Oleh :
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Bagaimana cara menghitung kinerja dan efisiensi turbin, kondensor dan cooling
tower berdasarkan nilai aktual dan nilai isentropik?
2. Bagaimana pengaruh turbin washing dan overhaul terhadap perbandingan nilai
aktual dan nilai isentropis?
3. Bagaimana kinerja dan efisiensi turbin, kondensor dan cooling tower sesudah
turbin washing, sebelum turbin washing, sesudah overhaul dan sebelum overhaul?
1. Mengetahui cara perhitungan kinerja dan efisiensi turbin, kondensor dan cooling
tower berdasarkan nilai aktual dan nilai isentropik.
2. Menganalisa perbandingan nilai aktual dan isentropik pada turbin, kondensor dan
cooling tower.
3. Mengetahui pengaruh kegiatan turbin washing dan overhaul terhadap peningkatan
kinerja dan efisiensi nilai aktual turbin, kondensor dan cooling tower agar
mendekati nilai isentropik.
Kinerja dan efisiensi turbin, kondensor dan cooling tower meningkat sesudah
dilakukannya turbin washing dan overhaul, selain itu nilai aktual pada komponen
tersebut bisa mendekati nilai isentropiknya.
BAB II
Sejarah PT. Indonesia Power berawal pada akhir abad ke 19, sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari riwayat perkembangan kelistrikan di Indonesia. Saat itu sejumlah perusahaan
Belanda yang bergerak di bidang perkebunan, pabrik gula dan pabrik teh membangun
pembangkit listrik untuk kepentingan sendiri. Selanjutnya, sebuah perusahaan gas swasta
Belanda, bernama NV NIGM (Naamloze Vennootschap Nederlandsche Indische Gas
Maatschappij) memperluas usahanya di bidang kelistrikan untuk kepentingan umum dan
memperoleh ijin konsesi berdasarkan Ordonansi 1890 No. 190, tanggal 18 September 1890.
Seiring dengan peningkatan manfaat listrik bagi masyarakat, Pemerintah pada tahun
1927 membentuk Lands Waterkracht Bedrijven atau perusahaan listrik Negara yang
mengelola Pusat Listri Tenaga Air (PLTA) Plengan, Lamajan, Bengkok Dago, Ubruk dan
Kracak di Jawa Barat. Pembangkit - pembangkit inilah yang di kemudian hari diserahkan dan
dikelola oleh PLN PJB I, di tahun 1995, disamping beberapa pembangkit lain yang
berkapasitas lebih besar. PLN pun terus berupaya membangun bidang ketenagalistrikan,
sedangkan tugas pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik di Jawa dan Bali pada waktu itu
ditangani oleh Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Barat (KJB) dan PLN
Pcmbangkitan dan Pcnyaluran Jawa Bagian Timur (KJT).
Pada tahun 1994, status PLN yang semula berbentuk Perusahaan Umum bcralih
menjadi Persero. Pada tahun 1995 status baru tersebut diikuti dengan perubahan struktur PT
PLN (Persero), yang kemudian ditindak- lanjuti dengan peningkatan fungsi PLN P2B dengan
tambahan tugas Penyaluran, menjadi PLN P3B. Dengan perubahan fungsi ini maka KJB dan
KJT hanya berfokus pada fungsi Pembangkitan. Dua organisasi inilah yang menjadi cikal
bakal anak Perusahaan PLN, yakni Pembangkit Tenaga Listrik Jawa bali I (PJB I) dan
Pembangkit Listrik Jawa Bali II (PJB II). PLN PJB I mempunyai organisasi sendiri dengan
tugas mengelola delapan Unit Pembangkit, masing- masing Suralaya, Saguling, Mrica, Priok,
Perak dan Grati, Bali, Semarang, Kamojang dan satu Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan.
INDONESIA POWER
Didirikan pada 3 Oktober 1995 sebagai anak perusahaan PT Pembangkitan Jawa Bali
I (PT PJB I) merupakan anak perusahaan PT PLN (Persero) yang bergerak dalam usaha
pembangkitan tenaga listrik didirikan pada 3 oktober 1995. Nama itu kemudian berubah
menjadi PT Indonesia Power pada tanggal 3 Oktober 2000. Perubahan nama tersebut
mengukuhkan penetapan tujuan Perusahaan untuk sepenuhnya berorientasi pada bisnis dan
mengantisipasi kecenderungan pasar yang senantiasa berkembang. Dalam kurun waktu
belasan tahun, Indonesia Power telah berkembang dengan cepat melalui kinerja usaha yang
meyakinkan.
2.2 Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Paradigma PT. Indonesia Power
2.2.1 Visi
Menjadi Perusahaan Publik dengan Kinerja kelas Dunia dan bersahabat dengan
Lingkungan.
2.2.2 Misi
2.2.4 Tujuan
2.2.5 Paradigma
“Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari ini”
Tabel 2.1 Kapasitas Unit PLTP PT.Indonesia Power ( Sumber Brosur PLTP
Kamojang)
Jawa Barat memiliki potensi sumber daya alam panas bumi yang luar biasa besar dan
merupakan yang terbesar di Indonesia. Potensi panas bumi di Jawa Barat mencapai 5411 MW
atau 20% dari total potensi yang dimiliki Indonesia. Sebagian potensi panas bumi tersebut
bahkan telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik seperti:
PLTP Kamojang di dekat Garut, memiliki unit 1, 2, 3 dengan kapasitas total 140 MW.
Potensi yang masih dapat dikembangkan sekitar 60 MW.
PLTP Darajat, 60 km sebelah tenggara Bandung dengan kapasitas 55 MW
PLTP Gunung Salak di Sukabumi, terdiri dari unit 1, 2, 3, 4, 5, 6 dengan kapasitas
total 330 MW
PLTP Wayang Windu di Pangalengan dengan kapasitas 110 MW.
Pemanfaatan energi panas bumi memang tidak mudah. Energi panas bumi yang
umumnya berada di kedalaman 1.000-2.000 meter di bawah permukaan tanah sulit ditebak
keberadaan dan "karakternya". Investasi untuk menggali energi panas bumi tidak sedikit
karena tergolong berteknologi dan berisiko tinggi. Investasi untuk kapasitas di bawah satu
MW, berkisar US$ 3.000-5.000 per kilowatt (kW). Sementara untuk kapasitas di atas satu
MW, diperlukan investasi US$ 1.500-2.500 per kW. Tantangan selanjutnya adalah akibat
sifat panas yang "site specific" kondisi geologis setempat. Karakter produksi dan kualitas
produksi akan berbeda dari satu area ke area yang lain. Penurunan produksi yang cepat,
sebagai contoh, merupakan karakter produksi yang harus ditanggung oleh pengusaha atau
pengembang, ditambah kualitas produksi yang kurang baik, dapat menimbulkan banyak
masalah di pembangkit. Misalnya, kandungan gas yang tinggi mengakibatkan investasi lebih
besar di hilir atau pembangkitnya.
Dalam pembangkitan listrik, harga jual per kWh yang ditetapkan PLN dinilai terlalu
murah sehingga tak sebanding dengan biaya eksplorasi dan pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP). Dalam hal ini, PLN tidak bisa disalahkan karena tarif dasar
listrik yang ditetapkan pemerintah masih di bawah harga komersial, yaitu 7 dollar AS per
kWh. Di sisi lain, adanya potensi panas bumi di suatu daerah biasanya di pegunungan dan
terpencil sering tak bisa dimanfaatkan karena kebutuhan listrik di daerah itu sedikit sehingga
belum ekonomis untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan energi panas bumi tersebut.
Lapangan panas bumi Kamojang, dengan sumurnya bernama KMJ-3, yang pernah
menghasilkan uap pada tahun 1926, merupakan tonggak pemboran eksplorasi panas bumi
pertama oleh Pemerintah kolonial Belanda. Sampai sekarang, KMJ-3 masih menghasilkan
uap alam kering dengan suhu 140 oC dan tekanan 2,5 atmosfer (atm). Sampai tahun 1928
telah dilakukan lima pemboran eksplorasi panas bumi, tetapi yang berhasil mengeluarkan uap
yaitu tadi hanya sumur KMJ-3 dengan kedalaman 66 meter. Sampai saat ini KMJ-3 masih
menghasilkan uap alam kering dengan suhu 140 oC dan tekanan 2,5 atmosfer. Sejak 1928
kegiatan pengusahaan panas bumi di Indonesia praktis terhenti dan baru dilanjutkan kembali
pada tahun 1964. Dari 1964 sampai 1981 penyelidikan sumber daya panasbumi dilakukan
secara aktif bersama-sama oleh Direktorat Vulkanologi (Bandung), Lembaga Masalah
Ketenagaan (LMK PLN dan ITB) dengan memanfaatkan bantuan luar negeri.
Tugas dari seorang general manager adalah memimpin dan mengurus unit pembangkitan
sesuai dengan tujuan dan lapangan usahanya, dengan berusaha meningkatkan kerja unit
pembangkitan dan mempunyai tugas sebagai bcrikut.
Tugas pokok Manager Operasi dan Niaga adalah Mengkoordinasikan pengelolaan operasi
dan niaga Unit Bisnis Pembangkitan dengan kegiatan utama sebagai berikut:
d. Manajer Pemeliharaan
Tugas: mengkoordinasikan pengelolaan sumber daya manusia dan sistem informasi Unit
Bisnis Pembangkitan dengan kegiatan utama sebagai berikut :
1. Pengembangan organisasi.
2. Perencanaan dan pengadaan pegawai.
3. Pengembangan kompetensi.
4. Administrasi.
5. Pengelolaan implementasi budaya perusahaan.
g. Manajer Keuangan
h. Manajer Humas
Logo mencerminkan identitas dari PT. Indonesia Power sebagai Power Utility
Company terbesar di Indonesia
INDONESIA POWER
2.5.1 Bentuk
1. Merah
Diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan identitas yang kuat dan kokoh
sebagai pemilik seluruh sumber daya untuk memproduksi tenaga listrik, guna
dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri.
2. Biru
Diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru menggambarkan sifat
pintar dan bijaksana. Dengan diaplikasikan pada kata POWER, maka wama ini
menunjukkan produk tenaga listrik yang dihasilkan perusahaan memiliki ciri:
- Berteknologi Tinggi.
- Efisien.
- Aman.
Pemantauan kualitas lingkungan yang dilakukan secara rutin adalah kualitas air, udara
dan tingkat kebisingan (noise) berdasarkan standard baku mutu yang di tetapkan pemerintah.
Peluang perkembangan lain yang memberikan dampak positif bagi pengelolaan lingkungan
serta memberikan memberikan keuntungan ekonomi adalah pengelolaan gas CO2 menjadi
Non Condensable Gas.
DASAR TEORI
Sistem operasi pada PLTP UPJP Kamojang dapat dilihat seperti skema di bawah ini :
Sumber energi utama PLTP Kamojang adalah uap panas bumi yang dihasilkan dari
beberapa sumur produksi yang dipasok oleh PT. Pertamina. Dimana, uap panas bumi tersebut
dialirkan melalui beberapa pipe line (PL401, PL402, PL403, PL404) untuk didistribusikan ke
PLTP Kamojang. Uap panas bumi tersebut kemudian ditampung di receiving header tank
milik PLTP Kamojang. Receiving header tank berfungsi untuk menampung uap panas bumi
yang dihasilkan dari beberapa sumur produksi, pada receiving header terpasang katup pelepas
uap (Vent Structure) yang berfungsi untuk menjaga tekanan pasokan uap ke turbin agar
tekanan uap tersebut selalu konstan. Selanjutnya, pasokan uap tersebut dialirkan menuju unit
1, unit 2, dan unit 3 PLTP Kamojang melalui flow meter. Kemudian, uap tersebut dialirkan
menuju separator untuk mengeliminasi partikel-partikel padat yang masih tercampur pada
uap, lalu uap dari separator dialirkan menuju demister sebagai pemisah akhir untuk
mengeliminasi butir-butir air yang terbawa oleh uap. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya vibrasi, erosi, dan pembentukan kerak pada turbin.
