Anda di halaman 1dari 24

EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI METODE TERAPI SEBULAN

DALAM MENCIPTAKAN SERTA MENGHADIRKAN EFEK


KESADARAN AKAN PENTINGNYA BERLALU LINTAS BAGI
KALANGAN REMAJA

Oleh
ADISTY AYU HAFIZAH
X MIPA 1

PELAJAR PELOPOR KESELAMATAN JALAN TINGKAT PROVINSI ACEH


DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI ACEH

SMA Negeri Unggul Aceh Timur


Tahun 2017
ABSTRAK

Indonesia tengah menghadapi masalah keselamatan jalan yang sangat serius.


Masalah tersebut terjadi diberbagai kota di Indonesia. Membangkitkan kepedulian, hal
ini merupakan salah satu permasalahan yang cukup memprihatinkan di Indonesia
sehingga perlu perhatian yang tinggi untuk meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap pentingnya keselamatan dalam berlalu lintas yang dapat dilakukan melalui
menyebar luaskan dampak kecelakaan, angka kecelakaan kepada para pengambil
keputusan untuk menggugah mereka seperti Dewan Perwakilan Rakyat baik nasional
maupun tingkat daerah, Pejabat Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Langkah lain yang perlu dilakukan pada tahapan ini adalah identifikasi dari
permasalahan keselamatan lalu lintas termasuk meninjau kembali program
keselamatan yang telah dan sedang dilaksanakan. Jumlah kasus kecelakaan yang
terjadi sangat tinggi, mengacu data yang dihimpun kepolisian yang menunjukkan
bahwa sekitar 20.000 warga Indonesia kehilangan nyawanya akibat kecelakaan di
jalan tiap tahun. Jika tidak ada tindakan, kasus kecelakaan ini akan terus meningkat.
Ironinya, usaha penanganan kecelakaan lalu lintas yang telah dilakukan oleh berbagai
pihak khususnya pemerintah selama ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah
tersebut. Pada dasarnya, masalah keselamatan jalan berakar dari gabungan sejumlah
faktor, human error, kendaraan serta jalan itu sendiri.

Upaya-upaya yang paling efektif untuk meningkatkan keselamatan jalan


seharusnya dilakukan dengan memasukkan materi berlalu lintas kedalam pelajaran
yang bersangkutan sesuai dengan kelompok umur sebagai upaya untuk meningkatkan
keselamatan lalu lintas. Berdasarkan sudut pandang tersebut penulis menghimbau
untuk memberikan pendidikan berlalu lintas pada murid-murid sekolah. Hal ini
didasarkan pada pemikiran bahwa memberikan pendidikan berlalu lintas melalui
komunitas sekolah ternyata paling efektif diantara upaya-upaya yang lain, khususnya
upaya dalam meningkatan keselamatan jalan.
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang bertujuan untuk
mengubah pola fikir masyarakat dalam berkendara khususnya bagi para pelajar.
Karya Tulis Ilmiah ini saya ajukan guna merubah pola berfikir masyarakat dalam
berkendara dan untuk membentuk Indonesia yang tertib berlalu lintas serta
untuk ikut menyukseskan program Indonesia maju. Dalam membuat Karya Tulis
Ilmiah ini saya berharap dapat merubah kebiasaan masyarakat agar lebih tepat waktu
sehingga tidak menyebabkan kemacetan di jalan raya, dimana salah satu
penyebabnya dikarenakan oleh masyarakat yang tidak disiplin.
Tak ada gading yang tak retak tak ada sesuatu yang sempurna, begitu juga
dengan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan masukan dari pembaca
berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi serta manfaat bagi
masyarakat dan untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan bagi siapa saja yang
membacanya.

Aceh Timur, 08 Agustus 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Abstrak …………………………….........................................……………………………………………....

Kata Pengantar …………………………………………………………....................................…….......

Daftar Isi ……………………………………………………………………........................................…….

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………...........................................

1.1 Latar Belakang Masalah……………..…………………………....….....................................

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….......................................

1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………......................................

1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………………….......................................

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................

2.1 Kegiatan Perencanaan Lalu Lintas …………………………………….................................

2.2 Kegiatan Pengaturan Lalu Lintas …………………….........................…………….............

2.3 Kegiatan Pengawasan Lalu Lintas ………………………….............................……………..

2.4 Kegiatan Pengendalian Lalu Lintas …………………………………...................................

2.5 Peraturan Yang Ditetapkan .................................................................................

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................

3.1 Defenisi Disiplin Dalam Berlalu Lintas ...................................................................

3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Berlalu lintas .................................

3.3 Sikap Remaja Tentang KepatuhanTata Tertib Lalu Lintas......................................

3.4 Peranan Guru Dalam Meningkatkan Keselamatan Lalu Lintas ...............................

3.5 Metode-metode Mengajar Guru untuk Mendukung Keselamatan Lalu Lintas ..........

3.6. Bentuk-bentuk Pelanggaran Lalu Lintas yang Terjadi ..........................................

BAB IV PENUTUP ............................................................................................

