Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN

FOGGING
Nomor :
Revisi Ke :
Berlaku Tgl :

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Dawe

DARSONO.SKM.MM
NIP. 19680312 198903 1 006

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS


DINAS KESEHATAN
BLUD UPT PUSKESMAS DAWE
Jl. Lapangan- Cendono Dawe Telp. (0291)420257
KERANGKA ACUAN
FOGGING

I. PENDAHULUAN
Penyakit bersumber binatang adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen
penyebab yang mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari hewan yang
rentan (Potential Host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara
(vector) atau lingkungan hidup.
Pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data mengenai peristiwa
kesakitan dan kematian penyakit bersumber binatang ini diwilayah kerja serta
menggunakannya sebagai informasi untuk monitoring/ pengamatan distribusi penyakit
dan mengambil tindakan didalam wilayahnya disebut surveilans. Puskesmas harus
mempunyai sistem surveilans untuk penyakit-penyakit ini, serta menggunakan informasi
yang dapat diungkapkan untuk memonitor masalah penyakit menular didalam masyarakat
wilayah kerja.
Untuk pemantauan penyakit bersumber binatang tertentu yang menjadi masalah
kesehatan di wilayah puskesmas disajikan didalam PWS mingguan penyakit (contoh PWS
DBD, Malaria, Leptospirosis, Filariasis dll). Dengan penggunaan PWS penyakit secara
mingguan ini dapat dikenali/ diketahui secara dini kenaikan / distribusi suatu penyakit
menular tertentu menurut tempat (desa).

II. LATAR BELAKANG


Masalah penyakit bersumber binatang dan kualitas lingkungan yang berdampak
terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh pemerintah bersama
masyarakat sebagai bagian dari misi Peningkatan Kesejahteraan Rakyatnya. Faktor
lingkungan dan perilaku menjadi risiko utama dalam penularan dan penyebaran penyakit
menular, baik karena kualitas lingkungan, masalah sarana sanitasi dasar maupun akibat
pencemaran lingkungan. Sehingga insidens dan prevalensi penyakit menular yang berbasis
lingkungan di Indonesia relatif masih sangat tinggi.
Perubahan Paradigma Kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan lebih
diprioritaskan pada upaya pencegahan dan promosi dengan tanpa meninggalkan kegiatan
kuratif dan rehabilitatif, telah mendorong upaya dari dinas kesehatan umumnya dan dalam
bidang penyehatan lingkungan permukiman serta tempat – tempat umum dan industri
pada khususnya untuk lebih menggali kemampuan dan kemauan masyarakat untuk dapat
meningkatkan dan memecahkan permasalahan kesehatannya sendiri.
Puskesmas Lebdosari merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan dapat
diterima serta terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat
menggunakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan
biaya yang dapat ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat.
Salah satu fungsi puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan
yang diberikan puskesmas meliputi pelayanan pengobatan, upaya pencegahan, peningkatan
kesehatan dan pemulihan kesehatan (Depkes RI, 2004). Untuk menanggulangi dan
mencegah penularan penyakit bersumber binatang khususnya DBD diselenggarakan
kegiatan PSN dan fogging dalam kasus-kasus tertentu.

III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Program ini bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa.
B. Tujuan Khusus :
1. Penyakit bersumber binatang yang diprioritaskan dalam program ini adalah
penyakit DBD;
2. Memutus rantai penularan kasus DBD.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Cara melaksanakan fogging atau pengasapan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
A. Petugas menentukan kriteria dan lokasi kasus DBD berdasarkan hasil laporan dan hasil
penyelidikan epidemiologi;
B. Petugas bon obat ke DINKES;
C. Petugas datang ke lokasi yang di tuju;
D. Petugas koordinasi dengan lokasi untuk menyiapkan rumah - rumah yang akan di
fogging,, misal, menutup jendela, menutup tempat – tempat makanan;
E. Petugas yang akan melakukan fogging memakai alat pelindung diri yang telah di
siapkan;
F. Petugas menyiapkan alat dan bahan untuk fogging;
G. Petugas mencampur insektisida dan solar sesuai aturan pencampuran sebagai bahan
fogging;
H. Petugas mengisi bensin pada alat fogging sebagai bahan bakar sebanyak 5 liter;
I. Petugas menyalakan mesin fogging;

J. Petugas melakukan dengan radius 100 meter fogging;


K. Petugas membuat laporan fogging

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Cara melaksanakan kegiatan fogging adalah dengan melakukan pengasapan yang terdiri
dari campuran solar dan insektisida pada lokasi yang terdapat KLB kejadian DBD (1 indeks
dengan 3 kasus tambahan dan berhubungan secara epidemiologi) dengan menggunakan
mesin dan dilakukan oleh petugas yang berkompeten.

VI. SASARAN
Sasaran pelaksanaan kegiatan fogging ini adalah masyarakat di sekitar indeks kasus DBD
dalam radius 100 meter.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan fogging dilakukan secara incidental apabila terdapat laporan KLB (Kejadian Luar
Biasa).

VIII.EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Setiap selesai melaksanakan kegiatan fogging, petugas langsung membuat pelaporan dan
mengevaluasi pelaksanaan.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan laporan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai