Anda di halaman 1dari 24

BAB III

LANDASAN TEORI
3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama yaitu sistem pembangkitan, sistem
transmisi dan sistem distribusi. Dari ketiga sistem tersebut, sistem distribusi merupakan bagian
yang letaknya paling dekat dengan konsumen, fungsinya adalah menyalurkan energi listrik dari
suatu Gardu Induk distribusi ke konsumen. Adapun bagian-bagian dari sistem distribusi tenaga
listrik adalah :
a. Gardu Induk Distribusi
b. Jaringan Primer (JTM)
c. Transformator Distribusi
d. Jaringan Sekunder (JTR)

3.2 Klasifikasi Sistem Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi dikategorikan kedalam beberapa jenis, sebagai berikut ;
a. Tegangan pengenalnya :
1. JTM 20 KV
2. JTR 380/220 Volt
b. Konfigurasi jaringan primer
1. Jaringan distribusi pola radial
2. Jaringan distribusi pola loop
3. Jaringan distribusi pola loop radial
4. Jaringan distribusi pola grid
5. Jaringan distribusi pola spindel
c. Konfigurasi penghantar jaringan primer
1. Konfigurasi penghantar segitiga
2. Konfigurasi penghantar vertikal
3. Konfigurasi penghantar horisontal
d. Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi di Indonesia
Pentanahan titik netral adalah hubungan titik netral dengan tanah, baik langsung maupun
melalui tahanan reaktansi ataupun kumparan Petersen. Di Indonesia sistem pentanahan meliputi
empat macam, yaitu ;
1. Sistem distribusi tanpa pentanahan
2. Sistem distribusi pentanahan tak langsung (dengan tahanan)
3. Sistem distribusi pentanahan langsung (solid)
4. Sistem distribusi pentanahan dengan kumparan Petersen

3.3 Gambaran JTM Jaringan Tegangan Menengah 20kv


Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source)
sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya di sini.
1) Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)
2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu
daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11 kV
sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan
menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran
transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang
mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus
yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator
penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut
penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer
inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo
distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh
saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi
merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi mungkin,
dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV)
menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga
perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang
dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi
ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai
tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran
yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.

3.3.1 Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 1. Konfigurasi Sistem Tenaga Listrik.

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta pembatasan-pembatasan


seperti pada Gambar diatas:
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan rendah.
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi
Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat dikelasifikasikan menurut
beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu dibuat. Dengan demikian ruang lingkup
Jaringan Distribusi adalah:
a. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan
perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV panel,
pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan grounding,dan lain-lain.
d. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada SUTM dan SKTM.
Yang membedakan hanya dimensinya.
3.4 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Menurut nilai tegangannya:
a) Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunder
trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini bertegangan
menengah 20 kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa
disebut jaringan distribusi.
b) Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik
sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2-2)

2) Menurut bentuk tegangannya:


a) Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.
b) Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan bolak-balik.
3) Menurut jenis/tipe konduktornya:
a) Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang) dan
perlengkapannya, dan dibedakan atas:
 Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus.
 Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
b) Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah (ground
cable).
c) Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut (submarine cable)
4) Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
a) Saluran Konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral, atau
saluran positip terhadap negatip (pada sistem DC) membentuk garis horisontal.
b) Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut membentuk garis vertikal .
c) Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu segitiga
(delta).
5) Menurut Susunan Rangkaiannya
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan menjadi dua yaitu sistem
distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
a) Jaringan Sistem Distribusi Primer,
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk distribusi
ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel
tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan.
Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke
pusat beban.
Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer, yaitu:
 Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon, Radial dengan tie dan switch
pemisah, Radial dengan pusat beban dan Radial dengan pembagian phase area.
 Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop dan bentuk Close loop.
 Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET)
 Jaringan distribusi spindle
 Saluran Radial Interkoneksi
b) Jaringan Sistem Distribusi Sekunder,
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu
distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran
yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang
berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah
yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui
peralatan-peralatan sbb:
 Papan pembagi pada trafo distribusi,
 Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
 Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)

Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan.
gambar 2. Komponen Sistem Distribusi
3.5 Tegangan Sistem Distribusi Sekunder
Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder menurut standar; (1) EEI :
Edison Electric Institut, (2) NEMA (National Electrical Manufactures Association). Pada
dasarnya tidak berbeda dengan sistem distribusi DC, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah
besar tegangan yang diterima pada titik beban mendekati nilai nominal, sehingga peralatan/beban
dapat dioperasikan secara optimal. Ditinjau dari cara pengawatannya, saluran distribusi AC
dibedakan atas beberapa macam tipe dan cara pengawatan, ini bergantung pula pada jumlah
fasanya, yaitu:
1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt
2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3. Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4. Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
5. Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt
Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380 Volt. Sedang
pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga listrik dari PT. PLN, menggunakan salah satu
sistem diatas sesuai dengan standar yang ada. Pemakai listrik yang dimaksud umumnya mereka
bergantung kepada negara pemberi pinjaman atau dalam rangka kerja sama, dimana semua
peralatan listrik mulai dari pembangkit (generator set) hingga peralatan kerja (motor-motor
listrik) di suplai dari negara pemberi pinjaman/kerja sama tersebut. Sebagai anggota, IEC
(International Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai menyesuaikan sistem tegangan
menjadi 220/380 Volt saja, karena IEC sejak tahun 1967 sudah tidak mencantumkan lagi
tegangan 127 Volt. (IEC Standard Voltage pada Publikasi nomor 38 tahun 1967 halaman 7 seri 1
tabel1).

3.5.1 Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi terdiri dari:


1. Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat, Tipe ini merupakan bentuk dasar yang paling
sederhana, biasanya digunakan untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak
pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
2. Sistem distribusi satu fasa dengan tiga kawat, Pada tipe ini, prinsipnya sama dengan sistem
distribusi DC dengan tiga kawat, yang dalam hal ini terdapat dua alternatif besar tegangan.
Sebagai saluran “netral” disini dihubungkan pada tengah belitan (center-tap) sisi sekunder trafo,
dan diketanahkan, untuk tujuan pengamanan personil. Tipe ini untuk melayani penyalur daya
berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
3. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt, Tipe ini untuk melayani
penyalur daya berkapasitas sedang dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan pedesaan dan
perdagangan ringan, dimana terdapat dengan beban 3 fasa.
4. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt.
5. Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat, Tipe ini banyak dikembangkan secara ekstensif.
Dalam hal ini rangkaian tiga fasa sisi sekunder trafo dapat diperoleh dalam bentuk rangkaian
delta (segitiga) ataupun rangkaian wye (star/bintang). Diperoleh dua alternatif besar tegangan,
yang dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan adanya pembagian seimbang antara ketiga
fasanya. Untuk rangkaian delta tegangannya bervariasi yaitu 240 Volt, dan 480 Volt. Tipe ini
dipakai untuk melayani beban-beban industri atau perdagangan.
6. Sistem distribusi tiga fasa dengan empat kawat, Pada tipe ini, sisi sekunder (output) trafo
distribusi terhubung star,dimana saluran netral diambil dari titik bintangnya. Seperti halnya
padasistem tiga fasa yang lain, di sini perlu diperhatikan keseimbangan beban antara ketiga
fasanya, dan disini terdapat dua alternatif besar tegangan.