4.1 Kesimpulan ....................................................……………………………………………


4.2 Saran ...................................…………………………………………………........…………....

BAB V DAFTAR PUSTAKA...............................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah sesosok makhluk yang memiliki beragam jenis kebutuhan hidup
yang harus terpenuhi baik primer maupun sekunder serta tersier. Keberagaman
kebutuhan yang dialami manusia tersebut selau diiringi dan dibarengi ddengan adanya
pengaruh dan dorongan luar terhadap perkembangan era zaman yang semakin pesat
seperti adanya pengaruh globalisasi, gaya modern, dll. Salah satu kebutuhan penting
dan utama saat ini banyak mengambil peranan serangkaian aktivitas manusia adalah
dunia transportasi dan lalu lintas yang menjadi motor penggerak utama dalam
menunjang kelancaran dan keharmonisan mobilitas dan kebutuhan penduduk. Hal
tersebut dikarenakan karena lalu lintas dapat diartikan sebagai suatu sarana yang
mampu menjembatani manusia untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lain yang
menjadi tujuannnya. Dengan kata lain, lalu lintas dan transportasi merupakan salah
satu faktor utama yang sangat penting dalam memenuhi kebtuhan hidup manusia
dengan benar dan sesuai dengan tata tertib yang berlaku.
Namun, konsep lalu lintas di atas sangat menyimpang jauh dan berbanding
terbalik dengan kondisi dan pemandangan yang terjadi saat ini tampaknya
menggambarkan bahwa telah terjadinya penyalahgunaan dan pemanfaatan awal lalu
lintas yang tidak sesuai dengan aturan yang semestinya, sehingga wajar saja dampak
negatif dalam berlalu lintas. Padahal jika sarana lalu lintas dan moda transportasi yang
tersedia saat ini mampu digunakan dan dipergunakan sesuai jalur yang ditentukan,
maka akan menghasilkan suatu hal yang positif.
Kebutuhan masyarakat akan keberlangsungan dunia transportasi dan lalu lintas
yang terjadi di Indonesia saat ini selalu mengalami peningkatan dan kenaikan yang
sangat signifikan dari tahun ke tahunnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya data Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat,
jumlah kendaraan yang masih beroperasi di seluruh Indonesia pada tahun 2013
mencapai 104,211 juta unit, naik 11 persen dari tahun sebelumnya (2012) yang hanya
94,299 juta unit. Dengan adanya data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
transportasi dan lalu lintas kendaraan sudah menjadi hal yang wajar bagi
perkembangan taraf kehidupan.
Namun ironisnya lalu lintas yang sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat
Indonesia saat ini, tidak mampu berkoordinasi dan berkerja sama dalam menciptakan
suasana dan kenyaman berlalu lintas yang sesuai dengan standar logika dan pemikiran
manusia. Sebab secara tidak langsung dapat dilihat dari sudut pandang bahwa pada
saat ini faktor penyumbang terbesar kematian seseorang adalah kecelakaan dalam
berlalu lintas di jalan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa di
tahun 2020 penyebab terbesar ketiga kematian adalah kecelakaan jalan raya, tepat
dibawah penyakit jantung dan depresi. WHO mencatat bahwa 1 juta orang di seluruh
dunia meninggal setiap tahunnya di jalan raya akibat kecelakaan, dimana 40%
diantaranya berusia 25 tahun. Sementara itu, jutaan orang lainnya mengalami luka
parah dan cacat fisik akibat kecelakaan. Hal tersebut tentunya mengisyaratkan bahwa
sampai saat ini kenyamanan dan suasana kondusif dalam kegiatan berlalu lintas masih
dilanda dengan berbagai kekacauan dan buruknya sistem tata lalu lintas yang sedang
berjalan. Padahal seharusnya secara konsep logika, bahwa dalam keberlangsungan
hubungan kerja sama yang baik dapat dikatakan jika antara dua pihak terkait
seharusnya mampu memberikan dampak dan hasil dukungan yang baik pula antar
keduanya. Begitu pula dengan konsep berlalu lintas, seharusnya dengan adanya
kebutuhan manusia yang terus meningkat akan dunia lalu lintas, lalu lintas seharusnya
mampu memberikan dukungan dan hasil yang baik pula terhadap masyarakat dengan
cara memberikan kenyaman dan keselamatan dalam berlalu lintas di jalan.
“ Aturan dibuat untuk dilanggar “ adalah doktrin salah penafsiran yang terus
beredar luas dan menjadi hal yang wajar bagi masyarakat saat ini. Hal tersebut
dikarenakan banyak tindakan dan bentuk serta sikap masyarakat yang terus
mengabaikan sikap taat dan patuh terhadap peraturan berlalu lintas padahal telah
jelas tertuliskan beragam peratutan perundang – undangan yang mengatur hal
tersebut. Tentunya semua hal dan problematika tersebut, sudah menjadi perhatian
dan prioritas utama bagi seluruh elemen terkait baik pemerintah maupun penegak
hukum serta adanya bantuan dan dorongan khusus masyarakat tersendiri, sebab
langkah awal dalam terciptanya suasana kondusif berlalu lintas ialah bermula dari
tingkat kesadaran dan kepekaan pengemudi dalam berlalu lintas.
Berbicara pelanggaran lalu lintas, salah satu penyumbang dan pengekspor
terbesar dalam kekacauan dan permasalahan berlalu lintas adalah remaja khususnya
para pelajar, hal tersebut didukung dengan adanya Data Badan Pusat Statistik yang
menyatakan bahwa hampir 50% penyebab kecelakaan ialah remaja dan pelajar baik
dibawah usia 17 tahun maupun di atas usia 17 tahun. Bahkan dapat dilihat pula di
Provinsi Aceh angka pelanggaran lalu lintas yang disebabkan oleh pelajar juga masih
sangat tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya data Ditlantas Polda Aceh,
jumlah kasus pelanggran lalu lintas yang terjadi di kalangan pelajar Aceh dari Periode
Januari hingga Agustus 2015 sebanyak 2997 kasus. Sedangkan jumlah pelajar Aceh
yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas dari Periode Januari hingga Agustus 2015
sebanyak 596 korban.
Dalam teorinya, Aristoteles mengungkapkan hukum hanya sebagai kumpulan
peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat tetapi juga hakim. Undang-undang
adalah sesuatu yang berbeda dari bentuk dan isi konstitusi; karena kedudukan itulah
undang-undang mengawasi hakim dalam melaksanakan jabatannya dalam
menghukum orang-orang yang bersalah. Berdasarkan teori tersebut, hukum
merupakan sebuah alat yang mengambil peranan yang cukup penting dalam
kehidupan bermasyarakat agar arus arus norma dapat terlaksana. Salahsatunya dalam
berlalu lintas, hukum juga merupakan hal yang sangat dominan dan harus di perhatika
oleh setiap pengguna lalu lintas dan transportasi umum. Namun sangat disayangkan
hukum berlalu lintas hanya tertulis diatas kertas saja, tidak di indahkan oleh para
pengguna lalu lintas dan transportasi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan fakta yang
terjadi masih banyaknya pengendara yang mengacuhkan hukum berlalu lintas. Secara
logika dan pandangan sosial, sekarang hukum ibaratkan sebuah benteng yang tak
berfungsi dan dapat di lewati oleh siapa saja.
Secara jelas dan terperinci negara telah mengamanahkan sebuah undang
undang yang khusus mengatur lalu lintas dan angkutan jalan yaitu UU Nomor 22 tahun
2009. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa saat ini hukum dalam berlalu
lintas tidak dapat berdiri dengan kokoh, sehingga setiap harinya angka pelanggaran
dan kecelakaan lalu lintas terus meningkat. Sebagai contoh, seseorang tidak berani
merokok di Singapura, hal tersebut dikarenakan sanksi yang diberlakukan bagi
perokok cukup tinggi.
Pejabat yang berwenang dalam hal ini seperti Kementrian Perhubungan RI,
Satlantas, dan jajaran terkait telah mengupayakan dan mengambil langkah dalam
meminimalisirkan angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang semin harinya
semakin meningkat tajam melalui progra dan perencanaan yang beragam, namun
secara pandangan sosiologi bahwa adanya sebuah pelanggaran yang terjadi tidak
hanya cukup diatasi dengan langkah preventif dan persuasif, namun juga diperlukan
adanya langkah koersif agar menimbulkan efek jera bagi pelanggar hukum tersebut.
Selama ini penegak hukum lalu lintas masih mengandalkan metode preventif dan
persuasif dan tidak menekanakan metode koersif, sehingga pelanggar lalu lintas tidak
ada rasa takut untuk melanggar peraturan yang telah di tetapkan UU.
Dengan adanya pokok permasalahan diatas, pada saat ini masih banyak
pengguna sarana lalu lintas khusunya kalangan pelajar masih menganggap hukum
sebagai suatu hal yang kecil dikarenakan tidak adanya efek jera terhadap pelanggar
lalu lintas akibat tidak adanya penekanan langkah pada penggunaan metode koersif
dalam menciptakan ketertiban dan kelancaran berlalu lintas. oleh karena itu,
terjadinya kesenjangan ( gap ) antara harapan dengan kenyataan, oleh karena itu
bertolak dari fenomena yang telah dipaparkan, maka perlu adanya penelitian lebih
lanjut mengenai permasalahan tersebut sehingga penulis tertarik untuk mengadakan
sebuah penulisan yang dikemas dalam judul Efektivitas dan Efisiensi Metode Terapi
Sebulan Dalam Menciptakan dan Menghadirkan Efek Kesadaran Akan Pentingnya
Ketertiban Berlalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kalangan Remaja.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar belakang yang di uraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:

