Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi

akan memicu persaingan dalam perekonomian tersebut, perusahaan dituntut untuk

dapat menyusun dan menerapkan suatu strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan

situasi dan kondisi pasar dan mampu memanfaatkan kesempatan yang ada.

Pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam proses kegiatan

perusahaan, di mana kegiatan pemasaran secara langsung mengarahkan pada

pencapaian tujuan perusahaan yang salah satunya adalah peningkatan volume

penjualan yang ujung-ujungnya memperoleh sejumlah laba yang optimal, sehingga

dapat dikatakan bahwa laba diperoleh suatu perusahaan merupakan pencerminan dari

keberhasilan aktivitas pemasaran perusahaan itu sendiri.

Salah satu upaya yang ditempuh oleh perusahaan dalam meningkatkan volume

penjualan adalah perlunya ditunjang strategi pemasaran melalui orientasi bauran

pemasaran yang meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi. Dari keempat

variabel dalam bauran pemasaran tersebut yang menjadi salah satu titik tolak adalah

harga. Penentuan harga bertujuan untuk mendorong penjualan dalam pemasaran suatu

1
barang dan jasa, dan juga bersaing dalam usaha untuk meningkatkan volume

penjualan.

Memuaskan pelanggan dengan produk yang bermutu tinggi merupakan kunci

prestasi yang menguntungkan. Fungsi pemasaran dalam perusahaan bertugas

menentukan target pelanggan serta cara terbaik untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginan mereka secara bersaing dan menguntungkan.

Salah satu teori pendukung atas Bauran pemsaran dikutip dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemasaran adalah :

“Bauran Pemsaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang


bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam
kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia”

Untuk mencapai target efisiensi tertentu dan seterusnya menghasilkan

keuntungan yang diharapkan, perusahaan melaksanakan kegiatan-kegiatan

fungsionalnya yaitu bidang pemasaran, produksi, keuangan, dan administrasi, masing

– masing bidang ini merupakan kegiatan yang menuntut spesialisasi tersendiri dengan

programnya masing – masing. Selanjutnya untuk menghasilkan keuntungan yang

diharapkan perusahaan harus memperhatikan masalah harga, dimana harga adalah

salah satu variabel pemasaran yang perlu diperhatikan oleh manajemen perusahaan

karena harga akan langsung mempengaruhi besarnya volume penjualan dan laba yang

dicapai oleh perusahaan.

2
Kebijaksanaan perencanaan produk, penyaluran barang maupun penggunaan

media promosi yang baik tidak akan menghasilkan sesuatu bila kebiaksanaan tentang

harga tidak ikut diperhatikan. Dengan demikian harga sebuah produk atau jasa

merupakan faktor penentu utama permintaan pasar, selain itu harga juga

mempengaruhi bagian posisi, persaingan dan bagian satu kebijaksanaan dalam arti

bahwa harga yang ditetapkan dapat terjangkau sesuai dengan tingkat kemampuan

konsumen dan dilain pihak tidak merugikan perusahaan itu sendiri. Jadi suatu

perusahaan harus menerapkan harga yang memiliki daya saing yang kuat, dimana bila

didukung oleh kegiatan pengawasan lainnya dan manajemen yang baik maka

diharapkan perusahaan tersebuat akan mampu menghargai para pesaing. Jadi dalam

kegiatan penjualan, konsumen harus mendapatkan perhatian sepenuhnya, karena

konsumen mempunyai kebebasan dalam memilih suatu barang yang disenanginya.

Bauran Pemasaran menurut Kotler (1997:92) :

“Marketing mix is the set of marketing tools that the firm uses to pursue its
marketing objectives in the market.”(Marketing Management,1997) yang
kurang lebih memiliki arti bauran pemasaran adalah kumpulan dari variabel-
variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu badan
usaha untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran”

Menurut Stanton (1978) adalah :

“Bauran pemasaran adalah kombinasi dari 4 variabel atau kegiatan yang


merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yaitu produk, harga,
kegiafan promosi dan sistem distribusI”

3
Ada banyak alat pemasaran, McCarthy mempopulerkan pembagian kiat

pemasaran ke dalam 4 (empat) faktor yang disebut the four Ps: product, price, place,

and promotion” (cited in Kotler, 1992:92).

Dengan menentukan harga yang sesuai berarti perusahaan telah menciptakan

suatu kesempatan baru dalam memasarkan hasil produksinya atau barang

dagangannya, sehingga dapat menghadapi saingan-saingan yang ada dalam wilayah

pemasarannya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan membahas tentang

“Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Volume Penjualan Produk

Pada PT. Proparindo Jasa Tama Makassar“.

1.2 Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah

“Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap volume penjualan produk pada PT.

Proparindo Jasa Tama Makassar”.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan

1.3.1 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui pengaruh harga jual terhadap peningkatan volume

penjualan.

1.3.2 Kegunaan Penulisan

4
1. Diharapkan pembahasan yang dilakukan nantinya akan menjadi bahan

masukan bagi perusahaan dalam meningkatkan penjualan pada masa

yang akan datang.

2. Sebagai salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan pendidikan

pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi peneliti

selanjutnya.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan dalam mengikuti pembahasan ini, maka skripsi ini

diuraikan dalam Enam bab, yaitu :

Bab I Merupakan Pendahuluan yang menguraikan tentang Latar Belakang,

Masalah Pokok, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika

Penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka yang terdiri atas Pengertian Pemasaran, Marketing

Mix, Harga, Strategi penentuan harga, Kebijakan Penentuan Harga,

Tujuan Kebijakan Harga, Prosedur Kebijakan Harga, Kebijakan

Potongan Harga , kerangka pikir dan Hipotesis.

5
Bab III Merupakan Metode Penelitian yang menguraikan tentang Tempat dan

Waktu Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Jenis dan Sumber

Data, Defenisi Opresional, Metode Analisis.

Bab IV Merupakan Gambaran Umum Perusahaan yang terdiri dari Sejarah

Singkat Perusahaan, Struktur Organisasi Perusahaan, dan Proses

Produksi

Bab V Merupakan Analisis dan Pembahasan

Bab VI Kesimpulan dan Saran

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pemasaran

Kegiatan pemasaran dewasa ini mempunyai peran yang sangat penting dalam

dunia usaha, hal ini disebabkan karena pemasaran merupakan kegiatan pokok yang

harus dilakukan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan proses penjualan demi

mempertahankan kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan untuk masa

yang akan datang.

Pemasaran merupakan seni menciptakan dan memuaskan pelanggan secara

menguntungkan, pemasaran mengantarkan barang dan jasa yang tepat, dan harga

barang yang tepat dan komunikasi serta promosi yang tepat.Pengertian pemasaran

telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli dengan berbagai teori dan pendapat

yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang mereka.

Adapun defenisi pemasaran menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo yaitu,

”Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan


untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada
pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial.”

Dari defenisi diatas dapat diberikan gambaran bahwa pemasaran ditinjau sebagai

suatu sistem kegiatan usaha dimana variabel-variabel kegiatan seperti merencanakan,

7
menentukan harga, mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan jasa adalah

saling berhubungan dalam rangka memuaskan kebutuhan konsumen.

Selanjutnya Kotler mendefenisikan pemasaran yaitu,


Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manejerial dengan mana individu
dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.”
Dari defenisi diatas dapat digambarkan bahwa pemasaran merupakan suatu

proses pertukaran produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu atau

kelompok dengan cara mengadakan hubungan dengan pihak lain, dan terdapat dua

kepentingan dipertemukan dengan mengadakan hubungan pertukaran yang saling

menguntungkan dalam hal ini pembeli berusaha memenuhi kebutuhannya dan penjual

yang berusaha untuk mendapatkan laba.

Kemudian menurut Kotler, pengertian pemasaran adalah :

“Sebuah proses sosial dan menajerial dimana indivudu-individu dan


kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran,saran produk-produk atau
value dengan pihak lainnya”.

Sedangkan istilah pemasaran (Marketing) didefinisikan oleh American

Marketing Association dalam Kotler sebagai:

“Proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi harga, promosi dan


pendistribusian barang, jasa dan ide untuk menciptakan perukaran dengan
kelompok yang dituju, di mana proses ini dapat memuaskan pelanggan dan
tujuan perusahaan”.

8
Namun, dari waktu ke waktu, pemasaran mengalami redefenisi untuk

menyesuaikan diri dengan perubahan suatu variabel yang sangat menentukan yaitu

situasi persaingan.

Seperti yang didefinisikan oleh Kolter, bahwa:

“Pemasaran bukan hanya proses penciptaan, penawaran dan pertukaran


produk saja tetapi juga meliputi value. Di era persaingan bebas seperti saat ini,
perang pemasaran yang terjadi bukanlah semata-mata perang pemasaran.
Perang pemasaran saat ini adalah perang value, karena value adalah kunci
untuk memenangkan dan mempertahankan pelanggang.”

