Anda di halaman 1dari 36

1

Nama : M.AZIZI.RZ

Nim : 11511101140

Kelas : PAI SLTP/SLTA 5A

Dosen Pengampu : Dr.H.Amri Darwis, M.Ag

Judul proposal : PelaksanaanPembelajaran Aktif Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Di Smk Negeri Se Kabupaten

Kampar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,

bertaqwa, berakhlak mulia dan mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber

utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadist. Melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.1

Guru adalah profesi yang dipersiapkan secara matang untuk menjalankan

tugas profesionalnya dalam melaksanakan pembelajaran yang terbaik.

Pendidikan pada tataran operasionalnya dilaksanakan orang-orang yang betul-

betul professional, amanah dan memiliki kompetensi dibidangnya sesuai

dengan sabda Nabi Muhammad SAW:

‫ إﷲرذا ووسﺳرد الرﻨمرﺮ إﷲرلىَ غرﻨيﷲﺮ أرﻨﻫلﷲﷲﻪ رفاَنﻨﻳترﷲظﷲﺮ‬: ‫ﻡ‬.‫ﷲ ص‬


‫ رقاَرل رﻝﺳﻮٌﻝﻝ ﷲ‬:‫ﺿﻲ ﷲﻝ رﻋﻨﻪﻝ رقاَرل‬
‫ر‬
‫ﷲ‬
‫رﻋﻨﻦ رﺃ ﷲﰊ ﻝﻫرﺮﻳَﻨﻳرﺮرﺓ رر ر‬

(‫ساَرﻋةر ) ﺭﻭﺍﻩ الﺒﺨاَر‬


‫ال س‬

1
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 21
2
Artinya: Dari Abi Hurairah RA. Rasulullah bersabda; “Apabila suatu masalah

diserahkan kepada orang yang bukan profesinya (ahlinya) maka tunggulah

saat kehancuranya.” (HR. Bukhari)

Guru merupakan faktor penting dalam pendidikan formal, karena itu

guru harus memiliki dan kemampuan untuk mengembangkan siswanya secara

optimal. Guru juga dituntut mampu menyajikan pembelajaran yang bukan

semagta-mata mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap, tetapi juga

memiliki kemampuan meningkatkan kemandirian siswa. Oleh karena itu guru

dituntut sanggup emnciptakan kondisi proses pembelajaran yang memberikan

kebebasan berpikir dan berpendapat sesuai perkembangan yang dimiliki, untuk

itu guru dituntut meningkatkan kompetensinya.

Seorang guru dalam proses belajar mengajar, memiliki peran utama

dalam menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakan, yakni memberikan

pengetahuan (kognitif), sikap atau nilai (afektif), dan keterampilan

(psikomotor). Dengan kata lain tugas dan peran guru yang utama terletak di

bidang pengajaran. Pengajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan

pendidikan. Oleh karena itu seorang guru atau pendidik dituntut untuk

mengelola kelas, penggunaan metode, strategi mengajar, maupun sikap dan

karakteristik pendidikan dalam mengelola proses belajar mengajar yang efektif,

mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan

siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang harus dicapai.2 Berhasil dan

gagalnya siswa dalam belajar tergantung pada guru.3

Guru memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana,

pelaksana, maupun evaluator pembelajaran.4 Menurut Wina Sanjaya,

komponen terpenting dalam mempengaruhi siswa adalah komponen guru. Hal

2
Hamid Darmidi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 35-36
3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2008), hlm. 98
4
E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 13
3
ini memang wajar, karena guru merupakan ujung tombak yang berhubungan

langsung dengan siswa yang menjadi objek dan subjek suatu pembelajaran.

Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum, lengkapnya sarana, dan

prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam

mengimplementasikan pembelajaran yang baik, maka semuanya akan kurang

bermakna.5

Pendidikan agama di sekolah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan

permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran

pendidikan agama Islam di sekolah saat ini masih terbatas sebagai proses

penyampaian pengetahuan tentang Agama Islam dan hanya sedikit yang

diarahkan pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini

dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan

ceramah dan hafalan. Artinya metode ceramah dan hafalan membuat siswa

kurang termotivasi untuk belajar materi pendidikan Agama Islam, sehingga

prestasi dalam pelajaran ini pun menurun.6

Oleh karena itu, guru harus mengetahui bagaimana situasi dan kondisi

ajaran disampaikan kepada peserta didik, bagaimana cara atau pendekatan yang

digunakan dalam pembelajaran, bagaimana mengorganisasikan dan mengelola

isi pembelajaran, hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut, dan seberapa

jauh tingkat efektivitas dan efisiennya serta usaha-usaha apa yang dilakukan

untuk menimbulkan daya tarik peserta didik. Dalam proses belajar mengajar,

salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam

melaksanakan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan

menerpakan metode pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran aktif.7

Pembelajaran aktif adalah sistem belajar mengajar yang menekankan

keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna

5
Sanjaya, Wina,...hlm. 7
6
Djumransyah, Filsafat Pendidikan Malang, (Malang, Bayu Media Publishing, 2004) hlm. 146
7
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 1
4
memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Siswa dituntut untuk terlibat

maupun berperan dalam proses pembelajaran. Siswa tidak hanya sekedar

mengikuti dan mendengarkan pembelajaran, namun siswa melihat,

melakukan, mencobakan dan mengatasi permasalahan yang muncul

sehingga harapannya siswa lebih dapat menguasai tentang apa yang mereka

pelajari.8

Keaktifan siswa di kelas sangat diperlukan karena proses kerja sistem

memori sangat membantu perkembangan emosional siswa. Dalam Islam,

penekanan proses kerja sistem memori terhadap signifikansi fungsi kognitif

(aspek aqidah) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting

untuk belajar sangat jelas. Dan Al Qur’an bukti betapa pentingnya penggunaan

fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu

pengetahuan.

Allah berfirman dalam Al-Isra’ ayat 36 yang berbunyi :

          

     

dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu

akan diminta pertanggungan jawabnya.

Perintah belajar diatas tentu saja harus dilaksanakan melalui proses

kognitif (tahapan-tahapan yang bersifat aqliyah). Dalam hal ini, sistem memori

yang terdiri atas memori sensori, memori jangka pendek, dan memori jangka

panjang berperan sangat aktif dan menentukan berhasil atau gagalnya

seseorang dalam meraih pengetahuan dan keterampilan.9

8
Mel Silberman, Active Learning, Strategi Pembelajaran Aktif, (terjemahan Sarjuli et.al),
(Yogyakarta: YAPPENDIS, 2006), hlm.35 - 41
9
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.86
5
SMK Negeri se kabupaten Kampar adalah lembaga pendidikan tingkat

kejuruan yang berfungsi mencetak generasi yang berakhlak mulia. Oleh sebab

itu sewajarnya guru-guru di SMK Negeri se kabupaten Kampar khususnya guru

pendidikan agama Islam dapat melaksanakan pembelajaran aktif dengan

sebaik-baiknya, hal ini diharapkan agar guru dapat mengadakan perubahan dari

pembelajaran yang membosankan menjadi menyenangkan. Guru dapat

mengembalikan gairah belajar siswa dengan mengubah metode dan pendekatan

dalam mengajar agar siswa semangat mengikuti pelajaran. Dengan pemilihan

metode atau strategi pembelajaran aktif, maka akan dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa.10

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan di SMKN

Kabupaten Kampar, masih terdapat berbagai masalah yang muncul, hal itu

terlihat dari gejala-gejala yang muncul yaitu:

1. Dari hasil wawancara kepada 3 orang guru agama Islam, mengatakan bahwa

siswa masih banyak yang tidak memperhatikan guru saat menerangkan materi

pembelajaran.
2. Bedasarkan wawancara dengan salah satu guru, masih banyak siswa yang tidak

mau mengemukakan gagasannya terhadap materi yang dipelajari


3. Berdasarkan hasil pengamatan diberbagai kelas, masih terdapat guru yang

kurang mampu mengkondusifkan suasana pembelajaran di kelas. Hal ini

terlihat masih ada beberapa siswa yang melakukan tindakan diluar

pembelajaran mengobrol antar sesama teman, membuka buku pelajaran lain,

dan ada beberapa siswa keluar masuk kelas.