1. Apa definisi disiplin dalam berlalu lintas ?


2. Faktor - faktor apa saja yang memengaruhi kedisiplinan berlalu lintas ?
3. Bagaimanakan sikap remaja terhadap tata tertib lalu lintas ?
4. Bagaimanakah peranan guru untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas
bagi para peserta didik?
5. Apa saja pelanggaran yang terjadi dalam lalu lintas?
1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang, maka yang
menjadi tujuan pembuatan karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk memahami arti penting disiplin dalam berkendara.


2. Untuk mengetahui upaya apa yang harus dilakukan pengemudi motor
khususnya pelajar dalam mewujudkan disiplin berkendara.
3. Untuk mengetahui peran guru dalam menjaga keselamatan
berlalulintas bagi peserta didik.
4. Untuk mengerti dan menaati tata tertib dalam lalu lintas.
5. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran dalam lalu lintas.

1.4 Manfaat Penulisan

Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah informasi atau pengetahuan


yang lebih bagi guru, dan peserta didik, khususnya dalam mewujudkan disiplin
berkendara.
Selain itu, karya ilmiah ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada para penegak hukum guna menigkatkan upaya penegakan
hukum dan pengkajian hukum khususnya dalam mewujudkan masyarakat (peserta
didik) yang patuh dalam disiplin berkendara.
BAB II
LANDASAN TEORI

Secara harfiah, kesadaran sama artinya dengan mawas diri (awareness) .