Pengertian marketing menurut Kotler dalam Alma dapat dilihat dari sudut pandang.

“Pertama dari sudut pandang societal (masyarakat) menunjukkan peranan


marketing dalam masyarakat. Sedangkan menurut pandangan marketer,
marketing berperan untuk menyampaikan standar hidup yang lebih tinggi bagi
masyarakat”.

Menurut Kolter (2002 : 9) mengemukakan bahwa :

“Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan


kelompok mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan menciptakan,
menawarkan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai kepada
pihak lain”.

Selain itu pemasaran adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan akan barang,

jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu dan

organisasi.

9
Menurut Counverse dan Jones dalam Alma (2005:8) mengemukakan bahwa

dunia bisnis dibagi dua, yaitu:

“Production diartikan sebagai has to do moving these good in the hand of


consumers, yang produksi diartikan sebagai pekerjaan menciptakan barang.
Sedangkan marketing ialah pekerjaan memindahkan barang-barang ketangan
konsumen.”

Stanton dalam Mursid ( 2002 : 26 ) mengemukakan bahwa:


“Pemasaran adalah meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan
kegiatan usaha yang bertujuan merencanakan menentukan harga, hingga
mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang akan
memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun potensial”.

Jadi pada dasarnya kita melihat pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan

yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa kepada konsumen. Dari

pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat terjadinya pertukaran

sebagai realisasi dari adanya pemasaran ialah sebagai berikut :

1. Harus ada pembeli dan penjual

2. Setiap pihak mempunyai sesuatu yang dapat berguna bagi pihak lain

3. Setiap pihak mampu berkomunikasi dan bebas menerima atau menolak

terhadap barang yang ditawarkan

10
Adapun defenisi pemasaran menurut Jatmiko (2004:90) yaitu :

“Suatu aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan


harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk
kepentingan pasar, baik pasar konsumen rumah tangga dan atau pasar
industri.”

2.2 Marketing Mix = Bauran Pemasaran

Dalam konsep pemasaran dewasa ini, kita mengenal salah satu konsep yang

paling penting yaitu konsep marketing mix, yang merupakan salah satu kombinasi

cara dan keinginan pemasaran yang sangat menentukan keberhasilan suatu

perusahaan di dalam usaha untuk mengejar keuntungan terutama mencapai profit

maksimum.

Adapun Variabel-variabel yang terdapat dalam marketing mix yaitu produk,

harga, promosi dan distribusi. Variabel-variabel tersebut saling berkaitan dengan

masalah bagaimana menentukan bentuk penawaran pada segmen pasar tertentu.

Kotler (1995:82) memberikan pengertian marketing mix yaitu :

“Marketing Mix merupakan himpunan atau seperangkat alat atau variabel


pemasaran yang terkendali yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai
tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.”

Defenisi ini memberikan pengertian bahwa variabel-variabel yang ada di dalam

marketing mix merupakan variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan, dan

yang menjadi sasaran marketing mix adalah tanggapan dari pasar sasaran yang

menjadi target implementasi marketing mix.

11
Kemudian menurut Swastha dan Sukotjo (1995:193), mengemukakan defenisi

marketing mix sebagai berikut,

“Marketing Mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yaitu produk, struktur
harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi.”

Berdasarkan pada uraian diatas, maka seorang pemimpin perusahaan, dalam

menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan harus memperhatikan variabel-

variabel dari marketing mix secara terkoordinir agar penjualan dari produksi

perusahaan dapat mencapai hasil yang maksimal.

Keempat faktor yang dikemukakan pada defenisi tersebut merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena merupakan

inti dari semua sistem pemasaran, sehingga pemasaran merupakan kegiatan yang

dapat dikontrol, maka perusahaan sendiri dapat langsung menentukan levelnya

masing-masing menurut prioritas sesuai kebutuhan dari perusahaan yang

bersangkutan dan tidak dapat diabaikan satu dengan yang lainnya.

Bertolak dari uraian marketing mix yang dikemukakan diatas, maka untuk lebih

jelasnya keempat variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk

diperhatikan, dibeli atau dikomsumsikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

dan keinginan konsumen.

12
Produk disini meliputi benda fisik, jasa orang, tempat, organisasi, dan gagasan.

Jadi sebuah produk bukanlah seperangkat atribut berwujud saja, melainkan lebih dari

itu. Suatu perusahaan dalam memasarkan suatu produknya harus mengetahui sifat dan

keinginan konsumen. Dengan demikian, seorang pengusaha/perusahaan hendaknya

melihat dengan jeli bagaimana menciptakan suatu peluang sesuai dengan selera

konsumen agar barang yang dihasilkan dapat diserap dengan baik oleh konsumen

ataupun pembeli potensial. Selain itu, bahwa produk itu tidak hanya berupa unsur

fisik saja, akan tetapi juga mencakup sifat non-fisik, seperti harga, warna, prestise,

dan pelayanan. Jadi semua unsur ini dapat dipandang sebagai alat pemuas kebutuhan

pembelinya.

2. Saluran Distribusi

Usaha untuk menjamin tersedianya barang dan jasa yang ingin dibeli

dimanapun konsumen berada merupakan salah satu tujuan dari kebijaksanaan

perusahaan yang harus dilakukan melalui sistem penyaluran atau distribusi.

Umumnya dalam memproduksi barang dan jasa, perusahaan tidak langsung menjual

kepada konsumen akhir, akan tetapi melalui suatu perantaraan, khususnya barang

dibidang konsumsi, untuk menekan biaya pencapaian pasar yang luas dan menyebar.

Produsen dapat melimpahkan fungsi pemasarannya kepada perantara dengan maksud

memperoleh penghematan biaya.

Saluran distribusi merupakan alat yang dipergunakan oleh perusahaan untuk

menyalurkan hasil produksinya ke pasar hingga sampai ke tangan konsumen akhir.

13
Dalam perekonomian yang telah maju ini, kebanyakan produsen tidak menuai hasil

produknya secara langsung kepada konsumen akhir. Diantara para produsen dan

pemakai akhir, terdapat jumlah besar padagang perantara yang menjalankan berbagai

fungsi. Pedagang perantara itu antara lain :

a. Merchant Middleman yaitu pedagang besar dan pedagang pembeli, memiliki hak

atas barang tersebut dan menjual kembali barang yang bersangkutan.

b. Agent Middleman yaitu makelar atau broker perwakilan dagang atau agen

penjualan yang mencari pembeli, melakukan negoisasi atas nama produsen tetapi

tidak memiliki hak atas barang yang diperjualbelikan.

3. Promosi

Salah satu komponen dalam marketing mix yang dikenal sebagai alat

komunikasi antara perusahaan dan konsumen adalah promosi. Promosi merupakan

salah satu sarana vital dalam dunia usaha guna memberikan informasi dan membujuk

pasar, sehubungan dengan produk yang ditawarkan. Promosi merupakan salah satu

variabel marketing mix yang digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan

komunikasi dengan pasarnya. Promosi juga sering dikatakan sebagai proses berlanjut

karena dapat menimbulkan rangkaian kegiatan selanjutnya dari perusahaan.

Promosi bagi pihak produsen merupakan sarana dalam memperkenalkan jenis,

bentuk, harga, warna, dan kualitas dari barang yang dihasilkan guna memenuhi

keinginan dan kebutuhan para konsumen. Bagaimana upaya mempengaruhi tingkah

14
laku konsumen agar dapat membeli barang dan jasa yang ditawarkan. Promosi

merupakan senjata ampuh untuk merebut konsumen dipasaran serta

memperkenalkan barang baru yang diproduksi baik langsung maupun secara tidak

langsung bisa meyakinkan konsumen serta membujuknya agar rela mengadakan

pembelian. Selain itu promosi juga merupakan suatu sarana yang sangat vital

didalam segala aktivitas guna meraih suatu keberhasilan yang telah dicanangkan oleh

perusahaan itu sendiri.

4. Harga

Pada setiap produk atau jasa yang ditawarkan, maka bagian pemasaran berhak

menentukan harga produknya. Ditinjau dari perusahaan secara individu, harga

merupakan determinan utama bagi permintaan di pasaran. Karena harga

mempengaruhi akan posisi persaingan dan market share juga merupakan titik fokus

perhatian terhadap program pemasaran perusahaan.

Dalam memutuskan mutu dan peningkatan barang/jasa yang dihasilkan, maka

manajer perlu memperhatikan peranan penting harga dalam keputusan tersebut.

Demikian juga manajer mengeluarkan biaya yang besar untuk keperluan promosi,

maka kegiatan mempengaruhi harga bagi barang yang ditawarkan. Pangkal utama tak

lain karena masyarakat tersebut tidak terlepas dari masalah harga. Untuk mengetahui

secara lebih jauh tentang harga secara mendalam lagi, ada beberapa defenisi yang

dikemukakan oleh para pakar mengenai harga.

