Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA SALAH SATU

ANGGOTA KELUARGA PENDERITA DIABETES MELLITUS


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN
PEMELIHARAAN KESEHATAN DI DESA ............... KECAMATAN
PLOSO
KABUPATEN JOMBANG

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai syarat melanjutkan penelitian studi kasus


Program Studi Diploma III Keperawatan
STIKES Pemkab Jombang

Oleh:
YUSI KRISDAYANTI
NIM. 141602053
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG
PRODI D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Salah Satu Anggota Keluarga Menderita
Diabetes Mellitus Dengan Masalah Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Di
Desa ........... Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang” sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini peneliti susun sebagai salah satu
persyaratan untuk melanjutkan penelitian lebih lanjut di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Pemkab Jombang pada Program Studi D3 Keperawatan.
Dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti mendapat
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. drg. Budi Nughroho, MPPM, selaku Ketua Stikes Pemkab Jombang, yang telah
memberikan dukungan dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Mamik Ratnawati, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan
Stikes Pemkab Jombang yang telah mendukung dan memberikan motivasi dalam
penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Dr. Sestu R, S.Kp.M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingan dan motivasi dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Pawiono, SST.M.PH selaku pembimbing II yang telah banyak pula memberikan
bimbingan dan motivasi dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Segenap Dosen Pengajar STIKES Pemkab Jombang atas bimbingan dan
arahannya.
6. Kepala Desa .........., Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang yang telah
memberikan dukungan dan izin untuk melakukan penelitian.
7. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik moral maupun
spiritual.
8. Rekan-rekan mahasiswa Program D III Keperawatan angkatan 2014 Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Pemkab Jombang yang turut memberikan dukungan
dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Peneliti menyadari bahwa penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini jauh
dari sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi penyempurnaan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Demikianlah proposal Karya Tulis Ilmiah ini peneliti buat, semoga
bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jombang,....................

Peneliti
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Mellitus merupakan istilah kedokteran untuk sebutan penyakit, yang di
kalangan masyarakat umum dikenal sebagai penyakit gula atau kencing manis.
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di
dalam masyarakat. Penyakit ini menyebabkan perubahan-perubahan didalam tubuh
diantaranya minum yang menjadi lebih banyak (polidipsia), buang air kecil lebih sering
(poliuria), rasa lapar yang semakin besar (polifagia), kesemutan, gatal, lelah dan
mengantuk (NANDA, 2016). Penyebab-penyebab itu yang dapat menurunkan skala
Activity Daily Living (ADL), yang menjadi faktor penyebab permasalahan
pemeliharaan kesehatan. Banyak penderita diabetes mellitus dikarenakan gaya hidup
atau perilaku masyarakat yang tidak memperhatikan pola hidup sehat. Perilaku dan
gaya hidup yang kurang memperhatikan pola hidup sehat disebabkan oleh pengetahuan
dan informasi kurang, sehingga menyebabkan masalah ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan (NANDA, 2012).
Diabetes mellitus merupakan satu dari empat penyakit tidak menular (PTM)
tertinggi yang berakibat pada kematian, tiga penyakit lainnya adalah penyakit jantung
dan pembuluh darah, penyakit kanker dan penyakit paru paru kronik (Aditama, 2012).
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa diabetes
merupakan penyebab kematian nomor enam dari seluruh kematian pada semua
kelompok umur, di Indonesia sebanyak 12 juta menderita diabetes mellitus. Badan
kesehatan dunia (World Health Organization) memperkirakan kenaikan jumlah
penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia dari 8.4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21.3 juta jiwa pada tahun 2030. Kondisi ini membuat peringkat Indonesia
menduduki peringkat empat setelah Amerika Serikat, Cina dan India (Aditama, 2012).
Berdasarkan hasil data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jombang penyakit
diabetes mellitus di puskesmas bawangan menempati peringkat kedelapan dari 34
puskesmas di wilayah Kabupaten Jombang, penderitanya sejumlah 839 orang.
Meningkatnya jumlah penderita diabetes mellitus dapat disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya diabetes mellitus tipe 1 yaitu faktor keturunan atau genetik yang
bersifat heterogen, multigen dan virus , diabetes mellitus tipe II yaitu usia, obesitas,
riwayat keluarga dengan diabetes mellitus tipe II, kebiasaan diet, kurang berolahraga,
bahan toksin atau beracun, kehamilan diabetes gestasional (Rumahorbo, 2012). Banyak
penderita diabetes mellitus dikarenakan gaya hidup atau perilaku masyarakat yang
tidak memperhatikan pola hidup sehat seperti konsumsi gizi seimbang dan berolahraga
cukup. Perilaku dan gaya hidup yang kurang memperhatikan pola hidup sehat
disebabkan oleh pengetahuan dan informasi kurang, oleh karena itu dibutuhkan peran
keluarga untuk merawat anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus, tetapi
tidak semua anggota keluarga mengetahui cara merawat anggota keluarga yang
menderita diabetes mellitus, dan ditambah dengan minimnya informasi sehingga
menyebabkan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (NANDA, 2012).
Sebenarnya diabetes mellitus dapat dicegah mengendalikan faktor resiko
bersamanya, yaitu diet yang tidak sehat, aktivitas fisik, dan pola makan, oleh karena
itu upaya yang terbaik dengan meningkatkan kepedulian keluarga dalam berperilaku
sehat. Pengetahuan tentang diit diabetes yang benar perlu diberikan agar dapat
meningkat pengetahuan dan kewaspadaan keluarga terhadap diabetes mellitus melalui
penyebar luasan informasi secara efektif. Pemberian asuhan keperawatan keluarga
yang tepat sangatlah penting untuk mengatasi kasus ini. Intervensi keperawatan
keluarga yang tepat adalah dengan memperluas informasi dan pengetahuan keluarga,
membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat situasi yang ada untuk
memutuskan mengambil tindakan yang tepat, mengajarkan kepada keluarga perawatan
yang tepat, membantu keluarga memodifikasi lingkungan dalam perawatan, dan
membantu keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan (Muhlisin, 2012). Melihat
dari data diatas perlu adanya keluarga yang mengerti tentang pengertian diabetes
mellitus dan cara merawat anggota keluarga yang sakit terutama pada klien dengan
masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan, dengan cara keluarga diberi
pendidikan kesehatan dan informasi mengenai diabetes mellitus.

1.2 Batasan Masalah


Dari latar belakang diatas, batasan masalah yang diambil peneliti dari studi kasus
ini yaitu asuhan keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita
diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan di Desa
Kebonagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang.

