Mengatur tanggung
Sifat SA jawab umum auditor.
Pertimbangan
Spesifik bagi Audit
Tanggung jawab auditor sektor
Sektor Publik publik dapat dipengaruhi oleh
mandat audit atau kewajiban
entitas sektor publik.
kesalahan penyajian.
KESEIMBANGAN ANTARA Pertimbangan Spesifik bagi Entitas yang Lebih Kecil c. Sedikit lini bisnis dan produk
Tujuan yang Dinyatakan dalam setiap SA Secara spesifik, untuk membantu auditor dalam: memahami
apa yang akan dicapai; cara yang tepat untuk mencapainya;
dan memutuskan apakah diperlukan prosedur tambahan sesuai
dengan kondisi yang ada
Sifat pelaporan
keuangan;
Timbul dari: Ketentuan SA dirancang untuk memungkinkan auditor dalam
Sifat prosedur mencapai tujuan pada SA dan tujuan keseluruhan auditor.
audit;
menyebabkan hampir semua bukti audit yang Penggunaan Tujuan SA untuk Menentukan Kebutuhan
menjadi basis bagi auditor dalam menarik Prosedur Audit Tambahan Kondisi perikatan audit bervariasi dan seluruh kondisi yang tidak
Kebutuhan agar audit dilaksanakan dalam kesimpulan dan menyatakan opini merupakan bukti dapat diantisipasi mungkin mengharuskan auditor untuk melaksanakan
jangka waktu dan biaya yang wajar. yang bersifat persuasif bukan konklusif. prosedur audit selain yang diharuskan oleh SA (untuk mencapai tujuan
yang dinyatakan dalam SA).
Keterjadian atas ketidakpatuhan terhadap SUATU AUDIT Jika auditor menyimpulkan bahwa bukti audit tidak cukup dan tidak tepat,
auditor dapat mengambil satu atau lebih pendekatan: Mengevaluasi apakah
peraturan perundangan-undangan dan Suatu SA belum tentu bukti audit lebih lanjut yang relevan, telah atau akan diperoleh; Memperluas
regulasi. Lihat SA 25024 untuk relevan dengan pekerjaan yang telah dilakukan dalam menerapkan satu atau lebih ketentuan
pembahasan lebih lanjut. kondisi perikatan. SA; Melaksanakan prosedur lain.
Bagian B: memberikan ilustrasi bagaimana kerangka konseptual 9. Premis: tanggung jawab manajemen yang melandasi
diterapkan dalam situasi tertentu. pelaksanaan suatu audit
sikap mempertanyakan bukti audit yang 10. Pertimbangan profesional : Penerapan pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman
kontradiktif yang relevan, dalam konteks standar audit, akuntansi, dan etika, dalam membuat
mencakup
keputusan yang diinformasikan tentang tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi
dalam perikatan audit
keandalan dokumen dan respons terhadap
pertanyaan, dan
11. Skeptisisme profesional: Suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang
informasi lain yang diperoleh dari
4. KETENTUAN ETIKA YANG selalu mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan
kemungkinan kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh kecurangan
manajemen dan pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola. Skeptisisme Profesional
BERKAITAN DENGAN AUDIT maupun kesalahan, dan suatu penilaian penting atas bukti audit
ATAS LAPORAN KEUANGAN 12. Keyakinan memada i: Dalam konteks suatu audit atas
laporan keuangan, suatu tingkat keyakinan tinggi, tetapi
bukan tingkat keyakinan absolut.
•Bukti audit yang bertentangan dengan
bukti audit lain yang diperoleh.
13. Risiko kesalahan penyajian material (mengacu pada
• Informasi yang menimbulkan pertanyaan
risiko audit) : Risiko bahwa laporan keuangan mengandung
tentang keandalan dokumen dan respons kesalahan penyajian material sebelum dilakukan audit.
terhadap permintaan keterangan yang meliputi
digunakan sebagai bukti audit. kewaspadaan
terhadap 14. Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola: Orang atau orang-orang, atau
• Keadaan yang mengindikasikan adanya organisasi (sebagai contoh: suatu wali amanat korporasi), dengan tanggung jawab
kemungkinan kecurangan. untuk mengawasi arah strategis entitas dan kewajiban yang terkait dengan
• Kondisi yang menyarankan perlunya akuntabilitas entitas.
prosedur audit tambahan selain prosedur
yang disyaratkan oleh SA
15. Entitas dengan Kepentingan Publik : Seluruh Emiten dan setiap entitas
yang didefinisikan oleh regulasi atau legislasi sebagai Entitas dengan
• Kegagalan dalam melihat kondisi-kondisi tidak lazim. Kepentingan Publik atau yang terhadapnya diterapkan suatu audit dengan
• Terlalu menyamaratakan kesimpulan ketika Untuk mengurangi
menggunakan ketentuan independensi yang sama seperti audit yang dilakukan
menarik kesimpulan tersebut dari observasi audit. risiko, seperti terhadap Emiten menurut regulasi atau legislasi
• Menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam
menetapkan sifat, saat, dan luas prosedur. 16. Emiten: Entitas yang efeknya terdaftar dan
diperdagangkan suatu bursa efek yang diakui
1
3. Risiko audit: kondisi dimana opini audit yang tidak tepat ketika laporan keuangan
mengandung kesalahan penyajian material. Risiko audit dapat berupa kesalahan penyajian
material dan risiko deteksi (Risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan oleh auditor untuk
menurunkan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima tidak akan mendeteksi suatu
kesalahan penyajian yang ada dan yang mungkin material, baik secara individual maupun
secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya.
4. Auditor: orang atau orang-orang yang melaksanakan audit. Dapat berupa perikatan,
anggota tim perikatan, atau KAP (sektor public).
5. Laporan keuangan: Representasi terstruktur atas informasi keuangan historis, Umumnya,
terminologi “laporan keuangan” mengacu pada suatu set laporan keuangan lengkap
sebagaimana ditentukan oleh kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, tetapi dapat juga
mengacu pada suatu laporan keuangan tunggal.
6. Informasi keuangan historis: Informasi yang yang dihasilkan oleh sistem akuntansi
entitas, mencerminkan peristiwa ekonomi yang terjadi pada periode lalu atau kondisi
ekonomi pada tanggal tertentu di masa lalu.
7. Manajemen: Orang atau orang-orang dengan tanggung jawab eksekutif untuk
melaksanakan kegiatan entitas. Untuk beberapa entitas di beberapa yurisdiksi, manajemen
mencakup beberapa atau seluruh individu yang bertanggung jawab atas tata kelola, sebagai
contoh, anggota eksekutif Dewan Komisaris atau Komite Audit, atau seorang pemilik-
pengelola.
8. Kesalahan penyajian (mengacu pada risiko kesalahan penyajian material): Selisih atas
angka, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan suatu pos laporan keuangan, antara
yang dilaporkan dalam laporan keuangan dengan yang seharusnya menurut kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Kesalahan penyajian dapat diakibatkan oleh kesalahan
maupun kecurangan. Ketika auditor menyatakan suatu opini tentang apakah laporan
keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, kesalahan penyajian juga
mencakup penyesuaian terhadap angka, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan yang,
menurut pertimbangan auditor diperlukan agar laporan keuangan disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material.
9. Premis: tanggung jawab manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola, yang melandasi pelaksanaan suatu audit: Bahwa manajemen dan, jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab terhadap tata kelola, mengakui dan memahami bahwa mereka
memiliki tanggung jawab di bawah ini yang fundamental bagi pelaksanaan suatu audit
berdasarkan SA untuk
a. Menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, termasuk, jika relevan, penyajian wajar laporan keuangan;
b. Menetapkan dan menjalankan pengendalian internal yang dipandang perlu oleh
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk
memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian
material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan; dan
c. Menyediakan hal-hal di bawah ini bagi auditor:
2
i) Akses ke seluruh informasi yang disadari oleh manajemen dan, jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola, relevan dengan penyusunan laporan keuangan,
seperti catatan, dokumentasi, dan hal-hal lain;
ii) Informasi tambahan yang mungkin diminta oleh auditor dari manajemen dan, jika
relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, untuk tujuan audit; dan
iii) Akses tidak terbatas ke orang-orang dalam entitas yang dipandang perlu oleh
auditor untuk memperoleh bukti audit. Dalam hal kerangka penyajian wajar, butir (i)
tersebut di atas dapat dibaca sebagai “tanggung jawab penyusunan dan penyajian wajar
laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan”. Terminologi “premis,
berkaitan dengan tanggung jawab manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, yang melandasi pelaksanaan suatu audit” juga
dapat disebut sebagai “premis”.