Kesadaran juga bisa diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki
kendali penuh terhadap stimulus internal maupun stimulus eksternal. Kesadaran juga
mencakup dalam persepsi dan pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh
indvidu sehingga akhirnya terpusat. Begitupula dalam hal berlalu lintas, dibutuhakan
kesadaran setiap individu agar lalu lintas menjadi aman dan tertib.
Menurut NTM POLRIA “Pelanggaran lalu lintas masih tinggi, walaupun sejak
Januari 2010, Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 sudah efektif
diberlakukan, menggantikan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992. Maka mulai saat
ini, mulailah diri andra dari Mitra Humas PMJ, taat peraturan, menjaga ketertiban
demi kelancaran,kenyamanan, dan keamanan berlalu lintas.”

2.1 Kegiatan Perencanaan Lalu Lintas

Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan evaluasi tingkat


pelayanan. Maksud inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan pada
setiap ruas jalan dan persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini
merupakan kemampuan ruas jalan dan persimpangan untuk menampung lalu lintas
dengan tetap memperhatikan faktor kecepatan dan keselamatan. penetapan tingkat
pelayanan yang diinginkan. Dalam menentukan tingkat pelayanan yang diinginkan
dilakukan antara lain dengan memperhatikan: rencana umum jaringan transportasi
jalan, peranan, kapasitas, dan karakteristik jalan, kelas jalan, karakteristik lalu lintas,
aspek lingkungan, aspek sosial dan ekonomi. Penetapan pemecahan permasalahan
lalu lintas, penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudannya. Maksud
rencana dan program perwujudan dalam ketentuan ini antara lain meliputi: penentuan
tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan, usulan
aturan-aturan lalu lintas yang akan ditetapkan pada setiap ruas jalan dan
persimpangan, usulan pengadaan dan pemasangan serta pemeliharaan rambu rambu
lalu lintas marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan alat pengendali dan
pengaman pemakai jalan, usulan kegiatan atau tindakan baik untuk keperluan
penyusunan usulan maupun penyuluhan kepada masyarakat.

2.2 Kegiatan Pengaturan Lalu Lintas

Kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas-ruas


jalan tertentu. termasuk dalam pengertian penetapan kebijaksanaan lalu lintas dalam
ketentuan ini antara lain penataan sirkulasi lalu lintas,
penentuan kecepatan maksimum dan/atau minimum, larangan penggunaan jalan,
larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan.

2.3 Kegiatan Pengawasan Lalu Lintas

Kegiatan pengawasan lalu lintas meliputi pemantauan dan penilaian terhadap


pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Kegiatan pemantauan dan penilaian
dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas dari kebijaksanaan-kebijaksanaaan
tersebut untuk mendukung pencapaian tingkat pelayanan yang telah ditentukan.
Termasuk dalam kegiatan pemanatauan antara lain meliputi inventarisasi mengenai
kebijaksanaan-kebijaksanaan lalu lintas yang berlaku pada ruas jalan, jumlah
pelanggaran dan tindakan-tindakan koreksi yang telah dilakukan atas pelanggaran
tersebut. Termasuk dalam kegiatan penilaian antara lain meliputi penentuan kriteria
penilaian, analisis tingkat pelayanan, analisis pelanggaran dan usulan tindakan
perbaikan. Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.
Tindakan korektif dimaksudkan untuk menjamin tercapainya sasaran tingkat
pelayanan yang telah ditentukan. Termasuk dalam tindakan korektif adalah
peninjauan ulang terhadap kebijaksanaan apabila di dalam pelaksanaannya
menimbulkan masalah yang tidak diinginkan.
2.4 Kegiatan Pengendalian Lalu Lintas

Kegiatan pengendalian lalu lintas meliputi pemberian arahan dan petunjuk


dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Pemberian arahan dan petunjuk dalam
ketentuan ini berupa penetapan atau pemberian pedoman dan tata cara untuk
keperluan pelaksanaan manajemen lalu lintas, dengan maksud agar diperoleh
keseragaman dalam pelaksanaannya serta dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya
untuk menjamin tercapainya tingkat pelayanan yang telah ditetapkan.Pemberian
bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban
masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.

2.5 Peraturan Yang Ditetapkan


Berikut ini beberapa hal yang sebaiknya diketahui oleh para pengguna
kendaraan bermotor baik roda dua, roda empat atau lebih, secara garis besar :
1. Kenakan Helm Standar Nasional Indonesia ( SNI )
Tidak diperkenankan lagi bagi masyarakat untuk menggunakan helm batok,
gunakanlah helm SNI. Selain karena alasan keselamatan, menggunakan helm
jenis ini sudah menjadi kewajiban seperti diatur dalam Pasal 57 Ayat (2) dan
Pasal 106 ayat (8). Sanksi bagi pelanggar aturan ini, pidana kurungan paling
lama satu bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000 ( Pasal 291 ). Sanksi
yang sama juga akan dikenakan bagi penumpang yang dibonceng apabila tidak
mengenakan helm SNI.