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimanakah asuhan keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga
penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
di Desa Kebonagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga pada salah satu anggota
keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan, menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP di Desa Kebonagung, Kecamatan Ploso,
Kabupaten Jombang.
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian data secara subjektif dan objektif pada keluarga
dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
2) Mampu menetapkan diagnosa keperawatan keluarga pada keluarga dengan salah
satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan.
3) Mampu menyusun rencana keperawatan keluarga pada keluarga dengan salah satu
anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan.
4) Mampu melaksanakan rencana keperawatan pada keluarga dengan salah satu
anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan.
5) Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota
keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan.
6) Mampu menganalisis perbedaan dari tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus
asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes
mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi atau acuan untuk
mengembangkan ilmu keperawatan terutama tentang asuhan keperawatan keluarga
pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
1.5.2 Manfaat Praktis
1)Bagi Tenaga Kesehatan
Meningkatkan keterampilan bagi tenaga kesehatan dalam menangani
keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus
dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
2) Bagi Pelayanan Kesehatan
Untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan dalam asuhan
keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus
dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
3) Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi dan informasi dalam hal kepustakaan dan dapat
dijadikan sebagai sumber informasi bagi mahasiswa tentang asuhan keperawatan
keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
4) Bagi Klien
Sebagai tambahan pengetahuan pada klien tentang asuhan keperawatan
keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
5) Bagi Keluarga
Sebagai tambahan pengetahuan pada keluarga tentang asuhan keperawatan
keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

.1 Konsep Keluarga
.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Dep Kes R.I, 1988 dalam Achjar, 2012).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh perkawinan,
adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-
individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan
untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998 dalam Achjar, 2012).
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang terdiri dua atau lebih orang yang hidup
bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, atau tinggal
bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi
penerus, saling pengertian dan saling menyayangi (Murray & Zentner, 1997 dalam
Achjar, 2012).
2.1.2 Tipe/Bentuk Keluarga
Berbagai bentuk dan tipe keluarga dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan
keluarga non tradisional (Allender dan Spradley ,2001 dalam Achjar, 2012), :
a) Keluarga tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
kandung dan atau anak angkat.
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.
3) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung
atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
5) Single adult, yaitu rumah tangga yang terdiri dari seorang dewasa saja.
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia
lanjut.
b) Keluarga non tradisional
1) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah
2) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam
satu rumah tangga.
3) Homoseksual yaitu individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah
tangga.

2.1.3 Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi keluarga
(Setiawati & Dermawan, 2005 dalam Achjar, 2012).
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga
terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun
sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.
2) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang
boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana
keluarga produktif terhadap sosial dan bagaimana keluarga memperkenalkan anak
dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal budaya dan norma melalui
hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawat kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi
keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan
kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara memelihara dan
merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota.
4) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga. Mencari
sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan
keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi biologis
Fungsi biologis, bukan hanya ditunjukkan untuk meneruskan keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6) Fungsi psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan rasa
aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasan
kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga
7) Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
ketrampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannnya.

2.1.4 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas perkembangan
keluarga, untuk memberikan pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan
kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan dukungan pada
keluarga untuk kemajuan dari satu tahap berikutnya. Tahap perkembangan keluarga
mempunyai tugas perkembangan yang berbeda (Carter & Mc Goldrick,1988 dalam
Achjar, 2012).
1) Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubunggan yang
harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling
memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri
menmjadi orang tua.
2) Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda
sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluaraga besar dengan menambahkan peran orang
tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-
masing.
3) Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahp III yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisaikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai
mengenalkan kultur keluraga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi
kebutuhan bermain anak.
4) Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan
kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak
saat menyelesaikan tugas sekolah.
5) Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan pada tahap ke V yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuaka antara orang tua dan anak-anak,
memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,
mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
6) Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak-
anak, melanjutkan untuk memperbarui hubungan perkawinan, memban
mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan
menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
7) Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan keluarga tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti
para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman,
merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing
pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.
8) Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tugas perkembangan keluarga pada tahp VIII yaitu mempertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk
memahami eksistensi mereka, saling memberi perhatian yang menyenangkan antar
pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu seperti berolahraga, berkebun,
mengasuh cucu.
2.1.5 Level pencegahan perawatan keluarga
Pelayanan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level prevensi (Achjar,
2012)
1) Pencegahan primer (primary prevention), merupakan tahap pencegahan yang
dilakukan sebelum masalah timbul, kegiatannya berupa pencegahan tu anak mandiri,
spesifik (specific protection) dan promosi kesehatan (health promotion) seperti
pemberian pendidikan kesehatan, kebersihan diri, penggunaan sanitasi lingkunagn
yang bersih, olah raga, imunisasi, perubahan gaya hidup. Perawat keluarga harus
membantu keluarga untuk memikul tanggung jawab kesehatan mereka sendiri,
keluarga tetap mempunyai peran penting dalam membantu anggota keluarga untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik.
2) Pencegahan sekunder (secondary prevention), yaitu tahap pencegahan kedua yang
dilakukan pada awal masalah timbul maupun saat masalah berlangsung, dengan
melakukan deteksi dini (early detection/diagnosis) dan melakukan tindakan, deteksi
dini adanya gangguan kesehatan.
3) Pencegahan tersier (tertiary prevention), merupakan pencegahan yang dilakukan pada
saat masalah kesehatan telah selesai, selain mencegah komplikasi juga meminimalkan
keterbatasan (disability limitation) dan memaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi
(rehabilitation) seperti melakukan rujukan kesehatan, melakukan konseling kesehatan
bagi yang bermasalah, memfasilitasi ketidakmampuan dan mencegah kematian.
Rehabilitasi meliputi upaya pemulihan terhadap penyakit atau luka hingga pada tingkat
fungsi yang optimal aecara fisik, mental, sosial dan emosional.
2.1.6 Tugas Keluarga
Menurut Achjar (2012) tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/
penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data
maladaptive pada keluarga. Lima tugas keluarga yang dimaksud adalah :
1) Mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana presepsi keluarga terhadap tingkat
keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab, dan persepsi
keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
2) Mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau
tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah
sikap negativ dari keluarga terhadap maslah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan
keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui
keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber
yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.
4) Memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya hygine sanitasi bagi keluarga, upaya
pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang
dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam
dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap
petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan
yang ada, keuntungan keluarga terhadap pengguanaan fasilitas kesehatan, apakah
pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluraga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.