3.6 Operasi Sistem Distribusi


Pengertian dari Operasi Sistem Distribusi adalah segala kegiatan yang mencakup
pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit
kepada konsumen dengan efektif serta menjamin kelangsungan penyalurannya / pelayanannya.
Sebagai tolok ukur pada kegiatan operasi terdapat beberapa parameter, yaitu :
1. Mutu listrik
Ada 2 hal yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu tegangan dan frekuensi. Batas toleransi
tegangan pelayanan yaitu pada konsumen TM adalah ±5 %, dan pada konsumen TR adalah
maksimum 5 % dan minimum 10 %. Sedangkan untuk batas toleransi frekuensi adalah ±1 % dari
frekuensi standar 50 Hz.
2. Keandalan penyaluran tenaga listrik
Sebagai indikator keandalan penyaluran adalah angka lama pemadaman / gangguan atau yang
disebut Sistem Average Interruption Duration Index ( SAIDI ) dan angka seringnya pemadaman
/ gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption Frequency Index ( SAIFI ). Rumus
perhitungannya yaitu :
3. Keamanan dan keselamatan
Sebagai indikator dari keamanan dan keselamatan adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik
pada personel dan kerusakan pada instalasi / peralatan serta pada lingkungan.
4. Biaya pengoperasian
Sebagai indikatornya adalah angka susut jaringan, yaitu selisih antara energi yang dikeluarkan
oleh pembangkit dengan energi yang digunakan oleh pelanggan. Penyebab susut jaringan antara
lain yaitu pencurian listrik, kesalahan alat ukur, jaringan yang terlalu panjang, faktor daya rendah
serta konfigurasi jaringan yang kurang tepat.
5. Kepuasan pelanggan
Sebagai indikator akan kepuasan pelanggan adalah apabila kebutuhan akan listrik oleh konsumen
baik kualitas, kuantitas serta kontinuitas pelayanan terpenuhi.
3.7 Peralatan Saluran Distribusi Tegangan Menengah
Ditinjau dari jenis konstruksinya, sistem distribusi listrik dapat dibedakan atas dua jenis
yaitu sistem distribusi dengan saluran udara dan sistem distribusi dengan saluran bawah tanah.
Namun pada laporan kali ini hanya akan membahas tentang sistem distribusi dengan saluran
udara. Konstruksi dan struktur jaringan sistem distribusi yang akan digunakan dalam sistem
distribusi merupakan kompromi antara kepentingan teknis disatu pihak dan alasan ekonomi
dilain pihak. Secara teknis, konstruksi dan struktur dari jaringan yang akan digunakan harus
memenuhi syarat keandalan minimum jaringan.
Konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara terdiri dari beberapa komponen
peralatan utama, yaitu :
3.7.1 Tiang
Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama dari konstruksi jaringan distribusi
dengan saluran udara. Pada jaringan distribusi tiang yang biasa digunakan adalah tiang beton.
Tiang listrik harus kuat karena selain digunakan untuk menopang hantaran listrik juga digunakan
untuk meletakan peralatan-peralatan pendukung jaringan distribusi tenaga listrik tegangan
menengah. Penggunaan tiang listrik disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Tiang listrik yang dipakai dalam distribusi tenaga listrik harus memiliki sifat-sifat antara lain :
a. Kekuatan mekanik yang tinggi
b. Perawatan yang mudah
c. Mudah dalam pemasangan konduktor saluran dan perlengkapannya
3.7.2 Isolator
Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor atau
penghantar dengan tiang listrik. Menurut fungsinya, isolator dapat ditinjau dari dua segi yaitu :
a. Fungsi dari segi elektris : Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat fasa dengan tanah dan
kawat fasa lainnya.
b. Fungsi dari segi mekanis : Menahan berat dari konduktor / kawat penghantar, mengatur jarak
dan sudut antar konduktor / kawat penghantar serta menahan adanya perubahan pada kawat
penghantar akibat temperatur dan angin.

Bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator yang banyak digunakan pada sistem distribusi
tenaga listrik adalah isolator dari bahan porselin / keramik dan isolator dari bahan gelas.
Kekuatan elektris porselin dengan ketebalan 1,5 mm dalam pengujian memiliki kekuatan 22
sampai 28 kVrms/mm. Kekuatan mekanis dengan diameter 2 cm sampai 3 cm mampu menahan
gaya tekan 4,5 ton/cm².
Kegagalan kekuatan elektris sebuah isolator dapat terjadi dengan jalan menembus bahan
dielektrik atau dengan jalan loncatan api (flashover) di udara sepanjang permukaan isolator.
Kasus pertama dapat diatasi dengan cara memilih kualitas bahan isolator dan
pengolahan/perawatan yang baik. Kasus ke dua dapat diatasi dengan memperbaiki tipe atau
konstruksi dari isolatornya. Pada umumnya semua konstruksi isolator direncanakan untuk
tegangan tembus yang lebih tinggi dari tegangan flashover, sehingga biasanya kekuatan elektrik
isolator dikarakteristikan oleh tegangan flashovernya
Ada beberapa jenis konstruksi isolator dalam sistem distribusi, antara ain :
a. Isolator gantung ( suspension type insulator )
b. Isolator jenis pasak ( pin type insulator )
c. Isolator batang panjang ( long rod type insulator )
d. Isolator jenis post saluran ( line post type insulator )