2. Tak punya SIM? Denda 1 juta


Ketentuan yang satu ini mungkin harus menjadi perhatian lebih, jika selama ini
denda bagi pengendara SIM hanya sekedar Rp. 20.000, UU Lalu Lintas yang
baru tak mau memberikan toleransi bagi pengendara yang tak mengantongi
lisensi berkendara. Sangsi pidana ataupun denda yang diterapkan tak lagi
ringan. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan dan
tidak memiliki SIM, akan dipidana dengan pidana kurungan empat bulan atau
denda paling banyak 1 juta ( Pasal 281 ).
3. Sesuaikan Jalur dengan Kecepatan
Ketentuan mengenai jalur atau lajur merupakan salah satu keteentuan baru
yang dimasukkan dalam UU Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009, yang diatur
dalam Pasal 108.

4. Balapan dijalanan, denda 3 juta


Pengendara bermotor yang balapan dijalan akan dikenai pidana kurungan
paling lama satu tahun atau denda paling banyak Rp. 3.000.000 (Pasal 297).

5. Lengkapi perlengkapan berkendara


- Pengemudi sepeda motor
Diwajibkan memenuhi persyaratan teknis dan layak di jalan yang meliputi
kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat
pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot dan kedalaman alur
ban ( Pasal 106 Ayat 3 ). Sanksi bagi pelanggarnya diatur pasal 285 ayat
(1), dipidana dengan kurungan paling lama satu bulan atau denda paling
banyak Rp.250.000
- Pengemudi roda empat lebih
Bagi pengendara roda empat atau lebih diwajibkan memenuhi persyaratan
teknis yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu mundur,
lampu tanda batas dimensi badan kendaraan, lampu gandengan, lampu
rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan,
kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor, bumper, penggandengan,
penempelan, dan penghapus kaca. Pasal 285 Ayat (2) mengatur, bagi
pelanggarnya akan dikenai sangsi pidana paling lama dua bulan atau denda
paling banyak Rp. 500.000.

6. STNK, jangan lupa


Setiap bepergian pastikan Surat Tanda Nomor Kendaraan bermotor sudah
dibawa. Jika anda alpa membanyanya sangsi kurungan paling sama dua bulan
atau sangsi paling banyak Rp.500.000 akan dikenakan bagi pelanggarnya
(Pasal 288 Ayat (1)).
7. SIM harus yang sah
Pasal 288 Ayat (2) mengatur, bagi setiap orang yang mengemudikan
kendaraan bermotor dijalan yang tidak dapat menjukkan SIM yang sah,
dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling
banyak Rp. 250.000.

BAB III
PEMBAHASAN

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya, bahkan terhentinya lalu


lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan.
Kemacetan biasanya terjadi di kota kota besar yang mengakibatkan bebas ruas jalan
tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya
antrian. Kemacetan ini juga terjadi karena Indonesia tidak memiliki transportasi publik
yang kurang baik, memadai, maupun akibat tidak seimbangnya kebutuhan jalan
dengan kepadatan penduduk, misalnya Jakarta, Medan, Surabaya dan kota-kota besar
lainnya. Kemacetan lalu lintas sudah menjadi masalah sehari-hari di kota kota besar
khususnya di Indonesia.

Lalu lintas adalah sarana untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain,
apabila lalu lintas terganggu maka mobilitas penduduk juga akan mengalami
gangguan. Contohnya sering kita jumpai pada daerah kita dimana pengguna jalan
tidak menggunakan alat pengaman dalam berkendara seperti helm pada kendaraan
beroda dua, akibatanya pengguna jalan dapat di tahan oleh polisi lalu lintas
(POLANTAS) karena melanggar aturan berlalu lintas dan dapat membahayakan diri
sendiri seperti terjadi kecelakaan tanpa menggunakan alat pengaman. Hal ini
disebabkan, kebanyakan masyarakat tidak terlalu memperdulikan sebab atau akibat
jika melanggar aturan lalu lintas dan biasanya pengguna jalan kabur jika ditemukan
oleh petugas lalu lintas karena pelanggaran yang dilakukan.
Salah satu solusi yang tepat agar pengguna jalan tidak melakukan
pelanggaran lagi adalah dengan berjalannya pihak yang berwajib untuk mengawasi
atau memantau masyarakat pengguna jalan pada setiap harinya jika terdapat
pengguna jalan yang melanggar aturan yang ada maka pihak yang berwajib akan
memberi sanksi sesuai aturan yang telah di tetapkan, biasanya sanksi yang di berikan
adalah dengan di kenakan denda atas pelanggaran yang di lakukan oleh masyarakat.
Di samping itu dengan adanya peraturan pemberlakuan sanksi denda terhadap
masyarakat hal lain biasa terjadi pada petugas yang tidak bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas. Oleh karena itu, perlu lagi pengkajian kembali atas masalah lalu
lintas di Indonesia.

Langkah lain yang perlu dilakukan pada tahapan ini adalah identifikasi dari
permasalahan keselamatan lalu lintas termasuk meninjau kembali program
keselamatan yang telah dan sedang dilaksanakan. Jumlah kasus kecelakaan yang
terjadi sangat tinggi, mengacu data yang dihimpun kepolisian yang menunjukkan
bahwa sekitar 20.000 warga Indonesia kehilangan nyawanya akibat kecelakaan di
jalan tiap tahun. Jika tidak ada tindakan, kasus kecelakaan ini akan terus meningkat.
Ironinya, usaha penanganan kecelakaan lalu lintas yang telah dilakukan oleh berbagai
pihak khususnya pemerintah selama ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah
tersebut. Pada dasarnya, masalah keselamatan jalan berakar dari gabungan sejumlah
faktor, human error, kendaraan, serta jalan itu sendiri.

