Anda di halaman 1dari 61

LIMBAH DI SEKITAR KITA

Berdasarkan keputusan Menperindag RI


No.231/MPP/Kep/7/1997 Pasal 1 Tentang Prosedur Impor
Limbah, menyatakan bahwa limbah adalah bahan/barang sisa
atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang
fungsinya sudah berubah dari aslinya.

Adanya benda buangan ini seringkali tidak diinginkan


masyarakat karena dengan konsentrasi dan kualitas tertentu
dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap manusia
maupun lingkungan tempat tinggalnya.

Saat ini jumlah limbah semakin meningkat karena hampir


seluruh kegiatan manusia menghasilkan benda ini, seperti
kegiatan industri, rumah tangga, transportasi dan lain
sebagainya. Melihat kondisi seperti ini, pengelolaan limbah
sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai dampak
negatifnya.

1. Karakteristik

Karakteristik dari limbah meliputi:


a. Berukuran mikro

Partikel-partikel penyusun limbah berukuran mikro sehingga


bersifat kasat mata dan sulit untuk dideteksi.

b. Bersifat dinamis

Limbah bersifat dinamis artinya limbah tidak diam di suatu


tempat, namun selalu bergerak dan berubah sesuai kondisi
lingkungannya.

c. Berdampak luas

Penyebaran limbah dapat menjangkau wilayah yang luas


karena ukurannya yang kecil/mikro sehingga mudah
menyebar dan tidak mudah terdeteksi secara langsung.
Selain itu, dampak dari limbah tidak hanya tertuju pada satu
faktor, namun juga akan mempengaruhi faktor-faktor
lainnya.

d. Berdampak jangka panjang

Pemasalahan/dampak yang ditimbulkan limbah tidak dapat


diatasi dalam waktu yang singkat, namun membutuhkan waktu
yang panjang bahkan diperlukan kerjasama antar generasi
untuk mengatasinya.
2. Jenis-Jenis Limbah

2.1 Jenis –jenis limbah berdasarkan wujudnya:

a. Limbah Padat

Limbah padat atau yang sering disebut sampah merupakan


limbah yang berwujud padat dan biasanya bersifat kering
serta tidak dapat berpindah/menyebar jika tidak ada yang
memindahkannya. Limbah padat ini termasuk limbah yang
paling sering ditemukan di lingkungan, seperti sisa makanan,
sampah plastik, pecahan kaca, kertas bekas dan lain
sebagainya.

b. Limbah Cair

Limbah cair merupakan sisa dari suatu kegiatan yang


berwujud cair dan bercampur dengan bahan-bahan buangan
lainnya yang larut ke dalam air. Contoh limbah cair yaitu air
sabun bekas cucian, sisa pewarna kain, air tinja dan lain
sebagainya.

c. Limbah Gas

Limbah gas adalah limbah yang berwujud gas terdiri dari


berbagai macam senyawa kimia dan memanfaatkan udara
sebagai medianya sehingga dapat menyebar dengan mudah
dalam wilayah yang luas. Contoh limbah cair yaitu karbon
monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida (SOx),
freon, dan lain sebagainya.

d. Limbah suara

Limbah suara merupakan limbah berupa gelombang bunyi


yang merambat di udara dan menimbulkan gangguan. Contoh
limbah suara yaitu suara-suara bising yang dihasilkan
kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik dan lain sebagainya.

2.2 Jenis limbah bedasarkan sumbernya:

a. Limbah domestik

Limbah domestik atau limbah rumah tangga merupakan


limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga atau
pemukiman penduduk, pasar dan rumah makan. Contoh limbah
domestik yaitu sisa-sisa makanan, air sabun bekas cucian dan
lain sebagainya.

b. Limbah industri

Limbah industri merupakan limbah yang dihasilkan dari


kegiatan industri yang wujudnya tergantung dari apa yang
diproduksi industri tersebut, seperti asap mesin pabrik atau
cairan buangan dari suatu pabrik.
c. Limbah pertanian

Limbah pertanian merupakan limbah yang dihasilkan dari


kegiatan pertanian maupun kegiatan perkebunan, seperti
jerami, sisa-sisa daun, kayu-kayu kecil dan lain sebagainya.

d. Limbah pertambangan

Limbah pertambangan merupakan limbah yang dihasilkan dari


kegiatan pertambangan.

e. Limbah pariwisata

Limbah pariwisata merupakan limbah yang berasal dari


daerah pariwisata, seperti asap kendaraan dan oli yang
dibuang kapal atau speedboat di kawasan wisata bahari.

f. Limbah medis

Limbah medis merukan limbah yang dihasilkan dari kegiatan


medis, seperti jarum-jarum suntik bekas di rumah sakit, zat-
zat kimia obat dan lain sebagainya.

2.3 Jenis limbah berdasarkan senyawanya

a. Limbah organik

Limbah organik merupakan limbah yang meengandung unsur


karbon atau berasal dari makhluk hidup dan bersifat mudah
membusuk/terurai oleh aktivitas mikroorganisme baik aerob
maupun anaerob. Limbah organik ini sangat mudah ditemui
dalam kehidupan sehari-hari, seperti sisa makanan, kotoran
hewan, kulit buah, sayur busuk, dan lain sebagainya.

b. Limbah anorganik

Limbah anorganik merupakan limbah yang tidak dapat atau


sulit membusuk/terurai secara alami oleh mikroorganisme
pengurai contoh limbah anorganik yaitu plastik, kaca, logam,
baja, dan lain sebagainya.

c. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Limbah B3 merupakan limbah yang berasal dari kegiatan


manusia. Limbah ini mengandung senyawa kimia dan beracun
sehingga sangat berbahaya bagi makhluk hidup terutama
manusia.

3. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Bedasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup,
dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Karakteristik Limbah B3:

a. Mudah meledak (Explosive)

Limbah mudah meledak pada suhu 250C dan tekanan 760


mmHg. Pada kondisi tersebut limbah akan meledak dan
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi dan dapat
dengan cepat merusak lingkungan sekitarnya. Contoh dari
limbah yang mudah meledak adalah limbah laboratorium
(asam prikat) dan limbah bahan peledak seperti pada
pertambangan batu bara.

b. Mudah terbakar (Flammable)

Limbah mudah terbaka karena adanya kontak dengan udara,


api atau bahan lainnya meskipun dalam suhu dan tekanan
standar. Contoh limbah yang mudah terbakar adalah cat,
tinta, dan pembaersih logam.

c. Beracun

Limbah beracun karena mengandung bahan pencemar yang


bersifat racun bagi makhluk hidup sehingga dapat
menyebabkan keracunan, sakit bahkan kematian. Contoh
limbah beracun adalah buangan pestisida dan pupuk kimia
lainnya pada kegiatan pertanian.
d. Menyebabkan infeksi

Limbah dapat menyebabkan infeksi karena mengandung


kuman penyakit. Salah satu contoh limbah yang dapat
menyebabkan infeksi adalah jarum suntik yang digunakan
berulang kali dapat menimbulkan infeksi bahkan dapat
menularkan penyakit.

e. Berbahaya (Harmful)

Limbah berbahaya merupakan limbah (padat, cair atau gas)


yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai
pada tingkat tertentu melalui kontak inhalasi ataupun oral.

f. Berbahaya bagi lingkungan (Dangerous to environment)

Limbah berbahaya bagi lingkungan merupakan limbah yang


dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan
ekosistem.

g. Besifat korosif (Corrosive)

Contoh limbah bersifat korosif adalah cairan aki mobil yang


dapat menyebabkan pengkaratan pada besi dan baja.

4. Dampak Buruk

4.1 Dampak Limbah terhadap Kesehatan Manusia

Berbagai jenis penyakit dapat ditimbulkan karena tidak


adanya penangan atau pengelolaan limbah yang benar. Mulai
dari penyakit ringan seperti sakit perut/diare hingga
penyakit yang mematikan seperti keracunan akut dapat
disebabkan oleh adanya limbah.

Berikut ini beberapa contoh jenis penyakit yang dapat


menyerang manusia akibat adanya limbah:

 Gangguan pencernaan seperti diare


 Tifus
 Keracunan akut dan keracunan kronis
 Jamur pada kulit
 Sesak napas
 Gangguan saraf

4.2 Dampak Limbah terhadap Lingkungan

Selain berdampak negatif bagi manusia, limbah juga


berdampak negatif bagi lingkungan. Dampak negatif yang
paling terlihat jelas adalah rusaknya lingkungan sehingga
menurunkan nilai estetika lingkungan atau dengan kata lain
lingkungan menjadi tidak enak dipandang.

Limbah berupa cairan yang masuk ke dalam sistem drainase


atau sungai akan mengakibatkan pencemaran air. Apabila hal
ini sudah terjadi maka akan banyak organisme seperti ikan
akan mati keracunan. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi
perubahaan ekosistem perairan yang menjebabkan
terganggunya keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.
Limbah padat yang dibuang ke sungai dalam jumlah yang
banyak dapat menyumbat aliran air sungai dan menyebabkan
banjir.

Selain pencemaran air, pencemaran udara oleh limbah juga


akan terjadi seperti bau tidak sedap yang ditimbulkan
karena pembusukan sampah organik. Asap yang ditimbulkan
dari kendaran bermotor, pembakaran sampah maupun
industri-industri besar juga dapat menimbulkan pencemaran
udara. Pembakaran sampah berbahan plastik tertentu bahkan
dapat bersifat karsinogenik dan menimbulkan kanker apabila
dihirup manusia.

5. Pengelolaan Limbah

5.1 Pengurangan Limbah

Banyaknya limbah yang ada dapat dikurangi dengan


mengurangi jumlah pemakaian limbah. Salah satu contoh yang
mudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah
penggunaan botol air minum untuk mengurangi sampah botol
plastik dan penggunaan tas belanja untuk mengurangi sampah
kantong plastik.
5.2 Daur ulang

Beberapa jenis limbah dapat didaur ulang sehingga


menghasilkan barang lain yang dapat digunakan. Sebagian
besar limbah yang dapat didaur ulang adalah limbah
anorganik seperti botol plastik, kaleng bekas, kain perca,
pecahan kaca/keramik dan lain sebagainya. Daur ulang limbah
jika dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kreativitas
maka akan menghasilkan barang-barang baru yang berguna
serta memiliki nilai estetika tinggi seperti daur ulang limbah
menjadi kerajinan tangan.

Selain limbah anorganik, daur ulang juga dapat dilakukan


terhadap limbah organik. Sisa-sisa makanan maupun
dedaunan kering jika ditimbun didalam tanah maka akan
menghasilkan pupuk kompos untuk tanaman.

5.3 Pengolahan Limbah

Limbah-limbah yang memiliki kandungan berbahaya seperti


limbah industri dapat diolah melalui secara fisik, kimiawi
maupun biologi. Pengolahan limbah secara fisik meliputi
penyaringan, flotasi, filtrasi, dan teknologi membran.
Pengolahan limbah secara kimia dapat berupa pengolahan
dengan proses reduksi-oksidasi atau pengolahan tanpa proses
reduksi-oksidasi. Pengolahan limbah secara biologi dapat
dilakuakn secara aerob maupun anaerob.
5.4 Pembuangan Limbah

Limbah yang tidak memiliki nilai guna atau dengan kata lan
tidak dapat dimanfaatkan lagi, maka limbah tersebut dapat
dibuang. Sebelum dibuang ke alam, limbah harus melalui
proses pengolahan agar bahan-bahan berbahaya yang
terkandung didalamnya hilang. Hal tersebut bertujuan agar
limbah yang dibuang tidak berdampak negatif bagi
lingkungan. Salah satu contoh pembuangan limbah adalah
penimbunan limbah di dalam tanah.

6.Peraturan-peraturan yang Berkaitan dengan Limbah

Berikut ini beberapa peraturan perundang-undangan yang


berkaitan dengan limbah:

1. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 54 Tahun


2017 tentang Pengelolaan Limbah dan Zat Kimia
Pengoperasian Pesawat Udara dan Bandar Udara
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 04/PRT/M/2017 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No
P.70/MENLHK/SEKJEN/KUM.1/8/2016 Tehun 2016
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
4. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.50 Tahun
2016 tentang Pembangunan dan Pengoperasian Fasilitas
Pengelola Sampah dalam Kota/Intermediate Treatment
Facility
5. PP No.61 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Limbah
Radioaktif
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
19/PRT/M/2012 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Sekitar Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.13
Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,
Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah
8. PP No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2010
tentang Pengelolaan Pesampahan
10. Peraturan direktur Jenderal Industri Logam
Mesin Tekstil dan Aneka Nomor
23/ILMTA/PER/11/2009 Tahun 2009 tentang Tata
Cara Pemberian Rekomendasi sebagai Importir
Produsen Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun
(NON B3)
11. UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pegelolaan Lingkungan Hidup
12. Permen LH No.30 Tahun 2009 tentang Tata
Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pemulihan Akibat
Pencemaran bahan Berbahaya dan Beracun oleh
Pemerintah Daerah
13. Surat Edaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Nomor SE-03/BC/2008 Tahun 2008 tentang
Pengeluaran Sisa Hasil Produksi/Limbah (Waste dan
Scrap)
14. UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah
15. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No.252 Thun 2004 tentang Program Penilaian Peringkat
Hasil Uji Tipe Emisi Gas Buang kendaraan Bermotor
Tipe Baru
16. Peraturan MENLH No.05 Tahun 2009 tentang
Pengolahan Limbah di Pelabuhan
17. Keputusan MENLH NO.128 Tahun 2003 tentang
Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah
Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak
Bumi secara Biologis
18. PP No.18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
19. Keputusan Menperindag RI
No.231/MPP/Kep/7/1997 Pasal 1 Tentang Prosedur
Impor Limbah
20. Keputusan Kepala Bapedal
No.255/Bapedal/08/1996 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak
Pelumas Bekas
5 BARANG LIMBAH B3 DI SEKITAR KITA
Kesadaran perusahaan atau pelaku industri terhadap
penanganan limbah dirasa masih minim. Hal ini berkaitan
dengan seringnya ditemukan limbah berbahaya dan beracun
(limbah B3) ditempat yang tidak semestinya, seperti di
tempat pembuangan sampah umum, aliran kali, atau cerobong
asap pabrik yang berada dekat permukiman penduduk.

Limbah B3 merupakan limbah yang dapat merusak lingkungan


serta kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah bahan
berbahaya dan beracun (limbah B3) adalah zat, energi
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup,
dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Jika kita cermati, ada banyak benda, barang, atau zat


disekitar kita yang berpotensi menjadi limbah B3. Berikut ini
beberapa barang yang termasuk dalam limbah B3 :

1. Batu baterai bekas


Batu baterai bekas merupakan salah satu limbah B3 karena
mengandung berbagai logam berat seperti merkuri, mangan,
timbal, kadmium, nikel dan lithium yang berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan manusia. Karena mengandung bahan
logam berat, sampah batu baterai dianjurkan untuk tidak
dibuang di tempat pembuangan sampah umum karena akan
mencemari tanah, air tanah, danau dan sungai.