Isolator Gantung (Suspension Type Insulator) Isolator Jenis Post Saluran (Pin Post Type)

3.7.3 Penghantar
Penghantar pada sistem jaringan distribusi berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dari suatu
bagian keinstalasi atau bagian yang lain. Penghantar ini harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut
:
a. Memiliki daya hantar yang tinggi
b. Memilki kekuatan tarik yang tinggi
c. Memiliki berat jenis yang rendah
d. Memiliki fleksibilitas yang tinggi
e. Tidak cepat rapuhMemiliki harga yang murah Jenis-jenis bahan penghantar, antara lain :
f. Kawat logam biasa, contohnya AAC ( All Alumunium Conductor ).
g. Kawat logam campuran, contohnya AAAC ( All Alumunium Alloy Conductor ).

Gambar Kawat Pengahntar AAAC

3.7.4
Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya
atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu
gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Dengan alat yang bernama
trafo maka pilihan tegangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan tegangan pada pelanggan.

Gambar. Trafo Distribusi Satu Fasa Gambar. Trafo Distribusi Tiga Fasa
3.7.5 Fuse Cut Out (FCO)

Gambar. Fuse Cut Out Gambar 3.11. Fuse Link


Fuse Cut Out (FCO) adalah sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan
distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari komponenya (fuse link) yang telah
dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya. FCO ini terdiri dari :
1. Rumah Fuse (Fuse Support)
2. Pemegang Fuse (Fuse Holder)
3. Fuse Link
Berdasarkan sifat pemutusanya Fuse Link terdiri dari 2 tipe yaitu :
1. Tipe K (pemutus cepat)
2. Tipe T (pemutus lambat)
FCO pada jaringan Distribusi digunakan sebagai pengaman percabangan 1 phasa maupun
sebagai pengaman peralatan listrik (trafo Distribusi non CSP, kapasitor).

3.7.6 Auto Voltage Regulator (AVR)

Gambar . Auto Voltage Regulator


Auto Voltage Regulator (AVR) merupakan auto transformer yang berfungsi untuk
mengatur/menaikan tegangan secara otomatis. Rangkaian dari regulator ini terdiri dari auto
transformer penaik tegangan.
3.7.7 Meter Expor-Impor

Gambar. Meter Expor-Impor


Meter Kirim – Terima disini berfungsi untuk mengetahui berapa kWH yang dikirim dan
diterima antar UPJ. Pada Meter Ex-Im terdapat CT dan PT yang berfungsi untuk
mentransformasikan tegangan dan arus dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah untuk proses
pengukuran.
4 Peralatan Hubung
Yang termasuk dalam peralatan hubung antara lain ABSw, LBS, Recloser, Sectionaliser, dan lain
sebagainya.

