Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Garbarata
Passenger Boarding Bridge atau lebih akrab dikenal dengan sebutan
Garbarata adalah merupakan lorong (Tunnel) yang dapat bergerak secara horizontal
(memanjang dan memendek), vertical (naik dan turun) dan berotasi sebesar 175
derajat dengan Rotunda sebagai poros serta pada bagian cabin (Contact Head) yang
dapat berotasi ke kiri dan kekanan sebesar 100º (17° kanan dan 85° kiri). Garbarata
dibuat berbentuk lorong, dipasang pada sebuah terminal bandara. Melalui lorong
jembatan ini penumpang bisa leluasa naik atau turun dari atau menuju Fix
Gate/pesawat udara di gedung terminal. Jembatan penyebrangan ini akan menjaga
penumpang dari hujan, salju, jet blast mesin pesawat, suara bising dan debu.

Gambar 2.1 Garbarata

Di Bandara-bandara yang ada di Indonesia terutama Bandara Internasional


Garbarata sudah merupakan peralatan yang wajib terpasang disetiap pintu menuju
pesawat udara, dimana model yang terpasang saat ini adalah R2 (Garbarata 2
tunnel) dan R3 (Garbarata 3 tunnel) tergantung pada kondisi dari terminal dan jenis
pesawat yang dilayani. Tipe ini ditentukan oleh panjang garbarata, diukur dari

13
14

pusat/ titik tengah rotunda sampai ke ujung bamper kabin pada saat retract penuh
dan extend penuh.

Garbarata ini menggunakan sistem Electro mechanical yang dikendalikan


pada sebuah control console (monitor Control Desk) yang berada di kabin yang
dilengkapi dengan CCTV untuk memantau keadaan disekiar Garbarata . Sistem
kendali ini menginterintegrasi peralatan keselamatan dan alat sistem kendali
elektronik. Sistem kendali elektronik menggunakan unit kendali yang disebut PLC
(Programmable Logic Controller) yang terletak pada kotak console.

Unit ini harus menghadap ke depan dan berada pada sebelah kiri depan
cabin, dimana operator dapat melihat langsung serta jelas ke arah pesawat pada saat
operasi. Pada control console terdapat semua peralatan yang diperlukan untuk
operasi dan monitor garbarata. Semua fungsi dari peralatan control harus jelas dan
berbahasa Inggris. Operator harus benar benar dapat melihat dengan jelas semua
informasi yang di tampilkan Monitor Control Console, walaupun dalam keadaan
ada sinar pantulan matahari ataupun hujan sekalipun, fitur-fitur yang ada dalam
monitor tetap dapat terlihat dan terbaca. Monitor juga sekaligus berfungsi sebagai
Touch Sreen.

Bagian-Bagian Utama Garbarata:

1. Tunnel, yaitu bagian badan Garbarata yang dapat bergerak secara teleskopik
serta dapat menyesuaikan ketinggiannya terhadap pesawat yang hendak
dijangkau. Garbarata dapat terdiri dari dua Tunnel atau lebih.
2. Rotunda, yaitu bagian dari Garbarata yang menjadi penghubung antara Fix
Gate dengan Tunnel. Rotunda adalah bagian Garbarata dimana Tunnel dapat
bergerak ke kiri dan kekanan, dengan derajat rotasi tertentu.
3. Lift column dan Swiveling, adalah bagian dari garbarata yang dapat
menggerakkan Garbarata secara elektro mekanik ke atas dan ke bawa
(bergerak secara Vertical), memanjang dan memendekkan (Extend dan
retract) Tunnel, serta dapat bergerak ke kiri dan ke kanan dengan Rotunda
sebagai poros.
15

