi apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah
diperoleh dalam konteks tujuan keseluruhan auditor.
2. Jika auditor menyimpulkan bahwa bukti audit tidak cukup dan tidak tepat, auditor dapat
mengambil satu atau lebih pendekatan:
a. Mengevaluasi apakah bukti audit lebih lanjut yang relevan, telah atau akan
diperoleh.
b. Memperluas pekerjaan yang telah dilakukan dalam menerapkan satu atau lebih
ketentuan SA.
c. Melaksanakan prosedur lain.

Kepatuhan Terhadap Ketentuan yang Relevan


1. Suatu SA belum tentu relevan dengan kondisi perikatan.
2. SA yang relevan, dapat berisi ketentuan bersyarat, bersifat eksplisit dan implisit.

Penyimpangan dari suatu Ketentuan


1. SA 230 menetapkan ketentuan dokumentasi dalam kondisi luar biasa ketika auditor
menyimpang dari ketentuan yang relevan.
2. SA tidak mengharuskan kepatuhan terhadap suatu ketentuan yang tidak relevan dengan
kondisi audit.

Kegagalan untuk Mencapai Tujuan


1. Kondisi penyebab kegagalan pencapaian tujuan mencakup hal-hal di bawah ini:

14
a. Menghalangi auditor dalam mematuhi ketentuan suatu SA yang relevan.
b. Menyebabkan auditor tidak dapat atau tidak mungkin melaksanakan prosedur audit
tambahan atau memperoleh bukti audit lebih lanjut
2. Dokumentasi audit, membantu pengevaluasian auditor untuk mengetahui apakah kegagalan
tersebut telah menghalangi auditor dalam mencapai tujuan keseluruhan auditor.

15

Anda mungkin juga menyukai