2.2 Konsep Diabetes Mellitus Secara Umum


2.2.1 Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas
insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler,
makrovaskuler, dan neuropati (NANDA, 2016).
2.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus
1) Klasifikasi Klinis
a) Diabetes Mellitus
(1) Tipe I : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun.
(2) Tipe II : NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati:
(a) Tipe II dengan obesitas
(b) Tipe II tanpa obesitas
b) Gangguan toleransi glukosa
c) Diabetes kehamilan
2) Klasifikasi Resiko Statistik
a) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b) Berpotensi menderita kelainan glukosa
2.2.3 Penyebab Diabetes Mellitus
1) DM Tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pancreas
yang disebabkan oleh:
a) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I
b) Faktor imunologi (autoimun)
c) Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan ekstruksi sel beta.
2) DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II: usia, obesitas, riwayat dan
keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu:
a) <140 mg/dL → normal
b) 140-<200 mg/dL → toleransi glukosa terganggu
c) ≥200 mg/dL → diabetes (NANDA, 2016).
2.2.4 Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Manifestasi klinis diabetes mellitus (DM) dikaitkan dengan konsekuensi
metabolic defisiensi insulin:
1) Kadar glukosa puasa tidak normal
2) Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
3) Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4) Lelah dan mengantuk
5) Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva.

Kriteria diagnosis diabetes mellitus (DM):


1. Gejala klasik diabetes mellitus (DM)+glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1
mmol/L)
2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu
3. Gejala klasik diabetes mellitus (DM)+glukosa plasma ≥ 126 mg/dL (7,0 mmo/L)
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
4. Glukosa plasma 2 jampada TTGO≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air.
Cara penatalaksaan TTGO (NANDA: 2016):
1. 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa (dengan karbohidrat
yang cukup)
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
3. Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/ kgBB (anak-anak),
dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sempel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai.
6. Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
2.2.5 Komplikasi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus sering disebut dengan the great imitator, yaitu penyakit yang
menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul
secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan
dalam dirinya, karena itu jelaslah bahwa diabetes bisa menjadi komplikasi yang akut
maupun kronis:
1) Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau
menurun dengan tajam dengan waktu yang relatif singkat. Kadar glukosa darah bisa
menurun dengan drastis jika penderita menjalani diit yang terlalu ketat. Perubahan
yang besar dan mendadak dapat berakibat fatal.
Berikut beberapa komplikasi akut yang disebabkan oleh diabetes mellitus:
a) Hipoglikemia
Hipoglikemia yaitu keadaan seseorang dengan kadar glukosa darah dibawah nilai
normal. Gejala hipoglikemi ditandai dengan munculnya rasa lapar, gemetar, keluar
keringat, berdebar-debar, pusing, gelisah dan penderita bisa menjadi koma.

b) Ketoisidosis diabetik-koma
Ketoisidosis diabetik-koma yaitu keadaan tubuh yang sangat mendadak akibat
infeksi, lupa suntik insulin, pola makan yang terlalu bebas, atau stress.
c) Koma hiperosmoler non ketotik
Koma hiperosmoler non ketotik akibat dari adanya dehidrasi berat, hipotensi, dan
shock, karena itu koma tanpa penimbunan lemak yang mengakibatkan penderita
menunjukkan pernapasan yang cepat dan dalam (kusmaul).
d) Koma lakto asidosis
Koma lakto asidosis yaitu keadaan tubuh dengan asam laktat yang tidak dapat
diubah menjadi bikarbonat, akibatnya kadar asam laktat dalam darah meningkat dan
seseorang bisa mengalami koma.
2) Komplikasi Kronis
Tabel 2.1 Komplikasi kronis yang disebabkan oleh diabetes mellitus
Organ/ Jaringan yang
Yang Terjadi Komplikasi
terkena
Pembuluh Darah Plak aterosklerotik Sirkulasi yang jelek
terbentuk dan menyebabkan
menyumbat arteri penyembuhan luka yang
berukuran sedang atau jelek dan bisa
besar di jantung, otak, menyebabkan penyakit
tungkai dan penis, jantung, stroke, ganggrene
dinding pembuluh darah kaki dan tangan, impoten
kecil mengalami dan infeksi.
kerusakan sehingga
pembuluh darah tidak
dapat menstransfer
oksigen secara normal
dan mengalami
kebocoran.
Mata Terjadi kerusakan pada Gangguan penglihatan dan
pembuluh darah kecil pada akhirnya bisa terjadi
retina kebutaan.
Ginjal a) Penebalan pembuluh Fungsi ginjal yang buruk
darah ginjal. gagal ginjal.
b) Protein bocor kedalam
air kemih
c) Darah tidak disaring
secara normal
Saraf Kerusakan saraf karena a) Kelemahan tungkai yang
glukosa tidak terjadi secara tiba-tiba
dimetabolisir secara atau secara perlahan.
normal dan karena aliranb) Berkurangnya rasa
darah kurang. kesemutan dan nyeri
ditangan dan kaki.
c) Kerusakan saraf
menahun.
Sistem saraf otonom Kerusakan pada saraf a) Tekanan darah yang naik
yang mengendalikan turun.
tekanan darah dan b) Kesulitan menelan dan
saluran pencernaan. perubahan fungsi
pencernaan disertai
serangan diare.

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus


1) Kadar gula darah
Tabel 2.2 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dL)


Kadar glukosa darah DM Belum pasti
Sewaktu DM
Plasma vena > 200 100-200
Darah kapiler > 200 80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL)
Kadar glukosa darah DM Belum pasti
Puasa DM
Plasma vena > 120 110-120
Darah kapiler > 110 90-110

2) Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan:
a) Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b) Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl)
3) Tes laboratorium diabetes mellitus (DM)
Jenis tes pada pasien diabetes mellitus (DM) dapat berupa tes saring, tesdiagnostik,
tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
4) Tes saring
Tes-tes saring pada diabetes mellitus (DM) adalah:
a) GDP, GDS
b) Tes Glukosa urin:
(1) Tes konvensional (metode reduksi/ Benedict)
(2) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)
5) Tes diagnostik
Tes-tes diagnostik pada diabetes mellitus (DM) adalah: GDP, GDS, GD2PP (Glukosa
darah 2 jam post prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO
6) Tes monitoring terapi
Tes-tes monitoring terapi diabetes mellitus (DM) adalah:
a) GDP: plasma vena, darah kapiler
b) GD2 PP: plasma vena
c) A1c: darah vena, darah kapiler
7) Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:
a) Mikroalbuminuria: urin
b) Ureum, kreatinin, asam urat
c) Kolesterol total: plasma vena (puasa)
d) Kolesterol LDL: plasma vena (puasa)
e) Kolesterol HDL: plasma vena (puasa)
f) Trigliserida: plasma vena (puasa)
(NANDA, 2016).
2.2.7 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
1) Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal
2) Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat
3) Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal ini akan
menyebabkan fluktuasi (ketidakstabilan) kadar gula darah.
4) Pelajari mencegah infeksi: kebersihan kaki, hindari perlukaan
5) Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti sayuran dan
sereal
6) Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung banyak kolesterol
LDL, antara lain: daging merah, produk susu, kuning telur, mentega, saus salad, dan
makanan pencuci mulut berlemak lainnya.
7) Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi garam (NANDA, 2016).

