Anda di halaman 1dari 48

BAHAN GALIAN INDUSTRI

KAOLIN

TUGAS MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahan Galian Industri


pada Semester II tahun Akademik 2017-2018

Oleh

Renaldy 122.15.018

JURUSAN EKSPLORASI TAMBANG


INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG
KOTA DELTAMAS
2018

vii
ABSTRAK

Makalah ini yang berjudul “Bahan Galian Industri Kaolin” ditulis untuk
mengetahui potensi bahan galian kaolin di Indonesia, mengetahui proses
pengolahan bahan galian kaolin, serta mengetahui pemanfaatan kaolin dalam
bidang industri. Indonesia mempunyai cadangan kaolin yang besar. Namun
sampai saat ini untuk kebutuhan dalam negeri masih impor. Indonesia sudah
mengekspor kaolin tetapi dalam bentuk raw material. Kondisi ini merupakan
kerugian mematikan industri dalam negri. Pemerintah telah mengeluarkan
Peraturan Menteri mengenai nilai tambah tambang mineral, bahan tambang yang
belum diolah tidak bisa diekspor ke luar negeri. Untuk menjembatani hal tersebut,
Geoteknologi-LIPI telah melakukan penelitian bahan tambang mineral bukan
logam seperti identifikasi, karakterisasi dan pengolahan kaolin. Pengolahan kaolin
adalah untuk membuang mineral pengganggu, seperti oksida besi, pasir kuarsa,
oksida titanium dan mika. Dalam penelitian disini akan dilakukan pengolahan
kaolin untuk menghilangkan kadar kuarsa. Pengotor kaolin terutama kuarsa
mempunyai komposisi SiO2 dan berukuran hampir sama dengan kaolin sehingga
proses pemurnian dengan menggunakan pengayakan kurang efektif (Murray,
2000) maka dicoba dengan metoda pelarutan HF dengan konsentrasi dan waktu
kontak yang terkontrol agar tidak merusak kristal kaolin.

Kata kunci: Pengolahan kaolin di Indonesia.

vii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmatnya dapat

menyelesaikan makalah ini dengan judul “Bahan Galian Industri Kaolin” dalam

rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahan Galian Industri, tujuan

penulisan ini untuk mengetahui potensi bahan galian pasir besi, proses pengolahan

bahan galian pasir besi, serta pemanfaatan bahan galian pasir besi.

Makalah ini baik digunakan sebagai acuan khususnya mahasiswa untuk

mempelajari proses pengolahan pasir besi. Namun, kami menyadari bahwa

makalah ini masih banyak kekurangan. Kendala dalam pembuatan makalah ini

dikarenakan tidak adanya waktu dalam melakukan observasi ke lapangan. Demi

perbaikan makalah ini diharapkan pembaca dapat memberikan saran atau dapat

melakukan observasi langsung ke lapangan demi sempurnanya makalah ini.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada kami

dalam mengerjakan makalah ini hingga selesai

2. Bapak Peny Supriatno, Selaku dosen mata kuliah bahan galian industri

3. Semua Pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung

vii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................. iii


PRAKATA............................................................................................ iv
DAFTAR ISI......................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Potensi Cadangan Bahan Galian Kaolin Kaolin di Indonesia ... 1

BAB II GENESA DAN KARAKTERISTIK KAOLIN ............................ 3


2.1 Genesa Kaolin ........................................................................... 3
2.1.1 Geologi Pembentukan Kaolin ................................................. 3
2.1.2 Proses Hidrotermal ................................................................. 4
2.1.3 Proses Pelapukan .................................................................... 7
2.2 Karateristik Kaolin .....................................................................8
2.2.1 Sifat Fisik Kaolin .....................................................................8
2.2.2 Sifat Kimia Kaolin .................................................................11
2.3 Mineralogi Kaolin ....................................................................13
2.4 Potensi dan Sebaran Kaolin di Indonesia .................................15
2.5 Eksplorasi Kaolin .....................................................................18

BAB III PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN KAOLIN .................20


3.1 Studi Cadangan dalam Penentuan Teknik Penambangan ........20
3.2 Teknik Penambangan Bahan Galian Kaolin .............................23
3.3 Peralatan Pengolahan Bahan Galian Kaolin .............................24
3.4 Tahapan Pengolahan Bahan Galian Kaolin. .............................26
3.5 Peningkatan Kualitas Kaolin. ...................................................28
3.6 Pengolahan Tailing ...................................................................29

vii
BAB IV KEGUNAAN DAN SPESIFIKASI KAOLIN ..............................31
4.1 Pemanfaatan Bahan Galian Kaolin ...........................................31
4.1.1 Industri Keramik ....................................................................31
4.1.2 Industri Kertas .......................................................................32
4.1.3 Industri Karet .........................................................................32
4.1.4 Industri Cat ............................................................................33
4.2 Perkembangan Pemanfaatan Kaolin .........................................34

BAB V REKLAMASI LAHAN TAMBANG KAOLIN ............................36


5.1 Landasan Teori .........................................................................36
5.1.1 Prinsip Reklamasi ..................................................................36
5.1.2 Perincian Program Reklamasi ...............................................37
5.1.3 Biaya Langsung .....................................................................37
5.1.4 Biaya Tidak Langsung ...........................................................38
5.2 Rencana Kegiatan dan Aggaran Reklamasi..............................39

DAFTAR PUSTAKA

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Potensi sumberdaya kaolin di Indonesia cukup besar terutama di Bangka dan
Belitung serta beberapa lokasi di Jawa seperti di Tasikmalaya, Yogyakarta,
Wonogiri, Trenggalek, dan lain-lain. Dalam kurun tahun 1990-1999 perimbangan
pemasokan dan kebutuhan kaolin di Indonesia menunjukkan kelebihan
pemasokan yang cukup besar, yaitu dari pemasokan sebesar 285.414 ton pada
tahun 1990 hanya terserap sebesar 258.727 ton dan pada tahun 1999 dari 482.083
ton yang dipasok hanya terserap 251.997 ton. Prospek pengembangan usaha
pertambangan kaolin dari sisi pemasokan dan kebutuhan kurang begitu
mengembirakan. Kelebihan pemasokan yang terus terjadi dalam kurun 1990-1999
dapat menurunkan harga kaolin domestik yang pada akhirnya dapat mematikan
pengusaha kaolin dalam negeri. Perlu upaya dari Pemerintah guna meningkatkan
pengusahaan kaolin hasil dalam negeri di masa mendatang baik melalui kebijakan
berupa kemudahan ekspor maupun menghambat laju impor (peningkatan bea
masuk). Perlu upaya untuk meningkatkan peranan lembaga penelitian dan
pengembangan guna membantu para pengusaha dalam peningkatan kualitas hasil
produknya.

1.2 Potensi Cadangan Bahan Galian Kaolin di Indonesia


Kaolin adalah satu mineral industri yang berpotensi cukup di Indonesia yang
terbesar dan mungkin terbaik berada di Pulau Bangka dan Belitung. Eksploitasi
potensi ini belum optimal. Untuk itu, informasi yang terkait dengan
pengembangan usaha pertambangan kaolin mutlak harus dilakukan. Produksi
kaolin Indonesia dapat dikatakan sebagian besar sudah dapat memasok keperluan

vii
di dalam negeri kecuali untuk keramik bermutu tinggi yang mengharuskan
persyaratan ketat.
Potensi Cadangan kaolin di Indonesia sekitar 66,21 juta ton yang terdiri dari 12,95
juta ton cadangan terbukti, 26,57 juta ton cadangan terunjuk dan 26,70 juta ton
cadangan tereka. Potensi cadangan tersebut tersebar di beberapa daerah, seperti
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Bangka dan Belitung dengan mutu cukup
baik terutama untuk digunakan sebagai bahan baku keramik dan pengisi (filler).
Daerah lainnya terdapat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi Utara.

vii
BAB II
GENESA DAN KARAKTERISTIK KAOLIN

2.1 Genesa Kaolin


2.1.1 Geologi Pembentukan Kaolin
Mula Jadi Kaolin diambil dari nama sebuah gunung di dekat Jauchau Fa, Cina,
yaitu kauling yang berarti pegunungan tinggi. Istilah kauling ini telah muncul
sejak beberapa abad yang lampau dan diambil oleh masyarakat Cina untuk tanah
lempung yang dimanfaatan untuk membuat guci atau patung porselen, keramik,
peralatan rumah tangga khususnya peralatan makan dan minum (seperti piring,
teko, cangkir, dll.).

Kaolin termasuk kelompok mineral lempung dengan kandungan besi rendah. Pada
umumnya berwarna putih atau agak keputih-putihan. Kaolin mempunyai
komposisi hidrous alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2), dan beberapa
material penyerta. Secara geologi, mula jadi kaolin karena proses pelapukan dan
alterasi hidro-thermal pada batuan beku felspatik. Mineral-mineral potash
alumunium silika dan feldspar diubah menjadi kaolin. Proses kaolinisasi
berlangsung pada kondisi tertentu, sehingga elemen-elemen selain silika,

vii
alumunium, oksigen dan hidrogen akan mengalami pertukaran seperti terlihat
pada persamaan reaksi sebagai berikut :
2KAlSi3O8 + 2H2O -→ Al2(OH)4(SiO5) + K2O + 4SiO2
Felspar. Kaolinit
Proses pelapukan terjadi pada atau dekat dengan permukaan tanah yang sebagian
besar terjadi pada batuan beku. Sementara proses alterasi hidrothermal terjadi
karena larutan hidrothermal mengalir melalui rekahan, patahan, dan daerah
permeabel lainnya sambil mengubah batuan gamping menjadi endapan kaolin.
Endapan kaolin terdiri dari dua macam, yaitu residual dan sedimen. Di Indonesia,
endapan kaolin residual yang merupakan hasil alterasi hidrothermal pada batuan
granit terdapat dalam jumlah yang besar di Propinsi Bangka dan Belitung.
Mineralogi Mineral yang tergabung dalam kelompok kaolin adalah mineral
kaolinit, nakrit, dikrit dan halloysit. Di antara mineral-mineral tersebut, kaolinit
merupakan mineral utama, sedangkan halloysit (Al2(OH)4SiO52H2O) memiliki
kandungan air lebih besar seringkali membentuk endapan tersendiri. Biasanya
dalam endapan kaolin yang ekonomis, tidak ditemukan mineral nakrit dan dikrit.

2.1.2 Proses Hidrotermal


Definisi larutan hidrothermal menurut Bateman (1960) adalah suatu cairan panas
yang berasal dari dalam kulit bumi yang bergerak ke atas dengan membawa
komponen-komponen mineral logam. Cairan panas tersebut merupakan larutan
sisa hasil akhir proses pembekuan magma. Deposisi hidrothermal menurut
Bateman (1980) akan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut yaitu adanya
cairan pembentuk mineral yang dapat melarutkan dan mentransportasi material
mineral, adanya celah atau rongga batuan sebagai jalan bergeraknya larutan,
adanya tempat untuk mengendapkan mineral, adanya reaksi kimia yang
mengakibatkan terjadinya pengendapan, konsentrasi yang cukup tinggi dari
larutan mineral sehingga dapat menjadi deposit. Proses alterasi hidrothermal
ditandai oleh pengaruh larutan hidrothermal yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan mineralogi dan tekstur batuan dinding. Proses yang terjadi karena

vii
alterasi hidrothermal merupakan yang banyak berperan dalam proses terbentuknya
kaolin (kaolinisasi), sebagai contoh reaksi adalah sebagai berikut:

Pada reaksi pembentukan kaolin dari feldpar akibat pengaruh larutan hidrothermal
seperti reaksi di atas dapat dilihat bahwa komponen H2O masuk ke feldspar dan
K2O (+ sebagian SiO2) keluar. Transfer unsur dari larutan hidrothermal pada
suhu dan tekanan tertentu akan menyebabkan perubahan mineralogi dan tekstur
batuan dinding. Alterasi hidrothermal merupakan suatu proses ikutan yang selalu
menyertai proses deposisi atau pembentukan deposit hidrothermal. Proses ini pada
prinsipnya adalah proses penggantian unsur-unsur tertentu dari mineral yang ada
pada batuan dinding yang kemudian digantikan oleh unsur lain yang berasal dari
larutan hidrothermal. Proses ini menuju kondisi stabil melalui mekanisme
pertukaran ion yang dikontrol oleh temperatur, tekanan, kedalaman, dan
komposisi cairan yang mengakibatkan perubahan tekstur dan mineralogi pada
batuan dinding. Pengertian alterasi sendiri adalah proses ubahan mineralogis baik
perubahan bentuk, warna ataupun komposisinya. Bateman dan Jensen (1981)
menyebutkan faktor pengontrol proses perubahan tersebut diantaranya adalah
adanya disintegrasi mekanis, adanya dekomposisi kimia, pelarutan dari beberapa
unsur, masuknya unsur-unsur baru dan kombinasi dari proses-proses tersebut di
atas. Alterasi hidrothermal merupakan salah satu tipe metamorfisme yang meliputi
proses rekristalisasi dri batuan induk membentuk mineral baru yang lebih stabil
akibat kontrol perubahan tertentu, dan dapat diartikan juga sebagai proses
penggantian unsur-unsur dari mineral batuan dinding yang digantikan unsur lain
dari luar. Salah satu ciri utama dari alterasi hidrothermal adalah adanya perubahan
sekumpulan mineral essensial menjadi mineral-mineral baru yang lebih stabil di
bawah kondisi suhu, tekanan dan komposisi larutan hidrothermal yang tertentu
(Rose & Burt dalam Barnes, 1979 dalam Bateman & Jansen, 1981). Faktor-faktor
yang mempengaruhi intensitas dan hasil alterasi hidrothermal antara lain adalah
karakteristik dan komposisi batuan asal (host rock), komposisi larutan
hidrothermal, kondisi temperatur, tekanan serta perubahan fase larutan

vii
hidrothermal serta perubahan unsur tertentu yang paling awal (seperti pelepasan
H2S menjadi asam kuat).
Adapun jenis alterasi penghasil mineral kaolin yaitu:
1. Alterasi argilik Menurut Bateman & Jansen (1981) alterasi ini membentuk
mineral mineral lempung pada batuan dinding oleh aktivitas cairan
hidrothermal pada mineral-mineral karbonat, selain itu alterasi argilik
merupakan istilah yang dipakai untuk menyebutkan pembentukan mineral-
mineral lempung pada batuan dinding oleh proses alterasi terhadap
mineral-mineral karbonat, apabila yang terbentuk berupa mineral kaolinit,
montmorilonit dan amorphous clay yang dihasilkan dari alterasi terhadap
plagioklas umumnya disebut sebagai argilik 11 menengah (intermediate
argilic), sedangkan argilik lanjut (advance argilic) digunakan untuk
menyebutkan alterasi yang menghasilkan mineral dickit, kaolinit, propilit,
alunit, diaspore dan mineral alumina lainnya sebagai hasil perubahan dari
feldspar.
2. Alterasi propilitik, alterasi ini menghasilkan mineral lempung jenis
kaolinit sebagai mineral yang paling melimpah, yang membedakan dengan
tipe alterasi argiliki adalah kehadiran mineral karbonat seperti kalsit, klorit
dan epidot, sedangkan mineral yang berasosiasi dengan zona alterasi
propilitik ini antara lain: mineral albit, serisit, zeolit, pirit. CaAl2(SiO4)2 +
2H2O + CO2 Al2SiO2O3 (OH)4 + CaCO3 Anorthit kaolinit kalsit.
3. Alterasi potasik tipe alterasi ini dicirikan oleh melimpahnya serisit yaitu
mineral mika putih yang mempunyai ukuran butir halus, yang biasanya
akan berasosiasi dengan mineral kaolin, kuarsa dan pirit dalam jumlah
yang tidak begitu banyak. Serisit akan terbentuk oleh proses perubahan
terhadap potasium feldspar dan plagioklas. 3KAlSi3O8 + H+ K
AlSi3O10(OH)2 + 4K+ + 6SiO2 potas feldspar mika silika 12 Sebagian
ahli membedakan antara alterasi potasik dengan serisitisasi, dalam hal ini
alterasi potasik akan membentuk mineral biotit ataupun potasium feldspar
sebagai hasil alterasi terhadap mineral-mineral mafik ataupun plagioklas.

vii
Pembentukan kaolin melalui proses hidrothermal umumnya terjadi pada
batuan beku feldspartik dimana mineral-mineral potas aluminium silika dan
feldspar diubah menjadi kaolin. Kaolin tersusun sebagian besar oleh mineral
kaolinit, proses terbentuknya kaolin disebut juga proses kaolinisasi sehingga
di dalam pembentukan endapan kaolin sebagai produk dari alterasi
hidrothermal akan identik dengan pembentukan mineral kaolinit walaupun
bisa juga terbentuk oleh mineral halloysit, sedikit dickit maupun nakrit.

2.1.3 Proses Pelapukan


Kaolin hasil dari proses pelapukan sama halnya dengan proses pembentukan
kaolin melalui proses alterasi hidrothermal. Kaolin hasil dari proses pelapukan
juga terjadi sebagian besar pada batuan beku yang banyak mengandung potasium
feldspar. Proses pembentukan kaolin ini dapat terjadi secara langsung akibat
pelapukan batuan beku tersebut dan juga akibat pelapukan dari dua jenis mineral
yang saling bereaksi selama proses pelapukan berlangsung, hal ini sama dengan
proses-proses yang terjadi pada mineral lempung biasa, yaitu bisa berupa solution
dan karbonatisasi, berikut ini reaksi pembentukan kaolinit akibat pelapukan
potasium feldspar dan juga akibat reaksi yang terjadi antara ortoklas dan karbonat:

Proses pelapukan (insitu weathering) akan terjadi dekat dengan permukaan tanah
atau sangat dekat dengan permukaan tanah, dalam pembentukannya kaolin akan
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat pelapukan, dimana kaolin
efektif terbentuk pada kondisi hidrous yang memungkinkan rendahnya kadar Fe
dan Mg dalam tanah.

vii
2.2 Karakteristik Kaolin
2.2.1 Sifat Fisik Kaolin
Secara umum kaolin berwarna putih atau agak keputih-putihan, kekerasan 2-2.5,
bersifat plastis bila tercampur air, dengan daya hantar listrik dan panas yang
rendah dan berat jenis antara 2,60-2,63. Sifat-sifat kaolin akan sangat dipengaruhi
oleh komposisi mineral tanah lempung yang ada dalam kaolin, maka untuk
mengetahui sifat-sifat fisik yang lain seperti plastisitas, kekuatan, tekstur dan lain-
lain yang dibahas adalah sifat-sifat dari mineral penyusunnya yaitu mineral
lempung. Menurut Kirsch (1968) sifat-sifat fisik tersebut antara lain:
1. Flokulasi dan deflokulasi
Flokulasi adalah proses penggumpalan butir-butir lempung menjadi
gumpalan yang lebih besar, sedangkan deflokulasi adalah proses dispersi
gumpalan-gumpalan yang berukuran lebih besar menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil. Flokulasi dan deflokulasi menggambarkan keadaan
agresi dari butir-butir lempung bila bercampur dengan air, dimana mineral
lempung dengan cepat menyerap air dan untuk kaolin air yang terserap itu
0 0
akan menguap pada pemanasan pada suhu 100 C-200 C. Proses dispersi
dapat diperkuat dengan penambahan elektrolit atau deflokulan seperti
waterglass, Na2CO3, Na2PO4 , dan lain-lain. Jumlah penggunaan

deflokulan untuk proses dispersi ini tergantung pada beberapa faktor


(Grim, 1968) diantaranya adalah oleh kadar butir-butir halus yang
menunjukkan sifat-sifat koloid, jumlah dan jenis garam-garaman terlarut
yang ada dalam lempung, silikat-silikat dan elektrolit atau deflokulan yang
dipakai, sifat-sifat mineral lempung yang ada dalam flokulan.
2. Plastisitas
Plastis adalah sifat yang memungkinkan lempung dapat diberi bentuk
tanpa retakan dan bentuk itu akan tetap setelah gaya pembentuknya hilang
atau dihilangkan. Lempung akan menjadi plastis beberapa saat kemudian
jika lempung tersebut bercampur dengan cairan yang mempunyai susunan
kutub seperti air. Lempung tidak akan berubah secara plastis apabila

vii
berinteraksi dengan cairan yang bersusunan bukan kutub seperti CCl4.