4. Berdasarkan pengamatan dalam peroses pembelajaran, tampak bahwa

pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru.


5. Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru, dikatakan bahwa sulit

menciptakan pembelajaran aktif di dalam kelas.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin meneliti tentang Pelaksanaan

Pembelajaran Aktif dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK

Negeri Se Kabupaten Kampar.


10
Rakhmat. Psikologi Pendidikan. (Bandung:Upi press, 2006), hlm. 213
6

B. Defenisi Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian ini

maka, perlu adanya penegasan istilah yaitu:

1. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah kemampuan untuk menggunakan bahan, rancangan yang akan

dipelajari, dalam situasi baru yang nyata, meliputi aturan-aturan, metode, cara,

konsep, prinsip, hukum dan teori.11 Dari penjelasan diatas pelaksanaan disini

ialah melaksanakan suatu aturan teknis tentang pembelajaran aktif.


2. Pembelajaran Aktif

Yang dimaksud dengan Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. ketika mahasiswa belajar

dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran.

Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan

penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak

didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan

karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif

(active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik

agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.12

C. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti uraikan di atas, maka

terdapat beberapa permasalahan yang perlu dicari jalan penyelesaiannya terkait

dengan Pelaksanaan Pembelajaran Aktif dalam Mata Pelajaran Pendidikan

11
Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Proses Pembelajaran, Jakarta, 2002, h. 6
12
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif Di Perguruan Tinggi,
(Yogyakarta: Center for Teaching Staff Development, 2002), hlm. xiii
7
Agama Islam di SMK Negeri Se Kabupaten Kampar. Adapun masalah-

masalah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pemahaman guru tentang pembelajaran aktif?


b. Kenapa siswa masih banyak yang tidak aktif memberikan tanggapan dalam

pembelajaran?
c. Kenapa masih banyak siswa yang tidak aktif memberikan pertanyaan ketika

diberi kesempatan bertanya?


d. Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Aktif dalam Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMK Negeri Se Kabupaten Kampar?


e. Kenapa masih ada siswa yang melakukan aktifitas lain saat pembelajaran

berlangsung?
f. Bagaimana kemampuan Guru dalam melaksanakan pembelajaran aktif?
g. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Pembelajaran Aktif

dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri Se Kabupaten

Kampar?
2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis uaraikan di atas, maka

penulis akan membatasi masalah mencakup bagaiman Pelaksanaan

Pembelajaran Aktif dan Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan

Pembelajaran Aktif dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK

Negeri Se Kabupaten Kampar.

3. Perumusan Masalah

Berangkat dari pembatasan masalah yang penulis kemukakan di atas

maka penulis merumuskan masalah:

a. Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Aktif dalam Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMK Negeri Se Kabupaten Kampar?


b. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Pembelajaran Aktif

dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri Se Kabupaten

Kampar?

D. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
8
a. Untuk mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Aktif dalam Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri Se Kabupaten Kampar


b. Untuk mengetahui Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan

Pembelajaran Aktif dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK

Negeri Se Kabupaten Kampar


E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

terhadap peneliti maupun pihak sekolah sehingga benar- benar bisa bermanfaat.

a. Sebagai persyaratan utama untuk menyelesaikan pendidikan di Program Pasca

Sarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.


b. Dapat memberikan input bagi guru Pendidikan Agama Islam tentang tentang

pelaksanaan pembelajaran aktif di SMK Negeri se Kabupaten Kampar


c. Sebagai media untuk pengembangan wawasan Pendidikan Agama Islam,

sekaligus sebagai sumbangan bagi dunia ilmu Pendidikan Agama Islam.

.
9
BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Hakikat Pembelajaran Aktif


1. Pengertian Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik

untuk belajar secara aktif.13 Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran

siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berfikir,

berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan

suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas

kosong yang menunggu untuk diisi.14 Ketika peserta didik belajar dengan aktif,

berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Di sisi lain, Silberman

menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat

kegiatan belajar aktif.15 Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas

perlu disusun ulang untuk menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan

kondisi belajar siswa. Namun begitu di tidak ada satu susunan atau tata letak yang

mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang tersedia. Sepuluh kemungkinan

susunan tata letak meja dan kursi yang disarankan sebagai berikut: bentuk U, gaya

tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja,

pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional,

auditorium.

Sementara itu terdapat pengertian lain yaitu mengenai Cara Belajar Siswa

Aktif (CBSA). Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah suatu pendekatan

dalam pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa, yang

merupakan inti dari kegiatan belajar.16 Saiful Sagala berpendapat bahwa Cara

Belajar Siswa Aktif dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah

13
Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani,.. hlm. xvi
14
Hamzah B. Nurdin Mohamad. Belajar dengan Pendekatan AILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara), hlm.
77
15
Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (terjemahan Sarjuli et.al),
(Yogyakarta: YAPPENDIS, 2006), hlm. 35-41
16
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan CBSA. (Jakarta: Sinar
Baru Algensindo 2005), hlm. 137
10
kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses

pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan.17

Berdasarkan uraian mengenai pembelajaran aktif dan CBSA di atas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah sistem belajar mengajar yang

menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional

guna memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Siswa dituntut untuk terlibat

maupun berperan dalam proses pembelajaran. Siswa tidak hanya sekedar

mengikuti dan mendengarkan pembelajaran, namun siswa melihat,

melakukan, mencobakan dan mengatasi permasalahan yang muncul

sehingga harapannya siswa lebih dapat menguasai tentang apa yang mereka

pelajari.

2. Prinsip Pembelajaran Aktif

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru dalam menerapkan

Pembelajaran Aktif adalah sebagai berikut:

a. Memahami sifat siswa


Pada dasarnya setiap siswa memiliki rasa ingin tahu atau berimajinasi.

Kedua sifat ini merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap maupun

berpikir kritis dan kreatif. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus

dirancang menjadi lahan yang subur bagi berkembangnya kedua sifat tersebut.
Seorang guru yang bijaksana dalam pelaksanaan pembelajaran selalu

berfikir bagaimana murid-muridnya dapat mengerti apa yang disampaikan,

apakah murid mengalami proses belajar, apakah materinya sesuai

dengan tingkat pemahaman dan kematangan anak, apakah siswa merasa

tertarik dan ada dorongan untuk mempelajari materi yang disampaikan

dan masih banyak lagi seharusnya pertanyaan guru dalam hatinya

tentang keadaan siswanya dalam interaksi belajar mengajar atas dasar itulah

maka guru dalam proses pembelajaran harus memahami siswa, mengenal

kondisi psikologi siswa dan mengenal perkembangan dan kematangan

17
Saiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika
Belajar Dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 201
11
siswa, sehingga diharapkan dalam proses pembelajaran guru melihat faktor

muridlah sebagai pusat perhatiannya.18


b. Mengenal Peserta Didik Secara Perorangan
Siswa berasal dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda.

Perbedaan individu harus diperhatikan dan harus tercermin dalam

pembelajaran. Semua peserta didik dalam kelas tidak harus selalu

mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan

kecepatan belajarnya. Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dapat

dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).


c. Memanfaatkan Perilaku Peserta Didik Dalam Pengorganisasian Belajar
Siswa secara alami bermain secara berpasangan atau berkelompok.

Perilaku yang demikian dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pengorganisasian

kelas. Dengan berkelompok akan memudahkan mereka untuk berinteraksi

atau bertukar pikiran.


d. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Serta

Mampu Memecahkan Masalah

Belajar memecahkan masalah ini merupakan penerapan dari aturan-

aturan atau prinsip, dimana pada pemecahan masalah adanya proses

mempelajari hal-hal yang baru. Dalam kehidupan sehari-hari banyak

dijumpai masalah yang menuntut untuk pemecahan. Penyelesaian

masalah itu harus didasarkan pada berbagai pertimbangan dengan

melihat keuntungan dan kerugiannya.

e. Menciptakan Ruangan Kelas Sebagai Lingkungan Belajar Yang Menarik

Ruangan kelas yang menarik sangat disarankan dalam Pembelajaran

Aktif. Hasil pekerjaan peserta didik sebaiknya dipajang di dalam kelas,

karena hal itu dapat memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik dan

menimbulkan inspirasi bagi peserta didik yang lain. Selain itu pajangan

dapat juga dijadikan sumber informasi ketika membahas materi pelajaran

yang lain.

f. Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Lingkungan Belajar

18
Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional, t.t.), hlm.117
12
Lingkungan (fisik, sosial, budaya) merupakan sumber yang sangat

kaya untuk bahan belajar peserta didik. Lingkungan dapat berfungsi sebagai

media belajar serta objek belajar peserta didik.


g. Memberikan Umpan Balik Yang Baik Untuk Meningkatkan Kegiatan

Pemberian umpan balik bagi guru kepada siswa merupakan suatu

interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih

mengungkapkan kekuatan dan kelebihan peserta didik dari pada

kelemahannya. Umpan balik juga harus dilakukan secara santun dan elegan

sehingga tidak meremehkan dan menurunkan motivasi

h. Membedakan Antara Aktif Fisik Dengan Aktif Mental


Seorang ahli psikologi pendidikan Robert M. Gagne dalam bukunya

Conditions of Learning yang dikutip oleh Soetomo membagi kondisi

perbuatan belajar menjadi dua, yaitu kondisi belajar intern dan kondisi

belajar ekstern. Kondisi perbuatan belajar intern adalah kondisi yang

mempengaruhi perbuatan belajar yang berasal dari dalam diri anak

sehingga guru tidak dapat melihat secara lahiriah apakah anak mengalami

belajar atau tidak. Sedangkan proses kondisi belajar ekstern adalah unsur

yang mempengaruhi perbuatan belajar yang berasal dari luar diri anak.

Dalam hal ini peranan guru adalah mendorong dan memberikan pengarahan

sebagai proses eksternnya untuk mempengaruhi proses intern anak. Kondisi

belajar baik intern maupun ekstern sangat penting artinya dalam

hubungannya dengan proses belajar mengajar.19 Pada pembelajaran aktif

secara mental lebih diinginkan dari pada aktif fisik. Karena itu, aktivitas

sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, mengemukakan

gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental yang lebih diharapkan oleh

guru.
3. Indikator Pembelajaran Aktif

Paul D. Deirich menyatakan bahwa indikator keaktifan belajar siswa

berdasarkan jenis aktivitasnya dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:

19
Soetomo.,..hlm. 135
13
a. Kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, memperhatikan gambar,

mengamati demonstrasi atau mengamati pekerjaan orang lain.


b. Kegiatan lisan (oral activities), yaitu kemampuan menyatakan, merumuskan,

diskusi, bertanya atau interupsi.


c. Kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian

bahan, diskusi atau mendengarkan percakapan.


d. Kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, mengerjakan soal,

menyusun laporan atau mengisi angket.


e. Kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu melukis, membuat grafik,

pola, atau gambar.


f. Kegiatan emosional (emotional activities), yaitu menaruh minat, memiliki

kesenangan atau berani.


g. Kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih

alat-alat atau membuat model.


h. Kegiatan mental, yaitu mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,

melihat hubungan-hubungan atau membuat keputusanIndikator keaktifan

siswa antara lain adalah:


i. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran
j. Tekanan dalam aspek afektif dalam belajar
k. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk

interaksi antar siswa


l. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.
m. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa dan kesempatan untuk

berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran


n. Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik

berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.20


4. Manfaat Pembelajaran Aktif

Menurut Tayar Yusuf, pembelajaran aktif memi- liki beberapa manfaat,

diantaranya:21

a. Dapat menumbuhkan suasana kelas yang dinamis dan hidup.


b. Adanya komunikasi dua arah timbal balik antara guru dan anak didik,

mendorong suasana yang responsif dan bergairah bagi anak didik.


c. Anak didik merasa terlibat langsung secara intelektual dan emosional

dalam proses pengajaran.


d. Mendorong bagi guru menyiapkan dan menyajikan pelajaran secara
20
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Raja Rosda Karya, 2007), h.
23
21
Tayar Yusuf, Ilmu Praktik Mengajar: Metodik Khusus Pengajaran Agama, ( Bandung: Al-Ma’arif,
1997), hlm. 147
14
optimal
e. Adanya sumber belajar atau lingkungan belajar yang diciptakan secara

optimal
f. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
g. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa.
h. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada

gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.


i. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri,

sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual.


j. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan

kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.


k. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat,

dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam

pendidikan siswa.
l. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya

kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.22

Dengan melihat beberapa manfaat pembelajaran aktif di atas dapat

diketahui bahwa pembelajaran aktif membuat siswa aktif untuk berpendapat,

terjadi timbal balik antara guru dengan siswa, terjadi kerjasama di dalam kelas,

siswa menjadi disiplin, dan siswa pun terlibat langsung secara intelektual

dan emosional dalam proses pembelajaran. Jadi dengan pembelajaran aktif,

diharapkan siswa dapat benar-benar aktif selama proses pembelajaran

berlangsung.

5. Beberapa Metode Pembelajaran Aktif


Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan, tetapi ada sejumlah

metode pembelajaran yang mendasar, sedangkan selebihnya adalah kombinasi

atau modifikasi dari metode dasar tersebut. Berikut akan dijelaskan secara

ringkas beberapa metode pembelajaran dasar tersebut: 23


a. Metode Ceramah
Metode ceramah atau metode khotbah, yang oleh sebagian para ahli,

metode ini disebut “one man show method” adalah suatu cara penyampaian

bahan pelajaran secara lisan oleh guru didepan kelas atau kelompok. Maka

peranan guru dan murid berbeda secara jelas, yakni bahwa guru, terutama
22
Oemar Hamalik,...hlm. 91
23
Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hlm. 110
15
dalam penuturan dan penerangannya secara aktif, sedangkan murid

mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta membuat catatan tentang

pokok masalah yang diterangkan oleh guru.Dalam bentuk yang lebih maju,

untuk menjelaskan uraian, guru dapat menggunakan metode ini dengan

memakai alat-alat pembantu seperti: gambar-gambar peta, film, slide, dan lain

sebagainya. Namun demikian, yang utama tetap penerangan secara lisan.


Secara spesifik metode ceramah bertujuan untuk:
1. Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah

yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar

melalui bahan tertulis hasil ceramah.


2. Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan yang terdapat

dalam isi pelajaran.


3. Merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa

ingin tahu melalui pemerkayaan belajar.


4. Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara

gamblang.
5. Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan

prosedur yang harus ditembuh peserta didik.24


Adapun Langkah-langkah melaksanakan ceramah yang baik adalah:
a. Pembukaan
Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah

yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan

oleh langkah ini. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam langkah

pembukaan, yaitu:
1) yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai,
2) lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi

pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.


b. Langkah Penyajian
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran

dengan cara bertutur. Agar ceramah berkualitas sebagai metode

pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah

pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk menjaga

perhatian ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
1) menjaga kontak mata secara terus menerus dengan siswa,
2) gunakan bahasa komunikatif dan mudah dicerna siswa,
24
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (jakarta:PT Rineka Cipta,
2010), hlm. 97
16
3) sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-loncat,

agar mudah ditangkap oleh siswa,


4) tanggapilah respon siswa dengan segera,
5) jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar.
c. Langkah Mengakhiri atau Menutup Ceramah
Ceramah harus ditutup agar materi pelajaran yang sudah dipahami dan

dikuasai siswa tidak terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan yang

memungkinkan siswa tetap mengingat materi pembelajaran. Hal-hal yang

dapat dilakukan untuk keperluan tersebut adalah:


1) membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi

pelajaran yang baru saja disampaikan,


2) merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau memberi semacam

ulasan tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan,


3) melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai

materi pembelajaran yang baru saja disampaikan.25

b. Metode Penugasan
Metode penugasan adalah metode penyajian bahan di mana guru

memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan tugas belajar. 26

Tugas yang diberikan guru kepada peserta didik bersifat edukatif yaitu dalam

rangka pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran. Metode pemberian

tugas – belajar adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan

pelajar-pelajar mempelajari sesuatu yang kemudian harus dipertanggung

jawabkan.27
Sedangkan dalam buku Jusuf Djajadisastra, agar penggunaan metode

tugas dapat mencapai tujuannya, maka perlu diperhatikan ketentuan-

ketentuan sebagai berikut:


1) Tugas yang dikerjakan murid harus jelas dan tegas pembatasannya.

Dengan demikian murid tidak akan lagi ragu-ragu dalam melaksanakan

tugasnya. Ia mengetahui batas-batas dari luar dan dalamnya tugas yang

harus dikerjakan.
2) Tugas yang diberikan harus sesuai dengan taraf perkembangan kecerdasan

maupun minat murid. Janganlah memberikan tugas yang seharusnya

25
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (jakarta:PT Rineka Cipta,
2010), hlm. 97
26
Syaiful Bahri Djamarah,... hlm. 85
27
Ulih Bukit Karo-karo, dkk, Metodologi Pengajaran, (Salatiga:CV, Saudara, 1981) hlm. 38
17
diperuntukkan bagi murid dari kelas yang lebih tinggi.
3) Tugas yang diberikan memperhitungkan perbedaan-perbedaan individual.

Guru selalu mempertimbangkan berat ringannya dan sukar mudahnya

suatu tugas.
4) Tugas yang diberikan harus memupuk semangat kebersamaan dan bukan

memupuk sikap mementingkan diri sendiri.


5) Tugas yang akan dikerjakan berhubungan erat dengan bahan-bahan

pelajaran yang sedang dibahas atau akan dibahas.


6) Tugas yang diberikan memupuk keinginan-keinginan untuk melakukan

eksperimen dan hasrat melakukan penelitian atau penyidikan.


7) Tugas yang diberikan dapat memperkaya pengalaman murid baik untuk di

sekolah, di rumah, maupun dimasyarakat.


8) Tugas yang diberikan bermanfaat baik bagi kebutuhan murid pada saat

sekarang maupun untuk masa yang akan datang.


9) Tugas yang diberikan mendorong murid untuk mau belajar terus.
c. Metode Demonstrasi
Demonstrasi berasal dari kata demonstration yang artinya pertunjukan. 28

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan peragaan dan

mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau

benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.29 Adapun langkah-

langkah agar metode ini efektif adalah:


1) Mulaialah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang

peserta didik untuk berpikir.


2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang

menegangkan.
3) Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan

agarmencapai sasaran
4) Yakinkan bahwa semua peserta didik mengikuti jalannya demonstrasi

dengan memperhatikan reaksi seluruhpeserta didik.30


5) Tumbuhkan sikap kritis padapeserta didik sehingga terdapat tanya jawab,

dan diskusi tentang masalah yang didemonstrasikan.


6) Beri kesempatan setiap peserta didik untuk mencoba
7) Buatlah penilaian dari kegiatan peserta didik, dalam demonstrasi

tersebut.31
28
Paul Suparno, Metode Pembelajaran Fisika, (Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, 2007) cet
I, hlm. 142
29
Wina Sanjaya,.. hlm. 150
30
Ibid., hlm. 152
31
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005),
hlm. 84
18
d. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan kepada peserta

didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang untuk berfikir dan

membimbingnya dalam mencapai kebenaran. Adapun tujuan utama metode

tanya jawab adalah:


1) Mengecek dan mengetahui sampai sejauh mana kemampuan anak didik

terhadap pelajaran yang dikuasainya.


2) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan

pertanyaan kepada guru tentang sesuatu masalah yang belum

dipahaminya.
3) Memotivasi dan menimbulkan kompetisi belajar
4) Melatih anak didik untuk berpikir dan berbicara secara sistematis

berdasarkan pemikiran yang orisinil.32


e. Metode Sosio Drama
Metode sosiodrama adalah metode mengajar dengan

mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial digunakan

untuk menerangkan suatu peristiwa yang di dalam menyangkut orang banyak

dan berdasar pertimbangan didaktis yang lebih baik didramatisasikan

daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dihayati oleh murid.metode

ini sangat baik untuk melatih murid-murid agar mereka mampu

menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat sosial psikologis. Serta untuk

melatih murid agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi

pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.33


Langkah-langkah menggunakan metode sosiodrama dan bermain

peran
a. Bila metode sosiodrama baru ditetapkan dalam pengajaran, maka

hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu tehnik

pelaksanaannya.
b. Guru berupaya memperkenalkan permasalahan kepada anak didik, agar

mereka dapat mempelajari dan menghayati tugas yang mereka perankan

dan menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai dengan contoh.


c. Guru menyediakan suatu cerita kemudian dibacakan di depan kelas

berulangkali, bila arah cerita sudah dipahami baru karya itu bisa
32
Achmad Patoni,...hlm. 110
33
Ibid., hlm. 120
19
dipentaskan
d. Memilih pemain, guru dan anak didik membahas karakter dari setiap

pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam hal ini

guru dapat memilih anak didik disesuaikan dengan peran yang akan

dibutuhkan
e. Menata panggung, dalam hal ini guru dan anak didik dapat menentukan

dimana dan bagaimana peran itu dimainkan, apa saja kebutuhan yang

diperlukan. Penataan panggung ini dapat dilakukan secara sederhana

atau kompleks, penataan sederhana adalah hanya membahas skenarionya

saja yang menggambarkan urutan permainan peran, sedang secara

kompleks meliputi aksesoris lain seperti kostum, dekorasi, tempat dan

lain-lain
f. Menyiapkan pengamat. Guru menunjuk beberapa orang anak didik untuk

menjadi pengamat, namun demikian pengamat disini harus terlibat aktif

dalam permainan tersebut


g. Pementasan. Drama atau permainan peran dilaksanakan secara spontan.

Jika drama dan permainan peran sudah terlalu jauh melenceng dari alur

cerita, guru dapat menghentikannya dan segera masuk ke langkah

berikutnya
h. Guru bersama anak didik bersama-sama mendiskusikan, mengevaluasi

drama dan permainan peran sehingga pada pementasaan yang kedua

akan lebih baik. Karena para anak didik sudah menemukan peran yang

sesuai dengan skenario yang telah disusun gurunya


i. Langkah berikutnya diskusi dan evaluasi kedua. Dalam pembahasan

diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas, karena pada saat

drama dan permainan peran dilakukan, banyak peranan yang barangkali

melampaui batas kenyataan, misalnya seorang anak didik memerankan

peran sebaagai pembeli, ia membeli barang dengan harga yang tidak

realitis
j. Yang terakhir, anak didik diajak berbagi pengalaman tentang tema drama

dan permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan

membuat kesimpulan. Misalnya anak didik akan berbagi pengalaman


20
tentang bagaimana ia dimarahi habis-habisan oleh ayahnya, kemudian

guru membahas bagaimana sebaiknya anak didik menghadapi situasi

tersebut.34
f. Metode Kerja Kelompok
Jadi pembelajaran cooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara 4 sampai 6

orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin,

ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap

kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika

kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan

demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif.

Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan

tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal

dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu,

mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga

setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan

kontribusi demi keberhasilan kelompok.35


Adapun langkah-langkah efektif dalam menerapkan metode ini adalah:
1. Menyampaikan tujuan dan memotive
2. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau

lewat bahan bacaan


3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok koperatif
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau

masing masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya


6. Guru mencari cara cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil

belajar individu dan kelompok.36


g. Metode Diskusi
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau

lebih/kelompok. Metode pembelajaran diskusi adalah metode pembelajaran

yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode

ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,

34
Mangun Budiyanto dan Syamsul Kurniawan, Strategi dan Metode Pembelajaran Dalam
Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta, Griya Santri, 2009), hlm. 119
35
Wina Sanjaya,...hlm. 242-243
36
Trianto, Mendisain Model pembelajaran Inovatif-progresif (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 58-59
21
menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu

keputusan. Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu

argumentasi.37 Menurut Mulyani Sumantri Metode diskusi bertujuan untuk:


1) Melatih peserta didik mengembangkan ketrampilan bertanya,

berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan.


2) Melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional.
3) Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan

masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif


4) Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan

pendapat
5) Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial dan
6) Melatih peserta didik untuk berani berpendapat tentang sesuatu

masalah.
Adapun langkah-langkah melaksanakan diskusi agar penggunaan

diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:
1) Langkah Persiapan
a) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat

umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti

dipahami oleh setiap siswa sebagai peserta diskusi. Tujuan yang

jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan.


b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai.


c) Menetapkan masalah yang akan dibahas
d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis

pelaksanaan diskusi.
e) Pelaksanaan Diskusi Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

melaksanakan diskusi adalah:


(1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi

kelancaran diskusi.
(2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi.
(3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah

ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah

memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan.


(4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta

diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.


(5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang
37
Wina Sanjaya,., hlm. 152
22
sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa

pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan

tidak fokus.
(6) Menutup Diskusi Akhir dari proses pembelajaran dengan

menggunaan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai

berikut:
(a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan

sesuai dengan hasil diskusi.


(b) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari

seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan

selanjutnya.38
6. Dasar Penerapan Pembelajaran Aktif
Ada beberapa hal yang mendasari perlunya pembelajaran aktif. Salah

satunya dari kerucut pengalaman belajar Peter Sheal bahwa pengalaman belajar

yang paling baik adalah dengan mengatakan dan melakukan. Hal ini sangat sesuai

dengan pembelajaran aktif yang menuntut siswa untuk ikut serta terlibat secara

aktif dalam proses pembelajaran.39 Selain itu Melvin L. Silberman mengatakan

bahwa:
a. What I hear, I forget
b. What I hear and see, I remember a little,
c. What I hear, see, and ask question about or discus with someone else, I

begind understand
d. What I hear, see, discus and do, I acquire knowledge and skill
e. What I teach to another, I master.40

Jika melihat pernyataan Melvin L. Silberman, pembelajaran yang paling

bagus menurutnya adalah pembelajaran aktif, ketika siswa berpura-pura menjadi

guru. Pembelajaran aktif diasumsikan pada beberapa hal, diantaranya: pertama,

apa yang dialami siswa dalam proses pembelajaran melalui pendengaran

(ceramah) semata akan terlupakan; kedua, strategi pembelajaran memanfaatkan

kemampuan mendengar dan melihat keberhasilannya relatif kecil; ketiga,

pembelajaran memanfaatkan kemampuan antara pendengaran, penglihatan,

bertanya tentang sesuatu atau mendiskusikan dapat membantu memahami


38
Sanjaya Wina,.. hlm. 156
39
Hisyam Zaini, Dkk,...hlm. xvii
40
Hartono, PAIKEM, (Pekanbaru: Zanafa, 2012), hlm. 40
23
materi; keempat, pembelajaran yang melibatkan kemampuan secara sinergis

antara pendengaran, penglihatan, diskusi dan berbuat membantu siswa

memperoleh pengetahuan dan kecakapan.41


7. Karakteristik Penerapan Pembelajaran Aktif di Kelas
Yang dimaksud dengan karakteristik merupakan hal-hal yang menjadi ciri

atau pembeda dengan model pembelajaran lainnya. Karakteristik utama

pembelajaran aktif adalah pendidik hanya sebagai transformer informasi atau

materi pembelajaran di mana peserta didik dituntut untuk aktif untuk mencari

nilai-nilai atau kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta didik.


Menurut Bonwell, pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik

sebagai berikut:
a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh

pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan

kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas


b. Peserta didik tidak hanya mendengarkan materi pelajaran secara pasif tetapi

mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran tersebut


c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan

materi pelajaran.
d. Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan

melakukan evaluasi.
e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.42
Dari karakterisrik-karakteristik tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

bahwa inti dari karakteristik pembelajaran aktif adalah adanya penekanan pada

roses pembelajaran, interaksi aktif pada siswa serta penekanan penanaman nilai

dan sikap sesuai dengan materi pelajaran


8. Ciri-ciri Pembelajaran Aktif
Dalam Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas (2010), berikut ini

disajikan sejumlah ciri-ciri atau indikator terjadinya pembelajaran aktif, sebagai

berikut:
a. Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan pengalaman siswa
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menebak pelajaran apa saja

yang terdapat dalam suatu materi


c. Pelajaran dibuka dengan menawarkan suatu masalah atau pertanyaan
d. Semua siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar
e. Mendorong siswa untuk membaca materi
f. Mendorong siswa untuk melakukan resume suatu materi
41
Hartono, PAIKEM, (Pekanbaru: Zanafa, 2012), hlm. 42
42
Wina Sanjaya,.. hlm. 158
24
g. Menjelaskan materi dengan bahasa yang efektif
h. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
i. Mendorong siswa untuk saling berdiskusi kepada sesama siswa
j. Mengarahkan siswa untuk menjawab persoalan
k. Mendorong peserta didik untuk membuat penilaian terhadap jawaban guru

atau siswa lain


l. Mendorong peserta didik untuk saling tukar pertanyaan dan jawaban
m. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan jawaban
n. Mendorong siswa untuk membaca keras di kelas
o. Mendorong peserta didik bekerja sama guna mengembangkan keterampilan

sosial
p. Menggunakan alat, bahan, atau sarana bila dituntut oleh kegiatan belajar
q. Melibatkan kegiatan melakukan, seperti melakukan observasi, percobaan,

penyelidikan, permainan peran, permainan (game).


r. Memberikan penguatan kepada siswa atas pertisipasinya
s. Memberikan pujian kepada siswa yang aktif berpartisifasi
t. Hasil kerja (karya) peserta didik dipajangkan, atau dibacakan
u. Membuat kontrak nilai
v. Membuat penilaian hasil belajar secara terbuka bersama-sama dengan

siswa.43
B. Penerapan Pembelajaran Aktif dalam Pembelajaran Agama Islam
Penerapan pembelajaran aktif bukanlah hal yang baru dalam teori

pengajaran, sebab merupakan konsekuensi logis dari proses belajar mengajar

disekolah. Hampir tidak terjadi adanya proses belajar mengajar tanpa adanya

keaktifan belajar siswa. Persoalannya terletak dalam hal kadar keaktifan belajar

siswa, ada yang kadar keaktifannya rendah, ada pula yang kadar keaktifannya

tinggi. Pada penerapan pendekatan pembelajaran aktif menuntut adanya kadar

keaktifan belajar siswa yang optimal sehingga dapat mencapai hasil belajar yang

optimal pula.
Perwujudan pelaksanaan pembelajaran harus tampak dalam dua hal, yaitu

dalam perencanaan mengajar yang lazim dikenal dengan silabus, RPP, dan dalam

praktek mengajar yang dikenaal dengan istilah strategi belajar mengajar. Keduanya

tidak dapat dipisahkan, sebab strategi aatau model mengajar hendaknya didahului

oleh suatu perencanaan yang sistematis dan menyeluruh.