4.8 Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi


Yang dimaksud dengan prosedur operasi pengaturan dan pengusahaan jaringan tegangan
menengah adalah usaha menjamin kelangsungan penyaluran tenaga listrik, mempercepat
penyelesaian gangguan – gangguan yang timbul, serta dilain pihak menjaga keselamatan baik
petugas pelaksana operasi maupun instalasinya sendiri.
Pengoperasian jaringan distribusi tegangan menengah tersebut dilaksanakan dengan :
1. Memanuver atau memanipulasi jaringan, dengan menggunakan telekontrol maupun dilapangan.
2. Menerima informasi - informasi mengenai keadaan jaringan dan kemudian membuat penilaian
(observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
3. Menerima besaran-besaran pengukuran pada jaringan yang kemudian membuat penilaian
(observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
4. Mengkoordinasikan pelaksanaanya dengan pihak - pihak lain yang bersangkutan.
5. Mengawasi jaringan secara kontinyu.
6. Mengusut dan melokalisir gangguan jaringan.
7. Mendeteksi gangguan jaringan sehingga titik gangguannya dapat ditemukan untuk diperbaiki.
Kegiatan operasi distribusi ini dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan normal dan
keadaan gangguan. Operasi sistem distribusi juga tergantung dari beberapa hal, antara lain
berdasarkan pada konfigurasi dan pola jaringan sistem distribusi yang digunakan.
Dalam operasi sistem distribusi, setiap alur tugas dari pekerjaan ditentukan oleh prosedur
tetap yang biasa disebut Standing Operation Procedure ( SOP ), dimana SOP adalah prosedur
yang dibuat berdasarkan kesepakatan / ketentuan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau tim
untuk melaksanakan tugas / fungsinya agar mendapatkan hasil yang optimal dan untuk
mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan peralatan dan kecelakaan manusia..
4.9 Manuver Jaringan Distribusi
Manuver / manipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan membuat
modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari adanya gangguan atau pekerjaan
jaringan yang membutuhkan pemadaman tenaga listrik, sehingga dapat mengurangi daerah
pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin.
Kegiatan yang dilakukan dalam manuver jaringan antara lain :
a. Memisahkan bagian–bagian jaringan yang semula terhubung dalam keadaan bertegangan
ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
b. Menghubungkan bagian–bagian jaringan yang semula terpisah dalam keadaan bertegangan
ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis ditentukan oleh
konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di sepanjang jaringan. Peralatan yang
dimaksud adalah peralatan – peralatan jaringan yang berfungsi sebagai peralatan hubung.
Peralatan tersebut antara lain yaitu :
4.9.1 Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik yang berfungsi untuk
menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching equipment) baik dalam kondisi
normal (sesuai rencana dengan tujuan pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau manuver
system, sehingga dapat memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan pekerjaan
pemeliharaan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga atau Circuit Breaker (CB)
adalah :
a. Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama.
b. Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.
c. Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
d. Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak membuka.
e. Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
f. Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus pemuatan (Charging
Current)
g. Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau kondisi termal yang
tinggi akibat hubung singkat.
PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada kabel masuk ke
busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap rel/busbar keluar (Outgoing
Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu Induk (Yang menjadi kewenangan operator
tegangan menengah adalah sisi Incoming Cubicle). Ditinjau dari media pemadam busur apinya
PMT dibedakan atas :
 PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)
 PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
 PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)
Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT dan
mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest posisi apabila ada
pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).
Di wilayah kerja PT. PLN (Persero) UPJ Wiradesa sendiri terdapat 4 feeder beserta PMT
Feeder yang aktif. Adapun masing-masing Feeder tersebut beserta PMT feeder yang aktif
meliputi :
 PKN 3
 PKN 5
 PKN 8
 PKN 12
4.9.2 Disconector (DS) / Saklar Pemisah
Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka pada komponen
utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara langsung, karena alat ini
mempunyai desain yang dirancang khusus dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika
dipaksakan untuk pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat
berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah penghubungan atau
pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih dialiri tegangan
listrik.
Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu per satu karena
antara satu DS dengan DS yang lain tidak berhubungan, biasanya menggunakan stick (tongkat
khusus) yang dapat dipanjangkan atau dipendekkan sesuai dengan jarak dimana DS

itu berada, DS sendiri terdiri dari bahan keramik sebagai penopang dan sebuah pisau yang
berbahan besi logam sebagai switchnya.
Gambar. Disconecting Switch (DS)

4.9.3 Air Break Switch (ABSw)


Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai pemisah dan
biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya adalah udara yang dilengkapi
dengan peredam busur api / interrupter berupa hembusan udara. ABSw juga dilengkapi dengan
peredam busur api yang berfungsi untuk meredam busur api yang ditimbulkan pada saat
membuka / melepas pisau ABSw yang dalam kondisi bertegangan . Kemudian ABSw juga
dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSw , pisau kontak sebagai kontak
gerak yang berfungsi membuka / memutus dan menghubung / memasukan ABSw , serta stang
ABSw yang berfungsi sebagai tangkai penggerak pisau ABSw. Perawatan rutin yang dilakukan
untuk ABSw karena sering dioperasikan, mengakibatkan pisau-pisaunya menjadi aus dan
terdapat celah ketika dimasukkan ke peredamnya / kontaknya. Celah ini yang mengakibatkan
terjadi lonjakan bunga api yang dapat membuat ABSw terbakar.

