impermeable. Juga dikenal sebagai "minyak serpih", minyak ketat diproses menjadi bensin, solar,
dan bahan bakar jet sama seperti minyak konvensional tetapi diekstraksi menggunakan rekah
hidrolik, atau "fracking.".
Tight Oli adalah minyak mentah yang terperangkap dalam formasi geologi yang ketat dengan
permeabilitas rendah dan porositas rendah. Permeabilitas adalah kemampuan cairan mengalir
melalui batu dan porositas adalah kemampuan batu itu untuk menahan cairan. Karena kondisi
geologi yang unik ini, tight oil memerlukan teknik pengeboran lanjutan seperti pengeboran
horizontal atau hydraulic fracturing untuk dipulihkan .
Ada beberapa kebingungan atas terminologi tight oil karena istilah "shale gas" digunakan untuk
menggambarkan gas alam dalam formasi yang tight. Ini tidak setara untuk minyak; istilah "shale
gas" atau "shale oil" bukanlah sejenis tight oil. Sementara dalam formasi geologi serupa, itu adalah
formasi yang mengandung kerogen dan membutuhkan teknik produksi yang berbeda.
Migas nonkovensional adalah minyak dan gas bumi yang terkandung dalam
batuan induk itu sendiri maupun yang telah bermigrasi dan berkumpul pada batuan
lainnya (reservoir) yang berdekatan, dengan karakteristik permeabilitas rendah-sangat
rendah. Untuk memproduksi migas nonkonvensional diperlukan teknologi tinggi dan
biaya yang lebih besar, yaitu teknologi produksi tersier (tertiary oil recovery) dengan cara
pemboran horisontal (horizontal drilling) kemudian pembuatan rekahan dengan cara
menembakkan fluida campuran air dan zat kimia dalam lapisan target (hydraulics
fracturing) sehingga minyak dapat dialirkan melalui rekahan-rekahan tersebut dan
dipompa ke atas permukaan.
Jadi, pada prinsipnya migas konvensional dan nonkonvensional merupakan barang yang
sama, yang membedakannya hanya pada letak (posisi keterdapatan) dan teknologi
penambangannya. Jadi jenis-jenis minyak dan gas nonkonvensional pada prinsipnya
meliputi: shale oil and gas (minyak serpih dan gas serpih), tight oil and gas, immature
oil (oil shale/solid bitumen atau bitumen padat), heavy oil bitumen (oil sand/tar sand),
coal bed methane (CBM atau gas metan batubara).
Shale oil and gas adalah minyak mentah dan gas alam yang ditemukan terperangkap di
dalam formasi batuan serpih atau batuan induk. Shale oil and gas telah diproduksi selama
bertahun-tahun dari serpih yang memiliki rekahan-rekahan alami. Ledakan shale oil and
gas dalam beberapa tahun terakhir ini disebabkan telah berhasil dikembangkannya
teknologi modern dalam rekah hidrolik (fracking) untuk membuat rekahan buatan yang
luas di sekitar sumur produksi. Shale oil and gas telah menjadi sumber energi yang
semakin penting dari produksi migas di Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia sejak awal
abad ini.
Tight oil (sebagian menyebut sebagai shale oil) atau light tight oil, disingkat LTO)
Heavy Oil Bitumen (Oil Sand/Tar Sand) merupakan pasir lepas atau batu pasir
terkonsolidasi yang mengandung campuran alami dari pasir, tanah liat, dan air, dengan
bentuk yang padat dan sangat kental jenuh dengan minyak bumi secara teknis disebut
sebagai aspal (atau bahasa sehari-hari tar karena penampilan yang sama, bau dan warna).
Coal Bed Methane (CBM) adalah metana (gas alam) terjebak dalam lapisan batubara
bawah tanah. Untuk mengekstrak gas, setelah pengeboran ke jahitan, perlu untuk
memompa sejumlah besar air dari lapisan batubara untuk menurunkan tekanan. Hal ini
sering juga
diperlukan untuk Frack jahitan untuk mengekstrak gas.
Karakteristik yang mempengaruhi sifat fisik lumpur pemboran
Sebelum membuat lumpur pemboran yang baik, terlebih dahulu harus memperkirakan
keadaan dan kondisi dari formasi yang akan ditembus. Ada beberapa yang dapat mempengaruhi
1. Suhu formasi
2. Tekanan formasi
Suhu formasi
Semakin dalam formasi yang akan ditembus maka suhu formasi juga semakin meningkat.
Dengan meningkatnya suhu formasi tersebut akan mempengaruhi keseimbangan dari fluida
pemboran.
Pada saat lumpur dalam keadaan diam, maka semakin bertambah tinggi suhunya akan
semakin tinggi juga daya untuk menjadi gel dan penggumpalan gel dalam batas tertentu dapat
Tekanan formasi
Sebelum menentukan jenis fluida pemboran apa yang digunakan, maka kita harus
mengetahui sekurang – kurangnya memperkirakan tekanan formasi terlebih dahulu. Hal ini
Densitas fluida pemboran didapat dari tekanan formasi ditambah dengan faktor keamanan
(safety factor) yang telah ditentukan sehingga fluida pemboran tersebut cukup mampu menahan
tekanan formasi.
Untuk formasi yang bertekanan rendah digunakan berat jenis rendah, sehingga
tekanan hidrostatis lumpurnya rendah, jika digunakan dengan berat jenis besar maka akan
Pada formasi yang mengandung clay dimana secara terus - menerus akan menghisap air
sehingga mengembang dan gugur ke lubang akan menimbulkan problem pipa terjepit. Untuk
formasi yang mengandung garam kuat atau lapisan – lapisan garam serta adanya abondant salt
water yang berada di daerah payau atau lokasi pengeboran on-shoreatau off-shore, dianjurkan
menggunakan salt water mud atau oil in water emulsion dalam operasi pemboran. Pemakaian
lumpur ini akan memperlihatkan mud cake yang tebal danfiltration loss yang besar jika tidak
ditambah organik koloid dan pembuihan yang terjadi dapat dikurangi dengan penambahan