C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pembelajaran Aktif

43
Hartono,...hlm. 34-35, Lihat juga Hisyan Zaini Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif,(Yogyakarta:
CTST, 2011), h. 2-20
25
Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne dan Briggs, faktor-faktor tersebut

diantaranya:
1. Guru sebagai pendidik yang Profesional
Guru adalah pengajar yang mendidik. Tidak hanya mengajar bidang studi

yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda

bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian kepada kepribadian

siswa, khususnya emansipasi dari siswa. Sebagai guru pengajar, ia bertugas

mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah. Berdasarkan undang-undang no.

14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, bab IV kualifikasi dan kompetensi. Pasal

6 menyebutkan bahwa guru dan dosen, bab IV memiliki kualifikasi akademik

dan beberapa kompetensi. Ada tiga dasar yang harus dimiliki guru yaitu:

kompetensi pengetahuan dan pengalaman, kompetensi moral, kompetensi

keterampilan mengajar.44
2. Penyediaan Alat Peraga/Media
Dalam kegiatan belajar mengajar maka alat atau media sangat diperlukan

agar dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Alat atau media ini harus

diupayakan selengkap mungkin agar segala aktivitas mengajar dapat dibantu

dengan media tersebut. Sehingga guru tidak terlalu banyak mengeluarkan

tenaga dalam penyampaian materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan.
3. Kelengkapan Sumber Belajar
Kepustakaan sebagai kelengkapan dalam menunjang keberhasilan

pengajaran, hendaknya diisi dengan berbagai buku yang relevan sebagai upaya

untuk pengayaan terhadap pengetahuan dan pengalaman siswa. Semakin siswa

banyak membaca buku akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki

sehingga wawasan siswa terhadap materi pelajaran akan semakin bertambah,

dan pada akhirnya tujuan pengajaran akan mudah tercapai secara efektif dan

efisien.
4. Sikap dan perilaku guru
Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana yang

mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa, maka sikap dan

prilaku guru hendaknya:


44
Mukhtar, Orientasi Baru Supervise Pendidikan, (Jakarta: Gunung Persada press, 2009), hlm. 124
26
a. Terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa
b. Membiasakan siswa mendengarkan guru atau siswa dalam berbiacara
c. Menghargai pendapat orang lain
d. Mentolelir kesalahan siswa dan mendorong untuk memperbaikinya
e. Memberi umpan balik terhadap hasil kerja siswa
f. Tidak kikir untuk memuji dan menghargai
g. Tidak menertawakan pendapat atau hasil kerja siswa untuk tidak takut

salah.45
5. Ruang kelas yang menunjang belajar aktif diantaranya:
a. Berisi banyak sumber belajar seperti buku atau benda nyata
b. Berisi banyak alat bantu belajar seperti media atau alat peraga
c. Berisi banyak hasil kerja siswa seperti lukisan, laporan percobaan, alat hasil

percobaan
d. Letak bangku dan meja diatur sedemikian rupa, sehingga siswa leluasa

untuk bergerak

Sedangkan faktor-faktor penghambat pelaksanaan pendekatan belajar

aktif dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menurut pandangan

Zuhairini dapat disebutkan sebagaimana berikut:

1. Kesulitan dalam menghadapi perbedaan individu peserta didik


Perbedaan individu murid meliputi: intelegensi, watak, dan latar

belakang kehidupannya. Dalam satu kelas terdapat anak yang pandai,

sedang, dan anak yang bodoh. Ada pula anak yang nakal, pendiam,

pemarah, dan lain sebagainya. Dalam mengatasi hal ini guru sebaiknya

tidak terlalu terikat kepada perbedaan individu peserta didik, tetapi guru

harus melihat peserta didik dalam kesamaannya secara klasikal, walaupun

kedua individu anak pun harus mendapat perhatian.


2. Kesulitan dalam memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran
Metode mengajar haruslah disesuaikan dengan materi pelajaran

dan juga dengan tingkat kejiawaan peserta didik, sehingga dalam

proses belajar mengajar hendaknya digunakan berbagai macam metode

agar murid tidak cepat bosan dalam belajar.

3. Kesulitan dalam memperoleh sumber dan alat-alat pembelajaran


Alat-alat dan sumber yang digunakan dalam pembelajaran haruslah

disesuaikan dengan materi pelajaran, dan seorang guru haruslah pintar-


45
Sukandi, Belajar Aktif Dan Terpadu, Apa, Mengapa Dan Bagaimana (Surabaya, Duta Graha
Pustaka 2003), hlm.11
27
pintar memilih alat-alat dan sumber belajar yang sesuai dengan materi

yang akan diajarkan.


4. Kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan pengaturan waktu
Kadang-kadang kelebihan waktu dan kekurangan waktu dapat

menyebabkan kegagalan dalam melaksanakan rencana-rencana yang telah

ditentukan sebelumnya. Hal ini dapat teratasi apabila seorang guru telah

berpengalaman dalam mengajar.46


D. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan adalah suatu tinjauan yang dilakukan untuk

mengetahui dan menjelaskan tentang penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti terdahulu sebelum peneliti, yang ada hubungan dan kaitannya dengan

penelitian yang peneliti lakukan. Dengan tujuan agar tidak terjadi tuduhan karya

cipta dibidang karya tulis ilmiah:

Pertama, Penelitian tentang penerapan pembelajaran aktif ini pernah

dilakukan oleh Nuryani dalam skripsinya yang berjudul ”Upaya Peningkatan

Motivasi Belajar dan Ketercapaian Konsep Materi Sistem Pencernaan dengan

Menerapkan Strategi Guided Note Taking Disertai Gambar pada Siswa Kelas

XI-IPA SMA Muhammadiyah Sewon Tahun Ajaran 2007/2008”. Hasil analisis

menunjukkan bahwa dengan penggunaan strategi Guided Note-Taking dalam

pembelajaran biologi tujuan penelitian dapat tercapai. Keberhasilannya dinyatakan

atas dasar kesimpulan bahwa: (1) strategi Guided Note-Taking dapat

diterapkan sebagai alternatif strategi pembelajaran Biologi di kelas XI-IPA SMA

Muhammadiyah Sewon, (2) terdapat peningkatan motivasi belajar siswa pada tiap

siklusnya, (3) peningkatan ketercapaian konsep materi ditandai dengan

meningkatnya hasil post-test pada siklus I yaitu sebesar 7,66, pada siklus II sebesar

8,54 dan meningkat pada siklus III menjadi 8,75, (4) siswa memberikan

tanggapan positif terhadap pembelajaran biologi dengan strategi Guided Note-

Taking, hal ini ditunjukkan dengan hasil angket tanggapan bahwa 100% siswa

menyatakan pembelajaran dengan strategi Guided Note-Taking membantu siswa

46
Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Jakarta: Rhamadani, 1993), hlm. 30-31
28
untuk lebih mudah memahami materi, meningkatkan keberanian berpartisipasi, dan

menganggap pelajaran biologi adalah pelajaran yang sangat penting.

