Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Budidaya Tanaman Pangan & Hortikultura

PUPUK ORGANIK CAIR (POC)

NAMA : NURUL MUJAHIDAH RAHMAT

NIM : G111 16 561

KELAS :F

ASISTEN : 1. AZIZ YASRIL

2. WAHYU PURNAMA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Dalam dunia pertanian, istilah pupuk tentunya sudah tidak asing lagi.Pupuk
memiliki peran yang sangat besar dalam menunjang tumbuhnya tanaman.Bagi
tanaman, pupuk adalah nutrisi penting yang sangat dibutuhkan untuk
perkembangan hidupnya, menjadi tanaman yang subur dan produktif. Tanaman
yang tercukupi kebutuhan pupuknya akan tumbuh dan berkembang dengan
maksimal.
Setiap tahun ribuan hektar lahan yang subur berkurang akibat penggunaan
pupuk kimia.Sungguh ironis, menggunakan racun untuk meningkatkan produksi
pangan bagi kehidupan.Salah satu klasifikasi pupuk berdasarkan sumber
bahannya adalah pupuk organik.pupuk organik merupakan pupuk yang
mengandung komposisi bahan-bahan organik seperti sisa-sisa metabolisme atau
organ hewan maupun tumbuhan.
Pupuk dapat berupa pupuk organik dan pupuk kimia.Pupuk kimia merupakan
pupuk berasal dari bahan-bahan kimia sehingga sangat berefek negatif pada
lingkungan dan menurunkan kuantitas dari tanaman, sedangkan pupuk organik
adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa pembusukan atau pengomposan.Pupuk
organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, ataupun kotoran ayam.Pupuk organik
biasanya berupa zat padat.Akan tetapi, pupuk organik juga dapat berupa pupuk
cair.
Kelebihan dari penggunaan pupuk organik adalah dapat secara cepat
mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu
menyediakan hara secara cepat.Salah satu pupuk organik cair adalah MOL (Mikro
Organisme Lokal), tidak meninggalkan residu yang membahayakan bagi
kehidupan. Pengaplikasiannya mampu memperkaya sekaligus mengembalikan
ketersediaan unsur hara bagi tanah dan tumbuhan dengan aman.
Berdasarkan uraian diatas, pembuatan POC (Pupuk Oganik Cair) ini
sengatlah penting untuk dikembangkan bagi petani lebih lanjut, petani akan
mampu membuatnya sendiri karena mudah dalam pembuatannya serta bahan yang
digunakan sangat tidak sulit disediakan, bersumber dari bahan yang hendak
dibuang/limbah/tidak bisa dikonsumsi lagi. Disisi yag sama petani juga nantinya
akan membutuhkan pupuk cair yang bersifat organik dan murah sehingga
penggunaan pupuk kimia akan berkurang.

1.2. Tujuan dan Kegunaan


1.2.1. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktukum ini adalah untuk mengetahui cara membuat POC,
untuk mengetahui manfaat dan keunggulan POC, memanfaatkan bahan-bahan
yang sudah busuk, terutama buah-buahan dan untuk mengurangi pupuk sintetis
atau kimia serta cara mengaplikasikannya ke tanaman.
1.2.2. Kegunaan Praktikum
Kegunaan pada praktikum pembuatan POC buah-buahan ini adalah
pemanfaatan limbah buah-buahan dimasyarakat dapat berkurang, serata dalam hal
pengurangan limbah ini juga tercipta sesuatu yang dapat bermanfaat untuk
keseharian masyarakat terutama bagi yang ingin membuat pupuk organik cair
maupun pupuk organik padat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pupuk Organik Cair


Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia.Pupuk organik dapat berbentuk
padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Pupuk organik cair mengandung banyak bahan organik dari pada kadar
haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut
kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan
limbah kota (sampah) (Ayub, 2007).
Pupuk Cair Organik adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-
bahan organik dan berwujud cair. Pupuk cair merupakan salah satu jenis proses
fermentasi. Secara garis besar prduk fermentasi dibedakan atas produk pangan,
kesehatan, energi dan lingkungan. Contoh produk makanan adalah keju, tape,
kecap, tempe, oncom dan sebagainya. Produk kesehatan yang paling dominan
adalah produksi antibiotika, vitamin dan alkohol. Dalam bidang energi misalnya
produksi bioetanol, metanol, metana dan sebagainya. Dalam bidang lingkungan
misalnya kompos, biopestisida, dan sebagainya (Ayub, 2007).
Pupuk cair organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk cair
organik menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia. Kehidupan binatang
di dalam tanah juga terpacu dengan penggunaan pupuk cair.Pupuk cair tersebut
dapat dibuat dari kotoran hewan yang masih baru.Kotoran hewan yang dapat
digunakan misalnya kotoran kambing, domba, kelinci, ayam atau ternak
lainnya. Pupuk organik cair adalahpupuk organik yang kebanyakan diaplikasikan
melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar (Musyafa, 2012).

