Anda di halaman 1dari 2

Pemerintah Jepang mengucurkan dana sekitar 360 juta Euro untuk sistem pengamanan.

Dengan kucuran uang itu, diharapkan kontaminasi akibat kebocoran radioaktif di PLTN
Fukushima dapat diredam. Dana digunakan untuk membangun dinding pelindung beku
bawah tanah sepanjang 1,5 kilometer di sekitar reaktor.

Setelah gempa dan tsunami, beberapa inti reaktor meleleh. Sejak saat itu, air pendingin
dipompa ke reaktor terus-menerus. Air yang terkontaminasi disimpan dalam tangki. Air ini
harus diolah kembali sebelum dipakai lagi untuk pendinginan. Masalahnya, setiap hari air
tanah merembes dan tercampur dengan air pendingin yang terkontaminasi.
Untuk mengendalikan banyaknya air dalam penampungan, pihak yang berwenang untuk
pengamanan nuklir Jepang NRA tidak menutup kemungkinan memompa air ke laut, asalkan
kontaminasi radioaktif berada di bawah ambang batas. Menurut Kepala NRA Shunichi
Tanaka langkah tersebut " tak terelakkan " karena tidak ada kapasitas penyimpanan yang
cukup untuk sejumlah besar air pendingin yang terkontaminasi.

Prof. David Boilley, ketua LSM Perancis ACRO, menulis bagaimana Jepang, sebuah negara
yang paling berpengalaman dan lengkap, ketika dihadapkan pada penanganan bencana skala
besar, menemukan bahwa perencanaan darurat untuk kecelakaan nuklir tidak fungsional.
Pada saat bencana terjadi, evakuasi menjadi kacau sehingga banyak manusia yang harus
menanggung dampak radiasi.

Dalam waktu dua minggu setelah bencana nuklir terjadi, pemerintah meminta warga yang
tinggal 20-30 kilometer radius dari bencana, untuk sukarela mengungsi. Kemudian pada akhir
April 2011, pemerintah memperpanjang zona evakuasi hingga 50 kilometer. Sekali lagi pada
bulan Juni, Juli, dan Agustus, pemerintah meminta lebih banyak orang di luar zona evakuasi
untuk mengungsi. Data pemerintah yang dirilis kemudian, memaparkan fakta bahwa
pemerintah harus mengevakuasi masyarakat hingga 250 kilometer dari kawasan bencana.
Poin yang bisa diambil dari penanganan bencana adalah:
• Perangkat lunak khusus yang digunakan untuk memprediksi bencana, tidak digunakan
dengan benar.
• Prosedur evakuasi masyarakat rentan, gagal.
• Program-program dekontaminasi untuk membersihkan daerah yang sangat terkontaminasi,
menimbulkan pertanyaan besar dalam hal efektivitas, biaya, dan efek samping negatif.
Permanent return remains a high priority, and the evacuation zone is being decontaminated
where required and possible, so that evacuees (81,000 from this accident according to METI)
can return without undue delay. There are many cases of evacuation stress including transfer
trauma among evacuees, and once the situation had stabilised at the plant these outweighed
the radiological hazards of returning, with over 1000 deaths reported (see below). There were
also 267,000 tsunami survivor refugees remaining displaced in February 2014.In December
2011 the government said that where annual radiation dose would be below 20 mSv/yr, the
government would help residents return home as soon as possible and assist local
municipalities with decontamination and repair of infrastructure. In areas where radiation
levels are over 20 mSv/yr evacuees will be asked to continue living elsewhere for “a few
years” until the government completes decontamination and recovery work. The government
said it would consider purchasing land and houses from residents of these areas if the
evacuees wish to sell them.In November 2013 the NRA decided to change the way radiation
exposure was estimated. Instead of airborne surveys being the basis, personal dosimeters
would be used, giving very much more accurate figures, often much less than airborne
estimates. The same criteria would be used, as above, with 20 mSv/yr being the threshold of
concern to authorities.In February 2014 the results of a study were published showing that
458 residents of two study areas 20 to 30 km from the plant and a third one 50 km northwest
received radiation doses from the contaminated ground similar to the country’s natural
background levels. Measurement was by personal dosimeters over August-September 2012
http://www.world-nuclear.org/information-library/safety-and-security/safety-of-
plants/fukushima-accident.aspx

Anda mungkin juga menyukai