Gambar Air Break Switch Gambar 3.16.


Handle ABSW

Pemasangan ABSw pada jaringan, antara lain digunakan untuk :


a. Penambahan beban pada lokasi jaringan
b. Pengurangan beban pada lokasi jaringan
c. Pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami gangguan.
ABSW terdiri dari :
1. Stang ABSW 4. Pisau Kontak
2. Cross Arm Besi 5. Kawat Pentanahan
3. Isolator Tumpu 6. Peredam Busur Api
7. Pita Logam Fleksibel
4.9.4 Load Break Switch (LBS)
Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah peralatan hubung yang
digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal. Proses pemutusan
atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang. Saklar pemutus beban ini tidak
dapat bekerja secara otomatis pada waktu terjadi gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk
memanipulasi beban.

Gambar 3.17. Load Break Switch ( LBS )

4.9.5 Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )


Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat gangguan, pada
sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan penutupan balik (reclose)
sampai beberapa kali tergantung penyetelannya dan akhirnya akan membuka secara permanen
bila gangguan masih belum hilang (lock out). Penormalan recloser dapat dilakukan baik secara
manual maupun dengan sistem remote. Recloser juga berfungsi sebagai pembatas daerah yang
padam akibat gangguan permanen atau dapat melokalisir daerah yang terganggu
Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu operasi cepat (fast)
dan operasi lambat (delay)
Menurut fasanya recloser dibedakan atas :
a. Recloser 1 fasa
b. Recloser 3 fasa
Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas :
a. Recloser dengan sensor tegangan (dengan menggunakan trafo tegangan) digunakan di jawa
timur
b. Recloser dengan sensor arus (dengan menggunakan trafo arus) digunakan di jawa tengah

Gambar. Recloser

BAB IV
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
4.1. Analisis Masalah
Dalam melaksanakan program kerja praktek ini penulis menitikberatkan pada permasalahan
bidang distribusi jaringan Tegangan Menegah untuk Penyulang Balung bagian pemeliharaan
jaringan, dalam hal ini penulis banyak mengetahui secara detil tentang jaringan tegangan
menengah kususnya untuk penyulang balung,mulia dari pembangian tegangan GI Jember 20kv
sampai pada perawatan Jaringan penyulang balung, yang secara system harus benar-benar
terkontrol dan terawatt oleh pihak PT.PLN(persero) Rayon Jember kota,untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan demi mencapai falsafah, visi, misi, filosofi dan motto pln.

4.1.1 Perhitungan Daya Travo Penyulang Balung


Dari hasil penelitian yang penulis peroleh terdapat beberapa cara perhitungan data Travo untuk
penyulang balung.
Jumlah Travo (tranvormator) untuk penyulang balung PT.PLN(Persero) Rayon Jember
kota:
No NO Sect
Lokasi Penyulang Kondisi (N/R
GTT Ke Daya (KVA)
1 110 DS. AJUNG KRESEK BALUNG BLG 2 160 N
2 307 BTN " DUTA GRIYA PERMAI " AJUNG BALUNG BLG 2 R
160
3 348 DN. DARUNGAN - JUBUNG (ex 173 Rbp) BALUNG BLG 2 100 N
4 355 DS. AJUNG KRAJAN ( ex 49 Ambulu ) BALUNG BLG 2 160 N
5 356 DS. AJUNG KLANCENG ( ex 50 Ambulu ) BALUNG BLG 2 150 N
6 357 DS. AJUNG Dsn. GMK KERANG ( ex 142 Abl ) BALUNG BLG 2 100 N
7 383 JL. MOCH. YAMIN ( PBR TEGEL ) BALUNG BLG 2 25 N
8 399 JL. BRAWIJAYA BALUNG BLG 2 160 R
9 406 PERUM GRAHA CITRA BALUNG BLG 2 100 R
10 410 PERUM. TAMAN ANGGREK BALUNG BLG 2 50 N
11 458 PERUM. BUMI TEGAL BESAR BALUNG BLG 2 160 N
12 482 PERUM. BUMI TEGAL BESAR - Jl. M. Yamin BALUNG BLG 2 100 N