Kedua, Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Ana Wahyuningsih

dalam skripsinya yang berjudul ”Penerapan Metode Guided Note Taking dan Team

Quiz dalam Pembelajaran Matematika sebagai Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa

(PTK di Kelas VIII Semester II SMP Negeri 1 Masaran Tahun Ajaran

2010/2011)”. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan keaktifan siswa

pada pembelajaran matematika pokok bahasan bangun ruang sisi datar kubus dan

balok melalui metode Guided Note Taking dan Team Quiz.

Ketiga, Dijelaskan di sebuah skripsi terdahulu yang ditulis oleh

Mufarrikhah, “Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM) pada Mata Pelajaran PAI dalam Meningkatkan Motivasi

Belajar, Keaktifan dan Kreativitas Sswa Kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo”

dari hasil penelitian tersebut memotivasi siswa untuk belajar setelah keluar dari

pembelajaran di kelas. Melalui motivasi yang terbangun tersebut siswa diharapkan

dapat lebih kreatif dan meningkatkan sifat rasa ingin tahunya dalam mengatasi

sebuah permasalahan yang timbul di dalam masyarakat.

Keempat, Penelitian yang ditulis Afif Nur Rohman dalam judul

“Implementasi setrategi pembelajaran PAKEM model index card match dan card

sort pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN Semarang.” hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa terwujud ke dalam lima komponen yang saling mempengaruhi

yaitu tujuan pembelajaran, metode, media, guru, peserta didik. Komponen tersebut

dirancang dan diarahkan agar dalam pelaksananya peserta didik lebih aktif dalam

pembelajaran. Untuk itulah strategi yang dikembangkan adalah strategi PAKEM.

Sedangkan implementasi setrategi PAKEM terwujud ke dalam dua bentuk metode

pembelajaran yaitu mencari jodoh kartu tanya jawab dan menyortir kartu. Secara

umum metode ini diterapakn melalui empat tahapan, yakni tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap tindak lanjut.


29
Kelima, Penelitian yang ditulis Khusnul Khotimah dalam judul “Studi

Tentang Implementasi PAKEM pada mata pelajaran PAI di SD 20 Mertoyudan

Magelang.” Hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang

dilakukan oleh guru telah banyak mengalami perubahan atauinovasi. Sehingga

tercipta suatu proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan.

Peserta didik pun dalam belajar tidak merasakan kebosanan dan kejenuhan. PAKEM

dirancang mengaktifkan peserta didik untuk dapat mengembangkan kreatifitas

secara efektif namun tetap menyenangkan. Dalam proses pembelajaran ini pendidik

di tuntut untuk lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam memberikan

materi. Disamping itu hendaknya guru juga mampu menguasai materi yang akan

disampaikan dengan harapan agar peserta didik tidak merasa dianggap sebagai

botol kosong yang belum mempunyai isi, tetapi menghargai pengetahuan yang

dimiliki dan juga adanya pengetahuan terhadap potensi peserta didik itu sendiri.

Ke Enam, Dijelaskan di sebuah skripsi terdahulu yang ditulis oleh Mufarrikhah,

“Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

pada Mata Pelajaran PAI dalam Meningkatkan Motivasi Belajar, Keaktifan dan

Kreativitas Sswa Kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo” dari hasil penelitian tersebut

memotivasi siswa untuk belajar setelah keluar dari pembelajaran di kelas. Melalui

motivasi yang terbangun tersebut siswa diharapkan dapat lebih kreatif dan

meningkatkan sifat rasa ingin tahunya dalam mengatasi sebuah permasalahan yang

timbul di dalam masyarakat.47

E. Konsep Operasional

Konsep opersional adalah konsep yang digunakan untuk menjabarkan atau

memberi batasan terhadap konsep teoritis. Sesuai dengan yang telah dikemukakan

sebelumnya bahwa yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pelaksanaan

pembelajaraan aktif dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam Di SMKN Se


47
Mufarrikah, Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada
Mata Pelajaran PAI dalam Meningkatkan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas Siswa Kelas V SDN
Klurak Candi Sidoarjo, Skripsi, Fakultas Tarbiyah, UIN Malang, 2008 h. 35
30
Kabupaten Kampar, maka perlu suatu konsep operasional atau parameter, sebagai

dasar berpijak.

Adapun Penerapan pembelajaran aktif dalam mata pelajaran pendidikan

agama Islam adalah Guru melaksanakan beberapa indikator yang prinsip-prinsip

pembelajaran aktif secara umum, sebagai berikut:

a. Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan pengalaman siswa


b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menebak pelajaran apa saja yang

terdapat dalam suatu materi


c. Pelajaran dibuka dengan menawarkan suatu masalah atau pertanyaan
d. Semua siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar
e. Mendorong siswa untuk membaca materi
f. Mendorong siswa untuk melakukan resume suatu materi
g. Menjelaskan materi dengan bahasa yang efektif
h. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
i. Mendorong siswa untuk saling berdiskusi kepada sesama siswa
j. Mengarahkan siswa untuk menjawab persoalan
k. Mendorong peserta didik untuk membuat penilaian terhadap jawaban guru atau

siswa lain
l. Mendorong peserta didik untuk saling tukar pertanyaan dan jawaban
m. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan jawaban
n. Mendorong siswa untuk membaca keras di kelas
o. Mendorong peserta didik bekerja sama guna mengembangkan keterampilan

sosial
p. Menggunakan alat, bahan, atau sarana bila dituntut oleh kegiatan belajar
q. Melibatkan kegiatan melakukan, seperti melakukan observasi, percobaan,

penyelidikan, permainan peran, permainan (game).


r. Memberikan penguatan kepada siswa atas pertisipasinya
s. Memberikan pujian kepada siswa yang aktif berpartisifasi
t. Hasil kerja (karya) peserta didik dipajangkan, atau dibacakan
u. Membuat kontrak nilai
v. Membuat penilaian hasil belajar secara terbuka bersama-sama dengan siswa
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan pembelajaran aktif

dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah melalui pokok pertanyaan

dibawah ini dengan pilihan jawaban yang telah ditentukan:


a. Pengetahuan guru tentang konsep pembelajaran aktif
1. Apakah pembelajaran aktif dapat diterapkan dalam semua materi mata

pelajaran pendidikan agama Islam?


2. Apakah pembelajaran aktif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menggali potensinya?
3. Apakah pembelajaran aktif perlu memahami semua sifat dan karekter siswa

di dalam kelas?
31
4. Apakah media pembelajaran berperan dalam menyukseskan tujuan

pembelajaran?
5. Pembelajaran aktif menitik beratkan proses pembelajaran kepada siswa

sebagai pusat pembelajaran. Benarkah demikian?


b. Hal-hal yang menunjang pelaksanaan pembelajaran aktif
1. Apakah guru menyediakan Media pembelajaran?
2. Dalam melaksanakan pembelajaran, apakah perlu memiliki banyak sumber

belajar?
3. Apakah perilaku guru di dalam kelas berpengaruh pada siswa?
4. Pernahkah guru merubah tempat duduk siswa?
c. Hambatan guru dalam melaksanakan pembelajaran aktif
1. Adakah siswa yang fasif dalam pembelajaran?
2. Salah satu hal tersulit dalam melaksanakan pembelajaran adalah

menghadapi perbedaan individu siswa, benarkah demikian?


3. Memilih metode yang tepat dan bervariasi sangat sulit pada setiap materi

pembelajaran yang berbeda, apakah anda mengalami kesulitan tersebut?


4. Dalam pembelajaran, apakah cukup hanya menggunakan buku paket mata

pelajaran sebagai sumber belajar?