Upaya-upaya yang paling efektif untuk meningkatkan keselamatan jalan


seharusnya dilakukan dengan menanamkan metode terapi sebulan agar menciptakan
efek kesadaran serta memberikan pengetahuan berlalu lintas sejak dini. Alternatif
usulan yang diberikan sebagai upaya untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas,
berdasarkan sudut pandang tersebut yaitu memberikan pendidikan berlalu lintas pada
murid-murid sekolah. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa memberikan
pendidikan berlalu lintas melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif diantara
upaya-upaya yang lain, khususnya upaya dalam meningkatan keselamatan
jalan. Upaya memberikan pendidikan berlalu lintas sebagai solusi peningkatan
keselamatn jalan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: melakukan penarikan dan
penyitan bagi siswa yang melanggar, dengan dimasukannya materi pendidikan berlalu
lintas ke dalam kurikulum sesuai dengan kelompok umur, dimasukannya kursus
pelatihan keselamatan jalan bagi para murid dan guru. Dengan demikian maka dapat
dipastikan tingkat kecelakaan di Indonesia akan semakin berkurang.

3.1. Defenisi Disiplin Dalam Berlalu Lintas

Disiplin secara terminologi menurut Purwodarminto (1983, h. 254) merupakan


latihan ketaatan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu
menaati tata tertib. Pengemudi dikatakan disiplin dalam berlalu lintas jika ia
mematuhi peraturan tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan pada saat berlalu-lintas di jalan. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya,
melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, didorong dan diterapkan dalam semua
aspek dengan menerapkan sanksi, ganjaran dan hukuman sesuai dengan pelanggaran
yang dibuatnya. Pada usia remaja, ketaatan pada peraturan lalu lintas diharapkan
timbul dari diri remaja sendiri. Remaja diharapkan menyadari mengapa harus menaati
peraturan lalu lintas. Pelanggar peraturan lalu lintas pada umumnya adalah remaja
dan biasanya berupa pelanggaran tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, tidak
menggunakan helm pengaman, tidak membawa SIM atau STNK, menyerobot lampu
merah, kelengkapan kendaraan kurang dan kebut-kebutan di jalan raya. Pelanggaran
kelengkapan surat-surat kendaraan paling banyak dilakukan pelajar dibawah umur 15
tahun, karena kebanyakan dari mereka belum mempunyai SIM.

3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Berlalu Lintas

Kedisiplinan dalam berlalu lintas tentu terjadi karena dipengaruhi beberapa


faktor, baik faktor internal dan juga faktor eksternal. Berbagai faktor eksternal
tersebut adalah sosial budaya, sosial ekonomi, serta peran guru yang dapat
membimbing karakter para peserta didik, sedangkan faktor internalnya melliputi sikap
individu, kesadaran individu serta kemampuan individu. Individu yang memiliki
kesadaran yang tinggi akan selalu berorientasi pada keselamatan diri di jalan.
Dari berbagai faktor tersebut faktor motivasi keselamatan diri merupakan hal
yang penting dan menarik untuk diuraikan lebih dalam. Orang seringkali
mengemukakan bahwa setiap tingkah laku manusia mempunyai motivasi penggerak
tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu dengan didasari oleh suatu kebutuhan.
Motivasi merupakan unsur psikologis untuk mendorong seseorang melakukan
tindakan tertentu.

Namun pada kenyataannya motivasi keselamatan diri pada pengendara motor


tidak selalu diimbangi dengan kedisiplinan mematuhi peraturan dan rambu lalu-lintas.
Banyak pengendara motor masih ugal-ugalan, mengendara melebihi kecepatan dan
beranggapan yang penting selamat tanpa mengindahkan peraturan dan rambu lalu-
lintas. Seorang yang mempunyai motivasi keselamatan diri belum tentu akan
menampakkan tingkat kedisiplinan yang baik pula, tetapi juga tidak menutup
kemungkinan seseorang yang mempunyai motivasi keselamatan diri yang tinggi akan
menampakkan tingkat kedisiplinan yang tinggi pula, dan akan lebih mudah untuk
melakukan penyesuaian diri terhadap masalah-masalah yang dihadapinya di jalan
raya.

3.3 Sikap Remaja Tentang Kepatuhan Tata Tertib Lalu Lintas

Beberapa ahli menyimpulkan bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya


sikap patuh terhadap tata tertib lalu lintas khususnya para remaja. Hal ini dapat
dilakukan dengan memotivasi untuk menciptakan kondisi aman dan tertib selama di
jalan pada saat berkendara, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi pengendara lain.
Mendefinisikan motif keselamatan adalah kecenderungan mencari jaminan, keamanan
dan perlindungan. Keselamatan diri para siswa dalam berkendara juga dapat dibantu
oleh pembinaan karakter dari guru terhadap peserta didik. Hal ini sangat
mempengaruhi proses perkembangan kepribadian dari peserta didik .