10. Pertimbangan profesional: Penerapan pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman yang
relevan, dalam konteks standar audit, akuntansi, dan etika, dalam membuat keputusan yang
diinformasikan tentang tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi dalam perikatan audit.
11. Skeptisisme profesional: Suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang selalu
mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan
kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan suatu
penilaian penting atas bukti audit.
12. Keyakinan memadai: Dalam konteks suatu audit atas laporan keuangan, suatu tingkat
keyakinan tinggi, tetapi bukan tingkat keyakinan absolut.
13. Risiko kesalahan penyajian material (mengacu pada risiko audit): Risiko bahwa laporan
keuangan mengandung kesalahan penyajian material sebelum dilakukan audit. Risiko
tersebut terdiri dari dua komponen yang dijelaskan di bawah ini pada tingkat asersi:
a. Risiko inheren: Kerentanan suatu asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun,
atau pengungkapan terhadap suatu kesalahan penyajian yang mungkin material, baik
secara individual maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan
penyajian lainnya, sebelum mempertimbangkan pengendalian internal yang terkait.
b. Risiko pengendalian: Risiko bahwa suatu kesalahan penyajian yang mungkin terjadi
dalam suatu asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan
yang mungkin material, baik secara individual maupun secara kolektif ketika digabungkan
dengan kesalahan penyajian lainnya, tidak akan dapat dicegah, atau dideteksi dan
dikoreksi, secara tepat waktu oleh pengendalian internal entitas.
14. Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola: Orang atau orang-orang, atau organisasi
(sebagai contoh: suatu wali amanat korporasi), dengan tanggung jawab untuk mengawasi
arah strategis entitas dan kewajiban yang terkait dengan akuntabilitas entitas. Hal ini
mencakup pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan. Untuk beberapa entitas dalam
beberapa yurisdiksi, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dapat mencakup personel
manajemen, sebagai contoh, anggota eksekutif Dewan Komisaris atau Komite Audit suatu
entitas sektor privat atau sektor publik, atau seorang pemilik-pengelola.
15. Entitas dengan Kepentingan Publik: Seluruh Emiten dan setiap entitas:
3
a. yang didefinisikan oleh regulasi atau legislasi sebagai Entitas dengan Kepentingan Publik;
atau
b. yang terhadapnya diterapkan suatu audit dengan menggunakan ketentuan independensi
yang sama seperti audit yang dilakukan terhadap Emiten menurut regulasi atau legislasi.
16. Emiten: Entitas yang efeknya terdaftar dan diperdagangkan suatu bursa efek yang diakui,
atau dipasarkan menurut regulasi suatu bursa efek yang diakui atau institusi setara lainnya.
4
A3. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen dan jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, mengharuskan :
A5. Kerangka pelaporan keuangan dapat mencakup standar pelaporan keuangan yang
ditetapkan oleh:
1. Organisasi penyusun standar yang berwenang atau diakui dan/atau regulator atau menurut
ketentuan legislasi.
2. Sumber-sumber lain dapat menyediakan panduan atas penerapan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, contoh:
Lingkungan hukum dan etika, termasuk statue, regulasi, keputusan pengadilan, dan
kewajiban etika profesi dalam hubungannya dengan masalah akuntansi;
Interpretasi akuntansi dengan berbagai kewenangan yang dipublikasikan oleh organisasi
penyusun standar, organisasi profesi, atau regulator;
Pandangan-pandangan tentang isu akuntansi terkini dengan berbagai kewenangan yang
dipublikasikan oleh organisasi penyusun standar, organisasi profesional, atau regolator;
Praktik umum dan industri yang diakui secara luas dan lazim; dan
Literatur akuntansi
A6. Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menentukan bentuk dan isi
laporan keuangan. Meskipun kerangka tersebut belum tentu menentukan bagaimana
membukukan atau mengungkapkan seluruh transaksi atau peristiwa, pada umumnya kerangka
tersebut berisi sejumlah prinsip yang luas dan memadai yang dapat menjadi suatu basis untuk
pengembangan dan penerapan kebijakan akuntansi yang konsisten dengan konsep yang
melandasi ketentuan kerangka tersebut.
