FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2016 PENGARUH INHIBITOR TERHADAP LAJU KOROSI
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah: 1 Untuk mengetahui pengaruh larutan pada pH A, B, C, D dan dengan penambahan inhibitor K2CrO4 x N dan inhibitor KNO3 x N terhadap laju korosi pada logam Fe/Cu. 2 Untuk membandingkan antara larutan inhibitor K2CrO4 x N dan larutan inhibitor KNO3 x N terhadap laju korosi pada logam Fe/Cu.
1.2 Dasar Teori
Laju korosi merupakan suatu besaran yang menyatakan cepat atau lambat suatu material bereaksi dengan lingkungannya dan mengalami korosi. Korosi logam tidak dapat dicegah, tetapi dapat dikendalikan seminimal mungkin. Ada tiga metode umum untuk mengendalikan korosi, yaitu pelapisan (coating), proteksi katodik dan penambahan zat inhibitor korosi. Inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam. Pada prakteknya, jumlah yang ditambahkan adalah sedikit, baik secara kontinyu maupun periodik menurut suatu selang waktu tertentu. Inhibitor korosi dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran dan inhibitor terardsorpsi
1. Beaker Glass 2. Corong Kaca 3. Gelas Ukur 4. Gelas Arloji 5. Labu Ukur 6. Mikrometer Sekrup/Jangka Sorong 7. pH Meter 8. Pipet tetes 9. Spatula 10. Timbangan elektrik
1.5 Prosedur Percobaan
1 Menyiapkan 10 sampel logam Fe/Cu. 2 Mengampelas permukaan logam dan membersihkan logam dalam HCl. 3 Mengukur dimensi logam yaitu panjang (p), lebar (l), dan tebal (t). 4 Menimbang masing-masing logam tersebut sebagai berat awal (W0). 5 Membuat larutan asam/basa dengan pH A, B, C, D dan E. 6 Memasukkan 5 logam Fe/Cu ke dalam masing-masing larutan pH, dengan cara merendam seluruh bagian logam ke dalam botol yang mengandung larutan asam/basa dengan penambahan 3 mL inhibitor K2CrO4 x N. 7 Memasukkan 5 logam Fe/Cu lainnya ke dalam masing-masing larutan pH, dengan cara merendam seluruh bagian logam ke dalam botol yang mengandung larutan HCl dengan penambahan 3 mL inhibitor KNO3 xN. 8 Mengamati perubahan visual dari logam dan larutan setiap 0 jam, 94 jam, 146 jam, 192 jam, 264 jam, 312 jam dan 360 jam. 9 Mengangkat logam dari larutan setelah 6 kali pengamatan, kemudian mengeringkan dan mengukur kembali dimensi logam serta menimbangnya sebagai berat akhir (Wt). 10 Menghitung mpy logam tersebut. PENGARUH pH TERHADAP LAJU KOROSI
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh perubahan pH dengan konsentrasi larutan Asam/Basa A, B, C, D dan E N dengan pH 1,2,3,4 dan 5 terhadap laju korosi pada logam Cu dan Fe. 2. Untuk mengetahui laju korosi pada sampel logam Cu dan Fe dengan waktu perendaman selama 94, 146, 192, 264, 312, dan 360 jam (2 minggu)
1.2 Dasar Teori
Korosi adalah kerusakan material khususnya logam secara umum akibat reaksi dengan lingkungan sekitarnya. Korosi merupakan penurunaan kualitas yang disebabkan oleh reaksi kimia bahan logam dengan unsur-unsur lain yang terdapat di alam (Sidiq, 2013). Tingkat korosi yang terjadipadasuatu material dapat diketahui dengan cara menghitung laju korosi dari material tersebut. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi laju korosi antara lain suhu, kecepatan aliran fluida atau pengadukan, konsentrasi dan pH, oksigen, serta lama waktu kontaknya. Laju korosi semakin cepat apabila terja didalam larutan asam, karena dalam larutan asam banyak mengandung ion H+. Proses pencegahan korosi dapat dilakukan, diantaranya dengan pelapisan pada permukaan logam, perlindungan katodik, penambahan inhibitor korosi dan lain-lain (Haryono, 2010).