Menurut Grim (1968), faktor-faktor yang mempengaruhi derajat plastisitas


dari lempung diantaranya oleh adanya pengaruh air, bahan-bahan padat
dan gejala koloid yang mempengaruhi, ukuran partikel-partikel padat dan
gaya tarik antar molekul, adanya bahan-bahan lain yang mempengaruhi
sifat-sifat partikel, orientasi partikel-partikel di dalam massa, sejarah
sebelum yang telah dialami oleh bahan. Menurut Grim (1968), kaolin
memiliki batas plastisitas 25-36,3 jauh lebih kecil dibandingkan dengan
montmorilonit yang plastisitasnya 86-700.
3. Thiksotropi
Thiksotropi atau daya suspensi adalah suatu sifat-sifat dari mineral
lempung yang bila tercampur dengan suatu cairan akan membentuk
suspensi. Sifat ini berkaitan dengan keplastisan. Kaolin berbutir halus akan
tetap tinggal tersuspensi di dalam air berjam-jam tanpa menunjukkan
tanda-tanda akan mengendap, bila di dalamnya ditambahkan flokulan
seperti asam, borak, MgSO4 dan lain-lain, maka terjadi penggumpalan atau

flokulasi dengan pengendapan yang berlangsung cepat, jika ke dalam


larutan ditambahkan elektrolit seperti waterglass atau Na2CO3 akan

menambah proses dispersi dan menghasilkan suatu suspensi yang lebih


permanen.
4. Tekstur
Tekstur mineral lempung meliputi ukuran dan bentuk partikel mineral
lempung yang mempengaruhi keplastisannya, kekuatan mekanis,
kemudahan dalam pengeringan dan karakter produk setelah dibakar dan
kaolin umumnya memiliki dua jenis tekstur (Grim, 1968), yaitu tekstur
mineral-mineral non plastis yang umumnya sebagai impurities bertekstur
kasar sampai halus dan tekstur mineral-mineral yang sangat halus.
5. Susut kering
Pada waktu proses pengeringan terjadi pengeluaran air sehingga
memungkinkan butir-butir lempung melekat satu dengan yang lainnya, ini

vii
diistilahkan sebagai susut kering, yang masih terdapat air sisa dinamakan
0
air pori, bisa bertahan hingga pemanasan sampai dengan 110 C. Lempung
sangat bervariasi susut keringnya. Derajat variasi susut kering lempung
identik dengan variasi jumlah air yang diperlukan untuk menimbulkan
keplastisannya, makin tinggi keplastisan lempung makin banyak air
terabsorbsi maka makin besar pula susut keringnya. Lempung yang
memiliki susut kering tinggi sukar dikeringkan tanpa timbulnya retak-retak
atau pecah-pecah, untuk mengurangi timbulnya retak atau pecah dapat
dilakukan dengan penambahan bahan non plastis seperti pasir kuarsa, flint
dan feldspar. Menurut Uun dan Asril (1990), susut kering kaolin dibagi
menjadi 3, yaitu kaolin kasar susut kering lini air 5,0-7,6 , untuk kaolin
tercuci berkisar 3,3-10,8 , dan untuk kaolin sedimenter berkisar 4,5-12,8.
6. Warna
Warna kaolin akan dipengaruhi oleh warna dari mineral lempung
penyusunnya, dimana warna mineral lempung akan ditentukan oleh
kandungan senyawa-senyawa besi atau bahan-bahan karbon, kadang-
kadang juga mineral-mineral mangan dan titan dalam jumlah yang cukup
untuk mempengaruhi warna pada lempung. Warna kaolin yang putih atau
agak keputih-putihan diakibatkan oleh mineral lempung penyusunnya
bebas dari pengotoran di atas. Warna dari mineral lempung sebelum dan
sesudah pembakaran kadang-kadang mengalami perubahan, untuk kaolin
sebelum dan sesudah pembakaran umumnya akan tetap sama putih, namun
juga bisa berubah sedikit menjadi putih kekuningan.

vii
2.2.2 Sifat Kimiawi Kaolin
Seperti halnya sifat fisik yang dimiliki oleh kaolin, sifat kimiawi yang dimiliknya
juga sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimiawi mineral lempung penyusunnya.
Salmag (1961) menyebutkan sifat-sifat kimiawi tersebut antara lain:
1. Pertukaran ion
Salah satu sifat yang penting dari mineral lempung adalah pertukaran
elektrik pada partikel-partikelnya dimana mineral-mineral lempung akan
menarik kation dan anion dengan cara pertukaran untuk netralisir, artinya
dengan mudah digantikan oleh anion dan kation lain saat kontak dengan
ion lain pada larutan yang encer, kecuali kalau di bawah kondisi asam
yang ekstrim, pertukarannya lebih bersifat negatif. Mineral lempung
cenderung menyerap kation yang sering disebut Cation Exchange
Capacity (CEC) atau Kapasitas Pertukaran Kation, yang dapat dinyatakan
sebagai jumlah ekuivalen per satuan berat pada keadaan kering (mili
ekuivalen per seratus gram). Kegunaan pertukaran ion pada mineral
lempung antara lain adalah sebagai sumber nutrisi pada soil untuk
pertumbuhan tanaman terutama sekali pada kalsium, magnesium dan
kalium, walaupun ada beberapa tanaman yang dapat memanfaatkan kalium
tanpa adanya pertukaran ion pada soil; sifat fisik dari soil lempung
+
(kekuatan, plastisitas dan lain-lain) yang sangat tergantung pada unsur Na
+
dan Ca ; proses pertukaran ion memainkan peranan penting pada
penghentian kation yang tidak diinginkan seperti sebagai pembubuh
organik atau dari pembuangan komponen radioaktif; dapat diketahui
simulasi cara pembentukan mineral lempung dari reaksi antar muatannya,
sehingga memudahkan dalam penyesuaian sifat katalisator dan molekuler
pada lempung untuk penggunaan tertentu (Grim, 1968). Harga CEC pada
kaolin adalah 2%-15% (Milens & King, 1955 dalam Grim, 1968), harga
CEC ini adalah termasuk paling kecil dibandingkan dengan mineral
lempung lainnya.

vii
2. Interaksi dengan air
Sifat interaksi dengan air pada mineral lempung khususnya kaolin dapat
dihubungkan dengan hal-hal berikut: sifat hidrasi pada kandungan air yang
relatif rendah. Sifat mineral lempung dalam air sangat kompleks dan
penting. Pada umumnya sifat ini mempertimbangkan penyerapan air oleh
mineral lempung dari suatu keadaan yang relatif kering, yaitu interaksi
terjadi ketika molekul air menjadi lengket pada permukaan partikel dan
atau berhubungan dengan kation yang dapat berpindah. Hidrasi mineral
lempung pada keadaan kering merupakan proses eksoterm, ini dapat diuji
dengan mudah oleh panas yang ditimbulkan pada sisi gelas kimia yang
dihasilkan ketika sejumlah bubuk mineral lempung dibasahi. Penyerapan
air oleh mineral lempung dapat terjadi baik oleh hidrasi permukaan kristal
ataupun oleh pertukaran kation. Pada kaolin, air hanya dapat diserap pada
permukaan luar, dimana ada dua macam yaitu siloksan dan gibsit, dan
pada ujung partikel. Entalpi penyerapan air ini sangat kecil dan dapat
dihilangkan oleh kenaikan panas yang kecil.
3. Interaksi dengan bahan organik
Beberapa molekul organik, seperti pada air dapat dengan mudah diserap
oleh mineral lempung. Pada beberapa kejadian, terutama untuk molekul
organik tak berkutub, kekuatan interaksinya relatif lemah, hanya sesuai
untuk penyerapan secara fisik. Namun demikian, spesies organik berkutub
atau berion dapat menjadi variasi yang luas dari reaksi kimia dengan
mineral lempung. Kelompok mineral kaolinit, smektit dan vermikulit
dapat berkembang oleh penetrasi molekul antar lapisan untuk membentuk
suatu interkalasi yang komplek

vii
2.3 Mineralogi Kaolin
Kaolin termasuk dalam subklas phyllosilicate, dimana dasar dari semua
kenampakan struktur dari mineral-mineral pada subklas ini terdiri dari SiO4

tetrahedrall yang terdiri dari 3 atau 4 rantai oksigen dan dengan cara yang serupa
membentuk perlapisan pseudohexagonal, meskipun beberapa dari phyllosilicate
stabil pada temperatur sedang, yang terlihat pada beberapa kenampakan
temperatur pada saat proses sedimentasi (mineral lempung) ditunjukkan oleh
struktur yang lebih sederhana yang terbentuk di bawah kondisi serupa pada tipe-
tipe silikat yang lain (Salmang, 1961).
Syarat dari penggolongan lempung di atas permukaan bumi adalah material yang
berbutir halus dan memiliki plastisitas ketika bercampur dengan air dalam jumlah
yang terbatas. Analisis kimia dari lempung menunjukkan bahwa lempung
terbentuk dari hidrous aluminium silikat dalam frekuensi yang cukup besar
dengan kandungan besi, kalsium, sodium dan potasium. Lempung selalu
berukuran halus yang terbentuk pada pelarutan colloid. Batas ukuran dari
lempung memiliki diameter sampai 0,004 mm yang secara genetik terbentuk
sebagai hasil pelapukan dan sedimentasi dari batuan beku yang kaya akan feldspar
dan juga terbentuk sebagai hasil aktifitas hidrothermal (Grim, 1953 dalam
Bateman, 1959).
Karakteristik dari mineral lempung dari subklas phyllosilicate terdiri dari 4 grup,
yaitu grup kaolin, grup montmorilonit, grup lempung mika dan grup klorit.
Mineral dari grup kaolin memiliki komposisi kimia yang sama yaitu
Al4Si4O10(OH)8. mineral lempung memiliki beberapa kenampakan fisik yang