15
Swastha dan Sukotjo (1995:211), memberikan pengertian tentang harga dengan

singkat dan sederhana yaitu:

“Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya.”

Dari pengertian diatas, maka dapat dimengerti bahwa harga yang dibayar oleh

pembeli itu sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual, bukan penjualan

yang menginginkan sejumlah keuntungan dari harga tersebut. Dalam kenyataannya,

besar kecilnya nilai atau harga itu tidak hanya ditentukan oleh faktor fisik saja yang

diperhitungkan, akan tetapi faktor-faktor psikologis dan faktor lain pun ikut

berpengaruh terhadap harga yang ditetapkan.

Selanjutnya Kotler (2000:296), mengemukakan defenisi harga yaitu:

“Harga adalah jumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan mendapatkan


manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut, atau
dengan kata lain bahwa harga merupakan jumlah uang yang dibebankan atas
suatu produk atau jasa.

Defenisi diatas menjelaskan dimana suatu produk atau jasa memiliki sejumlah

nilai dan biasanya dinilai dalam sejumlah uang, yang saat ini sering kita sebut dengan

istilah harga, dan kemudian pihak konsumen akan menukarkan sejumlah nilai yang

tentu saja dengan sejumlah uang tentunya yang mereka miliki dengan tujuan agar

mereka akan dapat memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Jadi bisa

dikatakan bahwa harga suatu produk merupakan ukuran terhadap besar kecilnya nilai

kepuasan seseorang terhadap produk yang dibelinya. Seseorang akan berani

membayar suatu produk dengan harga yang mahal apabila dia menilai kepuasan yang

16
diharapkannya terhadap produk yang akan dibelinya itu tinggi. Sebaliknya apabila

seseorang itu menilai kepuasannyaa terhadap suatu produk itu rendah, maka dia tidak

akan bersedia untuk membayar atau membeli produk tersebut dengan harga yang

mahal.

2.3 Strategi Penentuan Harga

Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan

perusahaan dan pada akhirnya, keuntungannya. Mengingat bahwa pendapatan dari

penjualan sebuah produk akan sama dengan harga dikalikan dengan kuantitas

penjualan. Meskipun harga yang lebih rendah akan mengurangi pendapatan per unit

yang diterima, biasanya akan menghasilkan kuantitas penjualan yang lebih tinggi,

begitupun sebaliknya. Sehingga, dalam menentukan harga produk akan melibatkan

suatu pertukaran yang lebih jelas. Perusahaan menentukan harga produk mereka

dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Biaya Produksi

Beberapa perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan

mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut dan

menambahkan suatu kenaikan.

b. Suplai Persediaan

Beberapa keputusan harga berhubungan langsung dengan suplai persediaan.

Misalnya perusahaan komputer biasanya akan menurunkan harga komputer

personal yang ada untuk memberi ruang kepada model terbaru yang segera

akan dipasarkan

17
c. Harga Pesaing

Banyak perusahaan umumnya akan mempertimbangkan harga pesaing ketika

menentukan harga produk mereka. Mereka dapat menggunakan berbagai

strategi penentuan harga untuk bersaing melawan produk-produk lain.

Harga digunakan dalam berbagai cara dalam strategi penentuan posisi program

pemasaran. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penetapan strategi harga

adalah sebagai berikut :

a. Isyarat bagi pembeli. Harga merupakan alat komunikasi dengan pembeli

b. Instrumen persaingan. Harga merupakan suatu cara yang tepat untuk menyerang

persaingan atau kemungkinan lain, untuk memposisikan suatu perusahaan diluar

persaingan langsung.

c. Memperbaiki kinerja keuangan. Harga dan biaya menentukan kinerja keuangan.

d. Pertimbangan bauran pemasaran. Peran harga kerap kali tergantung pada

bagaimana variable-variabel lain digunakan dalam bauran pemasaran

Sedangkan tujuan ditetapkannya harga pada sebuah produk adalah untuk

mencapai hal-hal sebagai berikut :

a. Mendapatkan posisi pasar

b. Mencapai kinerja keuangan

c. Penentuan posisi produk

d. Mempengaruhi persaingan

18
2.4 Kebijakan Penetapan Harga

Dalam hal penetapan harga perusahaan biasanya menyerahkan sepenuhnya

pada bagian Penjualan, harga yang ditetapkan perusahaan biasanya dipengaruhi oleh

kondisi pangsa pasar dan nilai tukar rupiah (Kurs). Untuk evaluasi terhadap harga

produk, perusahaan melakukannya setiap bulan, pertiga bulan, perenam bulan,atau

pertahun.

Ada empat pendekatan dalam menentukan harga jual, yaitu :

1. Penetapan harga biaya plus

Harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit

ditambah jumlah tertentu untuk menutup laba yang dikehendaki pada unit

(marjin). Jadi harga jual produk itu dapat dihitung dengan rumus :

BIAYA TOTAL + MARJIN = HARGA JUAL

2. Penetapan harga Mark-Up

Pada pokoknya penetapan harga mark-up ini hamper sama dengan penetapan

harga biaya plus, hanya saja para pedagang atau perusahaan perdagangan lebih

banyak menggunakan penetapan harga mark-up. Pedagang yang membeli

barang dagangan akan menentukan harga jualnya setelah manambah harga beli

dengan sejumlah mark-up dengan rumus

HARGA BELI + MARK UP = HARGA JUAL

19
3. Penetapan Harga Break Event

Sebuah metode penetapan harga yang didasarkan pada permintaan pasar dan

masih mempertimbangkan biaya adalah penetapan harga break event.

Perusahaan dapat dikatakan break event bila mana pendapatan yang diterima

sama dengan ongkosnya dengan anggapan bahwa harga jualnya sudah tertentu.

4. Penetapan Harga dalam hubungannya dengan pasar

Dalam hal ini, penentuan harga tidak didasarkan pada biaya, tetapi justru harga

yang menentukan biaya pada perusahaan. Penjual atau perusahaan dapat

menentukan harga sama dengan tingkat harga pasar agar dapat ikut bersaing,

atau dapat juga ditentukan lebih tinggi atau lebih rendah pada tingkat

persaingan.

2.5 Tujuan Kebijakan Harga

Dalam menentukan harga sebaiknya perusahaan terlebih dahulu mengetahui

tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dari suatu produk tertentu. Semakin jelas

tujuannya, semakin mudah kebijakan harga dilakukan.

Beberapa ahli telah mengemukakan pendapat mereka mengenai tujuan

kebijakan harga yang pada dasarnya memiliki kesamaan. Beberapa pendapat dari para

ahli tersebut antara lain, Menurut Kotler (1995:122) ada enam tujuan usaha yang

utama yang dapat diraih oleh perusahaan melalui harga, yaitu :

20
1. Bertahan hidup (survival)

Perusahaan memutuskan bertahan hidup akan dijadikan tujuan utamanya, bila

menghadapi kapasitas yang berlebih, persaingan yang gencar atau perubahan

keinginan konsumen. Agar pabrik bisa terus berproduksi serta persediaan terus

berputar, maka perusahaan harus menjual produknya dalam jumlah yang

besar, dengan cara memasang harga jual yang rendah dengan asumsi bahwa

pasar akan peka terhadap harga. Dalam hal ini perusahaan beranggapan bahwa

mampu bertahan unuk hidup memiliki arti yang lebih besar dari pada

keuntungan.

2. Memaksimalisasi laba jangka pendek

Untuk mencapai laba yang maksimal perusahaan menempuh kebijaksanaan

dengan cara mengkombinasikan harga dan kuantitas yang akan menghasilkan

volume penjualan yang besar dan laba yang maksimal. Pendekatan ini diambil

perusahaan karena tertarik dalam menyediakan dana untuk secepatnya karena

keadaan dimasa mendatang penuh ketidak pastian untuk membangun pasar.

3. Memaksimalisasi pendapatan jangka pendek

Perusahaan yang ingin memaksimalkan pendapatan jangka pendeknya akan

menentukan tingkat harga yang nantinya akan memaksimumkan pendapatan

dari penjualan. Banyak manajer yakin bahwa dalam memaksimumkan

pendapatan dalam jangka panjang pada gilirannya akan memaksimumkan laba

dan pertumbuhan pasar.

21
4. Memaksimalkan pertumbuhan penjualan

Perusahaan yang ingin meraih pertumbuhan penjualan yang besar akan

berusaha menentukan harga yang serendah-rendahnya dengan asumsi bahwa

pasar sangat peka terhadap harga. Harga yang rendah ini ditetapkan karena

akan meningkatkan volume penjualan dan perusahaan sangat yakin bahwa

dengan meningkatnya volume penjualan akan menurunkan biaya per unit dan

pada gilirannya akan menghasilkan laba setinggi-tingginya dalam jangka

panjang.

5. Unggul dalam pangsa pasar

Dalam hal ini perusahaan ingin memperoleh keuntungan yang tinggi dan

produk barunya yang ditawarkan, dimana produk tersebut dilindungi oleh hak

paten. Pada waktu pertama kali memasuki pasar, perusahaan memasang harga

yang tinggi, karena mereka menganggap produk itu memiki keuntungan

komparatif tehadap produk-produk substitusi yang ada dipasar. Apabila

volume penjualannya telah menurun, maka harga mulai diturunkan dengan

harapan untuk menarik lapisan konsumen berikutnya yang peka terhadap

harga.

6. Unggul dalam mutu produk

Suatu perusahaan mungkin bertujuan untuk menjadi pemimpin dalam hal

kualitas produk dipasarnya. Pada umumnya perusahaan seperti ini

menentukan harga yang tinggi. Hal ini disebabkan karena tingginya biaya

penelitian dan pengembangan serta biaya produksinya yang besar. Selain itu

22
dari pihak konsumen dalam memilih kualitas produk yang tinggi biasa

dipengeruhi oleh tingkat harga yang tinggi pula, dengan anggapan bahwa

produk yang harganya tinggi mempunyai kualitas yang tinggi pula.

Sementara Tjiptono dalam bukunya Strategi Pemasaran, (1997:152) membagi

tujuan kebijakan harga dalam empat jenis tujuan yaitu :

1. Tujuan berorientasi pada laba, menentukan tingkat laba sesuai dengan sasaran

laba yang diinginkan

2. Tujuan berorientasi pada volume, ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat

mencapai target volume penjualan

3. Tujuan berorientasi pada citra perusahaan, menentukan harga tinggi untuk

membentuk citra prestisius

4. Tujuan stabilisasi harga, dalam pasar yang konsumennya sangat sensitive

terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya maka para

pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka, kondisi ini mendorong

terbentuknya tujuan stabilisasi harga

23
2.6 Prosedur Kebijakan Harga

Pricing Procedure adalah langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh dalam

menentukan harga barang atau jasa yang akan ditawarkan. Pada dasarnya terdapat

kesepakatan bahwa kebiakan harga secara nyata itu harus didasarkan pada tiga faktor

yaitu : biaya, permintaan, dan persaingan. Namun demikian tidak semua perusahaan

menempuh prosedur kabijakan harga yang sama. Tetapi dalam penerapannya sering

kali hanya salah satu faktor diantara ketiga faktor tersebut yang sangat ditonjolkan

misalnya, suatu perusahaan terlebih dahulu menaksir permintaan untuk barang yang

dihasilkan kemudian menentukan market share yang diharapkan, setelah mengetahui

reaksi dalam persaingan, kemudian memilih harga tertentu. Selain itu ada pula

perusahaan yang menentukan harga dari suatu produknya dengan memasukkan

seluruh biaya overhead yang dibebankan secara acak-acakan berdasarkan tingkat

kegiatan yang diperkirakan dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.

Swastha dan Irawan (1990:247) memberikan prosedur kebijakan harga yang

meliputi 6 (enam) langkah sebagai berikut :

1. Mengestimasi permintaan untuk barang tersebut

2. Mengetahui lebih dahulu reaksi persaingan

3. Menentukan market share yang dapat diharapkan

4. Memiliki strategi harga untuk mencapai target pasar

5. Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan

6. Memilih harga akhir.

24
Dalam tahap pertama ini, perusahaan membuat estimasi permintaan barangnya

secara total. Hal ini lebih mudah dilakukan terhadap permintaan barang yang ada

dibanding dengan permintaan barang baru. Pengestimasian permintaan tersebut dapat

dilakukan dengan :

1. Menentukan harga yang diharapkan, dimana harga tersebut dapat diterima

oleh konsumen

2. Mengestimasi volume penjualan pada berbagai tingkat harga. Hal ini

menyangkut pula tentang masalah elastisitas permintaan suatu barang.

Dimana barang yang mempunyai permintaan pasar elastis, biasanya akan

diberi harga lebih rendah dari barang yang mempunyai permintaan in-elastis.

Dalam tahap kedua, perusahaan perlu mengetahui reaksi persaingan yang

terjadi di pasar serta sumbr-sumber penyebabnya. Karena kondisi persaingan sangat

mempengaruhi kebijaksanaan kebijakan harga bagi perusahaan. Adapun sumber-

sumber persaingan dapat berasal dari :

1. Barang sejenis yang dihasilkan perusahaan lain

2. Barang-barang substitusi, dan

3. Barang-barang lain yang dibuat perusahaan lain yang sama-sama

menginginkan uang konsumen.

25
Tahap ketiga, yaitu menentukan market share yang dapat diharapkan. Pada

umumnya perusahaan selalu menginkan market yang lebih luas. Kadang-kadang

perluasan market share harus dilakukan dengan mengadakan periklanan dan bentuk-

bentuk lain persaingan bukan harga, disamping dengan harga tertentu. Market share

yang diharapkan tersebut akan dipengaruhi oleh kapasitas produksi yang ada, biaya

ekspansi dan mudahnya memasuki persaingan.

Tahap keempat yaitu memilih strategi harga untuk mencapai target pasar.

Dalam hal ini perusahaan dapat memilih diantara dua macam strategi harga yang

dianggap paling ekstrim, yaitu Skimming Pricing dan Penetration Pricing.

Skimming Pricing adalah kebijakan harga setinggi-tingginya. Strategi ini sesuai

dengan produk baru karena :

1. Pada tahap permulaan, pemintaan masih sangat in-elastis karena saingan

masih sangat sedikit

2. Dapat membagi pasar berdasarkan tingkat penghasilan, yaitu penjual barang

baru tersebut pada segmen pasar yang berpenghasilan tinggi

3. Berfungsi untuk berjaga-jaga terhadap kekeliruan dalam kebijakan harga

4. Harga perkenalan yang tinggi dapat memberikan penghasilan dan laba tinggi

5. Dengan harga yang tinggi dapat dipakai untuk membatasi permintaan terhadap

batas-batas kapasitas produksi dalam perusahan.

26
Sedangkan Penetration Pricing adalah strategi kebijakan harga serendah-

rendahnya, dimana bertujuan untuk mencapai volume penjualan yang sebesar-

besarnya dalam waktu relatif singkat. Dengan strategi ini, perusahaan dapat

memperkuat kedudukannya dalam persaingan.

Tahap selanjutnya adalah mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan

dengan melihat pada barang, sistem distribusi, dan program promosinya. Adapun

langkah yang terakhir yaitu memilih harga akhir. Dalam memilih harga akhir ini,

perusahaan harus melihat lagi beberapa pertimbangan tambahan :

1. Faktor Psikologis, seperti kenyataan yang biasa terlihat pada kebanyakan

konsumen yaitu menggunakan harga sebagai petunjuk kualitas produk.

Anggapan mereka bahwa semakin tinggi harga berarti kualitas semakin baik.

Banyak penjual yang percaya terhadap suatu pedoman bahwa harga harus

diakhiri dengan angka ganjil, misalnya suatu produk yang harganya Rp.

8.000,- harus dijual seharga Rp. 7.950,- dengan demikian calon pembeli akan

melihat harga jual tersebut masih berada pada skala Rp. 7.000,-an dan bukan

pada skala Rp.8.000,-an.

2. Dampak harga pada pihak-pihak lain. Pihak manajemen sebaiknya juga

mempertimbangkan reaksi terhadap pihak-pihak lain atas harga yang

ditetapkan. Bagaimana reaksi tehadap pihak-pihak lain atas harga yang

ditetapkannya. Bagaiman tangapan para pedagang dan pengecer atas harga

27
tersebut? Apakah para tenaga penjual perusahaan bersedia mencari konsumen

pada tingkat harga tersebut? Mungkinkah pemerintah ikut campur dan

mencegah harga yang telah ditetapkan perusahaan? Dalam hal terakhir ini,

perusahaan perlu memahami undang-undang atau peraturan yang menyangkut

harga, serta harus yakin bahwa kebijaksanaan harganya tidak bertentangan

dengan undang-undang tersebut.

2.7 Kebijakan Potongan Harga

Sebagian besar perusahaan akan membuat sedikit modifikasi terhadap harga

dasarnya sebagai imbalan pada konsumen atas hal-hal tertentu, seperti misalnya

pembayaran yang lebih awal, pembelian dalam jumlah banyak, dan sebagainya.

Penyesuaian harga jual ini biasa disebut potongan harga.

1 Potongan tunai, yaitu pengurangan harga jual bagi pembeli yang membayar

hutangnya tepat waktu atau mendahulaui waktu yang telah ditentukan.