1.3 Bahan yang digunakan
1. Aquades 2. Larutan Asam/Basa 3. Logam Cu dan Fe
1.4 Alat yang digunakan
1. Benang 2. Botol 3. Gelas beker 4. Gelas ukur 5. Corong 6. Kaca arloji 7. Kertas gosok (amplas) 8. Labu ukur 9. Mikrometer sekrup 10. pH meter 11. Pipettetes 12. Spatula 13. Timbangan elektrik
1.5 Prosedur Percobaan
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 2. Membersihkan dan mengamplas permukaan logam Cu dan Fe. 3. Merendam logam Cu dan Fe ke dalam HCl hingga terlihat bersih. 4. Mencuci logam Cu dan Fe dengan air sabun untuk membersihkan bekas HCl kemudian mengeringkannya. 5. Mengukur dimensi logamCu dan Fe yaitu panjang (p), lebar (l), dan tebal (d). 6. Menimbang masing-masing logam Cu dan Fe. 7. Membuat larutan dengan variabel pH 1,2,3,4 dan 5 8. Memasukkan logam Cu dan Fe pada masing-masing larutan sesuai dengan variabel pH larutan. 9. Mengamati perubahan logam Cu, Fe, dan larutan sesuai variabel waktu perendaman 94, 146, 192, 264, 312, dan 360 jam (2 minggu). 10. Mengangkat logam Cu dan Fe dari larutan kemudian mengeringkan dan mengukur kembali dimensi logam serta menimbang beratnya. 11. Menghitung laju korosi (mpy) logam Cu dan Fe.
Pengaruh Konsentrasi pada Elektroplating Besi dengan Tembaga
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan CuSO4 X N pada elektroplating logam Cu terhadap Fe. 2. Untuk mengetahui cara menghitung tebal lapisan dan laju korosi dari hasil elektroplating logam Cu terhadap Fe.
1.2 Dasar Teori
Korosi besi dapat dikurangi dengn beberapa cara. Pelapisan dengan cat atau plastic jelas melindungi logam. Metode lain yang digunakan untuk mencegah korosi dalah metode yang lahir dari proses pasivasi, dimana lapisan tipis logam oksida terbentuk pada permukaan dan mencegah reaksi elektrokimia lebih lanjut (Oxtoby, 2001). Elektroplating didefinisikan sebagai perpindahan ion logam dengan bantuan arus listrik melalui elektrolit sehingga ion logam mengendap pada benda padat konduktif membentuk lapisan logam. Ion logam diperoleh dari elektrolit maupun berasal dari pelarutan anoda logam ke dalam elektrolit. Pengendapan terjadi pada benda kerja yang berlaku sebagai katoda. Lapisan logam yang mengendap disebut juga sebagai deposit. Dalam pembahasan selanjutnya digunakan istilah pelapisan logam atau elektroplating (Sutomo, 2012). Prinsip dasar elektroplating adalah penempatan ion-ion logam pelapis diatas substrat yang akan dilapisi melalui metode elektrolisis yakni menguraikan senyawa kimia dalam larutan elektrolit dengan mengalirkan arus searah. Arus listrik yang mengalir dalam larutan menyebabkan terjadinya reaksi kimia, yaitu reaksi peruraian ion-ion dalam larutan. Ion-ion positif akan bergerak ke katoda dan ion-ion negatif akan bergerak menuju anoda sehingga terjadi pelapisan pada substrat. Anoda merupakan elektroda yang menghasilkan elektron sedangkan katoda adalah elektroda yang menerima elektron yang merupakan tempat pengendapan saat proses elektroplating (Istiyono, 2008). Dalam melaksanakan proses electroplating ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu arus yang dibutuhkan untuk melapis (rapat arus), temperatur larutan, waktu pelapisan dan konsesntrasi larutan. Semakin besar arus densitas maka semakin besar pelapisan logam yang terjadi karena semakin banyak ion dari anoda sebagai bahan pelapis yang tereduksi dan terbawa menempel di permukaan logam induk sebagai katoda (Manurung, 2015).
1. Alat Elektroplating 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass 4. Corong Kaca 5. Gelas Ukur 6. Kaca Arloji 7. Labu Ukur 8. Mikrometer scrup 9. Neraca Elektrik
1.5 Prosedur Percobaan
1.5.1 Tahap Persiapan a. Persiapan Logam 1. Menyiapkan sampel logam Fe dan Cu. 2. Membersihkan permukaan logam Fe dan Cu dengan cara menggosok permukaan logam Fe dan Cu dengan amplas. 3. Mencelupkan logam kedalam larutan HCL pekat kemudian mencelupkan logam kedalam air sabun. 4. Mengukur dimensi logam Fe dan Cu yaitu panjang (p), lebar (l), dan tebal (t). 5. Mengisolasi ¾ bagian logam dan ¼ bagian lainnya dicat menggunakan acrylic. 6. Tunggu sampai cat kering, lalu setelah kering melepas isolasi. 7. Menimbang berat awal logam tersebut. b. Pembuatan Larutan Elektrolit 1. Membuat larutan CuSO4 dengan konsentrasi X N. 2. Mengukur pH masing-masing larutan dengan menggunakan pH meter.
1.5.2 Tahap Percobaan
1. Menyiapkan sampel logam Fe dan Cu yang siap digunakan. 2. Memasang katoda (Fe) pada penjepit berwarna hitam dan anoda (Cu) pada penjepit berwarna merah yang terhubung dengan alat elektroplating. 3. Memasukkan logam Cu dan Fe tersebut kedalam beaker glass yang berisi larutan CuSO4 X N. 4. Menunggu logam sampai terlapisi selama T menit. 5. Mengangkat logam dari larutan CuSO4 kemudian mengeringkan dan menimbang berat akhirnya. 6. Mengulangi langkah 3-5 untuk variabel konsentrasi CuSO4 X N. 7. Mengulangi langkah 1-6 untuk varibel waktu T menit.
Pengaruh Konsentrasi pada Elektroplating Besi dengan Tembaga
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses elektroplating. 2. Untuk menghitung tebal lapisan dan laju korosi logam Cu pada proses elektroplating besi (Fe) dan tembaga (Cu).
1.2 Dasar Teori
Korosi besi dapat dikurangi dengn beberapa cara. Pelapisan dengan cat atau plastic jelas melindungi logam. Metode lain yang digunakan untuk mencegah korosi dalah metode yang lahir dari proses pasivasi, dimana lapisan tipis logam oksida terbentuk pada permukaan dan mencegah reaksi elektrokimia lebih lanjut (Oxtoby, 2001). Elektroplating didefinisikan sebagai perpindahan ion logam dengan bantuan arus listrik melalui elektrolit sehingga ion logam mengendap pada benda padat konduktif membentuk lapisan logam. Ion logam diperoleh dari elektrolit maupun berasal dari pelarutan anoda logam ke dalam elektrolit. Pengendapan terjadi pada benda kerja yang berlaku sebagai katoda. Lapisan logam yang mengendap disebut juga sebagai deposit. Dalam pembahasan selanjutnya digunakan istilah pelapisan logam atau elektroplating (Sutomo, 2012). Prinsip dasar elektroplating adalah penempatan ion-ion logam pelapis diatas substrat yang akan dilapisi melalui metode elektrolisis yakni menguraikan senyawa kimia dalam larutan elektrolit dengan mengalirkan arus searah. Arus listrik yang mengalir dalam larutan menyebabkan terjadinya reaksi kimia, yaitu reaksi peruraian ion-ion dalam larutan. Ion-ion positif akan bergerak ke katoda dan ion-ion negatif akan bergerak menuju anoda sehingga terjadi pelapisan pada substrat. Anoda merupakan elektroda yang menghasilkan elektron sedangkan katoda adalah elektroda yang menerima elektron yang merupakan tempat pengendapan saat proses elektroplating (Istiyono, 2008). Dalam melaksanakan proses electroplating ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu arus yang dibutuhkan untuk melapis (rapat arus), temperatur larutan, waktu pelapisan dan konsesntrasi larutan. Semakin besar arus densitas maka semakin besar pelapisan logam yang terjadi karena semakin banyak ion dari anoda sebagai bahan pelapis yang tereduksi dan terbawa menempel di permukaan logam induk sebagai katoda (Manurung, 2015).
1. Alat Elektroplating 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass 4. Corong Kaca 5. Gelas Ukur 6. Kaca Arloji 7. Labu Ukur 8. Mikrometer scrup 9. Neraca Elektrik
1.5 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan sampel logam Fe dan Cu. 2. Membersihkan permukaan logam dengan cara menggosok permukaan logam Fe dan Cu dengan amplas. 3. Mencelupkan logam ke dalam larutan HCl pekat. 4. Mengukur dimensi logam Fe dan Cu yaitu panjang (p), lebar (l), dan tebal (t). 5. Mengisolasi ¾ bagian logam dan ¼ bagian lainnya dicat dengan menggunakan acrylic. 6. Menunggu sampai cat kering, kemudian melepas isolosi. 7. Menimbang berat wo masing-masing logam tersebut. 8. Membuat larutan CuSO4 X N. 9. Memasukkan logam Fe dan Cu tersebut ke dalam beaker glass yang berisi larutan CuSO4 X N. Kemudian jepit kedua logam untuk menghubungkan dengan amperemeter. 10. Menunggu logam sampai terlapisi selama variabel waktu yang telah ditentukan. 11. Mengangkat logam dari larutan CuSO4 kemudian mengeringkan dan menimbang wt setelah elektroplating 12. masing-masing logam.