2.2.Macam-Macam POC
1. MOL Bonggol Pisang
Bonggol pisang merupakan limbah yang patut mendapatkan perhatian oleh
petani untuk di manfaatkan sebagai bahan pupuk cair hayati.Ketersediaan bonggol
pisang sangat melimpah.Bonggol pisang mengandung gizi yang cukup tinggi
dengan komposisi yang lengkap, mengandung karbohidrat (66%), mempunyai
kandungan kadar protein 4,35%, sumber mikroorganisme pengurai bahan organik
atau decomposer. Jenis mikroorganisme yang telah diidentifikasi pada MOL
bonggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., Aspergillus nigger,
Azospirillium, Azotobacter. dan mikroba selulolitik. Mikroba inilah yang biasa
menguraikan bahan organik (Budiyani, dkk., 2016).
2. Mol Nasi Basi
Jenis mikroorganisme yang telah diidentifikasi pada MOL bonggol pisang
antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., Aspergillus nigger, Azospirillium,
Azotobacter. dan mikroba selulolitik. Mikroba inilah yang biasa menguraikan
bahan organik.Jenis mikroorganisme yang telah diidentifikasi pada MOL bonggol
pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., Aspergillus nigger, Azospirillium,
Azotobacter. dan mikroba selulolitik. Mikroba inilah yang biasa menguraikan
bahan organik.Jenis mikroorganisme yang telah diidentifikasi pada MOL bonggol
pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., Aspergillus nigger, Azospirillium,
Azotobacter. dan mikroba selulolitik. Mikroba inilah yang biasa menguraikan
bahan organic (Julita, dkk., 2013).
3. Mol Urin Sapi
Urin sapi merupakan salah satu limbah cair dari peternakan sapi, yang dapat
ditemukan di tempat pemeliharaan hewan.Penambahan urin sapi pada mol
dimanfaatkan sebagai sumber mikroorganisme, karena kotoran ternak
mengandung mikroorganisme. Kotoran ternak sapi cair memiliki kandungan unsur
hara yang lebih tinggi daripada kotoran ternak sapi padat (Budiyani, dkk., 2016).
4. Mol Rebung Bambu
Mol rebung bambu mempunyai kandungan C organik dan giberelin yang
tinggi sehingga mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Selain itu MOL
rebung bambu juga mengandung mikroorganisme yang sangat penting untuk
membantu pertumbuhan tanaman yaitu Azotobacter dan Azospirillum. Salah satu
hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi MOL rebung bambu
berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman kalian pada tanah
gambut. Pemberian MOL rebung bamboo yang paling efektif untuk pertumbuhan
tanaman kalian adalah konsentrasi 10ml/L air (Yeremia, 2016).
5. Mol Daun Gamal
Mol daun gamal ini bermanfaat sebagai sumber N, untuk pertumbuhan daun,
fungisida. Kandungan yaitu unsur N tinggi. Fungsi Nitrogen (Zat hijau daun/
klorofil) yaitu :

1. Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan


2. Merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri
3. Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman

4. Merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun


Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan
lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun
tua cepat menguning dan mati (Julita, 2013).

6. Mol Limbah Buah-buahan


Buah-buahan yang dibutuhkan dalam pembuatan mol ini yaitu pisang,
pepaya, nangka, mangga dan nanas dan juga tomat. Manfaat mol jenis ini yaitu
Sebagai perangsang bunga dan buah, Meningkatkan kualitas buah seperti daya
tahan dan menambah rasa manis buah dan Sebagai pengurai bahan organik atau
pembuat kompos (Budiyani, dkk., 2016).

7. Mol Sisa Sayuran


Mol jenis ini mengandung mikroorganisme pengurai dan penyubur tanaman,
kandungan dari mol ini diantaranya mengandung Sitokinin, karbohidrat,
Pseudomonas, Aspergilus dan Lactobacillus (Budiyani, dkk, 2016).