sama, mineral ini sukar diamati secara makroskopis maupun mikroskopis kecuali
dengan menggunakan defraksi sinar X untuk mengetahui komposisi mineral dan
dengan SEM untuk mengetahui bentuk strukturnya (Hunt, Kraus, Ramsdel, 1951).
Tiga tipe grup kaolin yang dikenal adalah kaolinit, nakrit dan dickit. Mineral-
mineral ini dapat terpisah ataupun bersatu, namun umumnya pada endapan kaolin
yang bernilai ekonomis tidak ditemukan mineral-mineral nakrit dan dickit.
Kaolinit merupakan massa mineral yang sangat dominan dalam grup kaolin,

vii
karena merupakan mineral utama penyusun kaolin (80%), komposisi kimianya
dengan formula Al4Si4O10(OH)8, terbentuk dengan atau tanpa adanya substitusi

atom (Kerr, 1959). Percobaan menggunakan x-ray dan analisa dengan SEM
menunjukkan perbedaan yang cukup jelas pada molekul-molekul dasar ketiga
mineral ini, dimana molekul dasar dari nakrit terdiri dari 6 lapisan, dickit 2 lapisan
dan kaolinit satu lapisan.
0 0
Hilangnya kandungan air pada kaolinit terjadi pada temperatur 400 C-450 C,
0 0 0
pada dickit 510 C-575 C dan nakrit >600 C, pecah secara alami dan mengalami
perusakan fisik akan sangat mudah terjadi pada saat kering, hal ini diakibatkan
ukuran yang halus dan mudah tergores.
Mineral kaolinit berwarna putih, namun seringkali berwarna coklat atau abu-abu
karena adanya material pengotor, cerat putih, dengan kilap mutiara pada kristal
yang besar tapi sering kali memiliki kilap tanah dan memiliki kilap tanah (dull),
memiliki sistem kristal triklin, umumnya berupa earthy aggregat,
pseudohexagonal dan platy crystal yang kadang-kadang dapat diamati di bawah
SEM, memiliki belahan (001), sempurna, tapi tidak dapat dilihat secara
megaskopis karena ukurannya yang kecil, kekerasan 1-2, densitas 2,6 , memiliki
sifat optik α = 1.553-1.565 ; β = 1.959-1.569 ; γ = 1.560-1.570, perlapisan kaolin
terdiri dari tetrahedralll layer.

vii
Pada sekuen yang sama satu, dua, atau enam perlapisan kaolin akan terdiri
kaolinit, dickit dan nakrit. Dilihat dari genesanya kaolinit terbentuk dari
dekomposisi alumino silikat, khususnya feldspar akibat proses pelapukan atau
aktifitas hidrothermal. Deposit yang cukup besar umumnya terbentuk oleh alterasi
hidrothermal feldspa di dalam granit dan granit pegmatit seperti di Cornwall
(England), Ukraina-Czech Rep., USSR dan China.

2.4 Potensi dan Sebaran Kaolin di Indonesia


Hasil eksplorasi yang tercatat dalam Pusat Sumber Daya Geologi menampilkan
mineral kaolin dalam kategori sumberdaya bahan keramik didapatkan peta
persebaran mineral kaolin di Indonesia baik dalam sumberdaya hipotetik maupun
sumberdaya terukur mayoritas di pulau Sumatera, Bangka, dan Kalimantan serta
tersebar tidak merata pada daerah lainnya di Indonesia.

Gambar peta potensi kaolin di Indonesia. (http://webmap.psdg.bgl.esdm.go.id)

Klasifikasi sumber daya mineral berdasarkan tingkat penyelidikannya terbagi


menjadi empat kategori yaitu hipotetik, tereka, tertunjuk, dan terukur. Sedangkan
klasifikasi cadangan mineral terbagi menjadi dua bagian yaitu terkira dan terbukti
(SNI 130-5014-1998).

vii
 Sumber daya mineral hipotetik (Hypothetical Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
perkiraan pada tahap Survai Tinjau.

 Sumber daya mineral tereka (Inferred Mineral Resource) adalah sumber


daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil
tahap Prospeksi.

 Sumber daya mineral tertunjuk (Indicated Mineral Resource) adalah


sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
hasil tahap Eksplorasi Umum.

 Sumber daya mineral terukur (Measured Mineral Resources) adalah


sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
hasil tahap Eksplorasi Rinci.

 Cadangan mineral terkira (Probable Reserve) adalah sumber daya mineral


terunjuk dan sebagian sumber daya mineral terukur yang tingkat
keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi
kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga
penambangan dapat dilakukan secara ekonomi.

 Cadangan mineral terbukti (Proved Reserve) adalah sumber daya mineral


terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang
terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara
ekonomik.

Tabel neraca sumberdaya mineral bukan logam tahun 2015

vii
Dari data psdg total sumberdaya kaolin sampai awal tahun 2016 tdak kurang dari satu
milyar ton baik sumberdaya hipotetik, tereka, terunjuk, dan terukur. Sedang dari segi
harga per ton dalam kategori mineral industri, kaolin termasuk kelompok mineral dengan
harga menengah yakni pada kisaran 100-1000 USD per ton.

Kategori mineral industri harga per ton (Barker and McLemore, 2005)

Dari segi keekonomisan, Pengusaha mineral menilai pemerintah masih separuh


hati menjalankan program industri pengolahan (hilirisasi) mineral mulai Januari
2014. Pasalnya, meskipun telah mampu memenuhi batasan minimum kadar
mineral sesuai aturan, pengusaha masih dibebani bea keluar. Salah satu contohnya
adalah komoditas kaolin yang merupakan bahan baku keramik dan komponen
otomotif. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 30 Tahun 2013
tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Produk Pertambangan yang
dikenakan Bea Keluar, HPE kaolin per Juli ini mencapai US$ 200 per ton.
Michael Herry Santoso, Direktur UtamaPT Garuda Artha Resources mengatakan,
sejatinya, besaran HPE yang ditetapkan pemerintah tidak sesuai dengan
perkembangan harga pasar. Bahkan, harganya tidak pernah berubah dari bulan ke

vii
bulan. "Saya tidak mengerti, bagaimana perhitungan HPE kaolin. Yang pasti,
harga pasar sangat jauh di bawah harga yang ditetapkan pemerintah," kata dia
pada KONTAN, Minggu (30/6).
Menurut Michael, harga kaolin sekarang ini sekitar US$ 80 per ton. Dengan HPE
sebesar US$ 200 per ton, bea keluar 20% yang harus dibayar pengusaha sebesar
US$ 40 per ton. Alhasil, dia akan sulit bersaing di pasar ekspor kaolin dengan
membanderol harga sekitar US$ 120 per ton. Padahal, permintaan pasar dalam
negeri cukup terbatas. Herry menyatakan, dari total produksi kaolin nasional
sekitar 100.000 ton per tahun, sekitar 80% dijual di dalam negeri, sedangkan
sisanya diekspor. Namun, sejak pemberlakuan bea keluar di tahun 2012 lalu,
kebanyakan pengusaha tidak lagi melirik ekspor dan lebih memilih menjual di
lokal. Akibatnya, pasokan kaolin di dalam negeri jadi melimpah yang berdampak
pada penurunan harga jual, yakni turun hingga menjadi Rp 600 per kilogram (kg).
Namun demikian,kaolin dipergunakan untuk keperluan berbagai macam industry
sepert industri kertas, industri keramik, industri karet, industri cat Kualitas tinggi
dan industri lain yang yang mempergunakan kaolin.

2.5 Eksplorasi Kaolin


1. Penyelidikan Umum
a. Studi Pustaka
Pengumpulan data dan informasi sekunder berupa studi literature
perpustakaan atau dokumentasi dari Departemen Pertambangan dan
Sumber Daya Energi.
b. Cek Lapangan
Setelah mendapat SIPP (Surat Izin Peninjauan Pendahuluan),
dilakukan peninjauan rona lingkungan awal dari daerah sekitar untuk
mengidentifikasi rencana kegiatan penambangan yang kemungkinan
akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik yang bersifat
positif maupun negatif. Setelah mendapat SKIP (Surat Keterangan
Izin Penyelidikan) dilakukan penyelidikan singkapan batuan yang

vii
diperkirakan mengandung kaolin dengan cara melakukan observasi
lapangan,dengan melihat langsung kondisi lapangan daerah penelitian,
luas, serta mencocokkan dengan data-data awal yang diperoleh
berdasarkan studi pustaka dimana kemungkinan pada daerah itu
terdapat endapan kaolin. Setelah itu, mengambil perconto batuan dari
singkapan.Jika hasil dari tes di laboratorium menunjukkan bahwa
terdapat kandungan kaolin, maka dilanjutkan ketahap penyelidikan
pendahuluan.

2. Kegiatan Eksplorasi
Hasil dari laboratorium yang menunjukkan bahwa secara umum endapan
kaolin memenuhi unsur-unsur yang seseuai komposisi kaolin dan
menunjukkan bahwa endapan kaolin layak untuk ditindak lanjuti, maka
setelah mendapatkan Kuasa Pertambangan Eksplorasi dilakukan kegiatan
meliputi:
a. Memetakan Daerah Kegiatan
Pemetaan daerah kegiatan eksplorasi guna merekam semua peristiwa
geologi dan mencari tanda-tanda endapan yang dicari dengan hasil
keluaran berupa peta geologi yang kemudian akan dihasilkan model
penyebaran endapan dan gambaran mengenai sumberdaya endapan.
b. Pengambilan sampel
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian
digabungkan dan dibuat penampang atau model penyebarannya.
Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang
pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji,
pembuatan puritan, dan jika diperlukan dilakukan pemboran.

vii
BAB III

PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN KAOLIN

3.1 Studi Cadangan dalam Penentuan Teknik Penambangan


Berdasarkan data laboratorium PT. Asian Kaolin Raya, derah yang telah
dilakukan pemboran eksporasi dibagi menjadi blok-blok yang berjumlah lima
blok. Ketebalan endapan kaolin berkisar antara 3,0 meter sampai dengan 4,6
meter dan ketebalan lapisan tanah penutup antara 1,0 meter sampai dengan 2,8
meter berikut ini tabelnya.