4. Wheel Boogie (Roda), Bagian roda pada garbarata yang terletak dibawah
tunnel terdepan untuk mengarahkan garbarata ke pesawat
5. Cabin (Contact Head), bagian dari Garbarata yang berhubungan dengan
pesawat. Bagian ini dapat berputar terhadap Tunnel ke kiri ataupun ke kanan
untuk menjangkau pintu pesawat dimana penumpang akan ke luar dari dan
menuju Tunnel/pesawat.
6. Self Leveling Device (Auto Leveler), Bagian penting dari Garbarata yang
berfungsi sebagai penyesuai automatis ketinggian Garbarata terhadap .pintu
pesawat.
7. Safety Devices, Bagian Garbarata yang berfungsi sebagai alat keselamatan.
Alat ini bekerja secara outmatis untuk mencegah terjadinya kesalahan atau
kegagalan operasional yang dapat menyebabkan kerusakan pada garbarata
serta keselamatan penerbangan.
8. Access Service (Landing Stair, Plate Form, serta Service Door) adalah
bagian Garbarata yang berfungsi sebagai akses bagi yang berwewenag
untuk menuju Cabin dari Appron atau sebaliknya
9. Air Condition, adalah bagian dari Garbarata yang berfungsi untuk
monkondisikan suhu interior Garbarata sesuai dengan suhu yang
diinginkan.

Gambar 2.2 Bagian – Bagian pada Garbarata


16

2.2 Komponen – Komponen pada Garbarata


2.2.1 Motor AC
Motor AC adalah jenis motor listrik yang bekerja menggunakan tegangan
AC (Alternating Current). Motor AC memiliki dua buah bagian utama yaitu
“stator” dan “rotor”. Stator merupakan komponen motor AC yang statis. Rotor
merupakan komponen motor AC yang berputar. Motor AC dapat dilengkapi dengan
penggerak frekuensi variabel untuk mengendalikan kecepatan sekaligus
menurunkan konsumsi dayanya. Untuk pada motor penggerak digunakan Motor
Sumitomo Cyclo® 6000.

Gambar 2.3 Motor Sumitomo Cyclo® 6000

2.2.1.1 Motor AC Sinkron (Motor Sinkron)


Motor sinkron adalah motor AC, bekerja pada kecepatan tetap pada sistim
frekuensi tertentu. Motor ini memerlukan arus searah (DC) untuk pembangkitan
daya dan memiliki torque awal yang rendah, dan oleh karena itu motor sinkron
cocok untuk penggunaan awal dengan beban rendah, seperti kompresor udara,
perubahan frekuensi dan generator motor. Motor sinkron mampu untuk
memperbaiki faktor daya sistim, sehingga sering digunakan pada sistim yang
menggunakan banyak listrik.
17

Gambar 2.4 Motor AC Sinkron

Komponen utama motor AC sinkron :


1. Rotor, Perbedaan utama antara motor sinkron dengan motor induksi
adalah bahwa rotor mesin sinkron berjalan pada kecepatan yang sama
dengan perputaran medan magnet. Hal ini memungkinkan sebab medan
magnit rotor tidak lagi terinduksi. Rotor memiliki magnet permanen atau
arus DC-excited, yang dipaksa untuk mengunci pada posisi tertentu bila
dihadapkan dengan medan magnet lainnya.
2. Stator, Stator menghasilkan medan magnet berputar yang sebanding
dengan frekuensi yang dipasok.
Motor ini berputar pada kecepatan sinkron, yang diberikan oleh persamaan
berikut (Parekh, 2003):

120 𝑓
𝑁𝑠 = .....................................(2.1)
𝑃

Dimana:
f = frekuensi dari pasokan frekuensi
P = jumlah kutub

2.2.1.2 Motor AC Induksi (Motor Induksi)


Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada
berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana,
murah dan mudah didapat, dan dapat langsung disambungkan ke sumber daya AC.
18

Gambar 2.5 Motor AC Induksi

Motor induksi memiliki dua komponen listrik utama :

1. Rotor, Motor induksi menggunakan dua jenis rotor :


 Rotor kandang tupai terdiri dari batang penghantar tebal yang
dilekatkan dalam petak-petak slots paralel. Batang-batang tersebut
diberi hubungan pendek pada kedua ujungnya dengan alat cincin
hubungan pendek.
 Lingkaran rotor yang memiliki gulungan tiga fase, lapisan ganda
dan terdistribusi. Dibuat melingkar sebanyak kutub stator. Tiga fase
digulungi kawat pada bagian dalamnya dan ujung yang lainnya
dihubungkan ke cincin kecil yang dipasang pada batang as dengan
sikat yang menempel padanya.

