PUTRI EKANDINI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Isolasi DNA dari
Sampel Daging dan Sirip Delapan Spesies Ikan Laut untuk PCR-RFLP adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Putri Ekandini
NIM B04100015
ABSTRAK
PUTRI EKANDINI. Isolasi DNA dari Sampel Daging dan Sirip Delapan Spesies
Ikan Laut untuk PCR-RFLP. Dibimbing oleh KUSDIANTORO MOHAMAD dan
WAHONO ESTHI PRASETYANINGTYAS.
PUTRI EKANDINI. DNA Isolation from Meat and Fin of Eight Marine Fish
Specieses for PCR-RFLP. Supervised by KUSDIANTORO MOHAMAD and
WAHONO ESTHI PRASETYANINGYAS.
PUTRI EKANDINI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Disetujui oleh
Drh Kusdiantoro Mohamad, MSi PAVet Drh Wahono Esthi Prasetyaningtyas, MSi PAVet
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli 2014
ini adalah Isolasi DNA dari Sampel Daging dan Sirip Delapan Spesies Ikan Laut
untuk PCR-RFLP.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drh Kusdiantoro Mohamad,
MSi PAVet dan Ibu Drh Wahono Esthi Prasetyaningtyas, MSi PAVet selaku
pembimbing, Dr Drh Ita Djuwita, Mphil PAVet (K) (alm) yang telah merancang,
membimbing, dan memberikan bantuan dana penelitian, serta Dr Drh Ni Luh Putu
Ika Mayasari yang telah memberikan bantuan bahan penelitian. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Wahyudin, Amd selaku staf Laboratorium
Embriologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor dan teman-
teman sesama penelitian (Dwi Budiono, Juita Siregar, Fitri Susana, Siti Khadijah,
Deny Putra Romadhon, dan Fatimah). Penulis menyadari bahwa penelitian ini
masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran yang membangun untuk memperlancar dan
memperoleh hasil penelitian selanjutnya yang lebih baik.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Putri Ekandini
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
1 Visualisasi DNA hasil isolasi sampel daging dan sirip ikan laut pada gel
agarosa 0.8% dan 1% 8
2 Visualisasi amplikon DNA sirip ikan selar setelah PCR dengan primer
cyt b dan setelah PCR dilanjutkan dengan pemotongan dengan enzim
Hinf I 11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis ragam jumlah rata-rata konsentrasi sampel DNA daging dan
sirip ikan laut 16
2 Analisis ragam jumlah rata-rata tingkat kemurnian sampel DNA dan
sirip ikan laut 17
3 Perhitungan manual fragmen restriksi Hinf I ikan selar 18
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Teknik isolasi DNA ikan laut ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan
analisis molekuler seperti PCR-RFLP, sequencing, mikrosatelit, hibridisasi, dan
lain-lain. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi mengenai jenis
sampel yang tepat untuk isolasi DNA pada ikan laut sehingga diperoleh sampel
DNA dengan konsentrasi dan kemurnian yang lebih tinggi.
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Laut
Tabel 1 Taksonomi delapan jenis ikan laut yang digunakan dalam penelitian
Jenis Famili Genus Spesies
Baronang Siganidae Siganus S. javus
Kerapu Serranidae Epinephelus Ephinephelus sp.
Ekor Kuning Caesionidae Caesionida Caesionidae sp
Kakap Merah Lutjanidae Lutjanus L. camphenatus
Kurisi Nemipteridae Nemipterus N. nematophorus
Kue Carangidae Caranx C. melampygus
Bawal Hitam Carangidae Parastromateus P. niger
Selar Carangidae Selaroides S. letolepis
Sumber: Froese dan Pauly (2014)
3
Isolasi DNA
PCR-RFLP
METODE
Bahan Penelitian
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat diseksi, timbangan
analitik, pipet mikro (ukuran 1–10 μl, 10–100 μl, dan 100–1000 μl), tip mikro,
tabung sampel, tabung mikro 1.5 ml, erlenmeyer, gelas piala, parafilm, vortex,
waterbath, microwave, elektroforesis gel agarosa, sentrifus (Kokusan
H1500DR®), spektrofotometer (NanoDrop 2000 Thermo Scientific®), mesin PCR
(AB Gene Amp® PCR System 9700).