BLOK LUAS TEBAL TEBAL VOLUME VOLUME


( m2 ) KAOLIN TANAH CRUDE TANAH
(m) PENUTUP KAOLIN PENUTUP
(m) ( m3 ) ( m3 )
VI 152500 4,64 2,40 707.600 366.000
VII 145000 4,47 2,48 648.150 359.600
VIII 266250 3,77 1,50 1.003.574 399.300
IX 70000 3,00 1,00 210.000 70.000
X 11225 3,32 2,77 365.200 304.700
JUMLAH 2.934.524 1.499.600

Perhitungan umur tambang kaolin di PT.Asian Kaolin Raya didasarkan pada


efesiensi kerja di penambangan, serta recovery penambangan yang dapat
dihasilkan. Recovery penambangan adalah jumlah crude kaolin yang dapat
ditambang secara maksimum dengan menggunakan alat-alat mekanis. Hal ini
mengingat jumlah air tanah dan curah hujan yang cukup tinggi sehingga
menggangu operasi penambangan. Berdasarkan pengamatan di lapangan
diperkirakan recovery tambang yang dicapai PT, Asian Kaolin Raya adalah 90%.

vii
1. Penentuan umur tambang dapat diperhitungkan dengan rumus:
VxRc
LT =
F x n x Eff
Dimana: LT = Umur maksimum tambang (tahun)
V = Volume crude kaolin ( m3) = 2.934.524 m3
Rc = 90%
F = Umpan Pabrik pemurinian = 601,34 m3
n = Hari kerja = 361 hari
eff = Efisiensi kerja = 67,67 %
jadi umur tambang adalah
2.934.524 m3 x 0,9
LT =
601,34 m3 /harix 361 hari x 0,6767

= 18 tahun

Crude kaolin digunakan untuk memenuhi umpan pabrik pemurnian sehingga


diperoleh tepung kaolin dengan target produksi 8000 ton tepung kaolin/bulan
tepung kaolin, nilai recovery pemurnian sebesar 20 % serta jumlah hari dalam
satu bulan adalah 30 hari.
2. Penentuan kapasitas pengolahan crude kaolin yang diperlukan

8000 ton/bulan
= = 40.000 ton/bulan
20 %
atau
40.000 ton/bulan
= = 1.333,33 ton/hari = 56 ton/jam
30 hari/bulan

Crude kaolin sebesar 56 ton/jam ini merupakan jumlah umpan yang harus masuk
ke pabrik pemurnian tiap satu jam. Dengan waktu kerja pabrik pemurnian sebesar
19,08 jam/hari, jumlah hari kerja 361 hari per tahun dan dalam perkiraan terjadi
kehilangan dalam pengangkutan sebesar 10 % serta persediaan crude kaolin di
tempat penimbunan sebanyak 20 %.

vii
3. Sasaran pemindahan crude kaolin dari tempat penimbunan ke pabrik
pemurnian.

130/100 x 56 ton/jam x 19,08 jam/hari x 361 hari


=
1,95 ton/m3
= 257147,52 m3/tahun
Dengan adanya data diatas dapat dihitung sasaran produksi pemindahan crude
kaolin dari tambang dengan waktu kerja efektif 13,53 jam dan jumlah hari kerja
tambang dalam satu tahun 361 hari serta factor pengembangan crude kaolin
sebesar 84,42 % , maka :
= Target produksi pabrik x factor pengembangan
= 257147,52 m3/tahun x 84,42 %
= 217083,94 m3/tahun
atau
217083,94 m3/tahun
=
361 hari/tahun
= 601,34 m3/hari
atau
601,34 m3/hari
=
13,53 jam/hari
= 44,44 m3/jam

Jadi, target produksi pemindahan crude kaolin di tambang adalah 44,44


m3/jam x 1,95 m3/ton = 86,66 ton/jam

vii
3.2 Teknik Penambangan Bahan Galian Kaolin
Aturan dasar eksploitasi adalah memilih metode penambangan yang terbaik sesuai
karakteristik unik dari endapan mineral dengan batasan keamanan dan
keselamatan, teknologi, dan ekonomi untuk memperoleh ongkos poduksi
termurah dan profit maksimum. Berdasarkan karakteristik endapan kaolin yakni:
 Dekat permukaan
 Lapisaan penutup tipis
 Material loose
 Harga mineral tingkat menengah

Maka Proses penambangan kaolin yang paling cocok dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu:
1. Cara tambang terbuka (open pit): Pada cara ini, pengupasan tanah penutup
dapat dilakukan dengan alat-alat secara manual ataupun alat mekanis
seperti bulldoser, scraper, Lapisan kaolin dapat digali dengan excavator
lalu dimuat langsung ke dalam truk untuk diangkut ke pabrik pengolahan.
2. Cara tambang semprot (hydraulicking): Pada cara ini, endapan kaolin yang
telah dikupas tanah penutupnya disemprot dengan menggunakan monitor.
Hasil penyemprotan berbentuk lumpur (campuran kaolin dengan air).
Lumpur tersebut dipompakan ke tempat pengolahan melalui pipa-
pipa.Cara penambangan dengan menggunakan kombinasi pompa dan
hydraulicking (monitor). Pada tambang semprot penggalian endapan
alluvial dilakukan dengan menggunakan semprotan air yang
bertekanan tinggi yang berasal dari penyemprotan yang disebut
monitor atau water jet atau giant. Tekanan aliran air yang dihasilkan
oleh monitor dapat diatur sesuai dengan keadaan material yang
akan digali atau disemprot yang biasanya bisa mencapai tekanan sampai
10 atm. Untuk memperbesar produksi biasanya:
a. Digunakan lebih dari satu monitor, baik bekerja sendiri-sendiri
atau bersama disatu permuka kerja;
b. Monitor dibantu dengan alat mekanis seperti back hoe atau
buldoser Untuk mengangkut material hasil galian atau
semprotan ke instalasi pengolahan digunakan air yang
digerakkan dengan pompa. Jadi jika digunakan cara penambangan
tambang semprot harus tersedia cukup air, baik untuk
sperasi penambangan maupun untuk proses pengolahannya
(konsentrasi).

vii
3.3 Peralatan Pengolahan Bahan Galian Kaolin
Dari total cadangan volume crude kaolin 2.934.524 m3 atau sekitar 5.722.322
ton kaolin atau nilai aset minimum sekitar 600 juta USD. Kemudian ditinjau dari
segi metode penambangan dengan laju produksi 86,66 ton/jam. Maka peralatan
bongkar, muat, dan angkut yaitu:
1. Backhoe excavator, dibutuhakan satu buah excavator dengan kapasitas
wadah 1 m3 atau 1.95 ton dengan rincian harga 40 ribu sampai 80 ribu
USD maka biaya pengeluaran
Biaya pengeluaran = jumlah alat x umur tambang x harga
Usia pakai alat
= 1 x 18 tahun x 60.000 USD
6 tahun

= 180.000 USD

Gambar lampiran pencarian penjualan excavator online

vii
2. Truk angkut, dibutuhkan dua buah truk dengan kapasitas minimum 4x2
meter atau 8 ton dengan harga sekitar 40 ribu sampai 60 ribu USD

Biaya pengeluaran = jumlah truk x umur tambang x harga

Usia pakai alat

= 2 x 18 tahun x 40.000 USD

9 tahun

= 160.000 USD

Gambar lampiran pencarian penjualan truk online

vii
3.4 Tahapan Pengolahan Bahan Galian Kaolin
1. Jika menggunakan penambangan tambang terbuka maka setelah sampai pabrik
pengolahan kaolin tersebut dimasukkan ke hopper dengan bantuan tenaga
manusia atau loader. Untuk penampungan sementara dan pengumpan ke unit
pencucian (classifier).

2. Setelah itu rotary screen Di gunakan untuk menyaring kotoran (rumput, akar
danbatu-batu) pada unit pencucian, atau untuk sizing. Selanjutnya melalui
classifier untuk mencuci kaolin, yang dilengkapi dengan screw, setalah itu
dialirkan menggunakan pompa dan pipa menuju bak penampung untuk proses
selanjutnya.

3. Jika menggunakan penambangan semprot cara pengolahannya tidak jauh


berbeda dengan penambangan tambang terbuka, mulai dengan lapisan tanah
disemprot dengan air tekanan tinggi sehingga hancur, menghasilkan cairan yang
sudah mengandung kaolin, cairan yang mengandung kaolin disaring lewat
beberapa tahap yang ketat, melewati mesh dipakai untuk memisahkan kaolin dari
mineral pengganggu seperti besi oksida, pasir kuarsa, titanium oksida, dan mika.
tidak ada lagi tambahan bahan lainnya.

4. Kemudian, cairan yang mengandung kaolin ini disaring dengan alat yang
disebut, sluice box suatu alat sederhana yang berfungsi untuk memisahkan mana
yang benar-benar kaolin dan mana yang pasir.

5. Selanjutnya, semua cairan yang sudah mengandung kaolin yang sudah


dipisahkan dari kandungan pasir, dimasukkan ke dalam sumur penampungan.

6. Setelah proses pemisahan selesai, kaolin diendapkan di tempat pengolahan


selama tiga hari sebelum dilanjutkan keproses pengeringan guna untuk
mengurangi kadar airnya.

vii
7. Cairan kaolin murni ini kemudian dialirkan dan dimasukkan kedalam mesin
press untuk memisahkan dan mengeringkan kaolin dari kandungan airnya menjadi
kaolin gumpal .

8. Setelah masuk kedalam mesin press akan menghasilkan kaolin gumpal, ini
merupakan salah satu produk jadi, selain dari Kaolin dalam bentuk tepung. Jadi,
cake ini dapat langsung dijual kepada pelanggan yang memang membutuhkan
kaolin gumpal sebagai salah satu bahan dasar produksinya, atau dapat juga
diproses lebih lanjut menjadi kaolin tepung.

9. Jika ingin diproses lebih lanjut untuk menjadikannya kaolin tepung, kaolin
gumpal ini dimasukkan kedalam oven. kaolin cake / gumpal dipanaskan ke dalam
oven pengering dengan suhu 800 - 1000 derajat celsius.

10. Setelah proses pengeringan, gumpalan ini digiling sehingga menjadi butiran-
butiran halus (mesh 325, dan mesh 200). Untuk selanjutnya, kaolin tepung yang
sudah jadi dan siap untuk dijual.

vii
3.5 Peningkatan Kualitas Kaolin
Indonesia mempunyai cadangan kaolin yang besar. Namun, sampai saat ini untuk
kebutuhan dalam negeri masih impor. Indonesia sudah mengekspor kaolin tetapi
dalam bentuk raw material. Kondisi ini merupakan kerugian mematikan industri
dalam negri. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri mengenai nilai
tambah tambang mineral, bahan tambang yang belum diolah tidak bisa diekspor
ke luar negeri. Untuk menjembatani hal tersebut, Geoteknologi-LIPI telah
melakukan penelitian bahan tambang mineral bukan logam seperti identifikasi,
karakterisasi dan pengolahan kaolin. Pengolahan kaolin adalah untuk membuang
mineral pengganggu, seperti oksida besi, pasir kuarsa, oksida titanium dan mika.
Dalam penelitian disini akan dilakukan pengolahan kaolin untuk menghilangkan
kadar kuarsa. Pengotor kaolin terutama kuarsa mempunyai komposisi SiO2 dan
berukuran hampir sama dengan kaolin sehingga proses pemurnian dengan
menggunakan pengayakan kurang efektif (Murray, 2000) maka dicoba dengan
metoda pelarutan HF dengan konsentrasi dan waktu kontak yang terkontrol agar
tidak merusak kristal kaolin.
Hasil analisa kimia, silika (SiO2) kaolin Cipatujah yang diproses dengan HF 0,1
dan 0,5 N tidak turun signifikan. Pada kaolin Bangka Belitung hasil proses dengan
HF 0,1dan 0.5 N mengalami penurunan SiO2 17,46 dan 16.11 persen. Hasil
analisa semi kuantitatif XRD, kaolin Cipatujah yang diproses dengan HF 0.1 dan
0.5 N, terjadi penurunan pada kaolin dan haloisit sebanyak 0.9 persen dan 0.1
persen ; 1.1 persen dan 1.1 persen. Untuk kaolin Bangka Belitung hasil proses
dengan HF 0,1 dan 0.5 N menunjukan penurunan kuarsa 32.5 dan 32.3 persen.
Dapat disimpulkan bahwa tidak semua jenis silika dapat didegradasi oleh HF,
bergantung dari jenis silikanya, silika yang dapat didegradasi oleh HF adalah
bentuk kuarsa.

vii
3.6 Pengolahan Tailing
Penambangan kaolin umumnya dilakukan dengan teknik penambangan terbuka
dan cara semprot (hydraulicking). Penambangan kaolin di Belitung dilakukan
dengan sistim gabungan antara tambang terbuka dan tambang semprot. Artinya
endapan kaolin yang telah dikupas tanah penutupnya dengan ketebalan antara 2 m
– 7 m, disemprot dengan menggunakan monitor tekanan tinggi. Kedalaman
penambangan mencapai 15 m atau sangat tergantung pada kadar kaolin pada
endapan yang ditambang. Pada tambang kaolin, untuk mendapatkan kaolin
dengan kualitas tinggi perlu dilakukan pencucian untuk menghilangkan bahan
pengotor. Kaolin hasil proses pelapukan granit cenderung mengandung juga
mineral resisten berupa silika.
Pada pencucian kaolin, kandungan silika yang berukuran pasir akan terpisahkan
sehingga menghasilkan ampas berupa pasir kuarsa yang merupakan bahan
berpotensi ekonomi untuk dapat dimanfaatkan. Secara umum pengolahan kaolin
dilakukan dengan penyemprotan endapan kaolin menggunakan monitor hingga
terbongkar dan membentuk lumpur kaolin yang kental. Lumpur ini terbentuk dari
campuran mineral kaolin, pasir kuarsa, dan air. Butiran kuarsa sangat membantu
dalam pembentukan lumpur. Makin tinggi kandungan pasir kuarsa dalam endapan
kaolin yang disemprot, pembentukan lumpur akan lebih cepat dan mudah karena
kaolin yang lengket pada kuarsa akan lepas membentuk lumpur. Sedangkan
kaolin dengan kadar kuarsa rendah dan kadar kaolin tinggi, maka proses
pembentukan lumpur kaolin relatif lebih lambat karena kaolin akan liat, lengket
dan membentuk bongkahan kaolin dalam lumpur dan ikut terpompa ke tempat
penyaringan mekanik. Bongkahan kaolin ini mengganggu proses penyaringan,
apabila bongkahan ini dominan pada saringan, alat ini harus dibongkar untuk
dibersihkan. Untuk mencegah pengumpulan bongkahan kaolin, dilakukan dengan
penyemprotan ulang sebelum dilakukan proses penyaringan serta pemilihan
endapan kaolin yang mengandung silika tinggi.
Selanjutnya lumpur kaolin tersebut dialirkan melalui saluran-saluran dan
ditampung pada cekungan yang lebih rendah di dalam kolong penambangan yang
berfungsi sebagai bak penampung. Dari tempat penampungan, lumpur kaolin

vii
tersebut dipompakan ke tempat penyaringan mekanis untuk membuang kotoran
organik/tumbuhan dan material kasar. Proses selanjutnya, lumpur akan disaring
melalui saringan dengan ukuran tertentu sebagaimana permintaan pembeli
(umumnya 325 mesh) untuk memisahkan kaolin dan pasir kuarsa. Lumpur kaolin
hasil penyaringan yang telah bersih dimasukkan ke dalam bak penampungan
untuk dilanjutkan dengan proses pengendapan. Proses pengendapan ini dilakukan
dengan mendiamkannya. Endapan kaolin yang diendapkan dalam bak
penampung, selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan pemanas listrik/oven.
Kaolin murni yang dihasilkan digiling menjadi tepung dengan ukuran 325 mesh
(setara dengan 45 mikron). Pasir kuarsa sebagai bagian dari penyusun endapan
kaolin, menjadi hasil sampingan dari pengolahan kaolin yang untuk
pemanfaatannya langsung pada tahapan pengangkutan. Sehingga nilai ekonomi
pasir kuarsa akan meningkat, mengingat tanpa beaya pemisahan dari bahan
pengotor.

Gambar tailing berupa pasir kuarsa hasil penyaringan kaolin, Belitung, Babel (Ishah dkk,
2002)

vii
BAB IV
KEGUNAAN DAN SPESIFIKASI KAOLIN

4.1 Pemanfaatan Kaolin


4.1.1 Industri Keramik
Pada industri keramik, kaolin digunakan sebagai bahan baku utama digunakan
untuk membuat white ware (barang-barang berwarna putih), wall tile (ubin
dinding), insulatir (alat pelekat), refraktori, face brick (bila memerlukan warna
putih). Pengklasifikasian kaolin didasarkan kepada penggunaan kaoiln tersebut
yang antara lain untuk membuat white ware atau barang-barang yang berwarna
putih, termasuk porselin, ubin dinding, isolator (alat penyekat), dan lain-lain. Ada
hubungan antara sifat lempung keramik dengan komposisinya, yaitu plastisitas,
sifat-sifat suspensi, bonding strength, drying shrinkage, firing characteristic
(Trask, 1965). Syarat umum mutu kaolin untuk semua kelas adalah harus
mengandung mineral kaolinit paling sedikit 80%, sedangkan syarat khusus dapat
dilihat pada tabel berikut ini:

vii
4.1.2 Industri Kertas
Dalam industri kertas, kaolin berfungsi sebagai pengisi (filler material) dan
pelapis (coating material). Spesifikasi kaolin yang dibutuhkan dalam industri ini
secara umum dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

4.1.3 Industri Karet


Dalam industri karet, kaolin digunakan untuk campuran latek, yang dimaksudkan
untuk memperbaiki sifat-sifatnya, antara lain, kekuatan, ketahanan terhadap abrasi
dan kekakuannya seperti sebagai bahan vulkanisir untuk meningkatkan kekuatan
dan ketahanan karet. Persyaratan kaolin untuk dapat digunakan dalam industri
karet dapat dilihat pada table di bawah ini:

vii
4.1.4 Industri Cat
Penggunaan kaolin untuk industri cat, antara lain dikarenakan kaolin mempunyai
sifat yang tidak mudah reaktif, dapat berfungsi sebagai lapisan penutup yang
mempunyai kekuatan yang tinggi. Warna kaolin yang putih akan memudahkan
untuk merubah menjadi berwarna seperti apa yang diinginkan sehingga
mengurangi jumlah pemakaian bahan-bahan berwarna (warna yang dapat
dihasilkan bervariasi). Digunakan sebagai bahan extender produksi cat, substitusi
mewarnai cat dan untuk membuat cat berwarna cemerlang. Kaolin juga memiliki
variasi ukuran butir yang besar, yang akan dipergunakan dalam berbagai industri
cat.

vii
4.2 Perkembangan Pemanfaatan Kaolin
Perkembangan Industri Isolator Listrik Di Indonesia. Industri isolator listrik di
dalam negeri sudah banyak dirintis dari kota dari tahun 1950 yang dimulai dengan
pembuatan isolator tegangan rendah yang menggunakan bahan baku sebagian
diimpor. Seiring dengan ditemukannya bahan baku didalam negeri maka
digunakan pembuatan isolator mengunakan bahan baku yang berasal dari dalam
negeri. Pada akhir tahun 60 hingga 70 pabrik isolator listrik tumbuh berkembang
sesuai dengan kebutuhan listrik yang makin besar. Akan tetapi dengan berbagai
permasalahannya maka pada awal tahun 80 banyak pabrik yang mulai
menghentikan usahanya. Pada era tahun ini kemampuan industri isolator kita
hanya sebatas memenuhi kebutuhan isolator tegangan rendah. Sampai masa tahun
90 produksi isolator memasuki tahapan pada jenis isolator tegangan menengah
dan tinggi. Pada periode ini perusahaan isolator keramik mulai tumbuh dan
umumya terbatas kepada membuat isolator dengan bahan baku impor. Pada
industri tertentu produksi isolator hanya sebatas pada proses perakitan komponen
keramik dan kelengkapan logam yang dimpor dari luar seperti Jepang, USA,
Korea Selatan, Thailand atau lainya.
Baru menjelang tahun 2000 industri isolator keramik sudah mengarah kepada
produksi isolator tegangan menengah sampai tinggi yang memanfaatkan bahan
baku dari dalam negeri. Berdasarkan pengamatan kepada pabrik pembuatan
isolator listrik keramik umumnya mereka mengaku menggunakan bahan baku dari
dalam negeri. Dengan catatan pengakuan mereka apakah benar-benar sesuai
dengan kondisi bahan baku keramik asal Indonesia (dalam negeri), mengingat
kualitas bahan baku dalam negeri sangat bervariatif. Banyak juga penelitian yang
memperlihatkan bahwa bahan baku keramik dalam negeri masih perlu pengolahan
lanjutan sehingga memenuhi standar bahan baku untuk bahan baku isolator
tegangan menengah-tinggi. Pengolahan bahan baku tersebut perlu dilakukan
mengingat persyaratan pembuatan isolator listrik keramik yang cukup ketat. Oleh
karena itu dalam rangka pemanfaatan bahan baku isolator dalam negeri seperti
bahan galian kaolin maka dilakukanlah penelitian kualitasnya agar dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin. Selain itu bahan baku yang melimpah akan

vii
dapat digunakan dengan melalui beberapa proses lebih lanjut. Khusus industri
isolator listrik tegangan menengah seperti isolator FCO sampai saat ini tidak
banyak perusahaan yang memproduksinya. Baru pada pertengah tahun 2000 an di
kota Bandung terdapat perusahaan yang memproduksi isolator ini. Berdasarkan
pengakuan produsen mereka telah menggunakan bahan baku dalam negeri. Untuk
mengejar kemampuan teknologi isolator listrik maka pada tahap pertama ini
dilakukan pemilihan produk isolator listrik yang memiliki kesulitan minimum
baik pembuatan maupun standar yang ada. Oleh karenanya dipilih produk isolator
listrik jenis FCO yaitu jumlah bahan baku banyak dipasar dan dari uji kelistrikan
tidak terlalu ketat dibandingkan persyaratan isolator listrik tegangan tinggi.
Teknologi pembuatan isolator listrik sampai saat ini sulit untuk didapatkan secara
cuma-cuma. Oleh karenanya pada tahapan awal perlu diketahui kondisi bahan
baku dan pada akhirnya sangat mungkin menguasai teknologi pembuatan produk
isolator sepenuhnya. Hasil uji kualitas terhadap kaolin yang ada maka untuk dapat
dipakai sebagai bahan baku isolator perlu dilakukan pengolahan awal terhadap
kaolin. Dengan proses ini diharapkan bahan baku akan sesuai dengan persyaratan
standar untuk membuat badan bahan baku keramik isolator porselen. Karena
persyaratan kelistrikan yang tidak seperti isolator tegangan tinggi lainnya maka
dengan standar bahan baku yang ada maka masih terbuka luas kemungkinan
untuk membuat isolator listrik FCO.

vii
BAB V

REKLAMASI LAHAN TAMBANG KAOLIN

5.1 Landasan Teori


5.1.1 Prinsip Reklamasi
Berdasarkan undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral
dan batubara reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambanganuntuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Pada
hakekatnya prinsip reklamasi harus memenuhi beberapa kriteria antara lain:
1. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan yang terdiri atas
a. Perlindungan terhadap air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta
udara berdasarkan baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup
b. Perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati
c. Penjaminan terhadap stabilitas keamanan pada timbunan batuan penutup,
kolam tailing, lahan bekas tambang, dan struktur buatan lainya
d. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya
e. Memperhatikan nilai sosial dan budaya setempat
f. Perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan

2. Prinsip kesehatan dan keselamatan kerja yaitu memberikan perlindungan kesela


matan terhadap setiap pekerja/buruh, dan memberikan perlindungan setiap
pekerja/buruh dari penyakit akibat kerja.
3. Prinsip konservasi mineral
a. Penambangan yang optimum
b. Penggunaan metode dan teknologi pengolahan dan/atau pemurnian yang
efektif dan efisien.

vii
c. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marjinal, mineral kadar
rendah, danmineral ikutan
d. Pendataan sumberdaya serta cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang serta sisa pengolahan dan pemurnian.

5.1.2 Perincian Program Reklamasi


Dalam merencanakan suatu kegiatan reklamasi tidak terlepas dari program-
programyang akan dimbil dalam kegiatan reklamasi menurut Peraturan Menteri
ESDM Nomor 7 Tahun 2014 program reklamasi dapat dilaksanakan dalam bentuk
revegetasi dan/atauperuntukan lainya. Peruntukan lahan lainya ini bisa berupa
pemanfaatan lahan untuk areapemukiman, pariwisata, sumber air atau area
pembudidayaan. Program reklamasi terhadap lahan yang terganggu dibuat dalam
jangka waktu 5 tahun atau sesuai dengan umur tambang yang dirinci setiap tahun.
Perincian program reklamasi tersebut antara lain yaitu:
1. Lokasi dan luas lahan terganggu yang akan direklamasi
2. Penatagunaan lahan berupa kegiatan pengaturan lahan baik yang berada di
dalam lubang bukaan maupun di luar lubang bukaan tambang
3. Revegetasi yang berupa kegiatan penentuan jenis dan jumlah tanaman yang aka
n digunakan untuk reklamasi, jarak tanam antar pohon serta luas lahan yang akan
direvegetasi.
4. Pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan apabila dilakuan kegiatan reklamasi
yang berbentuk bukan revegetasi
5. Pemeliharaan lahan yang berupa kegiatan pemeliharaan tanaman serta
stabilisasi lereng.

5.1.3 Biaya Langsung


Biaya yang digunakan dalam kegiatan reklamasi terdiri dari dua jenis biaya yaitu
biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan berkaitan
langsung dengan program-program reklamasi yang dilakukan. Biaya langsung ini
mencangkup beberapa kegiatan reklamasi antara lain:

vii
1. pengaturan permukaan lahan
2. Biaya penebaran tanah pucuk
3. Biaya pengendalian erosi
4. Biaya revegetasi antara lain biaya analisis tanah, pemupukan, pengadaan
bibit,penanaman, pemeliharaan tanaman
5. Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang; dan/atau
6. Pekerjaan sipil sesuai degan peruntukan lahan pascatambang
7. Biaya pemanfaatan lubang bekas tambang antara lain
1. Biaya stabilisasi lereng,
2. Pengamanan lubang bekas tambang
3. Pemuliahan dan pemantauan kualitas air serta pengelolaan air dalam
lubang bekastambang
4. Pemeliharaan lubang bekas tambang.

5.1.4 Biaya Tidak Langsung


Sedangkan biaya tidak langsung merupakan biaya yang dikeluarkan tidak
berkaitan langsung dengan kegiatan reklamasi dan biaya tidak langsung ini berupa
persentase dari biaya langsung. Rincian biaya tdak langsung antara lain:
1. Biaya Mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar 2,5% dari biaya langsung atau
berdasarkan perhitungan.
2. Biaya Perencanaan kegiatan reklamasi sebesar 2%-10 % dari biaya langsung.
Besarnya persentase yang akan digunakan dihitung menggunakan grafik biaya
perencanaan reklamasi
3. Biaya Administrasi dan keuntungan pihak ketiga
sebagai kontraktor pelaksana reklamasi sebesar 3%-14% dari biaya langsung.
Besarnya persentase yang akan digunakan dihitung menggunakan grafik biaya
administrasi dan keuntungan pihak ketiga.
4. Biaya supervisi sebesar 2%-7% dari biaya langsung. Besarnya persentase yang
akan digunakan dihitung menggunakan grafik biaya administrasi dan keuntungan
pihak ketiga.

vii
5.2 Reklamasi Tambang Kaolin PT. Aneka Kaoline Utama
5.2.1 Kegiatan Backfilling dan Penebaran Top Soil
Area yang akan direklamasi berupa lubang bukaan tambang yang sudah tidak
ekonomislagi untuk ditambang sesuai dengan rencana kemajuan penambangan.
Total luas area yang akan di reklamasi yaitu sebesar 5.8 hektar. Kegiatan awal
reklamasi adalah kegiatan penataan lahan yang terdiri dari pengisian kembali
lubang tambang dengan material isian berupa tailing dari proses pengolahan
kaolin yang kemudian dilakukan penebaran tanah pucuk (topsoil). Tebal
topsoil yang ditebar pada kegiatan reklamasi PT. Aneka Kaoline Utama adalah
sebesar 0.3 meter dengan ketebalan tersebut diharapkan mampu untuk mendukung
pertumbuhan tanaman dengan baik.

5.2.2 Penanaman Pohon


Dalam pekerjaan penataan lahan dan penyebaran tanah pucuk alat yang digunakan
yaitu Excavator Komatsu PC 200, Dump Truk Mitsubisi Colt Diesel
dan Bulldozer Komatsu D 85. Setelah dilakukan penataan lahan dan penyebaran tanah pucuk
maka kegiatan selanjutanya yaitu kegiatan revegetasi. Kegiatan revegetasi
ini dilakukan dengan penanaman pohon campuran antara pohon pioner yaitu pohon akasia
(Acasia mangium) dengan pohon lokal yaitu pohon seruk (Schimawalichii horth)
sebagai tanaman sisipan. Jarak tanam antarpohon pioner yaitu berjarak 4 meter
x 4 meter . Sebelum dilakukan penanaman tahapan awal dari kegiatan reklamasi
adalah melakukan uji kualitas tanah, pembuatan ajir, pembuatan lubang tanam
dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm serta pemupukan. Pola penanaman pohon pioner
dengan tanaman sisipan terdapat pada gambar.

vii
5.2.3 Stabilisasi Lereng dan Pembuatan Talut

Stabilisasi lereng dilakukan agar lereng mantap dan tidak mudah longsor. Lereng
yang dibuat adalah single bench dengan tinggi 3 meter dan kemiringan 45 derajat.
Sedangkan untuk mencegah terjadinya erosi pada lahan reklamasi maka perlu
dibuat suatu Sistem Pembuangan Air (SPA). SPA yang dibuat berupa
saluran/talut dengan dimensi Saluran dengan ukuran lebar 0.66 meter dengan
kedalaman 0.54 meter dengan panjang saluran sepanjang 269 meter.