8. Mol Keong Mas


MOL keong mas berfungsi sebagai pupuk hayati, perangsang pertumbuhan
dan sebagai pengurai dalam pengomposan. Kandungan auksin pada keong mas
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Selain itu keong mas juga
mengandung protein, azotobacter, azospirillium, mikroba pelarut phospat,
staphylococcus, pseudomonas, auksindan enzim yang sangat berguna bagi
tanaman. Seperti halnya MOL dari bahan lainnya, MOL keong mas juga dapat
digunakan sebagai decomposer (Yeremia, 2016).

2.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan POC yaitu :

Menurut Suriadikarta (2010), beberapa faktor yang mempengaruhi


keberhasilan POC yaitu :
1. Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting bagi kehidupan bakteri, bakteri hidup
dalam kondisi suhu yang sangat beragam. Bakteri yang menguntungkan umumnya
hidup pada suhu optimum bagi pertumbuhan makhluk hidup lainnya yakni
berkisar 180C - 400C. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
denaturasi atau kerusakan protein dan komponen sel lainnya pada bakteri
dekomposer sehingga dapat mengakibatkan kematian. Sedangkan suhu yang
terlalu rendah dapat mengakibatkan mobilitas bakteri terhambat, dan jika terjadi
kenaikan suhu secara ekstrim bakteri akan mati. Bakteri dekomposer populasinya
sedikit atau berkurang dapat menghambat proses dekomposisi bahan, suhu yang
terlalu tinggi juga berdampak negatif terhadap perkembangbiakan bakteri
dekomposer. Pada suhu ekstrim bakteri yang dapat berkembang cenderung bakteri
yang bersifat patogenik, jadi jika suhu terlalu tinggi besar kemungkinannya bahan
terkontaminasi oleh bakteri patogenik.
2. Kelembaban
Bakteri dapat berkembangbiak pada kondisi kelembaban yang relatif tinggi
yakni RH mencapai ± 60%, kelembaban tinggi berarti lingkungan cenderung
berair, bakteri sangat menyukai pada kondisi lingkungan yang relatif berair.
3. Intensitas Cahaya
Cahaya matahari merupakan sumber kehidupan bagi mahluk hidup termasuk
bakteri yang notabene merupakan makhluk tingkat rendah. Akan tetapi untuk
dapat berkembang biak dengan optimal media yang berisi fermentasi bahan untuk
pupuk cair sebaiknya diletakkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari
secara langsung. Sinar matahari secara langsung dapat meningkatkan suhu pada
media secara signifikan yang dapat merusak protein dan komponen sel lainnya,
sitoplasma bakteri bocor sehingga bakteri dapat mengalami kematian yang
berdampak pada lambatnya fermentasi bahkan bahan besar kemungkinannya tidak
terfermentasi.
4. Ukuran bahan
Sumber makanan bakteri dekomposer adalah bahan organik, termasuk buah
dan sayuran. Dekomposisi yang berhasil dicirikan dengan bahan yang
difermentasikan hancur yang menunjukan aktivitas bakteri yang tinggi. Sumber
makanan yang dimaksud adalah sayuran dan buah – buahan, akan tetepi dalam
praktikum ini tidak ada campuran bahan-bahan yang dimaksud.
5. Komposisi media
Komposisi media yang digunakan harus seimbang dengan larutan yang
digunakan. Dalam pembuatan pupuk cair digunakan larutan EM4 dan ragi serta
air secukupnya. Komposisi larutan EM4 harus sesuai dengan jumlah bahan yang
akan digunakan. Apabila larutan EM4 kurang atau lebih sedikit, maka
kemungkinan besar pupuk cair akan gagal dan bahan akan cepat membusuk.
6. Waktu pembuatan
Pembuatan pupuk cair organik sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari atau
pagi hari dimana intensitas cahaya matahari relatif rendah dan kelembaban tidak
terlalu tinggi. Misalnya dilakukan pada siang hari diusahakan tempat pembuatan
pupuk dilakukan pada tempat yang terhalang intensitas cahaya matahari secara
langsung. Kontaminansi dengan bakteri patogenik pada awal pembuatan akan
sangat berbahaya, bakteri patogenik cenderung dapat berkembang biak dari suhu
yang relatif tinggi. Bakteri patogenik juga dapat menyebar dari penggunaan bahan
yang busuk.

