Oleh admin
Selasa, 01 Juli 2008 09:15:19
“Kenapa sih, obat antibiotik ini harus tetap diminum? Kan aku sudah sembuh?”
kata Hendri pada istrinya. Keluhan seperti itu memang kerap telontar. “Makan
obat ‘kan nggak enak,” ujar teman lain.
Akhirnya antiobiotik pun tak dihabiskan. Padahal, bila tidak dihabiskan, kata Dr.
Marc Miravitlles, MD, dalam pertemuan dengan wartawan di Singapura beberapa
pekan lalu, akan menimbulkan resistensi. Bakteri penyebab infeksi akan makin
kebal. Obat (antibiotik) pun harus diganti, dengan dosis yang lebih besar,
berkekuatan lebih hebat.
Dr. Latre Buntaran, Sp.MK, mengingatkan antibiotik itu seperti pisau bermata dua,
bakteri bisa mati atau sebaliknya mengganggu keseimbangan flora bakteri.
Karena itu, Anda tidak bisa main-main dengan obat ini.
Sayang, dalam beberapa kasus, masih banyak dari kita yang berupaya
mengobati diri sendiri.
Ambil contoh Wawan. Flu dan batuk yang tidak jera-jeranya menghantam
membuatnya kalang kabut hingga dua minggu.
Karena bingung harus diapakan, sementara obat yang dibelinya di warung tidak
mempan, antibiotiklah yang dibelinya. “Apotek mau memberikan, kok, meski
tanpa resep dokter,” tutur karyawan sebuah perusahaan penerbitan ini. Dan
dalam waktu sehari saja, batuk lenyap dan flu pun sirna. Karena merasa sudah
sembuh, antibiotik yang masih tersisa tidak disentuhnya lagi.
Kebiasaan Berbahaya
Kebiasaan seperti ini dianggap berbahaya. Dr. Marc mengakui bahwa tidak setiap
dokter memahami setiap jenis infeksi yang terjadi. Kadang dokter
menyamaratakan kasus, satu jenis antibiotik digunakan untuk semua jenis infeksi.
Nah, bila dokter saja kerap keliru dan harus memeriksa dengan tepat apa
penyebab infeksi, orang awam yang tidak tahu menahu soal infeksi tentu saja
tidak selayaknya menentukan sendiri antibiotik yang digunakannya.
Choirul, 2008 1
Karena itu, dalam memberikan antibiotik, tambah Latre, dokter harus mencari
indikasi yang tepat. Keputusan pengobatan yang diambil berdasar keadaan klinis.
Contohnya, situasi gawat pada pasien berat dan perlu pengobatan segera seperti
pada kasus meningitis, infeksi akibat keracunan.
Keadaan lain, pasien sedang menderita infeksi setempat dan pengobatan harus
diberikan dalam waktu 2 jam seperti pada kasus pneumonia, infeksi saluran
kemih, atau infeksi saluran empedu. Demikian juga infeksi bakterial yang tidak
dapat sembuh sendiri. Sementara menunggu hasil laboratorium, dokter perlu
segera memberi pengobatan dengan antibiotik.
Bahayanya, jika bakteri mampu melawan obat-obat ini, mereka akan berkoloni
dan mengeluarkan racun serta memperbanyak diri dalam tubuh.
Tidak heran bila sekarang tersedia ratusan jenisnya. Tak seperti dulu, ketika jenis
antibiotik masih bisa dihitung dengan jari. @ Abdi Susanto
Choirul, 2008 2