2 Potongan kuantitas, yaitu pengurangan harga jual bagi pembeli yang telah

membeli dalam jumlah besar.

3 Potongan fungsional, yaitu potongan dagang atau trade diskon yang diberikan

oleh pabrikan kepada saluran distribusinya bila mereka ikut berperan dalam

penyimpanan, penjualan, dan pencatatan.

28
2.8 Kerangka Pikir

PT. Proparindo Jasa Tama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

penjualan pakan ternak yang mengkhususkan pada pasar Indonesia Timur, dimana

segala kebijakan pemasaran selalu didasarkan oleh bauran pemasaran dimana salah

satu kebijakannya adalah proses penetapan harga jual, dari harga jual akan

berpengaruh kepada peningkatan volume penjualan dari hal itu akan dianalisis

dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis regresi, analisis korelasi. Hasilnya

merupakan rekomendasi kebijakan yang akan dilakukan oleh PT. Proparindo Jasa

Tama. seperti yang tergambar dibawah ini.

Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir.

PT. Proparindo Jasa Tama

Marketing Mix

Produk Harga (X) Promosi Distribusi

Analisis Deskriptif
Analisis Regresi sederhana
Analisis Korelasi sederhana

Volume Penjualan (Y)

29
2.9 Hipotesis

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapatlah diajukan

hipotesis kerja sebagai berikut :

“Diduga bahwa Bauran Pemsaran berpengaruh signifikan terhadap peningkatan

volume penjualan produk PT. Proparindo Jasa Tama”.

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat, Waktu dan Tujuan Penelitian

Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah PT. Proparindo Jasa Tama

yang berlokasi di Kilometer 10 Perintis Kemerdekaan, Makassar. Sedangkan waktu

yang direncanakan dalam mengadakan penelitian ini berkisar satu bulan. Dimulai dari

tanggal 1 April sampai dengan 1 Mei 2009.

Sedangkan tujuan penelitian ini antara lain :

 Adalah untuk membandingkan teoritis dengan kenyataan dilapangan

 Sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan studi strata satu

3.2 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data serta keterangan yang diperlukan dalam penyusunan

skripsi ini, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang

relevan untuk memecahkan dan menganalisis masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya. Maka cara yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan data lapangan (Field Research)

Yaitu penulis mencari data dilapangan sebagai suatu fakta dengan cara

melakukan wawancara dengan pimpinan atau karyawan perusahaan sekaligus

mempelajari berkas yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

31
b. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang

merupakan suatu landasan teoritis dari sumber-sumber bacaan, karya ilmiah,

serta referensi-referensi lainnya yang erat kaitannya dan berhubungan dengan

permasalahan yang akan dibahas.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Guna menunjang pembahasan dalam skripsi ini, maka jenis data yang

diperlukan adalah :

a. Data kuantitatif, adalah data yang dapat dihitung atau berupa angka-angka yang

diperoleh dari perusahaan. Data-data ini dapat berupa data hasil penjualan, data

harga jual pokok, dan sebagainya.

b. Data kualitatif, adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

pimpinan dan karyawan-karyawan perusahaan dalam bentuk informasi, baik lisan

maupun tulisan dan merupakan suatu model yang mengarah pada topik

pembahasan.

Kemudian sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara

langsung dengan pimpinan dan karyawan perusahaan.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui buku-buku dan literatur-

literatur yang diperoleh dari perusahaan.

32
3.4. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah para konsumen yang menggunakan Produk

PT. Proparindo Jasa Tama Makassar, dimana populasi konsumen Periode bulan

Januari - Juli 2011 adalah sebesar 300 orang.

Gambar 3.1.
Laporan penjualan PT. Proparindo Jasa Tama periode Januari sampai Juli 2011
Laporan penjualan periode Januari sampai Juli
2011
No Bulan Ton
1 Januari 93
2 Februari 67
3 Maret 75
4 April 70
5 Mei 98
6 Juni 139
7 Juli 120

Untuk sample penelitian, penulis mengambil sample 10% dari total populasi

adalah sebanyak 62 orang dengan teknik penentuan sampel secara acak (Simple

Random Sampling), (Husein Umar, 2005: 49-59). Namun dengan pertimbangan

representasi dan kemudahan perhitungan maka jumlah sample tersebut akan

digenapkan menjadi 100.

33
3.5. Metode Analisis

a. Analisa Deskriptif

Yaitu analisa yang menggunakan penjelasan-penjelasan atau uraian-uraian

tertulis mengenai perkembangan penjualan dan harga yang ditentukan

perusahaan.

b. Peramalan Volume Penjualan

Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pengaruh Bauran

Pemsaran terhadap volume penjualan dengan menggunakan rumus yang

diuraikan oleh Akdon dan Ridwan (2007:23) sebagai berikut :

y = a + bx1 + bx2 + bx3 + bx4 + d

dimana : Y= a + bx

Y : volume penjualan
a : konstanta
b : Tahun

Sebelum penerapan analisis regresi linear berganda maka seluruh data yang dikumpul

akan diuji sesuai dengan syarat penerapan linear berganda yaitu melalui uji Asumsi

Klasik yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan statistik yang harus dipenuhi

pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi

analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi

klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji

asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji

34
multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis regresi linear sederhana dan uji

autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.

3.6.4. Uji T (Uji Parsial)

Uji T digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebasnya

secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya.

Apabila hasil uji signifikansi nilainya dibawah 0,05 maka dapat dikatakan signifikan,

yaitu terdapat pengaruh antara variabel bebas yang diteliti dengan variabel terikat.

Sebaliknya jika nilainya diatas 0,05 maka dapat dikatakan tidak signifikan.

3.6.5. Uji F (Uji Serempak)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel

bebas secara signifikan terhadap variabel terikat. Apabila hasil uji signifikansi

nilainya diatas 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan secara

bersama-sama terhadap variabel terikat. Sedangkan jika hasil uji signifikansi nilainya

dibawah 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

3.6. Defenisi Operasional Variabel

Berikut ini akan dijelaskan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini :

1. Produk ( X1 ) dimana jumlah dan jenis produk menjadi salah satu nilai plus

yang dimiliki perusahaan.

35
2. Harga ( X2 ) dimana harga yang kompetitif mampu menjadi faktor pembeda

dalam merebut pasar.

3. Promosi ( X3 ) dimana promosi menjadi salah satu jembatan dalam rangka

memperkenalkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

4. Tempat ( X4 ) keadaan yang memperlihatkan pentingnya lokasi dalam

menjalankan bisnis perusahaan.

5. Unsur lain yang mampu mempengaruhi besarnya volume penjualan yang tidak

di jadikan sebagai variabel dalam penelitian ini.

36
BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Proparindo Jasa Tama didirikan pada tanggal 29 Desember 1995 oleh,

Hasanuddin Santoso.S Hut. Dengan nama CV. Bonita konsultan Yang juga

merupakan alumni Kehutanan Unhas dan berada dalam naungan organisasai Yayasan

Ikatan Alumni Kehutanan Universitas Hasanuddin. Perusahaan ini bergerak pada

bidang agroindustri sebagai produsen pakan ternak, serta konsultan pertanian dan

peternakan.

PT. Proparindo Jasa Tama, didirikan dan dikelola untuk menghasilkan produk

baik merupakan barang maupun jasa untuk kemudian dipasarkan dan dijual kepada

pengguna yang memerlukannya. Setelah melalui riset, penelitian dan pengujian dalam

waktu yang cukup lama dengan beberapa jenis hewan ternak yang dihasilkan telah

terbukti dapat meningkatkan produksi ternak yang tinggi dan berkulitas

Menyadari peluang usaha dibidang pakan ternak dalam hal pemuliaan hewan

ternak yang semakin membaik maka pada tahun 1997 perseroan membeli mesin

pencampur pakan tegak(vertikal mixer) serta beberapa jenis timbangan mekanik dan

digital yang merupakan langkah awal untuk melakukan ekspansi dibidang pakan

ternak, kemudian pada tahun yang sama perusahaan membangun sebuah laboratorium

penelitian yang berlokasi di Kab. Maros dan melakukan kerjasama dengan balai

37
diklat yang ada di Kabupaten tersebut. Dengan hasil yang telah dicapai perusahaan

serta besarnya permodalan yang dimiliki maka pada tanggal 28 April 1996 pihak

perusahaan memperoleh surat keputusan dari Mentri Perindustrian dan Perdagangan

No. 100/B2.23149.3 Kanwil/VI/96. kemudian pada tahun yang sama CV. Bonita

Konsultan berubah nama menjadi PT. Proparindo Jasa Tama.

Dalam meproduksi pakan ternak ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,

pada prinsipnya produk hasil pencampurannya homogen artinya setelah dilakukan

pengujian fisik tampak tercampur merata dan bila dilakukan analisis dilaboratorium

kandungan zat-zat makanannya sesuai dengan hasil perhitungan yang direncanakan

oleh ahli nutrisi.