Prosedur Penelitian
Pengumpulan Sampel
Sampel delapan ikan laut konsumsi yaitu ikan baronang (Siganus javus),
kerapu (Epinephelus sp), ekor kuning (Caesionidae sp), kakap merah (Lutjanus
campechanus), kurisi (Nemipterus nematophorus), kue (Caranx melampygus),
bawal hitam (Parastromateus niger), dan selar (Selaroides leptolepis) diperoleh
dari pasar sekitar Bogor, kemudian sampel tersebut disimpan di dalam freezer di
suhu -20 °C sampai proses selanjutnya.
Isolasi DNA
Metode isolasi yang digunakan mengacu pada Sambrook et al. (1982).
Sebanyak 100 mg masing-masing sampel dihaluskan di dalam tabung mikro 1.5
ml menggunakan gunting. Sampel yang telah halus ditambah larutan lysis buffer
sebanyak 500 μl, kemudian diinkubasi pada suhu 55 °C selama 1 jam dan
digoyang sekali-sekali. Kemudian 6 μl proteinase K (10 mg/ml) ditambahkan ke
dalam larutan tersebut dan diinkubasi kembali di suhu 55 °C selama 3 jam.
Sebanyak 3 μl (20 mg/ml) RNAse ditambahkan ke dalam tabung kemudian
tabung dibolak-balik sebanyak 25 kali, lalu diinkubasi pada suhu 37 °C selama
1530 menit. Setelah itu tabung yang berisi larutan tersebut disimpan di dalam
pecahan es selama 30 menit dan dilanjutkan dengan sentrifugasi pada kecepatan
9000 g selama 30 menit.
Supernatan yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabung baru dan
ditambahkan larutan amonium asetat 5 M sebanyak 500 μl, divortex selama 20
detik pada kecepatan maksimum, kemudian didiamkan selama 10 menit pada suhu
ruang. Selanjutnya tabung disentrifugasi pada kecepatan 4300 g pada suhu 4 °C
selama 15 menit, supernatan dipindahkan ke dalam tabung baru dan disentrifugasi
kembali pada kecepatan 4300 g pada suhu 4 °C selama 15 menit. Supernatan hasil
sentrifugasi dipindahkan ke dalam tabung baru yang sudah diisi isopropanol
absolut sebanyak 600 μl, sampel dicampur dengan cara dibolak-balik, kemudian
didiamkan selama 1 malam pada suhu ruang sampai terbentuk endapan Setelah itu
dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 4300 g pada suhu 4 °C selama 5 menit
sehingga DNA akan terlihat sebagai endapan putih kecil di dasar tabung.
Supernatan dibuang kemudian alkohol 70% dingin ditambahkan sebanyak
500 μl, lalu tabung dibolak-balikkan untuk membantu pencucian DNA. Kemudian
sentrifugasi dilakukan pada kecepatan 16 000 g selama 3 menit. Alkohol di dalam
tabung dibuang dengan hati-hati dengan pipet supaya endapan DNA yang
menempel di dinding tabung tidak ikut terbuang, kemudian DNA di dalam tabung
7
dikeringkan dengan cara didiamkan pada suhu ruang semalam atau diinkubasi
pada suhu 75 °C selama 5 menit. MilliQ steril ditambahkan ke dalam tabung
mikro yang berisi endapan DNA sebanyak 3050 μl lalu diinkubasi pada suhu 60
°C selama 3 menit. Tabung yang berisi DNA diberi label dan disegel
menggunakan parafilm kemudian disimpan di dalam freezer (-20 °C).
x untuk jarak migrasi DNA (cm). Langkah kedua migrasi DNA ladder diukur
pada foto atau gambar kemudian diplot pada kertas Semi-Log sehingga terbentuk
garis lurus atau garis miring. Langkah berikutnya adalah pengukuran migrasi
DNA setiap fragmen restriksi dan diplot pada kertas Semi-Log sama seperti
sebelumnya sehingga dapat diketahui berat molekul DNA setiap fragmen restriksi
(Sambrook et al. 1982).