5.2.4 Rencana Kegiatan dan Aggaran Reklamasi

Rencana kegiatan reklamasi ini dibuat dalam kurun waktu atau periode perlima
tahun dimulai dari tahun 2015 sampai 2019 dan akan terus berlanjut.

 Pada akhir tahun ke-1 tidak akan diadakan kegiatan reklamasi karena pada
tahun tersebut semua kegiatan akan berfokus pada proses penambangan.
Kegiatan reklamasi baru akan dilakukan pada akhirtahun ke-2 dikarenakan
lahan pada area penambangan tahun ke-1 sudah selesai ditambang.

 Area reklamasi pada tahun ke-2 akan berfokus pada area yang selesai di tambang pada
tahun sebelumnya. Luas area yang akan direklamasi adalah sebesar 1
hektar. Lubang tambang yang ditinggalkan akan dilakukan backfilling
dengan material tailing dari proses pengolahan kaolin sebesar 30.000 m3.
Setelah dilakukan kegiatan backfilling maka tahap selanjutnya yaitu
penyebaran topsoil. Topsoil yang disebar sebanyak 3.000 m3 yang berupa
campuran dari tanah pucuk dan tanah penutup. Jumlah pohon yang akan
ditanam sebanyak 938 pohon.

 Pada akhir tahun ke-3 sampai dengan ke-6 luas area yang akan direklamasi tiap tahunnya
adalah sebesar 1.2 hektar. Proses pengelolaan lahan tidak berbeda dari
tahun sebelumnya, hanya volume material yang akan dibackfilling serta
jumlah pohon yang akan ditanam. Material yang akan dibackfilling sebanyak 36.000 m3
dengan jumlah pohon yang akan ditanam sebanyak 1125 pohon.

vii
Besarnya biaya langsung yang akan dikeluarkan PT Aneka kaoline Utama dalam
kegiatan reklamasi lubang bukaan tambang untuk 1 hektar lahan adalah sebagai
berikut:
1. Pengaturan permukaan lahan, terdiri dari kegiatan loading, hauling, dan
spreading, dengan total biaya sebesar Rp. 312.496.000,-
2. Biaya penebaran tanah pucuk, terdiri dari kegiatan loading, hauling, dan
spreading, dengan total biaya sebesar Rp. 31.400.000,-.
3. Biaya pengendalian erosi pembuatan saluran dengan ukuran lebar 0.66 meter
dengan kedalaman 0.54 meter dengan panjang saluran sepanjang 95
meter sebesar Rp. 400.000,-
4. Biaya revegetasi antara lain biaya analisis tanah, pemupukan, pengadaan bibit,
penanaman, dan pemeliharaan tanaman dengan total biaya sebesar Rp.
20.621.000,-.
5. Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang tidak dilakukan karena
tidak terdapat adanya air asam tambang.
6. Pekerjaan sipil sesuai dengan peruntukan lahan pascatambang pada periode 5
tahun awal belum dilakukan pekerjaan sipil untuk pasca tambang
7. Biaya pemanfaatan lubang bekas tambang antara lain
i. Biaya stabilisasi lereng,Biaya yang dikeluakan untuk perapihan lereng
seluas 1 hektar lahan adalah sebesarRp. 136.000.000,-.
ii. Pengamanan lubang bekas tambang. Membuat pembatas pada areal sekitar
lahan yang sudah direklamasi. Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan
pagar 1 hektar lahan adalah Rp. 1.390.000,-.
iii. Pemuliahan dan pemantauan kualitas air serta pengelolaan air dalam
lubang bekastambang (tidak dilakukan).
iv. Pemeliharaan lubang bekas tambang (tidak dilakukan)

Besarnya biaya tidak langsung dipengaruhi oleh total biaya langsung semakin
besarbiaya langsung maka akan kecil pula biaya tidak langsungnya begitu
juga sebaliknya apabila biaya langsung kecil maka persentase biaya tidak

vii
langsung akan besar. Rincian biaya tidak langsung yang akan dikeluarkan untu
luas lahan 1 hektar adalah sebagai berikut:
1. Biaya mobilisasi alat, besarnya biaya mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar
2,5% dari biaya langsung.Besarnya biaya langsung untuk 1 hektar lahan
adalah sebesar Rp. 503.675.000,- Olehkarena itu, besar biaya mobilisasi dan
demobilisasi alat adalah Rp. 12.591.875,-
2. Biaya perencanaan berdasarkan grafik biaya perencanaan besarnya biaya yang akan
digunakan untuk menghitung biaya perencanaan adalah sebesar 8.8%. oleh
karena itu, biaya yang dikeluarkan untuk biaya perencanaan sebesar Rp.
44.323.400,-.
3. Biaya Keuntungan Pihak KetigaBerdasarkan grafik biaya keuntungan pihak
ketiga besarnya Persentase biaya yang akandigunakan adalah sebesar 13.3%.
Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan untuk biaya keuntungan pihak ketiga
sebesar Rp. 66.988.755,-
4. Biaya supervisi berdasarkan grafik biaya supervisi besarnya persentase biaya yang akan
digunakan adalah sebesar 6.2%. Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan untuk
biaya keuntungan pihak ketiga sebesar Rp. 31.227.850,-.

Program rencana kegiatan reklamasi PT Aneka Kaoline Utama dibuat dengan


jenjang waktu lima tahun untuk satu periode dimulai dari tahun 2015-2019. Luas
area yang akan direklamasi pada penambangan kaolin PT. Aneka Kaoline Utama
untuk periode 5 tahun sebesar 5.8 hektar. Kegiatan reklamasi dimulai dengan
penataan lahan dengan melakukan pengisian kembali lubang tambang
(Backfilling) dengan material pengotor pengolahan berupa pasir. Total volume
material yang dimasukan adalah sebesar 138.000 m3. Tebal topsoil yang disebar
yaitu sebesar 30 cm terdiri dari campuran topsoil dengan tanah penutup. Total
volume topsoil yang disebar untuk kegiatan reklamasi berjumlah 14.400 m3.
Untuk kegiatan revegetasi yaitu penanaman pohon pioner sisipan dengan jarak 4
m x 4 m. Maka jumlah pohon yang akan ditanam sebanyak 5.438 pohon. Biaya
untuk kegiatan reklamasi PT. Aneka Kaoline sebesar Rp.5.213.545.600,-.

vii
DAFTAR PUSTAKA

http://ayosinaubocahkabeh.blogspot.co.id/2016/10/petapersebaran-kaolin-di-
indonesia.html. Diakses pada Maret 2018
http://bubulemon.blogspot.co.id/2013/07/bahan-galian-industri-kaolin.html.
Diakses pada Maret 2018
https://www.scribd.com/presentation/333627656/Potensi-Kaolin-Daerah-
Tanjungpandan. Diakses pada Maret 2018
https://www.academia.edu/12467435/KAOLIN. Diakses pada Maret 2018
https://www.researchgate.net/publication/267028862_STUDI_GENESA_KAOLI
N_DAN_PEMANFAATANNYA_Studi_Kasus_Daerah_KecSemin_KabGunung
kidul_SEMINAR_JURUSAN_TEKNIK_GEOLOGI_FAKULTAS_TEKNOLOG
I_MINERAL_INSTITUT_SAINS_TEKNOLOGI_AKPRIND_YOGYAKARTA_
2005. Diakses pada 27 Maret 2018 jam 22.40
https://www.academia.edu/19646666/KAOLIN. Diakses pada 29 Maret 2018 jam
03.03
http://webmap.psdg.bgl.esdm.go.id/pmapper_webmap/pmapper-
4.2.0/map_default.phtml. Diakses pada 29 Maret 2018 jam 03.29
http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul%20Vol%202%20no.%203%20th
n%202007/6.%20TAILING%20SEBAGAI%20SUMBER%20DAYA%20_Sabta
nto_rev.pdf. Diakses pada 29 Maret 2018 jam 05.59
https://www.indotrading.com/product/kaoline-ka-01-p197451.aspx. Diakses pada
29 Maret 2018 jam 06.34
https://geoinfo.nmt.edu/staff/mclemore/teaching/imclass/documents/Barkertechpa
per.pdf. Diakses pada 29 Maret 2018 jam 23.11
https://caryos.wordpress.com/2008/02/03/%E2%80%9Ceksplorasi-dan-
penambangan-kaolin-sebagai-bahan-galian-industri-di-daerah-ketandan-kec-
selogiri-kab-wonogiri%E2%80%9D/. Diakses pada 30 Maret 2018 jam 10.24
https://caridokumen.com/download/amdal-mineral-kaolin-
_5a456b1fb7d7bc7b7abed892_pdf. Diakses pada 30 Maret 2018 jam 10.32
https://www.scribd.com/doc/240552011/Skt-Kaolin. Diakses pada 30 Maret 2018
jam 17.43
https://www.academia.edu/23682757/Rencana_Kegiatan_Reklamasi_Pada_Pena
mbangan_Kaolin_Di_PT_Aneka_Kaoline_Utama_Desa_Air_Raya_Kecamatan_T
anjungpandan_Kabupaten_Belitung_Provinsi_Kepulauan_Bangka_Belitung.
Diakses pada 30 Maret 2018 jam 23.33
https://e-katalog.lkpp.go.id/backend/katalog/lihat_produk/275811. Diakses pada
31 Maret 2018 jam 15.32
http://www.dealertrukhino.com/product/hino-500-ranger. Diakses pada 31 Maret
2018 jam 17.32
http://sigitjanuprasetyo.blogspot.co.id/2017/03/teknik-pengolahan-mineral-
kaolin.html. Diakses pada 31 Maret 2018 jam 18.16
http://lipi.go.id/publikasi/pengolahan-kaolin-alam--pengurangan-pengotor-silika-
dengan-pelarutan-hf/569. Diakses pada 31 Maret 2018 jam 20.33

vii

Anda mungkin juga menyukai