2.2.Kandungan Bahan yang Digunakan


Pupuk organik ramah lingkungan dari limbah ternak itu bisa memutus
ketergantungan petani terhadap pupuk urea atu pupuk kimia lainnya. Dari hasil
penelitian Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Andalas Padang, urine kambing
mengandung kadar nitrogen 36,90 – 37,31%, Fosfat 16,5 – 16,8 ppm dan kalsium
0,67 – 1,27%. Menurut Djoni, Nitrogen pada urine kambing sama dengan yang
ada pada pupuk SP36 yaitu 36% atau tidak jauh berbeda dengan kandungan
Nitrogen pupuk Urea , yakni 45% (Cahyono 2008).
Menurut Purwendro (2010), bahan-bahan alami dari pembuatan POC yaitu :
a. Bonggol pisang yang kaya akan kandungan unsur hara yaitu Ca, P, K, dan
nutrisi mikro sera bio-enzim
b. Pepaya yang kaya akan kandungan N, P, K, Ca, Br, dan Zn
c. Daun gamal yang kaya akan kandungan N, P, K, Ca, dan Mg
d. Air cucian beras yang mengandung 90% karbohidrat yang berupa pati,
mineral, vitamin dan protein 80%, dan zat besi
e. Air kelapa mengandung macam-macam unsur hara mikro dan makro
(tergantung dari tempat tumbuhnya). Memiliki kandungan nitrogen, zat
pengatur tumbuh, protein, asam amino, karbohidrat, senyawa komplek, dan
juga karbon aktif
f. Air gula merah mengandung beberapa unsur hara mikro dan makro dan juga
mengandung nitrogen dan kalium
Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus yaitu bahan organik basah atau
bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buah dan
sisa sayuran (wortel, labu, sawi,selada, kulit jeruk, pisang, durian, kol). Semakin
besar kandungan selulosa dari bahan organik (C/N ratio) maka proses penguraian
oleh bakteri akan semakin lama. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini kaya
nutrisi yang dibutuhkan tanaman (Djuarni, 2010).

BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 16 Februari 2018 pukul 16.10 – 17.30 di Exfarm Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan pupuk organik cair ini
yaitu pisau, ember, kantong plastik, dan plester bening, botol berukuran 1,5L,
selang, kantong plastik besar, karung besar, gunting.
Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan pupuk organik cair ini
yaitu sisa sayuran sebanyak 5kg, gula merah cair sebanyak 3L, air terasi sebanyak
3L, air cucian beras sebanyak 3L, air biasa (disesuaikan), sabun colek.

3.3. Prosedur Kerja


3.3.1. Proses Pembuatan POC
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membuat lubang sebesar mulut selang pada penutup ember
3. Melubangi botol yang telah diisi dengan air lalu sambungkan dengan selang
dan lubang pada penutup ember
4. Memotong kecil – kecil sisa sayuran lalu masukkan ke dalam kantong plastik
5. Masukkan plastik yang berisi sayuran ke dalam karung lalu letakkan didalam
ember
6. Masukkan gula merah cair, air bekas cucian beras, air terasi ke dalam ember
yang telah berisi sisa sayuran
7. Menutup ember dengan terlebih dahulu mengolesi pinggiran ember dengan
sabun colek
8. Merekatkan penutup ember dengan menggunakan plester

3.3.2. Pengadukan POC


1. Membuka plester pada penutup ember
2. Mengaduk POC dengan menggunakan kayu yang panjang
3. Menutup kembali POC dan rekatkan menggunakan plester

3.3.3. Pemanenan POC

1. Membuka plester pada penutup ember


2. Mencium aroma POC apabila berbau busuk dan menyengat maka POC gagal
apabila berbau seperti bau fermentasi maka POC berhasil
3. Memeras karung yang berisis sisa – sisa sayuran
4. Mengambil POC menggunakan gayung dan masukkan ke dalam wadah baru
yang terlebih dahulu POC harus disaring
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Pengadukan 1 Pengadukan 2