Batu baterai bekas yang termasuk dalam limbah B3 yaitu


baterai berukuran AA, AAA, C&D, baterai jam tangan,
baterai lithium (baterai telepon genggam, kamera digital,
laptop serta barang elektronik lainnya) dan baterai
rechargeable.

2. Pestisida
Pestisida merupakan pembasmi hama yang mengandung
limbah B3 karena terdiri atas bahan kimia berbahaya. Dalam
105 unsur kimia, biasanya terdapat 21 unsur yang sering
digunakan dalam pestisida yaitu karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, fosfor, klorin, sulfur, ferum, cuprum, merkuri, zinc
dan arsenik. Bahan-bahan yang terkandung dalam pestisida
ini akan mencemari udara jika saat disemprotkan cairannya
terbawa angin.

Penggunaan pestisida juga bisa mengurangi keanekaragaman


hayati pertanian di tanah sehingga mengurangi laju
pengikatan nitrogen. Dari segi kesehatan,penggunaan
pestisida secara berlebih dapat menyebabkan leukemia pada
manusia.

3. Hairspray
Hairspray kerap digunakan perempuan untuk menjaga rambut
agar tertata rapi lebih lama. Namun, hairspray memiliki
beberapa kandungan kimia berbahaya yang dapat
mengganggu kesehatan, yaitu polyvinylpyrrolidone yang sama
dengan pembuatan lem kayu yang berfungsi untuk
mengeraskan rambut, polymer calledpolydimethylsiloxane
yang berfungsi membuat rambut terangkat lebih lama, dan
pytocalcious yang berfungsi meningkatkan jumlah mineral
dalam akar rambut sehingga membuat rambut menjadi kaku.

Selain dapat membahayakan kesehatan bila terhirup atau


terkena selaput mata, hairspray dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan karena kandungan Chloro Fluoro Carbon
(CFC) yang digunakan untuk membuat aerosol. Jika terlepas
ke udara, zat ini akan berkontribusi terhadap pemanasan
global dengan terbentuknya emisi CO2.

Sebaiknya, ciptakan hairspraymu sendiri dengan


menggunakan air jeruk lemon dan air matang lalu masukkan
dalam sprayer, kocok sebelum digunakan.

4. Deterjen pakaian
Pada deterjen pakaian terkandung bahan-bahan kimia yakni
surfaktan (15-25%), builder, filler dan aditif yang berbahaya
bagi kelangsungan hidup manusia serta lingkungan. Deterjen
dapat mencemari lingkungan melalui busa yang dibuang
melewati saluran air. Busa yang tidak mudah hilang ini dapat
menyebabkan kontak air dan udara menjadi terbatas
sehingga menurunkan proses pelarutan oksigen ke dalam air.
Kondisi ini dapat membuat organisme di dalam air kekurangan
oksigen hingga dapat menimbulkan kematian.

Dari segi kesehatan, bahan surfaktan dapat menyebabkan


permukaan kulit menjadi kasar hingga menghilangkan
kelembaban alami. Untuk mengganti deterjen, Sobat
Greeners dapat menggunakan baking soda, asam cuka dan
jeruk lemon.

5. Pembersih lantai
Pembersih lantai mengandung bahan kimia berbahaya, yaitu
Cresylic Acid (1,5 %), Ethoxylated Alcohol (4 %),
Benzalkonium Chloride (2 %), Natrium Lauril Eter Sulfat (2,5
%), dan Alcohol Ethoxylate Natrium Lauril Eter Sulfat atau
disebut Sodium Laureth Sulfate (SLS). SLS dapat
menyebabkan iritasi pada mata dan kulit sensitif. SLS dapat
diketahui dari baunya yang menyengat.

Dari penjelasan di atas, ada baiknya kita mengenali bahan,


barang atau zat disekitar kita yang berpotensi menjadi
limbah B3 dan dapat membahayakan kesehatan. Selain itu,
dengan bersikap cermat dan memilah sampah yang kita
timbulkan, kita juga turut meminimalisir pencemaran
lingkungan.
ANALISIS POLUSI DILINGKUNGAN
SEKITAR

1. PENCEMARAN UDARA

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih


substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah
yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau
merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh
sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Sifat alami
udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat
bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.

a) Penyebab Pencemaran Udara

Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran udara,


diantaranya pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber-
sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi
keduanya. Pencemaran udara dapat mengakibatkan dampak
pencemaran udara bersifat langsung dan lokal, regional,
maupun global atau tidak langsung dalam kurun waktu lama.

Pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan


pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi
pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran
udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari
pencemar udara primer karena ia merupakan hasil
dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi
pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar
primer di atmosfer.
a. Kegiatan manusia

 Transportasi
 Industri
 Pembangkit listrik
 Pembakaran (perapian,
kompor, furnace, insinerator dengan berbagai jenis
bahan bakar)
 Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya
 Asap rokok

b. Sumber alami

 Gunung berapi
 Rawa-rawa
 Kebakaran hutan
 Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi

c. Jenis-jenis pencemar

 Karbon monoksida
 Oksida nitrogen
 Oksida sulfur
 Hidrokarbon
 Ozon
 Volatile Organic Compounds
 Partikulat

b) Dampak Pencemaran Udara

1. Dampak kesehatan

Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke


dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi
zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis
pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di
saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat
berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari
paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran
darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Dampak kesehatan
yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran
pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis,
dan gangguan pernapasan lainnya.

2. Hujan asam

pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di


atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi
dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air
hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:

 Mempengaruhi kualitas air permukaan


 Merusak tanaman
 Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam
tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air
permukaan
 Bersifat korosif sehingga merusak material dan
bangunan

3. Efek rumah kaca

Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC,


metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap
radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan
bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer
dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
4. Pemanasan Global

Dampak dari pemanasan global adalah:

 Pencairan es di kutub
 Perubahan iklim regional dan global
 Perubahan siklus hidup flora dan fauna

1. 5. Kerusakan lapisan ozon

Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35


km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi
memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan
dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara
alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan
bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-
molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga
terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon. Kerusakan lapisan
ozon menyebabkan sinar UV-B matahari tidak terfilter dan
dapat mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada
tanaman.

c) Upaya yang Harus Dilakukan.

Penanggulangan pencemaran udara tidak dapat dilakukan


tanpa menanggulangi penyebabnya. Mempertimbangan sektor
transportasi sebagai kontributor utama pencemaran udara,
maka sektor ini harus mendapat perhatian utama.

 menyerukan kepada pemerintah untuk memperbaiki


sistem transportasi yang ada saat ini, dengan sistem
transportasi yang lebih ramah lingkungan dan
terjangkau oleh publik. Prioritas utama harus diberikan
pada sistem transportasi massal dan tidak berbasis
kendaraan pribadi.
 juga menyerukan kepada pemerintah untuk segera
memenuhi komitmennya untuk memberlakukan
pemakaian bensin tanpa timbal.
 Di sektor industri, penegakan hukum harus
dilaksanakan bagi industri pencemar.

Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan


pada pembenahan sektor transportasi, tanpa mengabaikan
sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu belajar dari kota-kota
besar lain di dunia, yang telah berhasil menurunkan polusi
udara kota dan angka kesakitan serta kematian yang
diakibatkan karenanya.

1. Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya


lebih dibatasi, sementara kendaraan angkutan massal,
seperti bus dan kereta api, diperbanyak.
2. Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan
umum, perlu dipertimbangkan sebagai salah satu solusi.
Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang
terawat, semakin besar potensi untuk memberi
kontribusi polutan udara.
3. Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor
adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan. Karena itu,
pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan
tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat
membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan
mengurangi polusi udara.
4. Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman
atau gang-gang yang sering diistilahkan dengan “polisi
tidur” justru merupakan biang polusi. Kendaraan
bermotor akan memperlambat laju
5. Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada
kendaraan umum maupun pribadi meskipun secara uji
petik (spot check). Perlu dipikirkan dan
dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi
polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping
memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan
yang lain.
6. Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-
pinggir jalan, terutama yang lalu lintasnya padat serta
di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.

2. PENCEMARAN AIR

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu


tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air
tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air
tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia
dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain
mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan
manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air
tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan
sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata.

Persoalan pencemaran air. Jutaan orang bergantung


pada Sungai Gangga yang tercemar. Pencemaran air
merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi
dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat
(dari tingkat internasional hingga sumber air pribadi dan
sumur). Telah dikatakan bahwa pousi air adalah penyebab
terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit, dan
tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap
harinya. Diperkirakan 700 juta orang India tidak memiliki
akses ke toilet, dan 1.000 anak-anak India meninggal karena
penyakit diare setiap hari. Sekitar 90% dari kota-kota Cina
menderita polusi air hingga tingkatan tertentu, dan hampir
500 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang
aman. Ditambah lagi selain polusi air merupakan masalah akut
di negara berkembang, negara-negara industri/maju masih
berjuang dengan masalah polusi juga. Dalam laporan nasional
yang paling baru pada kualitas air di Amerika Serikat, 45%
dari sungai, 47% dari danau, dan 32% dari teluk dan muara
diklasifikasikan sebagai tercemar.

Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh


kontaminan antropogenik dan ketika tidak bisa mendukung
kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami
pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung
komunitas penyusun biotik, seperti ikan. Fenomena alam
seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi
juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan
status ekologi air.

a) Penyebab Pencemaran Air

Sumber polusi air antara lain limbah industri, pertanian dan


rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat masuk
perairan yaitu : bahan-bahan yang mengandung bibit
penyakit, bahan-bahan yang banyak membutuhkan oksigen
untuk pengurainya, bahan-bahan kimia organic dari industri
atau limbah pupuk pertanian, bahan-bahan yang tidak
sedimen (endapan), dan bahan-bahan yang mengandung
radioaktif dan panas. Pencemaran air juga dapat disebabkan
oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-
beda, yaitu:

 Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah


pada eutrofikasi.
 Sampah organik seperti air comberan menyebabkan
peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang
menerimanya yang mengarah pada berkurangnya
oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh
ekosistem.
 Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam
air limbahnya seperti logam
berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air
limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang
dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga
mengurangi oksigen dalam air.
 Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di
sungai citarum
 pencemaran air oleh sampah

b) Dampak Pencemaran Air

Bibit-bibit penyakit berbagai zat yang bersifat racun dan


bahan radioaktif dapat merugikan manusia. Berbagai polutan
memerlukan O2 untuk pengurainya. Jika O2 kurang ,
pengurainya tidak sempurna dan menyebabkan air berubah
warnanya dan berbau busuk. Bahan atau logam yang
berbahaya seperti arsenat, uradium, krom, timah, air raksa,
benzon, tetraklorida, karbon dan lain-lain. Bahan-bahan
tesebut dapat merusak organ tubuh manusia atau dapat
menyebabkan kanker. Sejumlah besar limbah dari sungai
akan masuk kelaut. Polutan ini dapat merusak kehidupan air
sekitar muara sungai dan sebagian kecil laut muara. Bahan-
bahan yang berbahaya masuk kelaut atau samudera
mempunyai akibat jangka panjang yang belum diketahui.
Banyak jenis kerang-kerangan yang mungkin mengandung zat
yang berbahaya untuk dimakan. Laut dapat pula tecemar oleh
minyak yang asalnya mungkin dari pemukiman, pabrik, melalui
sungai atau dari kapal tanker yang rusak. Minyak dapat
mematikan, burung dan hewan laut lainnya, sebagai contoh,
efek keracunan hingga dapat dilihat di Jepang. Merkuri yang
dibuang sebuah industri plastik keteluk minamata
terakumulasi di jaringan tubuh ikan dan masyarakat yang
mengkonsumsinya menderita cacat dan meninggal.

Akibat yang ditimbulkan oleh polusi air:

1. Terganggunya kehidupan organisme air karena


berkurangnya kandungan oksigen.
2. Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air
(eurotrofikasi)
3. Pendangkalan dasar perairan.
4. Tersumbatnya penyaring reservoir, dan menyebabkan
perubahan ekologi.
5. Dalam jangka panjang adalah kanker dan kelahiran
cacat.
6. Akibat penggunaan pertisida yang berlebihan sesuai
selain membunuh hama dan penyakit, juga membunuh
serangga dan makhluk berguna terutama predator.
7. Kematian biota kuno, seperti plankton, ikan, bahkan
burung.
8. Mutasi sel, kanker, dan leukeumia.

c) Upaya yang Harus Dilakukan

Pengenceran dan penguraian polutan air tanah sulit sekali


karena airnya tidak mengalir dan tidak mengandung bakteri
pengurai yang aerob jadi, air tanah yang tercemar akan tetap
tercemar dalam yang waktu yang sangat lama, walau tidak
ada bahan pencemaran yang masuk. Karena ini banyak usaha
untuk menjaga agar tanah tetap bersih misalnya:

1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari


daerah perumahan atau pemukiman.
2. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak
mencermari lingkungan atau ekosistem.
3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis pestisida
dan zat-zat kimia lain yang dapat menimbulkan
pencemaran.
4. Memperluas gerakan penghijauan.
5. Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran
lingkungan.
6. Memberikan kesadaran terhadap masyaratkat tentang
arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih lebih
mencintai lingkungan hidupnya.
7. Melakukan intensifikasi pertanian.

Banyak orang mengatakan ” lebih baik mecegah dari pada


mengatasi”, hal ini berlaku pula pada banjir genangan di
bawah ini ada sejumlah langkah yang dapat kita lakukan untuk
mencegah banjir genangan :

1. Dalam merencanakan jalan-jalan lingkungan baik itu


program pemerintah maupun swadaya masyarakat
sebaiknya memilih material jalan yang menyerap air
misalnya, penggunaan bahan dari paving blok (blok-blok
adukan beton yang disusun dengan rongga-rongga
resapan air disela-selanya. Hal yang tidak kalah
pentingnya adalah penataan saluran/drainase
lingkungan pembuatannyapun harus bersamaan dengan
pembuatan jalan tersebut.
2. Apabila di halaman pekarangan rumah kita masih
terdapat ruang-ruang terbuka, buatlah sumur-sumur
resapan air hujan sebanyak-banyaknya. Fungsi sumur
resapan air ini untuk mempercepat air meresap kedalam
tanah. Dengan membuat sumur resapan air hujan
tersebut, sebenarnya kita dapat memperoleh manfaat
seperti berikut:
1. Persediaan air bersih dalam tanah disekitar
rumah kita cukup baik dan banyak.
2. Tanah bekas galian sumur dapat dipergunakan
untuk menimbun lahan-lahan yang rendah atau
meninggikan lantai rumah.
3. Apabila air hujan tidak tertampung dalam sebuah
selokan-selokan rumah/talang-talang rumah, air
dapat dialirkan kesumur-sumur resapan.
Janganlah membuang sampah atau mengeluarkan
air limbah rumah tangga (air bekas mandi, cucian
dan sebagainya) kedalam sumur resapan air hujan
karena bisa mencemarkan kandungan air tanah.
Khusus untuk buangan air limbah rumah tangga,
buatlah sumur resapan tersendiri
4. Apabila air banjir masuk kerumah mencapai
ketinggian 20-50 cm satu-satunya jalan adalah
meninggikan lantai rumah kita diatas ambang
permukaan air banjir
5. Cara lain adalah membuat tanggul di depan pintu
masuk rumah kita. Cara ini sudah umum dilakukan
orang hanya teknisnya sering kurang terencana
secara mendetail.

3. PENCEMARAN TANAH

Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan


makhluk hidup di muka bumi. Seperti kita ketahui rantai
makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari
tumbuhan. Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di
laut, tetapi sebagian besar dari makanan kita berasal dari
permukaan tanah. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban
kita menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat
mendukung kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi,
sebagaimana halnya pencemaran air dan udara, pencemaran
tanah pun akibat kegiatan manusia juga.

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia


buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami.
Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah
cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah
tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan
kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air
limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri
yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi
syarat (illegal dumping).

Tanah Tercemar. Tanah indonesia terkenal dengan


kesuburanya. Hingga dalam sejarah Indonesia pernah
tercetat. Kesuburan itu telah mengundang para penjajah
asing untuk mengeksploitasinya. Fenomena sekarang lain lagi.
Sebagian tanah Indonesia tercemar oleh polusi yang
diakibatkan oleh kelainan masyarakat. Pencemaran ini
menjadikan tanah rusak dan hilang kesuburanya, mengandung
zat asam tinggi. Berbau busuk, kering, mengandung logam
berat, dan sebagainya. Kalau sudah begitu maka tanah akan
sulit untuk dimanfaatkan.

Dari pernyataan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa ciri-


ciri tanah tercemar adalah :

1. Tanah tidak subur


2. pH dibawah 6 (tanah asam) atau pH diatas 8 (tanah
basa)
3. Berbau busuk
4. Kering
5. Mengandung logam berat
6. Mengandung sampah anorganik
Tanah tidak tercemar. Tanah yang tidak
tercemar adalah tnah yang masih memenuhi unsur dasarnya
sebagai tanah. Ia tidak mengandung zat-zat yang merusak
keharaanya. Tanah tidak tercemar bersifat subur, tidak
berbau busuk, tingkat keasaman normal. Yang paling utama
adalah tidak mengandung logam berat. Tanah yang tidak
tercemar besar potensinya untuk alat kemaslahatan umat
manusia. Pertanian dengan tanah yang baik bisa
mendatangkan keuntungan berlipat ganda.

Dari pernyataan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa ciri-


ciri tanah tercemar adalah:

1. Tanahnya subur
2. Trayek pH minimal 6, maksimal 8
3. Tidak berbau busuk
4. Tidak kering, memiliki tingkat kegemburan yang normal
5. Tidak Mengandung logam berat
6. Tidak mengandung sampah anorganik

a) Penyebab Pencemaran Tanah

Sumber pencemar tanah, karena pencemaran tanah tidak


jauh beda atau bisa dikatakan mempunyai hubungan erat
dengan pencemaran udara dan pencemaran air, maka sumber
pencemar udara dan sumber pencemar air pada umumnya
juga merupakan sumber pencemar tanah. Sebagai contoh
gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida belerang yang
menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan
dan turun ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan
asam sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran pada
tanah.

Permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya


tercemari zat radioaktif, logam berat dalam limbah industri,
sampah rumah tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk
dan pestisida dari daerah pertanian, limbah deterjen,
akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah
daerah yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar
tersebut. Maka sumber bahan pencemar tanah dapat
dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang berasal
dari, sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah rumah
sakit, gunung berapi yang meletus / kendaraan bermotor dan
limbah industri. Secara umum, Pencemaran tanah dapat
disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah
pertanian.

1. Limbah domestik

Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman


penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-
lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan
swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.

1. a. Limbah padat berupa senyawa anorganik yang tidak


dapat dimusnahkan atau diuraikan oleh mikroorganisme
seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan
bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi
kurang subur. Bahan pencemar itu akan tetap utuh
hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus plastik
yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan
mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita setelah
ratusan tahun kemudian. Sampah anorganik tidak ter-
biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak
dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air
sehingga peresapan air dan mineral yang dapat
menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme
di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman
sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh
makanan untuk berkembang.

1. b. Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika


meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air
tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme di
dalam tanah.

2. Limbah industri

Limbah Industri berasal dari sisa-sisa produksi industri.


Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu
proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri
pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal,
perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang
dihasilkan dari proses industri pelapisan logam seperti Hg,
Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah. Merupakan zat yang
sangat beracun terhadap mikroorganisme. Jika meresap ke
dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi
mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting
terhadap kesuburan tanah.

3. Limbah pertanian

Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk


menyuburkan tanah atau tanaman, misalnya pupuk urea dan
pestisida untuk pemberantas hama tanaman. Penggunaan
pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak
struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah
berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu
karena hara tanah semakin berkurang. Dan penggunaan
pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga
mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal
kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di
dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang terus
menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap
pestisida tersebut.

b) Dampak Dari Pencemaran Tanah

1. Dampak Pada Kesehatan

Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung ,


jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang
terkena. Kromium , berbagai macam pestisida dan herbisida
merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal
sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat
menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada
konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan
terkena leukemia.

Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat


menyebabkan kerusakan ginjal, dan mungkin tidak bisa
diobati, PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati,
Organofosfat dan karmabat menyebabkan ganguan pada
saraf otot. Ada beberapa macam dampak pada kesehatan
seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit
untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas,
pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat
menyebabkan Kematian..

2. Dampak Pada Lingkungan Atau Ekosistem

Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme


tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan
hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan
pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu
menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar
ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain
bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan
pencemar tanah utama.

Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap


ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat
timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan
pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme
endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah
tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa
spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari
rantai makanan tersebut.

Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme


tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan
hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan
pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu
menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar
ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain
bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan
pencemar tanah utama.

c) Upaya yang Harus Dilakukan.

Limbah domestic, yang sangat banyak penanggulangan


sampah ini yaitu dengan cara memisahkan antara sampah
organik atau sampah yang dapat atau mudah terurai oleh
tanah, dan sampah anorganik atau sampah yang akan terurai
tanah tetapi membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk
terurai oleh tanah. Sampah organik yang mudah terurai oleh
tanah, misalnya dijadikan bahan urukan, ke-mudian kita tutup
dengan tanah sehingga terdapat permukaan tanah yang dapat
kita pakai lagi, dibuat kompos dan khusus kotoran hewan
dapat dibuat biogas dan lain-lain.

Sedangkan sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh


mikroorganisme. Cara penanganan yang terbaik dengan
mendaur ulang sampah-sampah menjadi barang-barang yang
mungkin bisa dipakai atau juga bisa dijadikan hiasan dinding.
Limbah industri, cara penanggulangannya yaitu dengan cara
mengolah limbah tersebut sebelum dibuang kesungai atau
kelaut.

Limbah pertanian, yaitu dengan cara mengurangi penggunaan


pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia untuk
pemberantasan hama seperti pestisida diganti dengan
penggunaan pupuk kompos. Adapun penanganan untuk
pembersihan tanah, yaitu:

1. Remediasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan


tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu
in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang
tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman.
Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari
zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di
bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan
ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan
instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh
lebih mahal dan rumit.
2. Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah


dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi
zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak
beracun (karbon dioksida dan air).

Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap


terjadinya pencemaran dapat dilakukan dengan berbagai cara
sesuai dengan macam bahan pencemar yang perlu
ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan
penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran antara lain
dapat dilakukan sebagai berikut:

Langkah pencegahan. Pada umumnya pencegahan ini pada


prinsipnya adalah berusaha untuk tidak menyebabkan
terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi
terjadinya bahan pencemar, antara lain:

1. Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh


mikroorganisme antara lain dapat dilakukan dengan
mengukur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup
dan terbuka, kemudian dapat diolah sebagai
kompos/pupuk.
2. Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang
tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat
dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang
dapat terbakar seperti plastik dan serat baik secara
individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat yang
jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara
daerah pemukiman. Sampah yang tidak dapat dibakar
dapat digiling/dipotong-potong menjadi partikel-
partikel kecil, kemudian dikubur.
3. Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung
logam berat yang akan mencemari tanah, sebelum
dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar
dilakukan proses pemurnian.
4. Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara
sembarangan namun sesuai dengan aturan dan tidak
sampai berlebihan.
5. Usahakan membuang dan memakai detergen berupa
senyawa organik yang dapat dimusnahkan/diuraikan
oleh mikroorganisme.
ANALISIS AMDAL
Analisis Dampak Lingkungan (di Indonesia, dikenal dengan
nama AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat
perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan
memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di
sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah
aspek abiotik, biotik dan kultural. Dasar hukum AMDAL di
Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012
tentang “Izin Lingkungan Hidup” yang merupakan pengganti
PP 27 Tahun 1999 tentang Amdal.

Fungsi :

 Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah


 Membantu proses pengambilan keputusan tentang
kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau
kegiatan
 Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis
dari rencana usaha dan/atau kegiatan
 Memberi masukan untuk penyusunan rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
 Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang
ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan
 Awal dari rekomendasi tentang izin usaha
 Sebagai Scientific Document dan Legal Document
 Izin Kelayakan Lingkungan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pertama


kali diperkenalkan pada tahun oleh National Environmental
Policy Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 32/2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
PP No. 27/1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup, AMDAL adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan. Dalam Peraturan Pemerintah No.
27 tahun 1999, disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian
mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan
keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan. AMDAL didefinisikan sebagai
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan
atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha/kegiatan. Bentuk hasil kajian AMDAL
berupa dokumen AMDAL terdiri dari lima dokumen, yaitu:

a. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan


Hidup (KAANDAL).

KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang


lingkup serta kedalaman kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian
ANDAL meliputi penentuan dampak-dampak penting yang
akan dikaji secara lebih mendalam dalam ANDAL dan batas-
batas studi ANDAL, sedangkan kedalaman studi berkaitan
dengan penentuan metodologi yang akan digunakan untuk
mengkaji dampak. Penentuan ruang lingkup dan kedalaman
kajian ini merupakan kesepakatan antara
Pemrakarsa Kegiatan dan Komisi Penilai AMDAL melalui
proses yang disebut dengan proses pelingkupan.

b. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL).

ANDAL adalah dokumen yang berisi telaahan secara cermat


terhadap dampak penting dari suatu rencana kegiatan.
Dampak-dampak penting yang telah diidentifikasi di dalam
dokumen KAANDAL kemudian ditelaah secara lebih cermat
dengan menggunakan metodologi yang telah disepakati.
Telaah ini bertujuan untuk menentukan besaran dampak.
Setelah besaran dampak diketahui, selanjutnya dilakukan
penentuan sifat penting dampak dengan cara membandingkan
besaran dampak terhadap kriteria dampak penting yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Tahap kajian selanjutnya
adalah evaluasi terhadap keterkaitan antara dampak
yang satu dengan yang lainnya. Evaluasi dampak ini bertujuan
untuk menentukan dasar-dasar pengelolaan dampak yang
akan dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif.

c. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).

Mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan


hidup yang bersifat negatif serta memaksimalkan dampak
positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Upaya-
upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-
dasar pengelolaan dampak yang dihasilkan dari kajian
ANDAL.

d. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).

RPL adalah dokumen yang memuat program-program


pemantauan untuk melihat perubahan lingkungan yang
disebabkan oleh dampak-dampak yang berasal dari rencana
kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk
mengevaluasi efektifitas upaya-upaya pengelolaan lingkungan
yang telah dilakukan, ketaatan pemrakarsa terhadap
peraturan lingkungan hidup dan dapat digunakan
untuk mengevaluasi akurasi prediksi dampak yang digunakan
dalam kajian ANDAL.

e. Dokumen Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif adalah dokumen yang meringkas secara


singkat dan jelas hasil kajian ANDAL. Hal-hal yang perlu
disampaikan dalam ringkasan eksekutif biasanya adalah
uraian secara singkat tentang besaran dampak dan
sifat penting dampak yang dikaji di dalam ANDAL dan upaya-
upaya pengelolaan dan pemantuan lingkungan hidup yang akan
dilakukan untuk mengelola dampak-dampak tersebut.

Hal–hal yang dikaji dalam proses AMDAL adalah aspek fisik-


kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial budaya, dan kesehatan
masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai
dampak lingkungan hidup di satu sisi merupakan bagian studi
kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan, di sisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.
Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih jelas
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik
dampak negatif maupun dampak positif yang akan timbul dari
usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan
langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan
mengembangkan dampak positif. Untuk mengukur atau
menentukan dampak besar dan penting tersebut di antaranya
digunakan kriteria mengenai :

a. Besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak


rencana usaha dan/atau kegiatan.

b. Luas wilayah penyebaran dampak.

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan


terkena dampak.

e. Sifat kumulatif dampak.

f. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible)


dampak.

Dasar dari diadakannya AMDAL adalah (PP 27/1999 dan PP


51/1993), pembangunan berkelanjutan, kegiatan yg
menimbulkan dampak perlu dianalisa sejak awal perencanaan
untuk langkah pengendalian dampak negatif dan
pengembangan dampak positif, AMDAL diperlukan untuk
proses pengambilan keputusan dalam pelaksanaan kegiatan
yang menimbulkan dampak, AMDAL bagian dari kegiatan
studi kelayakan rencana usaha/kegiatan, komponen AMDAL
meliputi Kerangka Acuan (KA), ANDAL, RKL, RPL. Menurut PP
No. 27/1999 Pasal 3 ayat 1, usaha dan/atau kegiatan yang
kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup meliputi :

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.

b. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun


yang tak terbaharu.

c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat


menimbulkan pemborosan, pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya.

d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi


lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial
dan budaya.

e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat


mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya
dan/atau perlindungan cagar budaya.

f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jenis


jasad renik.

Tujuan secara umum AMDAL adalah menjaga dan


meningkatkan kualitas lingkungan serta menekan pencemaran
sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin.
Dengan demikian AMDAL diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang pelaksanaan rencana kegiatan yang
mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup.

AMDAL sebagai alat pengelolaan lingkungan hidup, bertujuan


untuk menghindari dampak, meminimalisasi dampak, dan
melakukan mitigasi/kompensasi dampak. AMDAL sebagai
“environmental safe guard” bermanfaat untuk pengembangan
wilayah, sebagai pedoman pengelolaan lingkungan, pemenuhan
prasyarat utang (loan), dan rekomendasi dalam proses
perijinan. Prinsip-prinsip AMDAL antara lain:

a. AMDAL bagian integral dari Studi Kelayakan Kegiatan


Pembangunan.

b. AMDAL bertujuan menjaga keserasian hubungan antara


berbagai kegiatan agar dampak dapat diperkirakan sejak
awal perencanaan.

c. AMDAL berfokus pada analisis: Potensi masalah, Potensi


konflik, Kendala sumber daya alam, Pengaruh kegiatan
sekitar terhadap proyek.

d. Dengan AMDAL, pemrakarsa dapat menjamin bahwa


proyeknya bermanfaat bagi masyarakat, aman terhadap
lingkungan.

Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat


mencapai sasaran yang diharapkan, pengawasannya dikaitkan
dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah tentang
AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah
salah satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan
wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum
memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk
mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian
ijin usaha dan/atau kegiatan.

Prosedur pelaksanaan AMDAL menurut PP. No. 27 tahun


1999 adalah sebagai berikut.

 ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan Hidup) adalah


telaah cermat dan mendalam dampak besar dan penting
suatu rencana usaha/kegiatan.
 RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup) adalah
upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup yang diakibatkan dari rencana
usaha/kegiatan.
 RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup) adalah
upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang
terkena dampak besar dan penting akibat rencana
usaha/kegiatan.
 Komisi Penilai adalah komisi yang menilai dokumen
AMDAL.

Komisi Penilai AMDAL terdiri dari:

a. Ketua Komisi

Ketua Komisi dijabat oleh Deputi untuk Komisi penilai


AMDAL Pusat, Kepala BAPEDALDA atau pejabat lain yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat
propinsi untuk Komisi Penilai AMDAL Propinsi, Kepala
BAPEDALDA atau pejabat lain yang ditugasi mengendalikan
dampak lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/Kota.

b. Sekretaris Komisi.

Sekretaris Komisi dijabat oleh seorang pejabat yang


menangani AMDAL baik dari Pusat maupun Daerah (Propinsi
dan Kabupaten/Kota).

c. Anggota Komisi

Anggota Komisi terdiri dari: wakil instansi/dinas teknis yang


mewadahi kegiatan yang dikaji, wakil daerah, ahli di bidang
lingkungan hidup, ahli di bidang yang berkaitan dengan
rencana kegiatan yang dikaji, wakil masyarakat,
wakil organisasi lingkungan, dan anggota lain yang dianggap
perlu.

Prosedur AMDAL terdiri dari:

a. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi


wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu
rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di
Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem
penapisan satu langkah. Ketentuan apakah suatu rencana
kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat
dilihat pada Keputusan Menteri Negara LH Nomor 17 Tahun
2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib dilengkapi dengan AMDAL.
b. Proses pengumuman

Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat


AMDAL wajib mengumumkan rencana kegiatannya kepada
masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan penyusunan
AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi
yang bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan. Tata cara
dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaian saran,
pendapat dan tanggapan diatur dalam Keputusan Kepala
BAPEDAL Nomor 08/2000 tentang Keterlibatan Masyarakat
dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.

c. Proses pelingkupan (scoping)

Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk


menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi
dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan rencana
kegiatan. Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas
wilayah studi, mengidentifikasi dampak penting terhadap
lingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi, menetapkan
lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait dengan
rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dari proses
pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan
masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam proses
pelingkupan.

d. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL

Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat


mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk
dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal
penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu
yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/
menyempurnakan kembali dokumennya.

e. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL

Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu


pada KAANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi
AMDAL). Setelah selesai disusun, pemrakarsa dapat
mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk
dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal
penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu
yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/
menyempurnakan kembali dokumennya.

f. Persetujuan Kelayakan Lingkungan

AMDAL DI INDONESIA

AMDAL di Indonesia diberlakukan berdasarkan PP 51 Tahun

1993 (sebelumnya PP 29 tahun 1986) sebagai realisasi

pelaksanaan UU No. 4 tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup

yang saat ini telah direvisi menjadi UU No. 23 tahun 1997.

AMDAL merupakan instrumen pengelolaan lingkungan yang

diharapkan dapat mencegah kerusakan lingkungan dan

menjamin upaya-upaya konservasi. Hasil studi AMDAL

merupakan bagian penting dari perencanaan pembangunan

proyek itu sendiri. Sebagai instrumen pengelolaan lingkungan

yang bersifat preventif, AMDAL harus dibuat pada tahap


paling dini dalam perencanaan kegiatan pembangunan, dengan

kata lain, proses penyusunan dan pengesahan AMDAL harus

merupakan bagian dari proses perijinan satu proyek. Dengan

cara ini proyek-proyek dapat disaring seberapa jauh

dampaknya terhadap lingkungan. Di sisi lain studi

AMDAL juga dapat memberi masukan bagi upaya-upaya untuk

meningkatkan dampak positif dari proyek tersebut. Dalam PP

51 Tahun 1993 ditetapkan empat jenis studi AMDAL, yaitu :

a. AMDAL Proyek, yaitu AMDAL yang berlaku bagi satu

kegiatan yang berada dalam kewenangan satu instansi

sektoral. Misalnya rencana kegiatan pabrik tekstil yang

mempunyai kewenangan memberikan ijin dan mengevaluasi

studi AMDALnya ada pada Departemen Perindustrian.

b. AMDAL Terpadu/Multisektoral, adalah AMDAL yang

berlaku bagi suatu rencana kegiatan pembangunan yang

bersifat terpadu, yaitu adanya keterkaitan dalam hal

perencanaan, pengelolaan dan proses produksi, serta berada

dalam satu kesatuan ekosistem dan melibatkan kewenangan

lebih dari satu instansi. Sebagai contoh adalah satu kesatuan

kegiatan pabrik pulp dan kertas yang kegiatannya terkait

dengan proyek hutan tanaman industri (HTI) untuk

penyediaan bahan bakunya, pembangkit tenaga listrik uap


(PLTU) untuk menyediakan energi, dan pelabuhan untuk

distribusi produksinya. Di sini terlihat adanya keterlibatan

lebih dari satu instansi, yaitu Departemen Perindustrian,

Departemen kehutanan, Departemen Pertambangan dan

Departemen Perhubungan.

c. AMDAL Kawasan, yaitu AMDAL yang ditujukan pada satu

rencana kegiatan pembangunan yang berlokasi dalam satu

kesatuan hamparan ekosistem dan menyangkut kewenangan

satu instansi. Contohnya adalah rencana

kegiatan pembangunan kawasan industri. Dalam kasus ini

masing-masing kegiatan didalam kawasan tidak perlu lagi

membuat AMDALnya, karena sudah tercakup dalam AMDAL

seluruh kawasan.

d. AMDAL Regional, adalah AMDAL yang diperuntukan bagi

rencana kegiatan pembangunan yang sifat kegiatannya saling

terkait dalam hal perencanaan dan waktu pelaksanaan

kegiatannya. AMDAL ini melibatkan kewenangan lebih

dari satu instansi, berada dalam satu kesatuan ekosistem,

satu rencana pengembangan wilayah sesuai Rencana Umum

Tata Ruang Daerah, contoh AMDAL regional adalah

pembangunan kota-kota baru.


Secara teknis instansi yang bertanggung jawab dalam

merumuskan dan memantau penyusunan amdal di Indonesia

adalah BAPEDAL. Sebagaimana diatur dalam PP 51 tahun

1993, kewenangan ini juga dilimpahkan pada instansi-

instansi sektoral serta BAPEDALDA Tingkat I. Dengan kata

lain BAPEDAL Pusat hanya menangani studi-studi amdal yang

dianggap mempunyai implikasi secara nasional. Pada tahun

1999 diterbitkan lagi penyempurnaan ini adalah untuk

memberikan kewenangan proses evaluasi amdal pada daerah.

Materi baru dalam PP ini adalah diberikannya kemungkinan

partisipasi masyarakat di dalam proses penyusunan AMDAL.

Adanya kegiatan yang dapat merusak lingkungan berpotensi

untuk memberikan Dampak Penting pada lingkungan hidup

seperti jumlah manusia yang terkena dampak, luas wilayah

persebaran dampak, intensitas dan lamanya

dampak berlangsung, banyaknya komponen lingkungan lainnya

yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak, dan

berbalik/tidak berbaliknya dampak. Kegiatan atau usaha yang

memiliki potensi dampak penting tersebut, antara lain:

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.


b. Eksploitasi sumber daya alam terbaharui dan tidak

terbaharui.

c. Kegiatan potensial menimbulkan pemborosan, kerusakan,

kemerosotan dalam pemanfaatannya.

d. Kegiatan yang mempengaruhi pelestarian kawasan

konservasi sumber daya alam.

e. Introduksi tumbuhan, jenis hewan, dan jasad renik.

f. Pembuatan bahan hayati dan non hayati.

g. Penerapan teknologi yg berpotensi besar mempengaruhi

lingkungan hidup.

h. Kegiatan resiko tinggi dan mempengaruhi ketahanan

negara.

Sebagaimana telah dievaluasi oleh banyak pihak, proses

AMDAL di Indonesia memiliki banyak kelemahan, yaitu :

a. AMDAL belum sepenuhnya terintegrasi dalam proses

perijinan satu rencana kegiatan pembangunan, sehingga tidak

terdapat kejelasan apakah amdal dapat dipakai untuk

menolak atau menyetujui satu rencana kegiatan

pembangunan.
b. Proses partisipasi masyarakat belum sepenuhnya optimal.

Selama ini LSM telah dilibatkan dalam sidang-sidang komisi

AMDAL, akan tetapi suaranya belum sepenuhnya diterima

didalam proses pengambilan keputusan.

c. Terdapatnya berbagai kelemahan didalam penerapan studi-

studi AMDAL. Dengan kata lain, tidak ada jaminan bahwa

berbagai rekomendasi yang muncul dalam studi AMDAL serta

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) akan dilaksanakan oleh

pihak pemrakarsa. Pengertian dari UPL dan UKL adalah upaya

yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan

hidup oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang

tidak wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Hidup (AMDAL).

d. Masih lemahnya metode-metode penyusunan AMDAL,

khususnya aspek “sosial budaya”, sehingga kegiatan-kegiatan

pembangunan yang implikasi sosial budayanya penting, kurang

mendapat kajian yang seksama.

AMDAL merupakan teknologi pembuatan perencanaan dan

keputusan yang berasal dari barat, negara industri yang

demokratis dengan kondisi budaya dan sosial berbeda,


sehingga ketika program ini diterapkan di negara

berkembang dengan kondisi budaya dan sosiopolitik berbeda,

kesulitan pun muncul. AMDAL di Indonesia telah lebih dari

15 tahun diterapkan. Meskipun demikian berbagai hambatan

atau masalah selalu muncul dalam penerapan amdal, seperti

juga yang terjadi pada penerapan amdal di negara-negara

berkembang lainnya. Hambatan tersebut cenderung terfokus

pada faktor-faktor teknis, seperti :

a. Tidak memadainya aturan dan hukum lingkungan.

b. Kekuatan institusi.

c. Pelatihan ilmiah dan professional.

d. Ketersediaan data

Penilaian Dokumen AMDAL

Mutu penilaian dokumen AMDAL dipengaruhi oleh empat

faktor, yakni:

a. Kompetensi teknis anggota Komisi Penilai AMDAL.

b. Integritas anggota Komisi Penilai.

c. Tersedianya panduan penilaian dokumen AMDAL.


d. Akuntabilitas dalam proses penilaian AMDAL.

Dari empat faktor tersebut, integritas penilai merupakan

faktor moral yang sulit dioperasionalkan ketika menempatkan

seseorang untuk duduk di dalam keanggotaan Komisi Penilai

AMDAL. Namun demikian, faktor ini dapat efektif dikontrol

dan ditegakkan melalui tiga faktor yang lainnya, yakni

peningkatan terus menerus kompetensi teknis anggota,

tersedianya panduan, prosedur dan kriteria penilaian

dokumen AMDAL yang efektif untuk digunakan, dan

akuntabilitas proses penilaian AMDAL. Tiga faktor ini

merupakan faktor yang dapat terus ditingkatkan,

dikembangkan dan difasilitasi oleh pemerintah agar mutu

penilaian AMDAL meningkat secara bertahap.

Prinsip-prinsip dalam melakukan penilaian dokumen AMDAL

adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Praktis

Mengingat banyak pihak yang telah mengetahui AMDAL dan

pernah mengikuti Kursus AMDAL, maka Pedoman ini disusun

dengan sangat mempertimbangkan unsur kepraktisan untuk

para penggunanya (kalangan pakar, akademisi, aparatur

pemerintah, konsultan, kalangan LSM dan masyarakat).


b. Prinsip Logis dan Sistematis

Mengingat dokumen AMDAL pada dasarnya disusun menurut

kaedah-kaedah ilmiah, maka kriteria dan teknik uji yang

dimuat dalam panduan ini dikembangkan berdasarkan prinsip

logis dan sistematis. Dua prinsip yang digunakan sebagai

fondasi kaedah keilmuan.

c. Prinsip Akuntabel

Mengingat hasil penilaian dokumen AMDAL harus dapat

dipertanggungjawabkan dihadapan publik, maka akuntabilitas

menjadi prinsip penting yang dikembangkan dalam panduan

penilaian ini. Siapapun yang menggunakan panduan ini akan

dapat mempertanggungkan hasil penilaiannya karena Panduan

ini dikembangkan secara praktis, logis dan sistematis.

Adapun peraturan perundang-undangan yang dapat digunakan

sebagai landasan hukum untuk penilaian substansi dokumen

AMDAL adalah sebagai berikut:

a. Keputusan Menteri Negara LH No. 2 Tahun 2000 tentang

Panduan Penilaian Dokumen AMDAL.

b. Keputusan Kepala Bapedal No. 056 Tahun 1994 tentang

Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.


c. Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2000 tentang

Pedoman Penyusunan AMDAL.

d. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang

Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam

Proses AMDAL.

e. Keputusan Menteri Negara LH No. 4 Tahun 2000 tentang

Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan di

Daerah Lahan Basah.

f. Keputusan Kepala Bapedal No. 299/BAPEDAL/11/96

tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam AMDAL.

g. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-124/12/1997 tentang

Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam AMDAL

Anda mungkin juga menyukai