2. Stator, Stator dibuat dari sejumlah stampings dengan slots untuk


membawa gulungan tiga fase. Gulungan ini dilingkarkan untuk
sejumlah kutub yang tertentu. Gulungan diberi spasi geometri sebesar
120 derajat.

Motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama (Parekh,


2003) :

1. Motor induksi satu fase. Motor ini hanya memiliki satu gulungan stator,
beroperasi dengan pasokan daya satu fase, memiliki sebuah rotor
kandang tupai, dan memerlukan sebuah alat untuk menghidupkan
19

motornya. Sejauh ini motor ini merupakan jenis motor yang paling
umum digunakan dalam peralatan rumah tangga, seperti fan angin,
mesin cuci dan pengering pakaian, dan untuk penggunaan hingga 3
sampai 4 Hp.
2. Motor induksi tiga fase. Medan magnet yang berputar dihasilkan oleh
pasokan tiga fase yang seimbang. Motor tersebut memiliki kemampuan
daya yang tinggi, dapat memiliki kandang tupai atau gulungan rotor
(walaupun 90% memiliki rotor kandang tupai); dan penyalaan sendiri.
Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri menggunakan jenis
ini, sebagai contoh, pompa, kompresor, belt conveyor, jaringan listrik ,
dan grinder. Tersedia dalam ukuran 1/3 hingga ratusan Hp.

Motor induksi bekerja sebagai berikut. Listrik dipasok ke stator yang akan
menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini bergerak dengan kecepatan
sinkron disekitar rotor. Arus rotor menghasilkan medan magnet kedua, yang
berusaha untuk melawan medan magnet stator, yang menyebabkan rotor berputar.
Walaupun begitu, didalam prakteknya motor tidak pernah bekerja pada
kecepatan sinkron namun pada “kecepatan dasar” yang lebih rendah. Terjadinya
perbedaan antara dua kecepatan tersebut disebabkan adanya “slip/geseran” yang
meningkat dengan meningkatnya beban. Slip hanya terjadi pada motor induksi.
Untuk menghindari slip dapat dipasang sebuah cincin geser/ slip ring, dan motor
tersebut dinamakan “motor cincin geser/ slip ring”.
Persamaan berikut dapat digunakan untuk menghitung persentase
slip/geseran (Parekh, 2003)
𝑁𝑠−𝑁𝑏
%𝑆𝑙𝑖𝑝 = 𝑥100%......................................(2.2)
𝑁𝑠

Dimana:
Ns = kecepatan sinkron dalam RPM
Nb = kecepatan dasar dalam RPM
20

Gambar dibawah menunjukan grafik perbandingan torque-kecepatan motor


induksi AC tiga fase dengan arus yang sudah ditetapkan. Bila motor (Parekh, 2003)
sebagai berikut :

1. Mulai menyala ternyata terdapat arus nyala awal yang tinggi dan torque
yang rendah (“pull-up torque”).
2. Mencapai 80% kecepatan penuh, torque berada pada tingkat tertinggi
(“pull-out torque”) dan arus mulai turun.
3. Pada kecepatan penuh, atau kecepatan sinkron, arus torque dan stator
turun ke nol.