2.3 Konsep Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan


2.3.1 Pengertian ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan adalah ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengelola, dan atau mencari bantuan untuk mempertahankan
kesehatan (Diagnosa Keperawatan, 2015-2017).
2.3.2 Pemeliharaan yang Efektif dalam Menghadapi Diabetes
1) Adanya keseimbangan antara kadar insulin dan gula di dalam tubuh
Insulin dikeluarkan oleh pankreas yaitu kelenjar yang tersembunyi di dekat
usus. Bila pankreas itu bekerja secara normal, akan terdapat sistem umpan-balik yang
memungkinkannya menyediakan jumlah insulin yang dibutuhkan untuk menghadapi
jumlah karbohidratyang dimakan, secara tepat.
2) Mengetahui akan bahaya kelebihan gula dalam makanan
Pankreas membuat insulin, dan selanjutnya insulin ini menghadapi gula di
dalam tubuh yang berasal dari karbohidrat yang dimakan, jikalau karena satu atau lain
sebab, pengeluaran insulin oleh tubuh itu tidak cukup atau jika tidak dipakai secara
semestinya, akibatnya kadar gula dalam darah bertambah banyak (diabetes).
Meningkatnya kadar gula dalam darah ini akan menghasilkan atherosclerosis dan ini
akan menyebabkan gangguan jantung. Kelebihan gula dalam darah dapat juga
membahayakan banyak organ-organ tubuh lainnya, seperti mata, saraf, dan mengidap
bisul yang tak tersembuhkan. Diabetes mellitus akan menjadi penyakit yang sangat
berbahaya bila dibiarkan begitu saja tanpa diperiksa.
3) Mengetahui sebab-sebab diabetes
Sebab-sebab diabetes belum semuanya diketahui, tetapi yang pasti adalah
bahwa diabetes merupakan penyakit yang turun-temurun. Jika salah satu orangtua
menderita diabetes, ada kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes juga, tetapi
jika kedua orangtua menderita diabetes kemungkinan ini hampir dapat dipastikan.
Penyebab lain diabetes anatara lain kegemukan dan stress.
4) Mendeteksi diabetes mellitus
Diabetes biasanya dapat diketahui dengan mudah dengan memeriksa air
kencing. Ini bisa dilakukan di rumah asal memiliki jenis kertas testing yang betul.
Penting sekali memeriksa diabetes pada tahap awal tidak menampakkan gejala dan
seseorang tidak akan menyadarinya. Penyebab diabetes mellitus yang tidak diketahui
dan tidak diobati yaitu terjadinya kerusakan pada dinding-dinding pembuluh nadi dan
kerusakan pada bagian lainnya yang akhirmya mempengaruhi banyak organ tubuh
yang vital.
5) Mengetahui tanda-tanda kemungkinan diabetes mellitus
Tanda-tanda kemungkinan diabetes yaitu tubuh terasa lemah, rasa haus yang
berlebih, sering kecing, rasa lapar yang berlebihan, kehilangan berat badan secara tiba-
tiba, terjadi bisul dan infeksi pada tubuh yang tidak hilang-hilang, dan rasa nyeri yang
tak diketahui sebabnya (neuritis).

6) Mengetahui pengobatan diabetes mellitus


Pengobatan diabetes mellitus secara efektif sekarang ini dengan penyuntikan
insulin tambahan ke dalam tubuh. Dosis tambahan insulin yang disuntikkan akan
menutup kekurangan insulin di dalam tubuh yang menyebabkan diabetes mellitus.
Kalori keseluruhan yang masuk ke dalam tubuh penderita diabetes mellitus harus
dibatasi, tetapi harus dijamin bahwa jumlah minimal lemak, karbohidrat dan protein
dimakan. Insulin di dalam tubuh kemudian akan dapat menghadapi karbohidrat di
dalam tubuh secara memuaskan dan menjamin bahwa tidak ada kelebihan kadar gula
di dalam tubuh. Bagi penderita diabetes mellitus lebih penting mengurangi jumlah
keseluruhan kalori yang masuk ke dalam tubuh dari pada mengamati proporsi protein,
karbohidrat dan lemak yang dimakan oleh seseorang, tetapi memang masih harus ada
keseimbangan antara proporsi tersebut. (Barnard, 2012)
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien dengan Diabetes Mellitus
2.4.1 Pengkajian Keperawatan
1) Data Umum
a) Identitas kepala keluarga
1. Kepala Keluarga (KK) :
2. Alamat dan telepon :
3. Pekerjaan KK :
4. Pendidikan KK :
5. Komposisi keluarga :
b) Komposisi anggota keluarga
Tabel 2.3 Komposisi Keluarga (Achjar, 2012)
Hubungan Pendidika
Nama Umur Sex Pekerjaan Ket
dengan KK n
Penyakit Penyakit Jika salah satu
diabetes diabetes anggota keluarga
banyak banyak menderita penyakit
terjadi terjadi pada diabetes,
pada usia jenis kemungkinan besar
lebih dari kelamin keturunannya akan
15 tahun perempuan menderita penyakit
daripada yang sama (diabetes
laki-laki mellitus)

c) Genogram
Genogram harus mencakup minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur, kondisi
kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan gambar dengan simbul
berbeda (Achjar, 2012).
Genogram pada penderita diabetes mellitus:

1. Laki – laki :
2. Perempuan :
3.

Meninggal dunia :
4. Tinggal serumah :
5. Pasien yang diidentifikasi :

6. Kawin :
7. Cerai :

8. Anak adopsi
:

9.
Anak
Kembar :

10. Aborsi / keguguran :

d) Tipe/ bentuk keluarga


Pada tipe/bentuk keluarga tidak ada pengaruhnya terhadap penyakit diabetes mellitus.
e) Suku bangsa
Pada suku bangsa tidak ada pengaruhnya terhadap penyakit diabetes mellitus.
f) Agama
Pada semua agama tidak ada pengaruhnya terhadap penyakit diabetes mellitus.
g) Status sosial ekonomi keluarga
Penyakit diabetes mellitus juga dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok
sosial-ekonomi mulai dari sosial-ekonomi rendah, menengah sampai atas bisa terkena
penyakit diabetes mellitus.