A7. 2 jenis kerangka pelaporan keuangan:
1. Kerangka penyajian wajar
5
2. Kerangka kepatuhan.
Kerangka pelaporan keuangan yang terutama mencakup standar pelaporan keuangan yang
ditetapkan oleh suatu organisasi yang berwenang atau diakui untuk menetapkan standar yang
akan digunakan oleh entitas untuk menyusun laporan bertujuan umum sering dirancang untuk
mancapai penyajian wajar, sebagai contoh, Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
A8. Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku juga menentukan definisi suatu set
laporan keuangan lengkap yaitu mencakup:
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan laba rugi komprehensif
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan
A10. Auditor harus memperoleh persetujuan manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, bahwa mereka mengakui dan memahami bahwa mereka
memiliki tanggung jawab sebagaimana diatur dalam paragraph A2 sebagai suatu prakondisi
untuk menerima perikatan audit.
Pertimbangan khusus dalam audit sektor publik
A11. Mandat untuk audit atas laporan keuangan entitas sektor publik dapat lebih luas
daripada entitas lainnya. Premis dapat mencakup tanggung jawab tambahan, seperti tanggung
jawab atas pelaksanaan transaksi dan peristiwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
regulasi, dan otoritas lainnya.
Bentuk opini auditor
A12. Opini yang dinyatakan oleh auditor adalah tentang apakah laporan keuangan disusun,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.
Jika kerangka pelaporan keuangan merupakan suatu kerangka kepatuhan, opini menurut SA
adalah apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan kerangka tersebut.
6
KETENTUAN
Bagian B dari Kode Etik memberikan ilustrasi bagaimana kerangka konseptual diterapkan dalam situasi
tertentu.
A16. Kode Etik menjelaskan independensi auditor melindungi kemampuan auditor untuk
merumuskan suatu opini audit tanpa dapat dipengaruhi. Independensi meningkatkan kemampuan
auditor dalam menjaga integritasnya, serta bertindak secara objektif, dan memelihara suatu sikap
skeptisisme profesional.
A17. Standar Pengendalian Mutu (“SPM”) 1,9 mengatur tanggung jawab KAP untuk menetapkan dan
memelihara sistem pengendalian mutu audit.
Skeptisisme Profesional
15. Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan skeptisisme profesional
mengingat kondisi tertentu dapat saja terjadi yang menyebabkan laporan keuangan mengandung
kesalahan penyajian material. (Ref: Para. A18–A22)
7
• Kegagalan dalam melihat kondisi-kondisi tidak lazim.
• Terlalu menyamaratakan kesimpulan ketika menarik kesimpulan tersebut dari observasi audit.
• Menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam menetapkan sifat, saat, dan luas prosedur.
A20. Skeptisisme profesional diperlukan dalam penilaian penting atas bukti audit. Hal ini mencakup:
- sikap mempertanyakan bukti audit yang kontradiktif
- keandalan dokumen dan respons terhadap pertanyaan, dan
- informasi lain yang diperoleh dari manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
A21. Auditor dapat menganggap catatan dan dokumen yang diterimanya asli, kecuali auditor
memiliki alasan untuk meyakini sebaliknya.
A22. Auditor tidak dapat mengabaikan pengalaman lalu mengenai kejujuran dan integritas
manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas. Di sisi lain, keyakinan bahwa
manajemen jujur dan memiliki integritas tidak melepaskan auditor dari skeptisisme professional.
Pertimbangan Profesional
16. Auditor harus menggunakan pertimbangan professional dalam merencanakan dan
melaksanakan audit atas laporan keuangan. (Ref: Para. A23–A27)
Pertimbangan Profesional (Ref: Para. 16)
A23. Pertimbangan profesional diperlukan terutama dalam membuat keputusan tentang:
• Materialitas dan risiko audit.
• Sifat, saat, dan luas prosedur audit yang digunakan.
• Pengevaluasian tentang apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan apakah
pengevaluasian lebih lanjut dibutuhkan.
• Penarikan kesimpulan berdasarkan bukti audit yang diperoleh, sebagai contoh, penilaian atas kewajaran
estimasi yang dibuat oleh manajemen dalam menyusun laporan keuangan.
A24. Karakteristik unik pertimbangan profesional dari seorang auditor yang kompeten berasal dari
pelatihan, pengetahuan, dan pengalamannya.