Gambar 2.6 Grafik Torque-Kecepatan Motor AC Induksi

2.2.2 Limit Switch


Limit switch merupakan jenis saklar yang dilengkapi dengan katup yang
berfungsi menggantikan tombol. Prinsip kerja limit switch sama seperti saklar Push
ON yaitu hanya akan menghubung pada saat katupnya ditekan pada batas
penekanan tertentu yang telah ditentukan dan akan memutus saat saat katup tidak
ditekan. Limit switch termasuk dalam kategori sensor mekanis yaitu sensor yang
akan memberikan perubahan elektrik saat terjadi perubahan mekanik pada sensor
tersebut. Penerapan dari limit switch adalah sebagai sensor posisi suatu benda
(objek) yang bergerak.
21

Gambar 2.7 Limit Switch OMRON WLCA2-G

Limit switch umumnya digunakan untuk :


1. Memutuskan dan menghubungkan rangkaian menggunakan objek atau
benda lain.
2. Menghidupkan daya yang besar, dengan sarana yang kecil.
3. Sebagai sensor posisi atau kondisi suatu objek.
Prinsip kerja limit switch diaktifkan dengan penekanan pada tombolnya
pada batas/daerah yang telah ditentukan sebelumnya sehingga terjadi pemutusan
atau penghubungan rangkaian dari rangkaian tersebut. Limit switch memiliki 2
kontak yaitu NO (Normally Open) dan kontak NC (Normally Close) dimana salah
satu kontak akan aktif jika tombolnya tertekan. Konstruksi dan simbol limit switch
dapat dilihat seperti gambar di bawah.

Gambar 2.8 Konstruksi Dan Simbol Limit Switch


22

2.2.3 Variable Speed Drive


Variable speed drive (VSD) merupakan alat yang dapat digunakan untuk
mengatur/mengontrol kecepatan, torsi (torque) dan putaran motor induksi 3 fasa.
Ada beberapa tipe dari variable speed drive (VSD) yang juga dapat digunakan
untuk mengatur arus start awal motor induksi (soft starter).
Motor induksi merupakan penggerak utama yang paling banyak dipakai
untuk dunia industri. Setidaknya ada beberapa peralatan yang membutuhkan motor
induksi sebagai penggeraknya, diantaranya:
1. Pompa (pump)
2. Kompresor (compressor)
3. Fan (blower)
4. Konveyor (conveyor)
5. Pengaduk (agitator)

Gambar 2.9 Variable Speed Drive

Untuk peralatan seperti agitator dan konveyor, tidak dibutuhkan pengaturan


kecepatan, karena biasanya kecepatan yang dibutuhkan konstan. Namun untuk
pompa, kompressor dan blower dibutuhkan pengaturan kecepatan untuk mengatur
tekanan (pressure), aliran (flow) dari suatu fluida. Cara konvensional tentunya
dengan mengatur bukaan katup (valve) yang tentunya secara hitungan energi, tidak
efisien karena energi yang dikeluarkan tetap sama. untuk itu dibutuhkan
mengaturan kecepatan motor induksi untuk melakukan hal tersebut.
23

Variable speed drive (VSD) atau ada juga yang menyebutnya inverter
merupakan perangkat kontroler yang prinsip kerjanya dapat mengatur frekuensi
yang akan diberikan kepada motor induksi. Arus listrik yang pada awalnya bolak
balik (AC) dengan frekuensi 50 Hz masuk ke dalam variable speed drive (VSD)
lalu di searah kan (DC) lalu setelah diproses menjadi Arus bolak-balik (AC)
kembali dengan frekuensi sesuai dengan kecepatan motor yang kita inginkan.

Gambar 2.10 Inverter Block Diagram

Prinsip kerja inverter yang sedehana adalah :

 Tegangan yang masuk dari jala jala 50 Hz dialirkan ke board Rectifier/


penyearah DC, dan ditampung ke bank capacitor. Jadi dari AC di jadikan
DC.
 Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter untuk dijadikan AC
kembali dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari DC ke AC yang
komponen utamanya adalah Semiconduktor aktif seperti IGBT. Dengan
menggunakan frekuensi carrier (bisa sampai 20 kHz), tegangan DC dicacah
dan dimodulasi sehingga keluar tegangan dan frekuensi yang diinginkan.