Aktivitas yang dilakukan oleh para pekerja, meliputi kegitan mengenal

macam bahan baku yang biasa digunakan untuk unggas dan ternak ruminansia,

pengadaan bahan baku, pengecekan bahan sesuai tidak dengan yang dipesan,

pemeriksaan fisik terhadap kadar air, kekotoran dan pemalsuan bahan baku,

pengambilan sampel untuk pengujian, kelengkapan administrasi pengiriman,

penimbangan bahan, pengenalan operasinal alatalat dan mesin produksi yang biasa

digunakan, pemeriksaan kualitas produk (homogenitas) dan packaging (pengarungan)

serta penyimpanan selama di gudang.

Dalam strategi induk perusahaan atau dalam strategi dasar berbagai satuan

bisnis yang terdapat di dalamnya telah dinyatakan secara umum landasan berpikir dan

bekerja dalam bidang produksi yang secara operasional dirinci oleh manajer produksi.

38
Untuk mengatasi masalah yang tengah dihadapi oleh perusahaan, maka hendaknya

manajer produksi lebih memperbaiki kulitas dari produk tersebut. Strategi yang

dipilih, konsentrasi pada satu produk tertentu atau diversifikasi, yang diperlukan

strategi yang sifatnya bidang fungsional produksi yang merupakan rincian dari

strategi dasar. Artinya strategi fungsional di bidang produksi harus mampu

memberikan arah dalam menjalankan aktivitas. Hal-hal yang perlu dilihat secara jelas

dalam strategi fungsional:

a. Tahap-tahap dalam proses produksi


b. Bentuk dan jenis teknologi yang digunakan
c. Jumlah produk yang akan dihasilkan pada satu ukuran waktu tertentu
d. Biaya yang harus dikeluarkan untuk satuan produk dan untuk seluruh proses

produksi
e. Mutu produk dan teknik pengawasannya

Berikut ini ada beberapa strategi yang digunakan oleh manajer dalam

mengatasi masalah yang di hadapi :

- Pasar sasaran
- Penetuan posisi
- Lini produk
- Iklan
- Riset pemasaran
- Harga
- Tenaga penjualan
- Pelayanan
- Promosi penjualan
4.2. Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam usaha mewujudkan tujuan perusahaan, mutlak dipelukan adanya suatu

struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi ini sangat penting dalam melakukan

pengawasan terhadap karyawan dalam malaksanakan tugas-tugasnya. Dengan adanya

39
struktur organisasi yang baku dalam suatu perusahaan maka segala kesimpangsiuran

yang terjadi dalam perusahaan dapat teratasi dengan baik.

Salah satu faktor yang dapat menunjang tercapainya suatu pekerjaan yang

efektif dan efisiensi yaitu diadakan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab

pada masing-masing karyawan. Untuk dapat memenuhi syarat bagi adanya

pengawasan yang baik hendaknya struktur organisasi memisahkan fungsi operasional,

penyimpanan, serta fungsi pencatatan. Pemisahan ini dapat mencegah timbulnya

kecurangan dalam perusahaan.

Hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya yang terdapat

dalam perusahaan, seperti tampak pada struktur organisasi dibawah ini.

Struktur Organisasi

PT. PROPARINDO JASA TAMA

Direktur
DirekturUtama
Utama

Wakil
WakilDirektur
Direktur

40
Manajer Manajer Manajer Manajer Manajer
Manajer Manajer Manajer Manajer Manajer
Pemasaran Teknis Keuangan Personalia Umum
Pemasaran Teknis Keuangan Personalia Umum

Logistik Produksi
Logistik Produksi

5.5.Formulator
Formulator
6.6.Quality
QualityControl
Control
7.7.Staf produksi
Staf produksi
8.8.Buruh
Buruhharian
harian
Sumber : PT. Proparindo Jasa Tama

Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka dapat kita lihat tanggung jawab

yang diemban masing-masing fungsi sebagai berikut :

 Direktur Utama (Levi Susanto. SH, MH)

Memimpin, mengorganisasikan, mengkoordinasikan serta melakukan

pengendalian terhadap semua kegiatan dalam perusahaan.

 Wakil Direktur Utama (Irsam Nawir. S.Si)

Sebagai wakil dari direktur utama, yang mana berhak mewakili direktur utama

baik di dalam maupun di luarperusahaan apabila direktur utama berhalangan.

41
 Manajer Pemasaran (Suryani. SE)

1. Memasarkan semua produk PT. Proparindo Jasa Tama melalui sasaran formal

maupun non formal melalui jalur instansi pemerintah, dinas, lembaga

instansional, BUMN, BUMS, BUMD Nasional, perorangan.

2. Membuka dan mencari rekanan baru, memelihara dan melestarikan rekanan

lama, membangun kembali rekanan lama menuju gejalanya yang akan

putus/melepaskan diri.

3. Mencari dan menentukan status rekanan meliputi: distributor, agen,

perwakilan, penyalur, retailer, serta perorangan.

 Manajer Teknis (Indra Santoso. ST)

1. Memonitor, menelusuri, menganalisis, menyimpulkan semua kendala yang

terjadi, kemudian mencari solusinya yang tepat agar semua kendala yang

sama tidak terulang lagi.

2. Mengadakan penelitian dan pengemabangan untuk proyeksi masa depan serta

pengembangan PT. Proparindo Jasa Tama

3. Bagian kehumasan semua produk PT. Proparind Jasa Tama

 Manajer keuangan (Darmawan.SE)

1. Ketatausahaan (TU) mencakup masalah : agendaris, verbal, expedisi, surat

menyurat

2. Korespodensi, kearsipan, surat keluar masuk perkantoran

3. Komputerisasi, inclusive, ketikan manual

42
4. Kerumahtanggan, pemeliharaan – perawatan kantor dengan segala

peralatannya

5. Inventaris, kendaraan bermotor, peralatan kantor

6. Membukukan transaksi keuangan dalam buku harian yaitu (Buku kas, Buku

Bank, Buku Pembelian, Buku Piutang, Buku Prosessing, Buku Inventaris,

Buku Jurnal)

7. Mengatur dan menyimpan semua dokumen keuangan baik bukti dasar

maupun buku pencatatanya serta buku peraturannya.

8. Menyertakan sobekan asli buku-buku harian kepada bagian pembukuan untuk

diolah/diproses menjadi bahan laporan

9. Menerima, menyimpan, menyetor, menarik, overbooking, transfer, clering

antar Bankberdasarkan perintah.

10. Menagih piutang lama maupun piutang baru dan sekaligus mengatur

administrasinya secara benar berkesinambungan, utamanya untuk mendukung

pengadaan bahan baku serta operasional lainnya.

11. Membayar hutang

 Manajer Personalia (Drs. Bobi Santoso)

1. Menyeleksi, penelitian pengujian, wawancara, kriteria para calon karyawan

yang memenuhi persyaratan yang akan direkrut.

2. Membangun jiwa disiplin, berakhlak, dan bertanggung jawab.

3. Mengatur formasi kebutuhan karyawan yang memeng sangat dibutuhkan

perusahaan tentang persyaratan dan kriterianya.

43
4. Mengatur sistem penggajian, tunjangan-tunjangan, upah, honorarium, lembur,

kesehatan, kesejahteraan, perjalana dinas, penghargaan, mutasi, cuti, pensiun

dan kematian.

5. Memonitor perubahan yang terjadi antar karyawan, kontrak-kontrak

perjanjian, ibadah sosial, peningkatan kualitas karyawan dalam penyertaan

dalam kursus penataran kuliah.

6. Mengatur perasuransian, force majuere, dan insidental.

 Manajer Umum (Drs. Irfan Hidayat)

1. Membuat rencana anggaran pendapatan dan belanja (RAPB) Rencana Kerja

Perusahaan (RAKP) diikuti dengan middelen Verloop-nya.

2.Merenanakan pengadaan bahan baku, bahan pembantu prosessing hasil prodiksi

dari tahun takwin. Merencanakan carry over pada akhir tahun.

3.Sebagai quality control terhadap hasil produksi via laborotorium sebelum proses

kemasan.

Gudang/ Logistik (Cepi. Amd)

1.Memelihara, merawat, secara keseluruhan terhadap pabrik dan gudang,

instalasi, mesin-mesin, suku cadang laborotorium peralatan, keamanan.

2.Memelihara mempersiapkan segala sesuatu untuk prosessing, pengemesan,

stapelan, rekondisi, relokasi, siapurnajual, siap fot (free and truck).

3. Menjaga standar, merahasiakan segala sesuatu yang sifatnya rahasia atau

menurut perintah harus dirahasiakan/memegang teguh rahasia perusahaan.