Hasil elektroforesis DNA hasil isolasi yang berasal dari delapan spesies ikan
laut konsumsi menunjukkan hanya sampel DNA daging ikan baronang dan sirip
selar yang terlihat jelas pada gel agarosa 0.8%. Setelah menggunakan gel agarosa
1%, maka sampel DNA daging ikan baronang, daging kerapu, sirip bawal hitam,
dan sirip selar terlihat jelas pada hasil elektroforesis (Gambar 1, Tabel 2).
a b
Gambar 1 Visualisasi DNA hasil isolasi sampel daging dan sirip ikan laut pada
gel agarosa 0.8% (a) dan 1% (b)
9
Sampel DNA daging ikan kerapu dan sirip ikan bawal hitam tidak terlihat
setelah dielektroforesis pada gel agarosa 0.8% tetapi terlihat pada gel agarosa 1%.
Sementara itu jenis sampel daging dan sirip dari jenis ikan lain tidak terlihat baik
pada gel agarosa 0.8% dan 1%. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor di antaranya
ukuran molekul DNA dan konsentrasi gel agarosa. Molekul yang lebih besar akan
bergerak lebih lambat dibanding molekul yang lebih kecil dan DNA linier
bergerak lebih cepat dibanding DNA sirkuler. Konsentrasi gel agarosa yang lebih
rendah memiliki pori yang lebih renggang dibanding gel agarosa dengan
konsentrasi tinggi memungkinkan molekul DNA akan lebih cepat bergerak
melewati gel agarosa.
Menurut Fatchiyah (2010), laju migrasi elektroforesis DNA dipengaruhi
beberapa faktor yaitu ukuran molekul DNA, konsentrasi gel agarosa, konformasi
DNA, penggunaan voltase dan arah bidang elektris, komposisi basa DNA atau
temperatur, keberadaan pewarna DNA, serta komposisi buffer elektroforesis.
Tabel 2 Kualitas visualisasi DNA hasil isolasi sampel daging dan sirip ikan
laut
Hasil Elektroforesis
Jenis Ikan Jenis Sampel
Gel agarosa 0.8% Gel agarosa 1%
Daging ++ +++
Baronang
Sirip - -
Daging - ++
Kerapu
Sirip - -
Daging - -
Ekor Kuning
Sirip - -
Daging - -
Kakap Merah
Sirip - -
Daging - -
Kurisi
Sirip - -
Daging - -
Kue
Sirip - -
Daging - -
Bawal Hitam
Sirip - ++
Daging - -
Selar
Sirip + +++
- : Tidak terlihat, +: Terlihat cukup jelas, ++ : Terlihat jelas, +++ : Terlihat sangat jelas
Secara umum nilai rata-rata konsentrasi DNA sampel sirip lebih tinggi
dibanding konsentrasi DNA dari sampel daging, tetapi keduanya memiliki standar
deviasi yang tinggi menyebabkan rentang rata-rata kedua konsentrasi menjadi
bersinggungan sehingga dikatakan tidak berbeda nyata (P>0.05). Standar deviasi
menunjukkan keheterogenan yang terjadi dalam data. Semakin besar nilai standar
deviasi, menandakan data pengamatan semakin menyebar dan memiliki
kecendurangan setiap data berbeda satu sama lain (Salkind 2007).
11
Setelah dilakukan proses PCR pada seluruh sampel DNA hasil isolasi,
hanya diperoleh satu sampel DNA yaitu dari sirip ikan selar yang menunjukkan
hasil positif pita pada 359 bp setelah dielektroforesis (Gambar 2a). Kocher dan
White (1989) menyatakan bahwa penggunaan primer universal sitokrom b akan
menghasilkan amplikon dengan panjang 359 bp. Kemudian amplikon dipotong
dengan menggunakan enzim restriksi Hinf I dan terpotong menjadi dua fragmen
(Gambar 2b). Setelah dilakukan pengukuran secara manual, maka diketahui
bahwa panjang fragmen amplikon tersebut adalah 332 bp dan 27 bp (Lampiran 3).