2.2.4 Proximity Switch


Proximity Switch atau Sensor Proximity adalah alat pendeteksi yang bekerja
berdasarkan jarak obyek terhadap sensor. Karakteristik dari sensor ini adalah
menditeksi obyek benda dengan jarak yang cukup dekat, berkisar antara 1 mm
24

sampai beberapa centimeter saja sesuai tipe sensor yang digunakan. Proximity
Switch ini mempunyai tegangan kerja antara 10-30 Vdc dan ada juga yang
menggunakan tegangan 100-200VAC.
Hampir di setiap mesin mesin produksi sekarang ini menggunakan sensor
jenis ini, sebab selain praktis sensor ini termasuk sensor yang tahan terhadap
benturan ataupun goncangan, selain itu mudah pada saat melakukan perawatan
ataupun perbaikan penggantian.

Gambar 2.11 Proximity Sensor OMRON E2E-X

Proximity Sensor terbagi dua macam, yaitu:


1. Proximity Inductive berfungsi untuk mendeteksi obyek besi/metal.
Meskipun terhalang oleh benda non-metal, sensor akan tetap dapat
mendeteksi selama dalam jarak (nilai) normal sensing atau jangkauannya.
Jika sensor mendeteksi adanya besi di area sensingnya, maka kondisi output
sensor akan berubah nilainya.
2. Proximity Capacitive akan mendeteksi semua obyek yang ada dalam jarak
sensingnya baik metal maupun non-metal.
Jarak diteksi adalah jarak dari posisi yang terbaca dan tidak terbaca sensor
untuk operasi kerjanya, ketika obyek benda digerakkan oleh metode tertentu.
25

Gambar 2.12 Jarak Deteksi

Mengatur jarak dari permukaan sensor memungkinkan penggunaan sensor


lebih stabil dalam operasi kerjanya, termasuk pengaruh suhu dan tegangan. Posisi
objek (standar) sensing transit ini adalah sekitar 70% sampai 80% dari jarak (nilai)
normal sensing.

Gambar 2.13 Pengaturan Jarak

Nilai output dari Proximity Switch ini ada 3 macam, dan bisa
diklasifikasikan juga sebagai nilai Normally Open (NO) dan Normally Close (NC).
Persis seperti fungsi pada tombol, atau secara spesifik menyerupai fungsi limit
switch dalam suatu sistem kerja rangkaian yang membutuhkan suatu perangkat
pembaca dalam sistem kerja kontinu mesin. Tiga macam ouput Proximity Switch
ini bisa dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 2.14 Output 2 kabel VDC


26

Gambar 2.15 Output 3 dan 4 kabel VDC

Gambar 2.16 Output 2 kabel VAC

Dengan melihat gambar diatas kita dapat mengenali tipe sensor Proximity
Switch ini, yaitu tipe NPN dan tipe PNP. Tipe inilah yang nanti bisa dikoneksikan
dengan berbagai macam peralatan kontrol semi digital yang membutuhkan nilai
nilai logika sebagai input untuk proses kerjanya.
Beberapa jenis Proximity Switch ini hanya bisa dikoneksikan dengan
perangkat PLC tergantung tipe dan jenisnya. Sensor ini juga bisa dikoneksikan
langsung dengan berbagai macam peralatan kontrol semi digital seperti Sensor
Controller dan counter relai digital.
Pada prinsipnya fungsi Proximity Switch ini dalam suatu rangkaian
pengendali adalah sebagai kontrol untuk memati hidupkan suatu sistem interlock
dengan bantuan peralatan semi digital untuk sistem kerja berurutan dalam
rangkaian kontrol.

2.2.5 Kontaktor
Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan
dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan loncatan bunga api pada
alat penghubungnya. Selain itu, dalam pengoperasian yang dapat dilengkapi dengan
27

beberapa alat otomatis dan alat penghubung yang paling mudah adalah dengan
menggunakan sakelar magnet yang biasa dikenal dengan kontaktor magnet.
Kontaktor magnet yaitu suatu alat penghubung listrik yang bekerja atas dasar
magnet yang dapat menghubungkan antara sumber arus dengan muatan.
Bila inti koil pada kontaktor diberikan arus, maka koil akan menjadi magnet
dan menarik kontak sehingga kontaknya menjadi terhubung dan dapat mengalirkan
arus listrik.
Kontaktor merupakan komponen listrik yang berfungsi untuk
menyambungkan atau memutuskan arus listrik AC. Kontaktor atau sering juga
disebut dengan istilah relai kontaktor dapat kita temui pada panel kontrol listrik.
Pada panel listrik kontaktor sering digunakan sebagai selektor atau saklar transfer
dan interlock pada sistem ATS.