Metoda perhitungan Pengaman Travo


dengan mengunakan Rumus P=V.I
P = Daya Travi (KVA)
V= Tahanan Primer dan Skunder Travo (KV)
I = Ampere yang di hasilkan
4.1.2 Metoda perhitungan Kawat JTM dan JTR pada Penyulang Balung
a. Sisi Primer ( 20 Kv)
R-S =
R-T =
S-T =
b. Sisi Sekunder (220/380 V)
R-N = R-S=
S-N = R-T=
T-N = S-T=
4.1.3 Metoda perhitungan Ampere dari KWH (Kolo Watt Hour)
Dalam penghitungan Kwh rumah tangga yaitu dengan menjumlahkan pemakayan daya
watt dan di kalikan dengan waktu masa penggunaan daya tersebut, setelah diketahui keseluruhan
daya watt yang di pakai setelah itu di bagi dengan daya maksimum dari PLN maka akan
diketahuan pemakayan KWH dalam kurun waktu tersebut,setelah pemakayan KWH di ketahuin
setelah itu di kalikan dengan harga PerKWH Rp 700/ KWH yang sudah di tetapkan oleh PT.PLN
(persero).
Contoh: perhitungan KWH rumah tangga dalam satu hari:
-lampu 20 W, Jumlah lampu 5 buah = 100 W x 12 jam = 1200 W
-TV 100 = 100 W x 5 jam = 500 W
- Kulkas = 100 W x 24 jam = 2400 W
Jumlah Watt = 3100 W = 3.1 KWH/ hari
3.1 x 700 = RP 2170/ hari pemakayan daya listrik rumah tangga.

4.1.4 Penyebab Terjadinya Gangguan Pada JTR Penyulang balung


Dalam operasi sistem tenaga listrik terjadinya gangguan tidak dapat dihindarkan
terutama pada jaringan Jaringan Teganggan Menengah (JTM). Adapun gangguan tersebut
dikarenakan adanya kejadian secara acak dalam sistem yang dapat berupa berkurangnya
kemampuan peralatan, meningkatnya beban dan lepasnya peralatan-peralatan yang tersambung
ke sistem JTM. Diantaranya gangguan yang sering terjadi pada jaringan JTM adalah gangguan
hubung singkat fasa-fasa atau satu fasa tanah. Adapun berbagai gangguan yang terjadi pada
jaringan JTM diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya ;
 Sambaran petir yang mengenai jaringan
 Menempelnya arku layang-layang pada kabel jaringan
 Pohon atau ranting yang menempel pada kabel jaringan.
 Hilang atau putusnya kawat netral