Gambar 2 Visualisasi amplikon DNA sirip ikan selar setelah PCR dengan primer
cyt b (a) dan setelah PCR dilanjutkan dengan pemotongan dengan
enzim Hinf I (b)
Salah satu faktor keberhasilan proses amplifikasi DNA dengan PCR adalah
DNA yang akan diamplifikasi memiliki konsentrasi dan kemurnian yang baik
(Sambrook et al. 1989), dalam penelitian ini hanya sampel dari sirip ikan selar
yang memiliki kriteria ini (konsentrasi 150.50 ng/μl; rasio A260/280 = 1.91, lihat
12
SIMPULAN
SARAN
untuk isolasi DNA dari ikan lebih disarankan karena bersifat non invasif dan
menghasilkan nilai konsentrasi dan tingkat kemurnian yang tidak berbeda nyata
dibanding sampel daging yang bersifat invasif. Konsentrasi dan tingkat kemurnian
DNA perlu diperhatikan agar proses amplifikasi PCR dapat berlangsung secara
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiana DW. 2009. Teknik isolasi DNA genom tanaman pepaya dan jeruk dengan
menggunakan modifikasi buffer CTAB. Bul Tek Pertan. 14 (1):12-16.
Ariyanti Y. 2012. Aplikasi DNA barcode pada penentuan spesies ikan danau laut
tawar, Nanggroe Aceh Darussalam [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Becker WM, Kleinsmith LJ, Hardin J. 2000. The World of The Cell. Ed ke-4.
New York (US): The Benjamin Publishing Company.
Bellard MG, Outdet P, Chambon P. 1973. Isolation of high molecular weight
DNA from mammalian cells. Eur J Biochem. 36:32-38.
Bravi CM, Liron JP, Mirol PM, Ripoli MV, Garcia PP, Giovambattista G. 2004.
A simple method for domestic animal identification in Argentina using
PCR-RFLP analysis of cytochrome b gene. Leg Med. 6:246-251.
Buwono ID, Rosidah. 2010. Uji Sensitifitas Metode One Step dan Nested PCR
terhadap Deteksi Penyakit KHV pada Ikan Mas (Cyprinus carpio).
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Universitas
Padjajaran.
Clark DP, Pazdernik NJ. 2011. Biotechnology: Academic Cell. Massachusetts
(US): Academic Press.
Fatchiyah. 2010. DNA qualitative and quantitative analysis [Internet]. [diacu 2014
Agustus 13]. Tersedia dari: http://fatchiyah.lecture.ub.ac.id/teaching-res
ponsibility/general/dna-qualitative-quantitative-analysis/.
Fatchiyah, Rahayu S, Aruminingtyas EL. 2011. Isolasi DNA. Di dalam : Fatchiyah,
Arumingtyas EL, Widyarti S, Rahayu S. Biologi Molekular-Prinsip Dasar
Analisis. Jakarta (ID): Erlangga. hlm 21-32.
Fatchiyah. 2011. Uji Kuantitatif dan Kualitatif. Di dalam: Fatchiyah, Arumingtyas
EL, Widyarti S, Rahayu S. Biologi Molekular-Prinsip Dasar Analisis.
Jakarta (ID): Erlangga. hlm 34-37.
Fatchiyah, Aruminingtyas EL. 2011. Restriction Fragment Length Polymorphism
(RFLP). Di dalam: Fatchiyah, Arumingtyas EL, Widyarti S, Rahayu S.
Biologi Molekular-Prinsip Dasar Analisis. Jakarta (ID): Erlangga. hlm 42-
45.
Froese R, Pauly D. 2014. Fish base [Internet]. [diacu 2014 September 9]. Tersedia
dari: http://www.fishbase.org.
Garibyan L, Avashia N. 2013. Polymerase chain reaction. J Invest dermatol. 133
(6):1-4.
Grunenwald H. 2003. Optimization of Polymerase Chain Reaction. Di dalam:
Barlett JMS, Stirling D, editor. PCR Protocols Ed ke-2. New Jersey (US):
Humana Press Inc. hlm 90-95.
14
[KBBI] Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Ikan [Internet]. [diacu 2014
September 6]. Tersedia dari: bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php.
Kocher TD, White TJ. 1989. Evolutionary analysis via PCR. Di dalam: Erlich H
A, editor. PCR Technology: Principles and Aplication for DNA
amplification. New York (US): Stockton Press. hlm 137-147.