Namun sampai saat ini, sikap acuh tak acuh dan sikap ketidakpedulian dari para
remaja menjadi masalah besar yang sampai saat ini tidak teratasi. Berdasarkan UU
No. 22/2009, terdapat beberapa peraturan dalam menggunakan kendaraan bermotor
yakni : motor hanya untuk dua orang, Helm harus standar nasional, suara knalpot
yang netral, belok kiri tidak boleh langsung, motor lajur kiri, lampu motor wajib nyala
siang hari.

3.4 Peranan Guru Dalam Meningkatkan Keselamatan Lalu Lintas

Dewasa ini ketertiban lalu lintas semakin longgar, terutama pada pengemudi
pelajar. Banyak diantara mereka yang melanggar aturan lalu lintas seperti ugal-
ugalan, mengemudi tanpa SIM dan tidak menggunakan perlengkapan berkendaraan.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut yang menjadi dasar terjadinya kecelakaan.

Dalam dua tahun terakhir ini, kecelakaan lalu lintas di Indonesia oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) dinilai menjadi pembunuh terbesar ketiga, di bawah penyakit
jantung koroner dan tuberculosis/TBC. Data WHO tahun 2011 menyebutkan,
sebanyak 67 persen korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif , yakni
22 – 50 tahun. Terdapat sekitar 400.000 korban di bawah usia 25 tahun yang
meninggal di jalan raya, dengan rata-rata angka kematian 1.000 anak-anak dan
remaja setiap harinya. Bahkan, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama
kematian anak-anak di dunia, dengan rentang usia 10-24 tahun.

Di Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang meningkat setiap tahunnya dan


kelalaian manusia, menjadi faktor utama terjadinya peningkatan kecelakaan lalu
lintas. Data Kepolisian RI menyebutkan, pada 2012 terjadi 109.038 kasus kecelakaan
dengan korban meninggal dunia sebanyak 27.441 orang, dengan potensi kerugian
sosial ekonomi sekitar Rp 203 triliun - Rp 217 triliun per tahun (2,9% - 3,1 % dari
Pendapatan Domestik Bruto/PDB Indonesia). Sedangkan pada 2011, terjadi
kecelakaan sebanyak 109.776 kasus, dengan korban meninggal sebanyak 31.185
orang. Sehingga kecelakaan lalu lintas menjadi masalah besar yang harus
ditanggulangi oleh pemerintah

Keselamatan siswa dalam berlalu lintas sangat erat kaitannya dengan


pembinaan di sekolah. Hal ini juga menyangkut tanggung jawab seorang guru sebagai
tenaga pedidik. Hingga saat ini, peran guru masih kurang terlihat dengan jelas dalam
menyikapi masalah berkendara oleh peserta didik. Hal ini terlihat dengan dengan
meningkatnya korban kecelakaan lalu lintas pada tingkat remaja atau peserta didik.
Saat ini, jumlah korban kecelakaan lalu lintas 50% terjadi pada anak remaja dan anak-
anak sekolah. Selain kemampuan akademik salah satu yang harus dipenuhi dalam
pembelajaran disekolah adalah pembinaan mental dan karakteristik siswa.

Titik tolak atau sentral segala upaya dalam meningkatkan keselamatan jalan,
harus dilakukan melalui proses pendidikan di sekolah. Memberikan pendidikan berlalu
lintas pada siswa merupakan solusi cerdas dan langkah yang strategis dalam upaya
peningkatan keselamatan jalan, hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa memberikan
pendidikan berlalu lintas melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif diantara
upaya-upaya yang lain, khususnya upaya dalam meningkatan keselamatan jalan,
karena:

1. Anak usia sekolah (6 tahun – 18 tahun) mempunyai persentasi yang paling


tinggi dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.
2. Sekolah merupakan komunitas yang telah terorganisasi, sehingga mudah
dijangkau dalam rangka memberikan pendidikan berlalu lintas.
3. Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat potensial untuk menerima
perubahan atau pembaruan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap
stimulasi sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-
kebiasaan hidup untuk tertib berlalu lintas.

Sebenarnya keterlibatan institusi pendidikan dalam menekan jumlah maupun


korban kecelakaan lalu lintas telah terealisasi secara struktural maupun fungsional,
dengan ditandatanganinya Surat Ketetapan Bersama (SKB) antara Menteri Pendidikan
Nasional dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia No.03/III/KB/2010 dan
No.B/9/III/2010 tanggal 8 Maret 2010, tentang “Mewujudkan Pendidikan Nasional
dalam Berlalu Lintas”. Implikasi atas terbitnya SKB ini adalah, bahwa mulai tahun
pelajaran 2011/2012 mendatang akan diberlakukan pendidikan nasional dalam berlalu
lintas, yang terintegrasi dalam kurikulum pendidikan nasional. Namun instrumen Surat
Ketetapan Bersama (SKB) tersebut dinilai tidak efektif, karena proses pendidikannya
hanya mengandalkan ceramah yang diberikan tersendiri dan hanya sesekali oleh
pembicara tamu, bahkan murid-murid sekolah mungkin hanya sekedar diberikan
modul keselamatan jalan, tetapi diperlukan sebuah pendekatan tambahan untuk
meningkatkan pendidikan keselamatan jalan. Sehingga harus ditinjau ulang proses
pendidikan keselamatan jalan, mulai dari materi-materi lokal perlu dikembangkan dan
disesuaikan agar dapat mencerminkan kebutuhan, masalah dan keadaan yang relevan
pada murid-murid sekolah setempat.