Gambar 2.17 Kontaktor

Prinsip kerja kontaktor sama seperti relai, dalam kontaktor terdapat


beberapa saklar yang dikendalikan secara elektromagnetik. Pada suatu kontaktor
terdapat beberpa saklar dengan jenis Normally Open (NO) dan Normally Close
(NC) dan sebuah kumparan atau koil elektromagnetik untuk mengendalikan saklar
tersebut. Apabila koil elektromagnetik kontaktor diberikan sumber tegangan listrik
AC maka saklar pada kontaktor akan terhubung, atau berubah kondisinya, yang
semula OFF menjadi ON dan sebaliknya yang awalnya ON menjadi OFF. Untuk
memahami prinsip kerja kontaktor dapat dilihat dari gambar skema kontaktor
berikut.
28

Gambar 2.18 Bagian – bagian kontaktor


Kontaktor yang beredar dipasaran pada umumnya dibedakan berdasarkan
kemapuanya dalam mengontrol tegangan listrik AC. Di pasaran kontaktor
dibedakan menjadi 2 tipe yaitu :
1. Kontaktor 1 fasa
2. Kontaktor 3 fasa
Kontaktor 1 fasa digunakan untuk mengontrol arus listrik AC 1 fasa,
sedangkan kontaktor 3 fasa digunakan untuk mengontrol aliran listrik AC 3 fasa.
Pada kontaktor 1 fasa minimal terdapat 2 saklar utama, sedangkan pada kontaktor
3 fasa minimal terdiri dari 3 saklar utama. Agar lebih jelas, silahkan perhatikan
tabel berikut.

Tabel 2.1 Spesifikasi Kontaktor

ZSS- ZSS- ZSS- ZSS- ZSS- ZSS- ZSS- ZSS- ZSS- ZSS- ZSS- ZSS-
Type
K10 K11 K12 K18 K20 K21 K25 K35 K50 K65 K85 K95
Rated operating
11 13 13 18 22 22 30 40 55 65 85 105
current in 220V(A)
29

Rated operating
9 12 12 16 22 22 30 40 50 62 85 105
current in 380V(A)
Rated operating
5 7 7 9 9 9 12 17 26 35 52 65
current in 660V(A)
Controlled motor at 220V 2.2 3 3 4 5.5 5.5 8.5 12 17 19 24 30
power under ac- at 380V 3.3 4 4 6 10 10 14 20 25 32 40 55
3(KW) at 660V 3.3 4.5 4.5 5.5 10 10 14 20 30 40 50 60
Coil consumption at rated
3.3 3.5 3.5 3.5 5.3 5.3 5.3 5.3 2.8 2.8 2.8 2.8
coil voltage
Rated frequency of
1800 1200
operation Ops/hr

Electric life under AC-3 1X106

Kontaktor dapat kita temui dalam beberapa aplikasi berikut.


1. Kontrol Lighting, pada sistem penerangan daya besar seperti yang
digunakan pada konser musik atau sistem penerangan stadion olah raga
dengan lampu daya besar selalu menggunakan kontaktor sebagai komponen
penghubung atau pemutus arus listrik ke lampu penerangan tersebut.
2. Kontrol motor listrik, motor listrik 3 fasa daya besar seperti yang digunakan
dalam dunia industri membutuhkan kontactor sebagai komponen
penghubung atau pemutus arus listrik ke motor tersebut. Fungsi kontaktor
sebagai kontrol pada motor listrik ini sering disebut dengan istilah magnetic
starter.
3. Transfer switch, merupakan sistem pada ATS.Bagian ini selalu
menggunakan kontaktor karena diperlukan kapasitas kontrol daya besar dan
kecepatan transfer yang cepat yang dimiliki kontaktor.
4. Pada penangan arus besar atau tegangan tinggi, sulit untuk membangun alat
manual yang cocok. Lebih dari itu, alat seperti itu besar dan sulit
mengoperasikannya. Sebaliknya, akan relatif sederhana untuk membangun
kontaktor magnetis yang akan menangani arus yang besar atau tegangan
30