A25. Pelaksanaan pertimbangan profesional dalam kasus tertentu didasarkan pada fakta dan
kondisi yang diketahui oleh auditor. Konsultasi atas hal yang sulit atau kontroversial selama
pelaksanaan audit diperkenankan.
A26. Pertimbangan profesional dapat dievaluasi berdasarkan apakah pertimbangan yang dibuat
mencerminkan suatu penerapan prinsip audit dan akuntansi yang kompeten dan tepat, serta konsisten
dengan fakta dan kondisi yang diketahui oleh auditor hingga tanggal laporan auditor.
A27. Pertimbangan profesional perlu dilakukan sepanjang audit dan perlu didokumentasikan
dengan tepat. Pertimbangan profesional tidak untuk digunakan sebagai justifikasi untuk keputusan yang
tidak didukung oleh fakta dan kondisi perikatan atau bukti audit yang tidak cukup dan tidak tepat.
8
Bukti Audit yang Cukup dan Tepat serta Risiko Audit
17. Untuk memperoleh keyakinan memadai, auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
untuk menurunkan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, dan oleh karena itu, memungkinkan
auditor untuk menarik kesimpulan wajar yang mendasari opini auditor. (Ref: Para. A28–A52)
19. Auditor harus memiliki suatu pemahaman tentang keseluruhan isi suatu SA, termasuk materi
penerapan dan penjelasan lain, untuk memahami tujuan SA dan menerapkan ketentuan SA tersebut
dengan tepat. (Ref: Para. A58–A66)
20. Auditor tidak diperkenankan untuk menyatakan kepatuhannnya terhadap SA dalam laporan
auditor kecuali auditor telah mematuhi ketentuan SA ini dan seluruh SA lainnya yang relevan
dengan audit.
9
24. Jika suatu tujuan dalam suatu SA yang relevan tidak dapat dicapai, auditor harus melakukan
evaluasi. Kegagalan untuk mencapai suatu tujuan merupakan suatu hal signifikan yang
membutuhkan suatu dokumentasi menurut SA 230.4 (Ref: Para. A75–A76)
BUKTI AUDIT
Bukti audit diperoleh oleh auditor selama prosedur audit. Selain dari prosedur audit, bukti juga
dapat dikumpulkan dari sumber lain seperti audit sebelumnya, prosedur pengendalian mutu,
informasi oleh pakar dll. Intinya bukti audit adalah informasi yang mendukung atau
menentang asersi manajemen.
RISIKO AUDIT
Risiko audit merupakan fungsi gabungan dari risiko kesalahan penyajian material dan risiko
deteksi. Dimana penilaian risiko audit merupakan pertimbangan profesional auditor dan
didasarkan pada prosedur audit yang akan digunakan.
10
Risiko Deteksi
A.42 -> Pada tingkat risiko audit tertentu, ada kemungkinan mempunyai hubungan terbalik
antara tingkat risiko deteksi yang dapat diterima dan risiko kesalahan penyajian
material yang dinilai pada tingkat asersi.
Contoh : makin tinggi risiko kesalahan penyajian material yang diyakini ada oleh
auditor, makin rendah risiko deteksi yang dapat diterima dan, oleh karena itu, makin
banyak bukti audit persuasif yang dibutuhkan oleh auditor.
A.43 -> Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efektifitas dan kualitas prosedur serta hasil
audit:
- perencanaan yang memadai
- penugasan personel yang tepat ke dalam tim perikatan
- penerapan skeptisisme professional
- supervisi dan reviu atas pekerjaan audit yang telah dilaksanakan
A.44 -> risiko deteksi hanya dapat dikurangi, bukan dihilangkan, karena adanya
keterbatasan inheren dalam suatu audit. Oleh karena itu, sebagian risiko deteksi akan
selalu ada.
A.45 -> Adanya keterbatasan inheren dalam suatu audit menyebabkan hampir semua bukti
audit yang menjadi basis bagi auditor dalam menarik kesimpulan dan menyatakan
opini merupakan bukti yang bersifat persuasif bukan konklusif.
Keterbatasan bawaan suatu audit timbul dari:
11
- Adanya tindakan yang terorganisasi dengan rapi dalam rangka menutupi
kecurangan sehingga pengumpulan bukti tidak efektif dan bukti tidak berfungsi
dalam mendeteksi kesalahan.