Pengadukan 3 Pengadukan 4

4.2. Pembahasan
Berdasarkan Percobaan yang dilakukan, membuat pupuk organik cair agar
kita menghindari pemakaian pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan selain
itu POC ramah lingkungan dan bahan yang di gunakannya mudah di dapatkan
serta tidak mengeluarkan uang berlebihan. Dalam pembuatan pupuk organik cair
ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia yang mengakibatkan
pencemaran lingkungan dan tanaman menjadi rawan hama. Hal ini sesuai dengan
pendapat Djuarni (2010) yang menyatakan bahwa dari berbagai akibat
penggunaan pupuk kimia tersebut masalah yang timbul yaitu adalah
tanaman menjadi sangat rawan terhadap hama, meskipun produktivitasnya tinggi
namun tidak memiliki ketahanan terhadap hama, pembodohan terhadap petani
yang diindikasikan dengan hilangnya pengetahuan lokal dalam mengelola lahan
pertanian dan ketergantungan petani terhadap paket teknologi pertanian produk
industri.
Pupuk organik adalah salah satu bahan yang dapat memperbaiki tingkat
kesuburan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Ayub (2008) yang menyatakan
bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam
upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian
yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan
manusia sehingga aman dikonsumsi.
Pemberian molases (gula merah yang telah dicairkan) diberikan kedalam
larutan pertama. Fungsi dari larutan molases ini sebagai makanan awal bagi
mikroba yang akan bekerja menguraikan bahan-bahan yang akan dibuat pupuk
organik cair. Seperti gambar diatas memperlihatkan perlakuan bahan-bahan pupuk
organik setelah diberikan EM4, kemudian diaduk. Bahan-bahan yang dibuat
pupuk kemudian direndam kedalam larutan tersebut. Hal ini didukung oleh
pendapat Ayub (2008) yang menyatakan bahwa kondisi atau faktor-faktor
pengomposan dibuat seoptimum mungkin.
Adapun hasil dari pembuatan pupuk organik cair tersebut yaitu pupuk yang
telah dihasilkan dapat dikatakan berhasil. Dikatakan berhasil karena pupuk ini
mengeluarkan bau yang harum serta terdapat sedikit buih berwarna putih. Selain
itu, tingkat keberhasilan dari pupuk organik dapat dilihat saat diberikan pada
tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwendro (2010) yang menyatakan
bahwa keberhasilan dalam pembuatan suatu pupuk dapat dilihat dari cara
pemberiannya. Berdasarkan cara pemberiannya, pemupukan pada tanaman
khususnya sayuran dibagi menjadi dua yaitu pemberian melalui akar dan lewat
daun. Setiap cara pemberian rnemiliki kegunaan dan keuntungan tersendiri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Pupuk organik cair dapat dibuat dari bahan-bahan organik yang ada disekitar
kita, seperti sampah sisa rumah tangga, ataupun sampah hasil pemangkasan
tanaman, serta buah-buahan yang sudah tidak di konsumsi.
Pupuk organik cair memiliki mamfaat bagi tanaman yaitu untuk
menyuburkan tanaman, menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah, mengurangi
dampak sampah organik di lingkungan sekitar, membantu revitalisasi
produktivitas tanah, dan meningkatkan kualitas produk.

5.2. Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan prosedur kerja yang sesuai dengan prosedur
sebenarnya. Dalam pembuatan POC ini sebaiknya di lakukan pemberian sumber-
sumber POC itu sendiri agar proses penguraian dari bahan-bahan yang digunakan
dapat terurai dengan cepat serta untuk menghindari kegagalan dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Ayub.S. 2008. Pupuk Organik Cair. Jakarta : PT Agromedia Pustaka. Hal 15-18.
Budiyani, N.K., dkk. 2016. Analisis Kualitas Larutan Mikroorganisme Lokal
(MOL) Bonggol Pisang. E-Jurnal Agroteknologi Tropika, Vol. 5, No.1.
Cahyono, Bambang. 2008. Seri Budi Daya Tomat. Yogyakarta: Kanisius.
Djuarni, dkk. 2010. Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta: AgroMedia.Hal 36-38
Julita, S. dkk., 2013. Analisis Kualitas Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL)
Bonggol Pisang. Jurnal Dinamika Pertanian Vol. 28, No.23.
Musyafa, 2012. Pembuatan Pupuk Cair. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Purwendro. S.S. 2010. Kajian Pemanfaatan Limbah Nilam Untuk Pupuk Organik
Cair Denag Proses Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia Vol.4, No 2, April 2010.
Suriadikarta, dkk. 2010. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat : Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Yeremia, dkk. 2016. Pembuatan Pupuk Cair.Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Umum.

Anda mungkin juga menyukai