yang tinggi, dan alat manual harus mengontrol hanya kumparan dari
kontaktor.
5. Kontaktor memungkinkan operasi majemuk dilaksanakan dari satu operator
(satu lokasi) dan diinterlock untuk mencegah kesalahan dan bahaya operasi.
6. Pengoperasian yang harus diulang beberapa kali dalam satu jam, dapat
digunakan kontaktor untuk menghemat usaha. Operator secara sederhana
harus menekan tombol dan kontaktor akan memulai urutan event yang benar
secara otomatis.
7. Kontaktor dapat dikontrol secara otomatis dengan alat pilot atau sensor yang
sangat peka.
8. Tegangan yang tinggi dapat diatasi oleh kontaktor dan menjauhkan
seluruhnya dari operator, sehingga meningkatkan keselamatan / keamanan
instalasi.
9. Dengan menggunakan kontaktor peralatan kontrol dapat dipasangkan pada
titik-titik yang jauh. Satu-satunya ruang yang diperlukan dekat mesin adalah
ruangan untuk tombol tekan.
10. Dengan kontaktor, kontrol otomatis dan semi otomatis mungkin dilakukan
dengan peralatan seperti kontrol logika yang dapat diprogram seperti
Programmable Logic Controller (PLC).

2.2.6 PLC
Programmable Logic controller (PLC) adalah sebuah alat yang digunakan
sebagai alat pengendali otomatis dan atau cerdas suatu proses di industri
(khususnya). Keuntungan PLC dibandingkan dengan sistem konvensional atau
logika relai, antara lain :
1. PLC dapat diprogram
2. Mudah dalam instalasi
3. Mudah dioperasikan
4. Mudah dalam perawatan
5. Mudah pelacakan gangguan dan perbaikan
6. Relatif murah dalam dalam impletasi
31

7. Cepat dalam pengembangan sistem dan lain lain.

Bagian-bagian penting dari suatu PLC, adalah:


1. Unit Input (masukan)
2. Unit Prosesor dan memori
3. Unit Output (keluaran)
4. Unit Pemrogram .
Unit input berguna sebagai bagian yang memberikan masukan ke dalam
prosesor. Unit ini dapat menerima masukan dari : sakelar, tombol tekan, sakelar
pembatas (limit switch), sensor dan lain-lain. Unit prosesor merupakan bagian
pemroses data, adapun proses yang dilakukan sangat tergantung dari program yang
telah dibuat. Memori merupakan bagian penting dari suatu prosesor. Memori ini
berguna sebagai tempat penyimpanan program, data dan hasil pemrosesan, yang
selanjutnya dikirim ke bagian lain. Unit output berfungsi sebagai terminal output
yang dihubungkan dengan berbagai beban. Pada bagian output ini, dapat berupa
kontak relai atau jenis transistor. Pemilihan jenis bagian output disesuaikan dengan
kebutuhan bebannya. Unit pemrogram adalah suatu alat yang digunakan untuk
membuat program dan selanjutnya di download ke memori PLC. Unit pemrogram
umumnya dapat berupa pemrogram khusus (konsul khusus atau hand held
programmer) atau menggunakan komputer pribadi (PC). Diagramkan blok PLC
yang disederhanakan dapat dilihat pada gambar 2.15 dan pada gambar 2.16
ditunjukkan contoh modul PLC yang berukuran relatif kecil.
32

Gambar 2.19 Diagram blok PLC

Gambar 2.20 Contoh PLC Idec FC-5A

Anda mungkin juga menyukai