Pembukuan (Hendarso. SE)

44
1.Menerima sobekan buku-buku, sobekan asli dengan bukti dasarnya untuk

diolah, diproses menjadi bahan laporan yang diperlukan (laporan bulanan,

tribulan, semesteran, tahunan)

2.Verifikasi, efetasi bukti-bukti dri kegita lainnya.

3.Membuat ikthisar keuangan, barang niaga, inentaris.

4.Membuat laporan keuangan/pernyataan kauangan.

5.Membuat laporan pajak: PPn, PPh.

6.Membuat neraca lajur dan rugi laba

7.Membuat neraca konsolidasi, grafik, dan statistik.

Pengawasan (Adam Mahmud. Amd)

1.Bertindak selaku satuan pengawas intern.

2.Sasaran pengawasan

-Personil (DP3), DaftarPenilaian Pekerjaan.

-Jalannya administrasi

-Memberi masukan kepada pimpinan untuk kenajuan perusahaan.

3.Evaluasi terhadap jalannya perusahaan, menekan, mengurangi, pemborosan,

penghematan disemua sektor.

4.3 Proses Produksi

Produksi adalah suatu proses atau kegiatanmenghasilkan suatu produk di

mana kegiatan tersebut adalah kegiatan mengolah atau mendayagunakan bahan baku

menjadi barang jadi yang dapat dimanfaatkan untuk selanjutnya didistribusikan

kepada konsumen sesuai kebutuhan melaluui distributor menurut pembagian wilayah

45
yang ada. Proses pengolahan pakan ternak yang dilakukan oleh PT. Proparinda Jasa

Tama adalah kering. Berikut ini kita dapat melihat proses pembuatan pakan ternak

tersebut :

- Bahan Baku

1.Bahan baku A 30%

2.Bahan baku B 25%

3.Bahan baku C 10%

4.Bahan baku D 15%

5.Bahan baku E 15%

6.Bahan baku F 5%

- Proses pembuatan

a.Uji kelayakan

Bahan baku yang ada, sebelum diolah dilakukan pengujian melalui

laborotorium apakah bahan tersebut sesuai dengan spesifikasi yang tertera

pada kemasan bahan tersebut. Dalam hal ini parik melakukan cross check

melalui laborotorium sendiri karena apabila terjadi kesalahan pada pakan

tersebut dapat merusak pertumbuhan ternak, bukannya bermanfaat bagi

penggunanya.

b.Formulasi

46
Bahan yang telah diuji selanjutnya masuk ke ruang formulasi di mana

pada ruangan ini hanya ditangani oleh beberapa formulator. Ruangan ini

adalah ruangan di mana suhu dan kelembabannya sudah di atur sedemikian

rupa untuk disesuaikan dengan bahan baku yang akan diormulasi.

c.Storage Hall

Bahan baku dari ruang formulasi selanjutnya diangkut menggunakan

scruw confeyer menuju storage hall (tempat pengumpul).

d.Hammer Mill

Bahan baku yang di storage hall selanjutnya diangkut menggunakan

elevator untuk bersama-sama digiling dalam hammer mill sampai sesuai

dengan bentuk yang diinginkan.

e.Mixer slinder rotation

Bahan selanjutnya diteruskan ke mixer, pada proses ini selalu

mendapatkan pengawasan dari seorang chemistry sehingga bahan diketahui

betul persenyawaannya antara bahan baku yang satu dengan bahan baku yang

lainnya.

f.Pengepakan

Bahan yang telah diolah selanjutnya masuk ke proses tahap akhir yaitu

pengepaka, di mana bahan dikemas dalam karung sesuai dengan ukuran yang

telah ditentukan.

47
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data di lapangan, kuesioner perlu

diuji Validitas dan Reliabilitasnya. Validitas ini digunakan untuk mengetahui sejauh

mana instrumen yang digunakan dapat dipakai untuk mengukur apa yang akan

diukur.

Tabel 5.1

48
Hasil Uji Validitas Item Variabel

Tingkat
Variabel Item korelasi Sig Keterangan
pertanyaan

1 0,740 Signifikan Valid


Produk (X1) 2 0,793 Signifikan Valid
3 0,622 Signifikan Valid
1 0,644 Signifikan Valid
Harga (X2) 2 0,616 Signifikan Valid
3 0,614 Signifikan Valid
1 0,660 Signifikan Valid
Promosi (X3) 2 0,559 Signifikan Valid
3 0,708 Signifikan Valid
1 0,652 Signifikan Valid
Tempat (X4) 2 0,588 Signifikan Valid
3 0,576 Signifikan Valid
Sumber : Data Diolah

Sedangkan Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen

pengukur dapat dipercaya.

Tabel 5.2
Hasil Uji Reliabilitas

Cronbach's N of
Variabel
Alpha Items
Produk (X1) ,786 3
Harga (X2) ,715 3
Promosi (X3) ,731 3
Tempat (X4) ,697 3
Sumber: Data diolah

5.2. Deskripsi Variabel Produk dan Penghitungan Skor

49
Untuk melihat tanggapan responden terhadap indikator-indikator dan juga

perhitungan skor volume pelayanan yang terbagi atas empat yakni Produk, Harga,

Promosi, Tempat dapat dilihat berikut ini:

a. Variabel Produk (X1) Indikator-indikator dari variabel ini terbagi atas


Tabel 5.3
Tanggapan Responden Terhadap Variabel Produk (X1)
Tingkat Jawaban Responden
Pertanyaan SS S RR TS STS Skor
F % F % F % F % F %
1. Perusahaan
Mempunyai
10 10 59 59 23 23 7 7 1 1 200
pelayanan yang
baik
2. Layanan
perusahaan cepat 11 11 63 63 16 16 9 9 1 1 200
dan tepat waktu
3. Perusahaan
menawarkan
pelayanan yang 8 8 63 63 21 21 8 8 _ _ 200
lengkap dan
beraneka ragam
Rata-rata 200

50
Sumber : Data Primer diolah

Ket : SS = Sangat setuju TS = Tidak Setuju

S = Setuju RR = Ragu-ragu

STS = Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dijelaskan beberapa tanggapan

responden terhadap variabel Produk (X1) :

- Pada pertanyaan pertama, sebanyak 10 responden menjawab sangat setuju, 59

responden menjawab setuju, 23 responden menjawab ragu-ragu, 7 responden

menjawab tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju.

- Pada pertanyaan kedua, sebanyak 11 responden menjawab sangat setuju, 63

responden menjawab setuju, 16 responden menjawab ragu-ragu, 9 responden

menjawab tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju.

- Pada pertanyaan ketiga, sebanyak 8 responden menjawab sangat setuju, 63

responden menjawab setuju, 21 responden menjawab ragu-ragu, dan 8

responden menjawab tidak setuju.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tanggapan pelanggan terhadap

Produk yang dimiliki oleh Perusahaan sebesar 200 yakni tinggi, itu berarti PT.

Proparindo Jasa Tama dengan kualitas Produknya dianggap telah melaksanakan atau

memberikan atau menyerahkan Produk yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.

51
b. Variabel Harga (X2)

Indikator-indikator dari variabel ini terbagi atas :

Tabel 5.4
Tanggapan Responden Terhadap Variabel Harga (X2)
Tingkat Jawaban Responden

Pertanyaan SS S RR TS STS Skor

F % F % F % F % F %

1. Harga Yang
8 8 49 49 29 29 12 12 2 2 200
bersaing

52
2. Pemberian
potongan dalam 8 8 50 50 31 31 10 10 1 1 200
partai besar

3. kemudahan
10 10 56 56 26 26 7 7 1 1 200
dalam transaksi

Rata-rata 200

Sumebr : Data Diolah

Ket : SS = Sangat setuju TS = Tidak Setuju

S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju


RR = Ragu-ragu

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dijelaskan beberapa tanggapan responden

terhadap variabel Harga (X2) :

- Pada pertanyaan pertama, sebanyak 8 responden menjawab sangat setuju, 49

responden menjawab setuju, 29 responden menjawab ragu-ragu, 12 responden

menjawab tidak setuju, dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju.

- Pada pertanyaan kedua, sebanyak 8 responden menjawab sangat setuju, 50

responden menjawab setuju, 31 responden menjawab ragu-ragu, 10 responden

menjawab tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju.