- auditor tidak diberi kekuasaan hukum khusus, seperti kekuasaan untuk
melakukan penggeledahan yang mungkin diperlukan untuk suatu investigasi.
12
A.52. -Oleh karena keterbatasan inheren suatu audit, terdapat suatu risiko yang tidak
terhindarkan bahwa beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan belum tentu dapat terdeteksi, meskipun audit telah direncanakan dan
dilaksanakan dengan tepat berdasarkan SA
- keterbatasan inheren suatu audit bukan merupakan suatu pembenaran bagi auditor
untuk menerima bukti audit yang kurang persuasive.
- Apakah auditor telah melaksanakan suatu audit berdasarkan SA, ditentukan oleh
prosedur audit yang dilaksanakan sesuai dengan kondisinya, kecukupan dan
ketepatan bukti audit yang diperoleh, dan kesesuaian laporan auditor berdasarkan
suatu pengevaluasian atas bukti audit sehubungan dengan tujuan keseluruhan
auditor.
Sifat SA
1. Standar bagi pekerjaan auditor dalam memenuhi tujuan keseluruhan auditor.
2. Mengatur tanggung jawab umum auditor.
3. Mengatur pertimbangan lebih lanjut auditor dalam hal-hal tertentu.
4. Mengatur ruang lingkup, tanggal berlaku efektif, dan keterbatasan tertentu.
5. Tidak mengesampingkan peraturan perundang-undangan atau regulasi yang berlaku.
6. Memungkinkan pelaksanaan SA dan standar audit suatu yurisdiksi atau negara tertentu
secara bersamaan.
Pertimbangan Spesifik bagi Audit Sektor Publik
1. Tanggung jawab auditor sektor publik dapat dipengaruhi oleh mandat audit atau kewajiban
entitas sektor publik.
2. Tanggung jawab tambahan tersebut mungkin diatur dalam standar profesi yang ditetapkan
oleh organisasi audit sektor publik, atau dalam pedoman yang ditetapkan oleh organisasi
audit pemerintah.
Isi SA
1. Materi pendahuluan
a. Tujuan dan ruang lingkup SA
b. Hal pokok SA
c. Tanggung jawab
d. Konteks penetapan SA
2. Tujuan dan ketentuan
3. Panduan, berupa materi penerapan dan penjelasan lain, mengenai:
a. Penjelasan lebih akurat apa yang diharuskan oleh suatu ketentuan
b. Contoh-contoh prosedur.
c. Latar belakang hal-hal yang diatur dalam suatu SA
d. Pertimbangan tambahan tertentu untuk audit atas entitas yang lebih kecil dan entitas
sektor publik (tidak membatasi atau mengurangi tanggung jawab auditor untuk
menerapkan dan mematuhi ketentuan SA)
4. Lampiran
5. Daftar terminologi
13
a. Transaksi sederhana/tidak rumit
b. Pencatatan sederhana
c. Sedikit lini bisnis dan produk
d. Sedikit pengendalian internal
e. Sedikit tingkatan manajemen, tanggung jawab pengendalian yang luas
f. Sedikit personel, ruang lingkup tugas yang luas
Penggunaan Tujuan untuk Mengevaluasi Kecukupan dan Ketepatan Bukti Audit yang telah
Diperoleh
1. Menggunakan tujuan SA untuk mengevaluasi apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah
diperoleh dalam konteks tujuan keseluruhan auditor.
2. Jika auditor menyimpulkan bahwa bukti audit tidak cukup dan tidak tepat, auditor dapat
mengambil satu atau lebih pendekatan:
a. Mengevaluasi apakah bukti audit lebih lanjut yang relevan, telah atau akan
diperoleh.
b. Memperluas pekerjaan yang telah dilakukan dalam menerapkan satu atau lebih
ketentuan SA.
c. Melaksanakan prosedur lain.
14
a. Menghalangi auditor dalam mematuhi ketentuan suatu SA yang relevan.
b. Menyebabkan auditor tidak dapat atau tidak mungkin melaksanakan prosedur audit
tambahan atau memperoleh bukti audit lebih lanjut
2. Dokumentasi audit, membantu pengevaluasian auditor untuk mengetahui apakah kegagalan
tersebut telah menghalangi auditor dalam mencapai tujuan keseluruhan auditor.
15