5. Apakah guru mengalami kesulitan dalam mengalokasikan waktu

pembelajaran?
32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian kualitatif, yaitu suatu

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. 48

Sementara itu, dilihat dari teknik penyajian datanya, penelitian menggunakan pola

deskriptif. Yang dimaksud pola deskriptif menurut Best adalah metode penelitian

yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa

adanya.49

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Di SMK Negeri Se Kabupaten Kampar sebanyak 3

sekolah, yaitu SMK Negeri 1 Kampar, SMK Negeri 2 Kampar, dan SMK Negeri 3

Kampar. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2015/2016

C. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah guru PAI Di SMK Negeri Se Kabupaten Kampar

sebanyak 6 orang guru agama Islam dimana masing-masing sekolah dipilih 2 orang

guru yang dijadikan sebagai responden. Sedangkan objeknya adalah Pelaksanaan

Pembelajaran aktif dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah guru Pendidikan Agama

Islam Di SMK Negeri Se Kabupaten Kampar yang berjumlah 6 orang. Karena

48
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. ALFABETA, 2008), hlm. 1
49
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2009), hlm. 157
33
jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka semua populasi dijadikan responden

utama.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:


a) Observasi, yakni penulis mengadakan pengamatan secara langsung kelapangan

untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan pembelajaran aktif pada bidang studi

pendidikan agama Islam di SMK Negeri se Kabupaten Kampar. Adapun item-item

yang akan diobservasi ada 21 Item terkait dengan pelaksanaan pembelajaran aktif

oleh guru, sebagai berikut:

1. Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan pengalaman siswa


2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menebak pelajaran apa saja

yang terdapat dalam suatu materi yang akan dipelajari


3. Pelajaran dibuka dengan menawarkan suatu masalah atau pertanyaan
4. Pembelajaran dikaitkan dengan materi lain yang relevan
5. Siswa dikelas tampak melakukan aktifitas yang berkaitan dengan pembelajaran
6. Guru Mendorong siswa untuk membaca materi
7. Guru Menjelaskan materi dengan bahasa yang mudah difahami
8. Penjelasan guru didengar secara aktif oleh siswa terlihat dari pandangan mata

dan respon wajah


9. Guru Mendorong siswa untuk menjelaskan pemahamannya terhadap materi

yang dipelajari
10. Guru Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
11. Guru Mendorong siswa untuk saling berdiskusi kepada sesama siswa
12. Guru Mengarahkan siswa untuk menjawab persoalan
13. Guru Mendorong siswa untuk memberikan tanggapan terhadap jawaban guru

atau siswa lain


14. Guru Mendorong siswa untuk mencari informasi atau data terkait materi
15. Guru mengarahkan pembelajaran yang bersifat melakukan, seperti

percobaan/permainan/demonstrasi/drama
16. Guru Menggunakan alat, bahan, atau sarana pembelajaran sebagai media

belajar
17. Memberikan penghargaan berupa pujian dan motivasi kepada siswa yang aktif
18. Memotivasi siswa yang kurang aktif
19. Hasil kerja (karya) siswa dipajangkan, atau dibacakan
20. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat kesimpulan materi

pelajaran yang telah dilaksanakan


21. Membuat penilaian hasil belajar secara transparan bersama-sama dengan siswa.
34
b) Wawancara, yaitu mencari data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan kepada

responden penelitian terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

pembelajaran aktif pada bidang studi pendidikan agama Islam di SMK Negeri se

Kabupaten Kampar. Adapun bentuk wawancara yang dilakukan adalah jenis

wawancara tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan memiliki

keterbatasan jawaban yang telah ditentukan oleh peneliti.


Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan adalah sebagai berikut:
d. Pertanyaan sekilas tentang Pengetahuan guru terhadap konsep pembelajaran

aktif:
6. Apakah pembelajaran aktif dapat diterapkan dalam semua materi mata

pelajaran pendidikan agama Islam? (Ya/Tidak)


7. Apakah pembelajaran aktif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menggali potensinya? (Ya/Tidak)


8. Apakah pembelajaran aktif perlu memahami semua sifat dan karekter siswa

di dalam kelas? (Ya/Tidak)


9. Apakah media pembelajaran berperan dalam menyukseskan tujuan

pembelajaran? (Ya/Tidak)
10. Pembelajaran aktif menitik beratkan proses pembelajaran kepada siswa

sebagai pusat pembelajaran. Benarkah demikian? (Ya/Tidak)

e. Hal-hal yang menunjang pelaksanaan pembelajaran aktif


5. Apakah Bapak/Ibu guru menyediakan Media pembelajaran dalam proses

pembelajaran? ( Selau, Kadang, Tidak Pernah)


6. Dalam melaksanakan pembelajaran, apakah Bapak/Ibu Guru menggunakan

Buku Paket Pelajaran sebagai satu-satunya sumber belajar? (Selalu,

Kadang, Tidak Pernah)


7. Menurut Bapak/Ibu Guru, Apakah perilaku guru di dalam kelas

berpengaruh pada keaktifan siswa di kelas? (Ya/Tidak)


8. Apakah Bapak/Ibu Guru pernah merubah tempat duduk siswa?
f. Pertanyaan sekilas tentang hambatan guru dalam melaksanakan pembelajaran

aktif
6. Adakah siswa yang fasif dalam pembelajaran? (banyak, sedikit, tidak ada)
7. Salah satu hal tersulit dalam melaksanakan pembelajaran adalah

menghadapi perbedaan individu siswa, benarkah demikian? (Ya/Tidak)


8. Memilih metode yang tepat dan bervariasi sangat sulit pada setiap materi

pembelajaran yang berbeda, apakah anda mengalami kesulitan tersebut?

(Ya/Tidak)
35
9. Dalam pembelajaran, apakah cukup hanya menggunakan buku paket mata

pelajaran sebagai sumber belajar? (Ya/Tidak)


10. Apakah Bapak/Ibu guru mengalami kesulitan dalam mengalokasikan waktu

pembelajaran? (Ya/Tidak)
c) Dokumentasi, yaitu dokumen yang terdiri dari arsip-arsip yang bersifat publik atau

pribadi yang boleh jadi diperoleh oleh para peneliti, ini mencakup koran, jurnal,

buku harian, catatan rapat, dan surat-surat.50 Dokumentasi dalam penelitian ini

digunakan untuk mendapatkan data-data sekolah dan data guru agama Islam.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptip yaitu untuk mencari kemampuan

guru pendidikan agama Islam dalam melaksanakan pembelajaran aktif di SMK

Negeri se Kabupaten Kampar, sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif.51 Setelah dilakukan observasi terhadap ke 6 guru agama yang menjadi

responden penelitian, maka akan ditransformasikan kedalam rumus berikut:


P

Keterangan:

P = Angka Persentase

F : Prekuensi yang sedang dicari persentasenya

N : Jumlah Frekuensi.52

Untuk menganalisis data Tentang kemampuan guru pendidikan agama Islam

dalam melaksanakan pembelajaran aktif di SMK Negeri se Kabupaten Kampar

yaitu digunakan kategori sebagai berikut:

1. 81% - 100% dikategorikan pelaksanaan sangat baik

2. 61% - 80% dikategorikan pelaksanaan baik

3. 41% - 60% dikategorikan pelaksanaan cukup baik

50
Jhon W. Creswell, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Pendidikan, terj. Muhammad Diah,
Pekanbaru, UMRI Press, 2011, hlm. 217
51
Amri Darwis, Metode Penelitian Pendidikan Islam, Jakarta, Rajawali Press, 2014, hlm. 3
52
Anas, Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2009),
hlm.43
36
4. 21% - 40% dikategorikan pelaksanaan kurang baik

5. 0% - 20% dikategorikan pelaksanaan tidak baik.53

53
Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta 2011), hlm. 15

Anda mungkin juga menyukai