Lockley A, Bardsley R. 2000. Novel method for discrimination of tuna (Thunnus
thynnus) and bonito (Sarda sarda) DNA. J Agric Food Chem. 48:4463-
4468.
Minarovic T, Trakovicka A, Rafayova A, Lieskovska Z. 2010. Animal species
identification by PCR-RFLP of cytochrome b. Anim Sci Biotechnol. 43
(1):296-299.
Muladno. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor (ID): Pustaka
Wirausaha Muda.
Nebola M, Borilova G, Kasalova J. 2010. PCR-RFLP analysis of DNA for the
differentiation of fish species in seafood samples. Bull Vet Inst Pulawy. 54:
49-53.
Noegroho A. 2013. Keanekaragaman hayati laut Indonesia terbesar di dunia
[Internet]. [diacu 2014 Agustus 27]. Tersedia dari: http://kkp.go.id/
index.php/arsip/c/9822/keanekaragaman-hayati-laut-indonesia-terbesar-di-
dunia/?category_id=.
Pascoal A, Prado M, Castro J, Cepeda A, Barrosvelasquez J. 2004. Survey of
authenticity of meat species in food products subjected to different
technological processes, by means of PCR-RFLP analysis. Eur Food Res
Technol. 218: 306-312.
Putri NTAF. 2010. Karakterisasi spesies bahan baku ikan air tawar komersial
berbasis PCR-sequencing dan perbandingan metode ekstraksi DNA
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Roger SO, Bendich. 1994. Extraction of Total Cellular DNA from Plant, Algae,
and Fungi. Molecular Biology Manual.
Salkind NJ. 2007. Encyclopedia of Measurement and Statistics Volume 1.
California (US): Sage Publications Inc.
Sambrook J, Fritsch FF, Maniastis T. 1982. Molecular Cloning. A laboratory
manual. Ed ke-1. New York (US): Cold Spring Harbor Laboratory.
Sambrook J, Fritsch FF, Maniastis T. 1989. Molecular Cloning. A laboratory
manual. Ed ke-2. New York (US): Cold Spring Harbor Laboratory.
Saputra D. 2009. Gambaran restriction fragment length polymorphism (RFLP)
gen sitokrom b DNA mitokondria dari sembilan spesies ikan air tawar
konsumsi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Syahailatua A. 2010. Identifikasi stok ikan, prinsip dan kegunaannya. Oseana.
18(2):55-63.
Tataurov AV, You Y, Owczarzy R. 2008. Predicting ultraviolet spectrum of
single stranded and double stranded deoxyribonucleic acids. Biophys
Chem. 133 (1-3):66-70.
Teletchea F. 2009. Molecular dentification methods of fish species: reassesment
and possible applications. Rev Fish Biol Fish. 19:265-293.
Turtinen LW, Juran BD. 1998. Protein salting-out method applied to genomic
DNA isolation from fish whole blood. Bio Tech. 24:238-239.
15
[UNDIP] Universitas Diponegoro (ID). 2013. Uji DNA untuk identifikasi ikan
spesies baru dari Kaimana Papua [Internet]. [diacu 2014 Agustus 25].
Tersedia dari: http://msdp.undip.ac.id/s3/berita-143-uji-dna-untuk-identifi
kasi-ikan-spesies-baru-dari-kaimana-papua.html.
Vin ALL, Adam A, Tedder A, Arnold KA, Mable BK. 2011. Validation of swabs
as non destructive and relatively non-invasive DNA sampling method in
fish. Mol Ecol Resour. 11 (1):107-109.
Wasko AP, Martins C, Oliveira C, Foresti F. 2003. Non-destructive genetic
sampling in fish. An improved method for DNA isolation from fish fins
and scales. Her. 138:161-165.
Wolf C, Rentsch J, Hubner P. 1999. PCR-RFLP analysis of mitochondrial DNA: a
reliable method for species identification. J Agric Food Chem. 47
(4):1350-1355.
16
Lampiran 1 Analisis ragam jumlah rata-rata konsentrasi sampel DNA daging dan
sirip ikan laut
17
RIWAYAT HIDUP