h) Aktifitas rekreasi keluarga


Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus, jarang
bahkan tidak pernah melakukan aktifitas rekreasi olahraga.
2) Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga (ditentukan dengan anak tertua)
Tahap perkembangan keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti yang salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dan mengkaji
anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan tugas sesuai tahapan perkembangan
keluarga.
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga yaitu ketidakmampuan anggota
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus, karena tidak tahu
bagaimana cara merawatnya.
c) Riwayat kesehatan keluarga inti
Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus, di dalam
keluarganya ada yang menderita penyakit yang sama (diabetes mellitus).
d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus, di dalam
keluarganya ada yang menderita penyakit yang sama (diabetes mellitus), dan kebiasaan
yang dilakukan makan banyak mengandung gula dan karbohidrat, kurang melakukan
olahraga dan melakukan diet yang tidak sehat.
3) Data Lingkungan
a) Karakteristik Rumah: Tidak ada hubungannya dengan penyakit diabetes mellitus pada
salah satu anggota keluarga
1. Ukuran rumah (Luas Rumah)
2. Kondisi dalam dan luar rumah
3. Kebersihan rumah
4. Ventilasi rumah
5. Saluran pembuangan air limbah
6. Air bersih
7. Pengelolaan sampah
8. kepemilikan rumah
9. Kamar mandi/ wc
10. Denah rumah

b) Karakteristik Tetangga Dan Komunitas Tempat Tinggal


Karakteristik tetangga dan komunitas setempat tidak ada hubungannya dengan
penyakit diabetes mellitus namun pada kebiasaan dan budaya seperti kebiasaan makan
dengan banyak mengandung karbohidrat bisa mempengaruhi adanya penyakit diabetes
mellitus pada salah satu anggota keluarga.
c) Mobilitas Geografis Keluarga
Penyakit diabetes mellitus tidak ada hubungannya dengan kebiasaan keluarga dalam
berpindah tempat.
d) Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak ada hubungannya
dengan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul dan berinteraksi dengan
masyarakat.
e) Sistem Pendukung Keluarga
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga mempengaruhi jumlah
keluarga yang sehat dan fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan,
jika anggota keluarga yang sehat mampu merawat anggota keluarga yang sakit diabetes
mellitus dan keluarga memiliki fasilitas yang menunjang kesehatan maka kesehatan
akan terpelihara.
4) Struktur Keluarga
a) Pola Komunikasi Keluarga
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak dipengaruhi oleh cara
dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga.

b) Struktur Kekuatan Keluarga


Pemeliharaan kesehatan pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus
dipengaruhi oleh respon anggota keluarga yang sehat, jika keluarga mengerti dan
mampu merawat salah satu anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus maka
kesehatan anggota keluarga penderita diabetes mellitus akan terpelihara.
c) Struktur Peran
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak dipengaruhi oleh
peran dari masing-masing anggota keluarga.
d) Nilai Dan Norma Keluarga
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak dipengaruhi oleh
nilai dan norma yang dianut keluarga.
5) Fungsi Keluarga
a) Fungsi Afektif
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak dipengaruhi oleh
kemampuan keluarga dalam mengekspresikan perasaan kasih sayang dan perasaan
saling memiliki, saling menghargai, kehangatan dalam keluarga.
b) Fungsi Ekonomi
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak ada hubungannya
keluarga dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
c) Fungsi Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi pengetahuan keluarga akan penanganan
pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus.

d) Fungsi Sosialisasi
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga yang sakit tidak ada
hubungannya dengan interaksi atau hubungan dalam keluarga.
e) Fungsi Perawatan Kesehatan
Pemeliharaan kesehatan penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga
dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga mengenai penyakit diabetes mellitus dan
kondisi perawatannya (bukan hanya kalau sakit diapakan tetapi bagaimana
pencegahannya).
f) Fungsi Religius
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak dipengaruhi oleh
kegiatan keagamaan.
6) Stres Dan Koping Keluarga
a) Stressor Jangka Panjang
Stressor yang dialami keluarga dengan pengobatan yang dilakukan salah satu anggota
keluarga penderita diabetes mellitus memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari
6 bulan.
b) Stressor Jangka Pendek
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak ada hubungannya
dengan stressor yang dialami keluarga dengan masalah keuangan yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

c) Respon Keluarga Terhadap Stress


Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus tidak ada
hubungannya dengan respon keluarga dalam menghadapi stressor.
d) Strategi Koping Yang Digunakan
Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus tidak ada
hubungannya dengan strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
e) Strategi adaptasi yang disfungsional
Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus tidak ada
hubungannya dengan strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
7) Pemeriksaan Fisik (head to toe)
a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
c) Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata, mulut THT, leher,
thorax, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia.
d) Pemeriksaan fisik pada pasien dengan diabetes mellitus
(1) Kepala
Pada klien diabetes mellitus biasanya pada pemeriksaan kepala tidak mengalami
gangguan.
(2) Mata
Pada klien diabetes mellitus biasanya ditemukan gangguan penglihatan atau mata
kabur, hal ini menunjukkan terjadinya komplikasi aterosklerosis.

(3) Hidung
Pada klien diabetes mellitus biasanya pada pemeriksaan hidung tidak mengalami
gangguan.
(4) Mulut
Pada klien diabetes mellitus biasanya pada pemeriksaan inspeksi didapatkan mulut
kering (dalam kondisi ini dehidrasi akibat diuresis osmosis), dan pucat ( apabila
mengalami asidosis atau penurunan perfusi jaringan pada stadium).
(5) Leher
Pada klien diabetes mellitus biasanya pada pemeriksaan inspeksi tampak bendungan
vena jugularis, pembesaran limfe leher, dapat muncul apabila infeksi sistemik.
(6) Dada
Pada klien diabetes mellitus biasanya pada pemeriksaan dada tidak mengalami
gangguan.
(7) Abdomen
Pada klien diabetes mellitus biasanya mengalami pembesaran abdomen.
(8) Ekstremitas
Pada klien diabetes mellitus biasanya ditemukan rasa kesemutan, penurunan kekuatan
otot sampai kelumpuhan. pada pemeriksaan inspeksi biasanya ada luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban di daerah sekitar ulkus, kemerahan kulit pada
sekitar luka. Pada pemeriksaan palpasi biasanya turgor menurun.
(9) Tanda-tanda vital
Frekuensi nadi dan tekanan darah: takhipnea (pada kondisi ketoasidosis). Demam
(pada penderita dengan komplikasi infeksi pada luka atau jaringan lain), hipotermi
(pada penderita yang tidak mengalami infeksi atau penurunan metabolik akibat
menurunnya masukan nutrisi secara drastis (Rumahorbo, 2012).
8) Harapan keluarga
Harapan keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus
terhadap petugas kesehatan agar dapat membantu masalah kesehatan yang terjadi pada
salah satu anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus.
2.4.2 Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat dilakukan
perumusan diagnosis keperawatan.
2.4.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan disusun berdasarkan jenis diagnosis seperti :
1) Diagnose sehat/wellness
Diagnosa sehat/wellness, digunkan bila keluarga mempunyai potensi untuk
ditingkatkan, belum ada data maladaptive. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga
potensial, hanya terdiri dari komponen problem (P) saja atau P (problem) dan S
(symptom/sign), tanpa komponen etiologi (E).
2) Diagnose ancaman (resiko)
Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, namun
sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan.
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga resiko, terdiri dari P (problem), etiologi
(E) dan (symptom/sign) S.
3) Diagnose nyata/gangguan
Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan/ masalah kesehatan di
keluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladaptif. Perumusan diagnosis
keperawatan keluarga nyata/ gangguan, terdiri dari P (problem), etiologi (E) dan
(symptom/sign) S.
Perumusan Problem (P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar. Sedangkan Etiologi (E) mengacu pada masalah keperawatan
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan adalah :
1) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, meliputi :
a) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit
b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
d) Sikap keluarga terhadap yang sakit
Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga, selanjutnya
masalah kesehatan keluarga ada, perlu di prioritaskan bersama keluarga dengan
memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga.
Tabel 2.4 Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga

KRITERIA BOBOT SKOR


Sifat masalah 1 Aktual = 3
Resiko = 2
Potensial = 1
Kemungkinan masalah 2 Mudah = 2
untuk dipecahkan Sebagian = 1
Tidak dapat = 0
Potensi masalah untuk 1 Tinggi = 3
dicegah Rendah = 2
Cukup = 1
Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah = 0

2.4.4 Intervensi Keperawatan


Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan keluarga adalah
melakukan perencanan. Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang disertai
rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk
mengatasi atau meminimalkan stressor primer untuk memperkuat garis pertahanan
fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten.
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penepatan
tujuan jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi
problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan
kusus) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E). tujuan jangka pendek harus
SMART (S=Spesifik, M=Measurable/ dapat diukur, A=Achievable/dapat dicapai,
R=reality, T=time limited/ punya limit waktu).
Tabel 2.5 Intervensi keperawatan asuhan keperawatan keluarga

DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
Ketidakefektifan Tujuan Umum :
pemeliharaan kesehatan Setelah dilakukan
b.d ketidakmampuan tindakan keperawatan
keluarga merawat anggota selama 2 minggu
keluarga yang sakit. dengan kunjungan
rumah 3x seminggu
diharapkan masalah
keperawatan keluarga
ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga yang
sakit teratasi.
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
Tujuan Khusus :
Setelah pertemuan 6 x
30-60 menit, keluarga
mampu :
1) Mengenal masalah
keperawatan
ketidakefektifan
pemeliharaan pada
diabetes mellitus
a) Menjelaskan apa Respon Diabetes Mellitus adalah Diskusikan dengan
yang dimaksud verbal gangguan metabolisme keluarga pengertian
diabetes mellitus yang ditandai dengan diabetes mellitus.
hiperglikemi atau Anjurkan keluarga
peningkatan kadar gula untuk menjelaskan
dalam darah yang kembali pengertian
berhubungan dengan diabetes mellitus.
abnormalitas
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang
disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin
atau penurunan
sensitivitas insulin atau
keduanya dan
menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskuler,
makrovaskuler, dan
neuropati.
b) Menjelaskan Respon Menyebutkan 5 tanda Diskusikan tanda
tanda/gejala diabetes verbal gejala diabetes mellitus: dan gejala diabetes
mellitus 1) Kadar glukosa puasa tidak mellitus yang
normal biasanya terjadi.
2) Peningkatkan pengeluaran
urin (poliuria) dan timbul
rasa haus (polidipsia)
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
3) Rasa lapar yang semakin Anjurkan keluarga
besar (polifagia), BB untuk menyebutkan
berkurang kembali tanda dan
4) Lelah dan mengantuk
gejala diabetes
5) Gejala lain seperti
mellitus.
kesemutan, gatal, mata
kabur, impotensi, peruritas
Beri pujian atas
vulva.
jawaban yang
benar
c) Menjelaskan Respon Menyebutkan penyebab Diskusikan
penyebab diabetes verbal diabetes mellitus: bersama keluarga
mellitus 1) DM Tipe 1 penyebab diabetes
yang disebabkan oleh: mellitus.
a) Faktor genetik
b) Faktor imunologi Motivasi keluaarga
c) Faktor lingkungan: untuk mengulang
virus atau toksin
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
2) DM tipe II kembali penyebab
Disebabkan oleh: usia, diabetes mellitus.
obesitas, riwayat dan
keluarga. Jelaskan kembali
hal-hal yang telah
didiskusikan.
2) Mengambil Respon Menyebutkan akibat yang Identifikasi akibat
keputusan untuk verbal terjadi apabila penyakit dari penyakit
mengatasi masalah diabetes mellitus tidak diabetes mellitus.
ketidakefektifan ditangani dengan baik,
pemeliharaan akan menimbulkan resiko Motivasi keluarga
kesehatan pada besar untuk meninggal untuk
diabetes mellitus karena komplikasinya. mengungkapkan
a) Menjelaskan akibat Diabetes mellitus dapat kembali akibat dari
yang terjadi bila mengakibatkan kerusakan penyakit diabetes
diabetes mellitus tidak antara lain : mellitus.
diatasi
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
1) Pembuluh darah:
penyumbatan arteri bisa
menyebabkan penyakit
jantung, stroke,
ganggrene kaki dan
tangan, impoten dan
infeksi.
2) Mata: Gangguan
penglihatan dan pada
akhirnya bisa terjadi
kebutaan.
3) Ginjal: Gagal ginjal
4) Saraf: Kelemahan
tungkai yang terjadi
secara tiba-tiba atau
secara perlahan,
berkurangnya rasa
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
kesemutan dan nyeri
ditangan dan kaki dan
kerusakan saraf menahun.
5) Sistem saraf otonom:
Tekanan darah yang naik
turun, kesulitan menelan
dan perubahan fungsi
pencernaan disertai
serangan diare.
b) Mengambil Respon Keputusan keluarga Diskusikan dengan
keputusan untuk verbal untuk mengatasi diabetes keluarga tentang
mencegah diabetes mellitus agar tidak penyakit diabetes
mellitus agar tidak bertambah berat. mellitus yang
bertambah parah. dialami untuk
mengambil
keputusan
selanjutnya
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
Gali pendapat
keluarga
bagaimana cara
mengatasi penyakit
diabetes mellitus.