Memberikan pendidikan berlalu lintas pada murid-murid di sekolah pada


prinsipnya adalah menciptakan sekolah sebagai komunitas yang mampu memberikan
kontribusi yang penting untuk menciptakan kepatuhan berlalu lintas sehingga dapat
meningkatkan keselamatan jalan. Oleh sebab itu, materi pendidikan berlalu lintas pada
murid-murid sekolah sekurang-kurangnya mencakup beberapa materi pokok, yakni:

Memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar tertib berlalu lintas.


Menimbulkan sikap dan perilaku tertib berlalu lintas.
Membentuk kebiasaan hidup tertib berlalu lintas, safety riding, kedisiplinan,
etika dan sopan santun berkendaraan.
Mencegah sikap ugal-ugalan di jalan raya.
Resiko-resiko jika terjadi kecelakaan lalu lintas.
Kendaraan yang laik maupun tidak laik.
Pasal-pasal tertentu dalam UU RI No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.

Mekanisme yang dapat ditempuh agar materi pendidikan berlalu lintas di atas
dapat diimplementasikan pada murid-murid sekolah adalah sebagai berikut:

1. Dimasukkannya materi pendidikan berlalu lintas ke dalam kurikulum sesuai


dengan kelompok umur.
2. Dimasukkannya kursus pelatihan keselamatan jalan bagi para murid dan guru.

3.5. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Lalu Lintas yang Terjadi

Menurut para ahli, bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas di antaranya sebagai


berikut:
1. Menggunakan jalan dengan cara yang dapat menghalangi, membahayakan
ketertiban atau keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan
kerusakan pada jalan.
2. Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan surat
ijin mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Surat Tanda Uji
Kendaraan (STUJ) yang sah atau tanda bukti lainnya sesuai peraturan yang
berlaku atau dapat memperlihatkan tetapi masa berlakunya sudah
kadaluwarsa.
3. Membiarkan atau memperkenakan kendaraan bermotor dikemudikan oleh
orang lain yang tidak memiliki SIM.
4. Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan
tentang penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan
kendaraan dan syarat penggandengan dengan kendaraan lain.
5. Membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi plat tanda
nomor kendaraan yang syah, sesuai dengan surat tanda nomor kendaraan
yang bersangkutan.
6. Pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas
jalan, rambu-rambu atau tanda yang yang ada di permukaan jalan.
7. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tentang ukuran dan muatan yang
diijinkan, cara menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau cara memuat
dan membongkar barang.
8. Pelanggaran terhadap izin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan
beroperasi di jalan yang ditentukan.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan isi pembahasan pada bab sebelumnya, penulis dapat menarik


beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan


terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan
melebihi kapasitas jalan.
2. Penanganan masalah kemacetan cukup sulit untuk dilakukan karena perlunya
kerjasama antara pemerintah dengan warga masyarakat.
3. Kurang besarnya sanksi atau denda yang diberikan sehingga tidak
menimbulkan efek jera bagi pengendara.
4. Penyebab kemacetan dikarenakan kurangnya disiplin pengendara.
5. Sekolah dapat digunakan sebagai komunitas yang mampu memberikan
kontribusi penting untuk menciptakan kepatuhan berlalu lintas bagi siswa.
6. Dalam peningkatan kualitas keamanan lalu lintas Indonesia perlu perhatian dan
partisipasi oleh public, umumnya pengguna kendaraan dan khususnya para
pelajar.
7. Peran guru dalam penanaman pendidikan berkarakter serta pemahaman akan
pentingnya tertib berlalu lintas.
8. Memberikan pendidikan berlalu lintas pada peserta didik di sekolah merupakan
solusi cerdas dan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan
keselamatan jalan

4.2. Saran

Saran dari karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut :

1. Pengguna kendaraan harus mematuhi peraturan lalu lintas.


2. Menaikkan tarif sanksi agar menimbulkan efek jera dan meminimalisir
pelanggaran.
3. Selaku warga masyarakat yang baik tentunya tidak cukup hanya sekedar
memahami. Namun, harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga peraturan serta keamanan dalam berlalu lintas tersebut tidak bersifat
semu lagi, melainkan berwujud nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.
4. Guru berperan dalam peningkatan ketertiban berlalu lintas dengan
memasukkan materi pelajaran (topik) mengenai lalu lintas pada kurikulum
sekolah mulai tingkat SD s/d SMA/SMK dalam proses pembelajaran di sekolah.
5. Pihak yang berwajib dan petugas ketertiban lalu lintas juga harus berperan
dalam memberikan sosialisasi, sehingga peserta didik juga semakin sadar akan
pentingnya ketertiban lalu lintas.
6. Adanya kerjasama antara guru, kepolisian dan pihak perhubungan serta
peserta didik untuk menjaga ketertiban dan keselamtan LLAJ.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.wikipedia.org/wiki/kesadaran.

2. http://bolaytomboy.blogspot.co.id/2011/07/peraturan-uu-lalu-lintas-terbaru-

sangsi.html.

3. NTM POLRIA tentang pelanggaran berlalu lintas.

4. Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009.

5. Pasal 57 Ayat ( 2 ) dan Pasal 106 ayat ( 8 ).

6. Pasal 106 Ayat 3 dan Pasal 281.

7. Data Badan Pusat Statistik tentang Meningkatnya Angka Kecelakaan yang


Didominasi Oleh Remaja.
8.

Anda mungkin juga menyukai