Uap yang telah melalui separator dan demister kemudian dialirkan melalui Main
Steam Valve, Electric Control Valve dan Governor Valve menuju turbin. Uap tersebut
berfungsi untuk memutar turbin yang dikopel dengan generator pada kecepatan 3000 rpm dan
frekuensi 50 Hz, dengan tegangan 11,8 kV. Melalui transformator step-up tegangan tersebut
kemudian dinaikkan tegangannya hingga 150 kV, selanjutnya dihubungkan secara paralel
dengan sistem interkoneksi penyaluran Jawa-Bali. Agar turbin bekerja secara efisien, maka
exhaust steam atau uap bekas yang keluar dari turbin harus dalam kondisi vakum, dengan
mengkondensasikan uap dalam kondensor kontak langsung (direct contact) yang dipasang di
bawah turbin. Untuk menjaga kevakuman kondenseor, gas yang tak terkondensi harus
dikeluarkan secara kontinu oleh sistem ekstraksi gas. Gas – gas ini mengandung : CO2 85 –
90% H2S 3,5% dan sisanya adalah N2 dan gas – gas lainnya. Disini sistem ekstaksi gas terdiri
atas first-stage dan second-stage ejector.
Gas – gas yang tidak dapat dikondensasikan, dihisap oleh steam ejector tingkat 2
untuk diteruskan ke aftercondensor, dimana gas gas tersebut kemudian kembali disiram oleh
air yang dipompakan oleh primary pump. Kemudian, gas - gas yang dapat dikondensasikan
dikembalikan ke kondensor, sedangkan sisa gas yang tidak dapat dikondensasikan di buang
ke udara yang dihisap oleh fan pada cooling tower.
Exhaust steam dari turbin masuk dari sisi atas kondensor, kemudian terkondensasi
sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan lewat spray – nozzle.
Level kondensat selalu dijaga dalam kondisi normal oleh dua buah main cooling water pump
(MCWP) lalu didinginkan dalam cooling water sebelum disirkulasikan kembali. Air yang
dipompakan oleh MCWP dijatuhkan dari bagian atas menara pendingin yang disebut kolam
air panas menara pendingin. Menara pendingin berfungsi sebagai heat exchanger (penukar
kalor) yang besar, sehingga mengalami pertukaran kalor dengan udara bebas. Air dari menara
pendingin yang dijatuhkan tersebut mengalami penurunan temperature dan tekanan ketika
sampai di bawah, yang disebut kolam air dingin (cold basin). Air dalam kolam air dingin ini
dialirkan ke dalam kondensor untuk mendinginkan uap bekas memutar turbin dan
kelebihannya ( over flow ) diinjeksikan kembali ke dalam sumur yang tidak produktif,
diharapkan sebagai air pengisi atau penambah dalam reservoir, sedangkan sebagian lagi
dipompakan oleh primary pump, yang kemudian dialirkan kedalan intercondensor dan
aftercondensor untuk mendinginkan uap yang tidak terkondensasi (noncondensable gas ).
Sistem pendingin di PLTP Kamojang merupakan sistem pendingin dengan sirkulasi
tertutup dari air hasil kondensasi uap, dimana kelebihan air kondensat yang terjadi direinjeksi
ke dalam sumur reinjeksi. Prinsip penyerapan energi panas dari air yang disirkulasikan adalah
dengan mengalirkan udara pendingin secara paksa dengan arah aliran tegak lurus,
menggunakan 5 fan cooling tower. Sekitar 70% uap yang terkondensasi akan hilang karena
penguapan dalam cooling tower, sedangkan sisanya diinjeksikan kembali ke dalam reservoir.
Reinjeksi dilakukan untuk mengurangi pengaruh pencemaran lingkungan, mengurangi
ground subcidence, menjaga tekanan, serta recharge water bagi reservoir. Aliran air dari cold
basin ke kondensor disirkulasikan lagi oleh primary pump sebagai media pendingin untuk
inter cooler dan melalui after dan intercondensor untuk mengkondensasikan uap yang tidak
terkondensasi di kondensor, air kondensat kemudian dimasukkan kembali ke dalam
kondensor.