Motivasi keluarga
untuk memutuskan
mengatasi
penyakit diabetes
mellitus secara
tepat.

Beri reinforcement
atas keputusan
yang diambil
keluarga.
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
3) merawat keluarga Respon Cara perawatan penyakit Gali pengetahuan
dengan diabetes verbal diabetes mellitus dengan keluarga dalam
mellitus. cara : mengatasi penyakit
a) menjelaskan cara 1) Lakukan olahraga secara diabetes mellitus.
merawat diabetes rutin dan pertahankan BB
mellitus yang ideal Diskusikan dengan
2) Kurangi konsumsi keluarga car
makanan yang banyak perawatan penyakit
mengandung gula dan diabetes mellitus.
karbohidrat
3) Jangan mengurangi Motivasi keluarga
jadwal makan atau untuk
menunda waktu makan mengungkapkan
4) Pelajari mencegah kembali apa yang
infeksi: kebersihan kaki, telah disampaikan.
hindari perlukaan
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
5) Perbanyak konsumsi
makanan yang banyak
mengandung serat,
seperti sayuran dan sereal
6) Hindari konsumsi
makanan tinggi lemak
dan yang mengandung
banyak kolesterol LDL,
antara lain: daging
merah, produk susu,
kuning telur, mentega,
saus salad, dan makanan
pencuci mulut berlemak
lainnya.
7) Hindari minuman yang
beralkohol dan kurangi
konsumsi garam
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
b) Mendemonstrasikan Respon Keluarga Demostrasikan cara
cara perawatan psikomotor mendemonstrasikan perawatan diabetes
diabetes mellitus kembali cara perawatan mellitus seperti :
diabetes mellitus seperti 1) melakukan
1) Keluarga dapat olahraga secara
melakukan olahraga rutin dan
secara rutin dan pertahankan BB
pertahankan BB yang yang ideal.
ideal. 2) Keluarga dapat
2) Keluarga dapat mengurangi
mengurangi makanan makanan yang
yang mengandung gula mengandung gula
dan karbohidrat dan karbohidrat.
3) Keluarga dapat membuat3) Keluarga dapat
anggota keluarga dengan membuat anggota
diabetes mellitus untuk keluarga dengan
mengurangi jadwal diabetes mellitus
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
makan atau menunda untuk mengurangi
waktu makan. jadwal makan atau
4) Keluarga dapat menunda waktu
mencegah infeksi dengan makan.
selalu menjaga 4) Keluarga dapat
kebersihan kaki dan mencegah infeksi
menghindari perlukaan. dengan selalu
5) Keluarga dapat menjaga
memperbanyak kebersihan kaki
mengonsumsi makanan dan menghindari
yang banyak perlukaan.
mengandung serat, 5) Keluarga dapat
seperti sayuran dan memperbanyak
sereal. mengonsumsi
6) Keluarga dapat membuat makanan yang
anggota keluarga dengan banyak
diabetes mellitus untuk mengandung serat,
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
menghindari makanan seperti sayuran dan
tinggi lemak dan yang sereal.
mengandung banyak 6) Keluarga dapat
kolesterol LDL, antara membuat anggota
lain: daging merah, keluarga dengan
produk susu, kuning diabetes mellitus
telur, mentega, saus untuk menghindari
salad, dan makanan makanan tinggi
pencuci mulut berlemak lemak dan yang
lainnya. mengandung
banyak kolesterol
LDL, antara lain:
daging merah,
produk susu,
kuning telur,
mentega, saus
salad, dan makanan
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
pencuci mulut
berlemak lainnya

4) keluarga mampu Respon Menciptakan suasana Diskusikan dengan


memodifikasi verbal rumah yang tenanag, keluarga tentang
lingkungan dalam kembangkan komunikasi lingkungan dan
perawatan diabetes yang terbuka, komunikasi yang
mellitus. menyediakan waktu dan efektif untuk
menjadi pendengar yang mengurangi
baik bagi keluarga. diabetes mellitus.
Beri kesempatan
keluarga untuk
bertanya tentang
hal yang belum
jelas.
5) keluarga mampu Respon Menjelaskan manfaat Klarifikasi
memanfaatkan verbal fasilitas kesehatan yang pengetahuan
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
pelayanan kesehatan dapat digunakan untuk keluarga tentang
bila diabetes mellitus mengatasi diabetes manfaat fasilitas
berlanjut : mellitus. kesehatan.
a) menyebutkan Diskusikan dengan
manfaat fasilitas keluarga tentang
kesehatan manfaan pelayanan
b) memanfaatkan Respon kesehatan.
fasilitas pelayanan psikomotor
kesehatan Anjurkan keluarga
untuk periksa ke
pelayanan
kesehatan lebih
dari 3 kali sebulan
dan segera kontrol
jika obat habis.
Tanyakan perasaan
keluarga setelah
DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
mengunjungi
fasilitas kesehatan.
2.4.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program.
Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga, memandirikan
keluarga. Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu
yang cukup umtuk merencanakan implementasi (Achjar, 2012).
2.4.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas
dari serangkaian program yangdigunakan terkait program kegiatan, karakteristik dan
hasil yang dicapai (Patton, 1986 dalam Helvie, 1998). Program evaluasi dilakukan
untuk memberikan informasi kepada perencana program dan pengambilan kebijakan
tentang efektifitas dan efisiensi program. Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan
kerampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan rencana dan
tuntutan keluarga.
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk unpan
balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dialakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan
keputusan. Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi
kesuksesan dalam pelaksanaan program. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga,
didokumentasi dalam SOAP (subjektif, objektif, analysis, planning) (Achjar, 2012).
Tabel 2.6 Implementasi Dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga
DIAGNOSA
TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan Dengan SUBJEKTIF :
pemeliharaan menggunakan leaflet,
- Keluarga
kesehatan b.d mendiskusikan mengatakan diabetes
ketidakmampuan bersama keeluarga mellitus merupakan
keluarga merawat tentang pengertian gangguan
anggota keluarga diabetes mellitus, metabolisme yang
yang sakit. gejala diabetes ditandai dengan
mellitus, penyebab hiperglikemi atau
diabetes mellitus. peningkatan kadar
gula dalam darah
Menanyakan pada yang berhubungan
keluarga tentang hal- dengan abnormalitas
hal yang belum metabolisme
dimengerti karbohidrat, lemak,
menyangkut dan protein yang
pengertian diabetes disebabkan oleh
DIAGNOSA
TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
mellitus, gejala penurunan sekresi
diabetes mellitus, insulin atau
penyebab diabetes penurunan
mellitus. sensitivitas insulin
atau keduanya dan
Meminta keluarga menyebabkan
untuk menjelaskan komplikasi kronis
kembali pengertian mikrovaskuler,
diabetes mellitus, makrovaskuler, dan
gejala diabetes neuropati.
mellitus, penyebab - Keluarga
diabetes mellitus. mengatakan gejala
yang biasanya
Memberi pujian atas terjadi pada diabetes
jawaban yang benar mellitus seperti:
dari keluarga. 1) Kadar glukosa
puasa tidak normal
DIAGNOSA
TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
2) Peningkatan
pengeluaran urin
(poliuria)
3) Timbul rasa harus
(polidipsia)
4) Rasa lapar yang
semakin besar
(polifagia)
5) BB berkurang
6) Lelah dan
mengantuk
7) Gejala lain seperti
kesemutan
8) Gatal, mata kabur,
impotensi, dan
peruritas vulva
DIAGNOSA
TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN

- Keluarga
mengatakan
penyebab diabetes
mellitus yaitu:
1) DM Tipe 1
yang disebabkan
oleh:
a) Faktor genetik
b) Faktor imunologi
c) Faktor lingkungan:
virus atau toksin
2) DM tipe II
Disebabkan oleh:
usia, obesitas,
DIAGNOSA
TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
riwayat dan
keluarga.

OBJEKTIF :
Keluarga menyimak
setiap penjelaan
dengan baik.

ANALYSIS :
Tujuan intruksional
khusus (TUK 1)
tercapai sesuai
rencana.

PLANNING :
Evaluasi kembali
TUK 1 tentang
DIAGNOSA
TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
pengertian diabetes
mellitus, gejala
diabetes mellitus,
penyebab diabetes
mellitus pada
kunjungan
pertemuan
kunjungan
berikutnya.

Lanjutkan ke TUK 2
tentang bagaimana
mengidentifikasi
diabetes mellitus
untuk pengambilan
keputusan yang
DIAGNOSA
TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
akan diambil
keluarrga.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian dalam bentuk studi kasus yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan
keperawatan keluarga pada klien yang menderita Diabetes Mellitus dengan
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan di Desa Kebonagung, Kecamatan Ploso,
Kabupaten Jombang. Keluarga dan klien yang sakit di observasi selama 2 minggu.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian studi kasus ini akan dilakukan di desa kebonagung, kecamatan
Ploso, kabupaten Jombang. Penelitian akan di lakukan selama 2 minggu, setiap
minggu 3 kali kunjungan, dan setiap kali kunjungan membutuhkan waktu 60 menit.

3.3 Subyek Penelitian


Subyek penelitian ini adalah 2 keluarga yang memiliki masalah Diabetes
Mellitus pada anggota keluarganya dengan ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan .

3.4 Pengumpulan Data


Proses pengumpulan data studi kasus ini terdapat dalam tahapan sebagai berikut:
1) Peneliti mengajukan surat rekomendasi penelitian kepada institusi pendidikan
STIKES PEMKAB JOMBANG.
2) Menyerahkan surat rekomendasi penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Jombang.
3) Menyerahkan surat rekomendasi kepada kepala Puskesmas Bawangan, Ploso
4) Studi dokumentasi data Puskesmas tentang Diabetes Mellitus dengan
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan di Puskesmas Bawangan, Ploso
5) Kemudian Puskesmas memberi surat pengantar ke kepala Desa Kebonagung,
kecamatan Ploso
6) Setelah diberi izin maka peneliti mencari 2 pasien yang sesuai dengan penelitian,
yaitu dua keluarga dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus dengan masalah
keperawatan Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan di Desa Kebonagung,
Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang yang termasuk dalam kriteria subyek dan
bersedia menjadi responden, kemudian diambil sebagai responden.
7) Setelah mendapatkan Responden, peneliti melakukan pengkajian keluarga dengan
mengunjungi dan memperhatikan waktu kunjungan ke keluarga, bila pagi hari
pukul 08.00 – 10.00 WIB, sore hari 17.00 – 19.00 WIB. kemudian menentukan
masalah, mendiskusikan intervensi bersama keluarga responden, implementasi dan
mengevaluasi hasil yang sudah peneliti lakukan.
8) Metode pengumpulan data yang digunakan:
a) Wawancara
Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam
(In-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
(guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
sosial yang relatif lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan,
kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti
melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan
dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga
responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan
pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple,
jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali
jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.
b) Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan
perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran
realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu
mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran
terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
c) Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data
ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti
untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan
dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku
atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di
server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.
d) Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya
dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema
menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap
pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu
permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan
yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

3.5 Uji Keabsahan Data


Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/informasi yang
diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas
peneliti, uji keabsahan data dilakukan dengan cara:
1) Kredibilitas
Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
a) Memperpanjang masa pengamatan.
b) Pengamatan yang terus-menerus.
c) Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut.
d) Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain).
e) Mengadakan member check.
2) Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang
lain.
3) Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti
dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika
membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
4) Reliabilitas
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu konsep
dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti, metode
pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan kedudukan
peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan responden.

3.6 Analisis Data


Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data
sampai dengan semua terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan
selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisa yang digunakan
dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil intepretasi
wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik
analisa digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
menghasilkan data untuk selanjutnya diintepretasikan dan dibandingkan teori yang
ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
Urutan dalam analisa data adalah:
1) Pengumpulan data
2) Data dikumpulkan dari WOD (wawancara, observasi, dokumentasi). Hasil ditulis
dalam bentuk catatan lapangan kemudian disalin dalam bentuk transkrip (catatan
terstruktur). Kemungkinan data yang ditemukan:
a) Wawancara : adakah anggota keluarga yang sakit Diabetes Mellitus, fungsi
keluarga baik atau tidak.
b) Observasi : anggota keluarga yang sakit Diabetes Mellitus atau tidak, keluarga
mengerti tentang Diabetes Mellitus atau tidak, keluarga mampu merawat anggota
yang sakit atau tidak.
3) Studi dokumentasi : melihat data di Puskesmas
4) Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan
satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif, obyektif,
dianalisis berdasarkan hasil kemudian dibandingkan dengan nilai normal.
5) Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.
Kerahasian dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas diri klien.
6) Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-
hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.
Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi.

3.7 Etika Penelitian


Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari:
1) Informed consent (persetujuan menjadi klien).
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.
2) Anonymity (tanpa nama)
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan.
3) Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi
yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga.


Jakarta: Sagung Seto.
Barnard, Christian. 2012. Pemeliharaan Kesehatan yang Efektif.
Jakarta: Gunung Mulia.
Muhlisin, Abi. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

NANDA. 2015-2016. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta: EGC.
Rumahorbo, Hotma. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai