Anda di halaman 1dari 6

Elektrokimia

Kata Kunci: deret elektrokimia, elektroda hidrogen, elektrokimia, potensial reduksi standar,
Reaksi Redoks
Ditulis oleh Taro Saito pada 18-10-2009

Keadaan standar didefinisikan sebagai keadaan pada 25o C (298.15 K), pada keaktifan satu untuk
semua zat dalam sel elektrokimia pada sel dengan arus nol pada tekanan 1 bar (105 Pa). Untuk
reaksi yang melibatkan ion H+, keadaan standar adalah pH = 0 (sekitar konsentrasi asam 1
molar).

Dalam kasus elektrode hidrogen digunakan sebagai potensial elektrode standar, gas hidrogen 1
atm (aH2 = 1) dikontakkan perlahan dengan elektroda platinum-hitam yang dibenamkan dalam
larutan asam kuat dengan keaktifan, aH+ = 1. Potentialnya diungkapkan sebagai:

dan menurut definisi E0 = 0 dalam keadaan standar. Elektroda hidrogen dalam keadaan standar
disebut sebagai elektrode hidrogen standar atau NHE. Walaupun potensial reduksi biasanya
diungkapkan dengan rujukan NHE standar, elektrode hidrogen sukar ditangani. Oleh karena itu
elektrode kalomel jenuh atau Ag/AgCl digunakan sebagai elektroda rujukan untuk pengukuran
elektrokimia sehari-hari dan potensial percobaan diukur terhadap elektroda ini atau dikonversi
pada nilai NHE. Bila nilai NHE diset menjadi 0, nilai SCE 0.242 V, dan Ag/AgCl adalah 0.199
V.

Reaksi redoks terjadi hanya bila pasangan redoks ada dan reaktannya dapat berupa oksidator atau
reduktor bergantung pasangan reaksinya. Kemampuan relatif redoksnya dapat diungkapkan
secara numerik dengan memberikan potensial reduksi setengah reaksinya, E0 (Tabel 3.1).
Perubahan energi bebas reaksi berhubungan dengan E0,

n adalah jumlah elektron yang diserahterimakan dan f adalah konstanta Faraday, 96500 C.mol-1.
Misalnya, untuk dua reaksi

Tidak berlangsung bebas, tetapi bila H+ (aq) dan Zn(s) ada, reaksi redoks akan berlangsung.
Persamaan yang menyatakan reaksi yang berlangsung didapat bila reaksi ke-2 dikurangi dengan
persamaan reaksi pertama

Perubahan energi bebas reaksi redoks keseluruhan adalah selisih perubahan energi masing-
masing setengah reaksi.

Karena setengah sel pada dasarnya hanya imajiner dan umumnya digunakan sebagai pasangan,
perubahan energi bebas ∆G01 untuk H+ diset 0. Dalam hal ini karena didapat hasil percobaan
∆G0 sebesar -147 kJ, maka ∆G02 bernilai 147 kJ. Potensial E0 yang berkaitan dengan ∆G0
setengah reaksi disebut potensial reduksi standar.

Maka
Potensial standar berbagai setengah reaksi ditentukan dengan menggunakan prosedur yang mirip
dengan yang disebutkan tadi (Tabel 3.1). E0 reaksi redoks dapat dihitung dengan
mengkombinasikan E0 setengah reaksi ini.

Bila E0 reaksi redoks positif, ∆G0 bernilai negatif dan reaksi berlangsung spontan. Akibatnya
selain menggunakan perubahan energi bebas potensial reduksi juga dapat digunakan untuk
menentukan kespontanan reaksi. Semakin besar potensial reduksi semakin kuat kemampuan
oksidasinya. Nilai positif atau negatif berdasarkan nilai potensial reduksi proton adalah 0, dan
harus dipahami bahwa nilai positif tidak harus berarti mengoksidasi, dan nilai negatif bukan
berarti mereduksi. Deretan yang disusun berdasarkan kekuatan redoks disebut deret
elektrokimia.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/reaksi-anorganik/elektrokimia/

Pengertian Elektrokimia

ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Elemen yang digunakan dalam reaksi
elektrokimia dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang dimiliki. Sel Elektrokimia
adalah sel yang disusun untuk menjadikan suatu reaksi redoks menghasilkan energy listrik yang
selanjutnya diubah menjadi energy kimia atau sebaliknya .

Macam-macam Eletrokimia :

Elektrokimia dibagi menjadi dua jenis :

Sel Volta atau Sel Galvani

Luigi Galvani (1780) dan Alexandro Volta (1800) menemukan adanya muatan listrik dalam
suatu reaksi kimia Reaksi kimia ini hanya terjadi pada reaksi redoks dan rangkaian reaksi ini
disebut Sel Volta.

Sel Volta atau Galvani adalah Energi yang dihasilkan oleh reaksi kimia diubah menjadi energy
listrik.

Contoh : batu batrei dan akki

Katode : reduksi kutub (+)


Anode : Oksidasi kutub (-)

Sel Elektrolisis

Elektrolisis adalah peristiwa penguraian zat elektrolit oleh arus listrik searah.Elektroda positif (+)
yang disebut juga anoda sedangkan elektroda negative (-) disebut katoda.

a. Elektrolisis terhadap lelehan/cairan/leburan

Sel elektrolisis tidak mengandung pelarut (air)

Katode : reduksi kation

Anode : oksidasi anion

b. Elektrolisis terhadap larutan elektrolit dalam air

- Elektroda inert ( tidak aktif )

Katode = Golongan IA dan IIA yang dielektrolisis air

Anode = Mengandung O,yang dioksidasi air

- Elektroda Aktip ( Cu,Ag,Fe,Ni,dll)

Katode = Golongan IA dan IIA yang dielektrolisis air

Anode = Elektrode Aktif tersebut.

Kegunaan Sel Elektrolisis

Beberapa kegunaan sel alektrolisis adalah :

1. Penyepuhan adalah proses pelapisan suatu logam dengan lgam lain.logam yang akan
dilapisi digunakan sebagai katoda,sedangkan logam pelapis disebut anoda.
2. Pembuatan beberapa senyawa.
3. Untuk menghitung konsentrasi suatu logam dalam larutan.

Prinsip Perhitungan Elektrolisis

1. Hukum Faraday I

“Massa zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda sebanding dengan kuat
arus/arus listrik yang mengalir pada elektrolisis tersebut”.
Rumus:

m = e . i . t / 96.500

q = i . t maka G = I . t

m = massa zat yang dihasilkan (gram)


e = berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi
i = kuat arus listrik (amper)
t = waktu (detik)
q = muatan listrik (coulomb)

2. Hukum Faraday II

“Massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding lurus dengan massa ekivalen zat itu
( ME )

G = ME

Penggabungan hukum Faraday I dan II

G = k . i . t . ME

Jika k = , maka G = .ME

Korosi

Korosi merupakan reaksi kimia antara logam dengan zat lain yang bias menghasilkan senyawa-
senyawa yang tidak diinginkan.Karat merupakan hasil dari proses dari korosi yaitu
teroksidasinya suatu logam,bsi yang terkorosi membentuk karat dengan umus : Fe2O3XH2O.

Proses perkaratan termasuk proses elektrokimia dimana logam besi ( Fe ) yang troksidasi
bertindak sebagai anoda dan oksigen yang terlarut dalam air pada permukaan besi bertindak
sebagai anoda.

Pembentukan karat :

Anoda : Fe Fe2+ + 2e

Katoda : O2 + 2 H2O + 4e 4 OH –

Fe2+ akan teroksidasi lagi membentuk Fe3+ atau Fe3O3.Sedangkan ion OH- akan bergabung
dengan elektrolit yang ada didalam atau dengan ion H+ dari terlarutnya oksidasi asam (SO2,NO2)
dari hasil perubahan dengan air hujan.

Karat bersifat katalis untuk proses perkaratan berikutnya yang disebut Autokatalis.
Pencegahan proses perkaratan :

- Pelepisan dengan cat atau logam lain yang sukar teroksidasi

- Proses katoda ( proteksi katodik )

disusun oleh : Diny Dainilhaque

STFI

Anda mungkin juga menyukai