Sebagai pengatur tekanan ( agar tekanan uap masuk turbin selalu konstan),
Sebagai pengaman yang akan membuang uap bila terjadi tekanan lebih di steam
receiving header,
Membuang kelebihan uap jika terjadi penurunan beban atau unit stop.
3.2.3 Separator
Separator adalah suatu alat yang berfungsi sebagai pemisah zat – zat padat, silica,
bintik – bintik air, dan zat lain yang bercampur dengan uap yang masuk ke dalam separator.
Kemudian kotoran dan zat lain yang terkandung dalam uap yang masuk kedalam separator
akan terpisah. Separator yang dipakai adalah jenis cyclone berupa silinder tegak dimana pipa
tempat masuknya steam dirancang sedemikian rupa sehingga membentuk arah aliran
sentrifugal. Uap yang masuk separator akan berputar akibat adanya perbedaan berat jenis,
maka kondensat dan partikel – partikel padat yang ada dalam aliran uap akan terpisah dan
jatuh ke bawah dan ditampung dalam dust collector sampai mencapai maksimum atau sampai
waktu yang telah ditentukan. Sedangkan uap yang lebih bersih akan keluar melalui pipa
bagian atas dari separator. Kotoran yang ada dalam dust collector di drain secara berkala baik
otomatis ataupun manual. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya korosi, erosi dan
pembentukan kerak pada turbin.
3.2.4 Demister
Demister adalah sebuah alat yang berbentuk tabung silinder yang berukuran 14.5 m3
di dalamnya terdapat kisi – kisi baja yang berfungsi untuk mengeliminasi butir – butir air
yang terbawa oleh uap dari sumur – sumur panas bumi. Di bagian bawahnya terdapat kerucut
yang berfungsi untuk menangkap air dan partikel – partikel padat lainnya yang lolos dari
separator, sehingga uap yang akan dikirim ke turbin merupakan uap kering dan bersih.
Karena, jika uap yang masuk ke turbin tidak kering dan kotor, maka akan menyebabkan
terjadinya vibrasi, erosi dan pembentukan kerak pada turbin. Uap masuk dari atas demister
langsung menabrak kerucut, karena perbedaan tekanan dan berat jenis maka butiran air
kondensat dan partikel – partikel padat yang terkandung di dalam uap akan jatuh.
Uap bersih akan masuk ke saluran keluar yang sebelumnya melewati saringan terlebih dahulu
dan untuk selanjutnya diteruskan ke turbin. Demister pada PLTP Kamojang dipasang pada jalur uap
utama setelah alat pemisah akhir (final separator) yang ditempatkan pada bangunan rangka besi yang
sangat kokoh dan terletak di luar gedung pembangkit.
3.2.5 Turbin
Hampir di semua pusat pembangkit tenaga listrik memiliki turbin sebagai penghasil
gerakkan mekanik yang akan diubah menjadi energi listrik melalui generator. Turbin yang
digunakan disesuaikan dengan keadaan dimana turbin tersebut digunakan. Pada sistem PLTP
Kamojang mempergunakan turbin jenis silinder tunggal dua aliran ( single cylinder double
flow ) yang merupakan kombinasi dari turbin aksi ( impuls ) dan reaksi. Yang membedakan
antara turbin aksi dan reaksi adalah pada proses ekspansi dari uapnya. Pada turbin aksi,
proses ekspansi (penurunan tekanan) dari fluida kerja hanya terjadi di dalam baris sudu
tetapnya saja, sedangkan pada reaksi proses dari fluida kerja terjadi baik di dalam baris sudu
tetap maupun sudu beratnya.
Turbin tersebut dapat menghasilkan daya listrik sebesar 55 MW per unit aliran ganda
dengan putaran 3000 rpm. Turbin ini dirancang dengan memperhatikan efisiensi, dan
performanya disesuaikan dengan kondisi dan kualitas uap panas bumi.
Turbin Valve yang terdiri dari Main Steam Valve ( MSV ), Electric Control Valve
(ECV) Governor Valve, yang berfungsi untuk mengatur jumlah aliran uap yang masuk
ke turbin.
Turning Gear ( Barring Gear ) yang berfungsi untuk memutar poros turbin pada saat
unit dalam kondisi stop atau pada saat pemanasan sebelum turbin start agar tidak
terjadi distorsi pada poros akibat pemanasan / pendinginan yang tidak merata.
Sistem penguatan yang digunakan adalah rotating brushless tipe AC dengan rectifier,
sedangkan tegangannya diatur dengan automatic voltage regulator ( AVR ). Kemampuan
generator maksimum untuk unit 1 adalah 30 MW, sedangkan untuk unit 2 dan 3 adalah 55
MW. Generator akan menghasilkan energi listrik bolak balik sebesar 11,8 kV ketika turbin
yang berputar dengan putaran 3000 rpm yang seporos terhadap generator. Perputaran pada
generator tersebut akan menghasilkan perpotongan gerak magnet yang menghasilkan energi
listrik.
Trafo utama yang digunakan adalah tipe ONAN dengan tegangan 11,8 KV pada sisi
primer dan 150 KV pada sisi sekunder. Tegangan output generator 11,8 KV ini kemudian
dinaikkan ( step up trafo ) menjadi 150 KV dan dihubungkan secara paralel dengan sistem
Jawa – Bali. Kapasitas dari trafo utama adalah 70.000 KVA.
Switch yard adalah perangkat yang dberfungsi sebagai pemutus dan penghubung
aliran listrik yang berada di wilayah PLTP maupun aliran yang akan didistribusikan melalui
sistem interkoneksi Jawa – Bali.
3.2.9 Kondensor
Kondensor adalah suatu alat untuk mengondensasikan uap bekas dari turbin dengan
kondisi tekanan yang vakum. Uap bekas dari turbin masuk dari sisi atas kondensor, kemudian
mengalami kondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan
melalui nozzle. Uap bekas yang tidak terkondensasi dikeluarkan dari kondensor oleh ejector.
Ejector ini juga berfungsi untuk membantu kevakuman kondensor pada saat operasi normal
dan membantu kevakuman kondensor sewaktu start awal. Air kondensat dipompakan oleh
dua buah pompa pendingin utama ( Main Cooling Water Pump ) ke menara pendingin untuk
didinginkan ulang sebelum disirkulasikan kembali ke kondensor.
Pada saat sedang operasi normal, tekanan dalam kondensor adalah 0,133 bar, dan
kebutuhan air pendingin adalah 11.800 m3/jam. PLTP Kamojang menggunakan kondensor
kontak langsung yang dipasang di bawah turbin, karena kondensor kontak langsung memiliki
efisiensi perpindahan panas yang jauh lebih besar daripada kondensor permukaan, sehingga
ukuran dan biaya investasinya juga lebih kecil. Pemakaian kondensor ini sangat cocok karena
pembangkit listrik tenaga panas bumi memiliki siklus terbuka sehingga tidak diperlukan
sistem pengambilan kembali kondensat seperti yang dilakukan oleh PLTU konvesional.
Air yang dipompakan dari kondensor didistribusikan kedalam bak (Hot) yang terdapat
di bagian atas cooling tower. Bak tesebut juga dilengkapi dengan noozle yang berfungsi utuk
memancarkan air sehingga menjadi butiran - butiran halus dan didinginkan dengan cara
kontak langsung dengan udara pendingin. Setelah terjadi proses pendinginan, air akan turun
karena gaya gravitasi untuk seterusnya menuju bak penampung air ( Cool Water Basin ) yang
terdapat di bagian bawah dari cooling tower dan seterusnya dialirkan ke kondensor yang
sebelumnya melewati 4 buah screen untk menyaring kotoran – kotoran yang terdapat dalam
air.
Aliran udara yang melewati tiap ruang pendingin dihisap ke atas dengan kipas hisap
paksa tipe aksial. Setiap kipas digerakkan oleh motor listrik induksi dengan perantaraan gigi
reduksi ( Reduction Gear ). Cooling tower dilengkapi dengan sistem pembasah (Wetting
Pump Sistem) yang gunanya untuk memompakan air dari cool water basin dan disemprotkan
ke semua bagian dari cooling tower agar kondisi kayu tetap basah.