4.1.5 Dampak yang terjadi akibat gangguan pada Pada JTR Penyulang balung
Dengan adanya sambaran petir yang mengenai jaringan, ranting pohon yang menempel pada
kabel jaringan dan benang layang-layang yang menempel atau melilit kabel jaringan maka akan
berdampak terjadinya arus lebih (over current) yang disebabkan hubung singkat fasa-fasa.
Terjadinya over current akan membuat sistem relay proteksi atau pengaman jaringan bekerja.
Apabila sering terjadi arus berlebih atau hubung singkat maka semakin sering pula relay proteksi
bekerja dengan demikian akan sesering itu pula trafo daya menerima hubung singkat, dimana
akan memperpendek umur trafo daya tersebut. Selain itu dampak yang paling berbahaya adalah
terputusnya kawat netral. Dimana dampak tersebut adalah ;
 Dampak terhadap kerja GFR (Ground Fault Relay)
Dengan banyaknya kawat netral yang terputus menyebabkan arus gangguan ke tanah menjadi
lebih kecil dari arus setting peralatan proteksi yang terpasang. Dengan demikian impedansi
urutan nol saluran akan menjadi lebih besar daripada jaringan saat kondisi normal. Hal ini akan
sangat membahayakan manusia dan juga bisa menyebabkan kerusakan pada peralatan yang
tersambung ke sistem akibat tidak bekerjanya relay proteksi.
 Dampak terhadap peralatan pelanggan dari pengaruh sambaran petir Sambaran petir terhadap
jaringan JTM bisa menimbulkan arus gangguan yang sangat besar. Dan dengan putus atau
hilangnya kawat netral apabila jaringan tersambar petir maka akan menyebabkan tegangan
sentuh menjadi besar dan tegangan ini berpotensi merusak peralatan pelanggan.
4.1.6 Upaya Penanggulangan Gangguan Pada JTR Penyulang balung
Permasalahan gangguan hubung singkat pada jaringan JTM dapat diselesaikan dengan
beberapa alternatif pemecahan, diantaranya adalah :
1. Pemeliharaan kabel JTM secara berkala dengan memangkas ranting pohon atau batang pohon
yang hampir atau sudah mengenai kabel JTM dan membersihkan kabel JTM dari benang-benang
atau rangka layang-layang yang menempel atau melilit pada kabel.
2. Mengefektifkan kerja sama antara PLN , POLISI dan masyarakat dalam hal pengawasan
maupun penindakan terhadap perbuatan tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab seperti
pencurian listrik ataupun pencurian alat-alat yang terpasang pada jaringan.
3. Dengan lebih memaksimalkan kerja suatu alat proteksi dalam mengatasi gangguan hubung
singkat, seperti relay arus lebih (Over Current Relay/OCR), relay arus lebih gangguan tanah (
Ground Fault Relay/GFR), Recloser, sectionaliser dan pelebur (fuse cut out).
4.2. Alternatif Pemecahan Masalah
Dari alternatif pemecahan masalah yang telah diutarakan diatas, penulis memilih
alternatif pemecahan poin kesatu dan kedua, yaitu pemeliharaan kabel JTM secara berkala
dengan memangkas ranting pohon atau batang pohon yang hampir atau sudah mengenai kabel
JTM dan membersihkan kabel JTM dari benang-benang atau rangka layang-layang yang
menempel atau melilit pada kabel. Dan lebih mengefektifkan kerja sama antara PLN, POLISI
dan masyarakat dalam mengawasi dan menindak terhadap perbuatan tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab seperti pencurian listrik ataupun pencurian peralatan yang terpasang pada
sistem jaringan. Saya memilih dua poin ini karena apabila kabel JTM sudah terpelihara dan tidak
ada pencurian terhadap peralatan sistem jaringan maka sistem distribusi pun akan lancar dan
gangguan hubung singkat pun tidak akan terlalu sering terjadi sehingga akan memperpanjang
umur peralatan yang terpasang pada sistem.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dan pengamatan ketika melakukan Kerja Praktek yang telah
dilaksanakan, maka dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. perlu adanya pemeliharaan
 pemeliharaan rutin (preventif)
pemeliharaan rutin (preventif) kegiatan bersifat pencegahan dan bertujuan untuk mendapatkan
jaminan penyaluran dan dapat dipertahankanya efisiensi, mutu dan keandalan tenaga listrik, serta
aman pada jar – dist maupun personilnya dan dilaksanakan degan jadual yang telah ditentukan.
 pemeliharaan khusus (korektif).
Pemeliharaan yang sidah teridentipikasi kerusakannnya yang kan menyebabkan gangguan pada
jaringan tersebut,
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, penulis dapat memberikan saran sebagai
berikut:
1. Baiknya pemasangan panel dan jaringan setiap pekerja diwajibkan memakai perlengkapan
lengkap untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arsip dan Dokumentasi PT.PLN (persero) Rayon Jember Kota


2. Arsip dan Dokumentasi Universitas Muhammadiyah Jember Jurusan Teknik Elektro.
3. Mediat Internet yang terdiri dari beberapa Makalah tentang Jaringan JTM distribusi jawa
timur.

Anda mungkin juga menyukai