- Pada pertanyaan ketiga, sebanyak 10 responden menjawab sangat setuju, 56

responden menjawab setuju, 26 responden menjawab ragu-ragu, 7 responden

menjawab tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tanggapan pelanggan terhadap

responsiveness/ daya tanggap yang dimiliki oleh kualitas pelayanan sebesar 200

berarti tinggi, itu berarti PT. Proparindo Jasa Tama mempunyai keinginan yang sangat

53
tinggi untuk memberikan harga yang bersaing, sehingga akan memberikan nilai

kompetitif yang baik bagi perusahaan..

c. Variabel Promosi (X3)

Indikator-indikator dari variabel ini terbagi atas :

Tabel 5.5
Tanggapan Responden Terhadap Variabel Promosi (X3)

Tingkat Jawaban Responden

Pertanyaan SS S RR TS STS Skor

F % F % F % F % F %

1. Layanan Purna
13 13 64 64 17 17 4 4 2 2 200
Jual yang baik

54
2. Seringnya
Mengikuti
13 13 60 60 18 18 8 8 1 1 200
Pameran &
Eksebisi

3. Tersedianya
dana untuk 10 10 46 46 32 32 10 10 2 2 200
berpromosi

Rata-rata 200

Sumber : Data Primer diolah

Ket : SS = Sangat setuju TS = Tidak Setuju

S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

RR = Ragu-ragu

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dijelaskan beberapa tanggapan

responden terhadap variabel Promosi (X3) :

- Pada pertanyaan pertama, sebanyak 13 responden menjawab sangat setuju, 64

responden menjawab setuju, 17 responden menjawab ragu-ragu, 4 responden

menjawab tidak setuju, dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju.

- Pada pertanyaan kedua, sebanyak 13 responden menjawab sangat setuju, 60

responden menjawab setuju, 18 responden menjawab ragu-ragu, 8 responden

menjawab tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju.

- Pada pertanyaan ketiga, sebanyak 10 responden menjawab sangat setuju, 46

responden menjawab setuju, 32 responden menjawab ragu-ragu, 10 responden

menjawab tidak setuju, dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju.

55
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tanggapan karyawan terhadap

Promosi sebesar 200 yakni tinggi, itu berarti PT. Proparindo Jasa Tama telah mampu

berpromosi dengan baik untuk memperkenalkan produk yang dihasilkan perusahaan.

d. Variabel Tempat (X4)

Indikator-indikator dari variabel ini terbagi atas :

Tabel 5.6
Tanggapan Responden Terhadap Variabel Empaty (X4)
Tingkat Jawaban Responden

Pertanyaan SS S RR TS STS Skor

F % F % F % F % F %

56
1. Lokasi
Perusahaan dekat
8 8 64 64 20 20 7 7 1 1 200
dengan jalur
transportasi

2. Gedung
perusahaan milik 3 3 50 50 40 40 6 6 1 1 200
sendiri

3. perusahaan
dapat diterima 8 8 64 64 22 22 4 4 2 2 200
lingkungan sekitar

Rata-rata 200

Sumber : Data Primer diolah

Ket : SS = Sangat setuju TS = Tidak Setuju

S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

RR = Ragu-ragu

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dijelaskan beberapa tanggapan responden

terhadap variabel Tempat (X4) :

- Pada pertanyaan pertama, sebanyak 8 responden menjawab sangat setuju, 64

responden menjawab setuju, 20 responden menjawab ragu-ragu, 7 responden

menjawab tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju.

- Pada pertanyaan kedua, sebanyak 3 responden menjawab sangat setuju, 50

responden menjawab setuju, 40 responden menjawab ragu-ragu, 6 responden

menjawab tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju.

- Pada pertanyaan ketiga, sebanyak 8 responden menjawab sangat setuju, 64

responden menjawab setuju, 22 responden menjawab ragu-ragu, 4 responden

menjawab tidak setuju, dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju.

57
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel tempat dengan nilai

sebesar 200, itu berarti PT. Proparindo Jasa Tama telah memiliki lokasi usaha yang

dapat membuat nilai perusahaan menjadi lebih baik.

5.5. Hasil Peramalan Penjualan

Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini

adalah analisis permalan penjualan (multiple Sale regression analysis). Malhotra

(2004) menyatakan bahwa peramalan penjualan terutama digunakan untuk melihat

58
adanya proyeksi penjualan dengan menggunakan perkiraan terhadap penjualan pada

satu periode penjualan.

Analisis permalan penjualan dilakukan untuk menguji hubungan dari tiap

hipotesis yang diajukan. Analisis ini juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

variabel variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat dengan melihat koefisien

determinasinya.

Ramalan Penjualan selama 20 tahun dari tahun 1996 – 2015


(Volume Penjualan Pakan Ternak)

Tahun Volume Penjualan


1996 967 Ton
1997 1025 Ton
1998 1109 Ton
1999 1189 Ton
2000 1201 Ton
2001 1229 Ton
2002 1351 Ton
2003 1399 Ton
2004 1451 Ton
2005 1423 Ton
2006 1359 Ton
2007 1521 Ton
2008 1436 Ton
2009 1557 Ton
2010 1527 Ton
2011 1479 Ton
2012 1559 Ton
2013 1541 Ton
2014 1460 Ton
2015 1549 Ton
Sumber : Data Diolah 2012

59
Volume Penjualan adalah tingkat penjualan yang diperoleh perusahaan untuk

waktu tertentu dalam satuan rupiah selain itu, volume Penjualan memiliki arti penting

yaitu besarnya kegiatan – kegiatan yang dilakukan secara efektif oleh penjualan untuk

mendorong agar konsumen melakukan pembelian. Dan tujuan dari Volume penjualan

ini adalah untuk memperkirakan besarnya keuntungan yang diterima dengan menjual

produk kepada konsumen serta biaya yang sudah dikeluarkan

5.5.2. Uji F

Uji simultan atau uji F merupakan uji secara bersama-sama untuk menguji

signifikansi pengaruh variabel buran pemasaran yang terdiri atas produk, Harga,

Promosi, Tempat secara bersama-sama terhadap variabel kepuasan pelanggan. Uji F

dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel.

Tabel 5.15.
Tabel Anova

60
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 71.409 5 14.829 48.657 .000a
Residual 27.591 94 .294
Total 99.000 99
a. Predictors: (Constant), Produk, Harga, Promosi, Tempat
b. Dependent Variable: Volume Penjualan

Berdasarkan dari hasil uji-t di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel

Produk, Harga, Promosi, Tempat memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap Volume Penjualan PT. Proparindo Jasa Tama Makassar. Variabel yang paling

dominan mempengaruhi Volume Penjualan adalah Produk dengan nilai thitung yang

paling besar (3,371), dengan signifikansi sebesar 0,002.

BAB VI

61
PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka

dapat ditarik suatu kesimpulan dari penelitian sebagai berikut:

1. Bauran Pemasaran yang terdiri atas Produk, Harga, Promosi, dan Tempat

mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap peningkatan

volume penjualan PT. Proparindo Jasa Tama berdasarkan hasil uji F , dimana

Fhitung > Ftabel (48,657 > 2,30 ).

2. Nilai koefisien determinasi ganda (R²) sebesar 0,721 ini berarti seluruh

variabel X yakni Produk, Harga, Promosi, Tempat mempunyai kontribusi

sebesar 72,1% terhadap volume penjualan PT. Proparindo Jasa Tama. Sisanya

27,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.

6.2. Saran-Saran

Setalah menyimpulkan hasil analisis diatas maka saran penulis yang dianggap

perlu oleh perusahaan adalah untuk lebih meningkatkan harga/Price karena

pengaruhnya peningkatan volume penjualan sangat besar serata harga merupakan

variabel yang penting dalam rangka meningkatkan kompetitif advantage perusahaan.

Apabila hal tersebut dapat ditingkatkan maka akan memberikan keuntungan yang

besar bagi perusahaan, karena dengan semakin meningkatnya volume penjualan maka

akan membentuk market share yang besar bagi perusahaan.

62
DAFTAR PUSTAKA

63
Alma, Buchari, 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Cetakan ketujuh,
Alpabeta, Bandung.

Amirullah. dan Hardjanto, Imam, 2005. Pengantar Bisnis. Graha Ilmu, Yogyakarta

Akdon, dan Ridwan, 2007. Rumus dan Data Dalam Analisis Statistik. Alfabeta,
Bandung.

Chandra, Gregorius, 2005. Strategi dan Program Pemasaran, Andi, Yogyakarta.

Jatmiko, RD, 2004. Pengantar Bisnis , Universitas Muhammadiyah Malang (UMM),


Malang.

Kotler, Philip, 1995, Manajemen Pemasaran ; Analisis, Perencanaan, Implementasi,


dan Kontrol, Diterjemahkan oleh Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli, Edisi
Kesembilan, Jilid I dan II, Prentice-Hall, New Jersey.

Madura, Jeff, 2001. Pengantar Bisnis, Salemba Empat, Jakarta

Swastha, Basu dan Irawan, 1990, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Kedua,
Cetakan Keempat, Liberty, Yogyakarta.

Swastha Basu dan Sukotjo Ibnu, 1995, Pengantar Bisnis, Edisi Ketiga, Liberty,
Yogyakarta.

Tjiptono, Fandy, 1997, Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Andi, Yogyakarta.

64

Anda mungkin juga menyukai