Anda di halaman 1dari 7

1

I. IDENTIFIKASI PASIEN
 Nama : An. P
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 10 tahun
 Alamat : Jl. Pabuaran no 16 Rt 5 Rw 16, Kota

Sukabumi
 Suku : Sunda
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Pelajar
 Tanggal Pemeriksaan : 14 November 2014

II. ANAMNESIS
Secara alloanamnesis dan autoanamnesis
A. Keluhan Utama
Terdapat lesi makula hipopigemetasi di regio wajah dan leher sejak 2

minggu.
B. Keluhan Tambahan
Tidak terdapat keluhan tambahan.
C. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien dibawa oleh ibunya ke Poliklinik Kulit dan kelamin RSUD

Syamsudin, SH dengan keluhan satu lesi makula hipopigmentasi pada

wajah diatas alis kemudian menyebar ke sekitar nya pada kening, pipi

bagian kanan dan leher belakang, tanpa rasa gatal. Pasien sering

bermain sepeda pada siang hingga sore hari setelah pulang sekolah,

kemudian pasien tidak lansung berganti baju dan juga mandi.

Sebelumnya sudah diobati menggunakan krim obat namun belum ada

perbaikan.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit kulit lainya disangkal.
Riwayat penyakit sistemik disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa disangkal.
Stigmata atopik disangkal

III. PEMERIKSAAN
A. Status Generalisata
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadara : Kompos mentis
2

 Tekanan Darah : Tidak diperiksa


 Laju Nadi : Tidak diperiksa
 Laju Napas : Tidak diperiksa
 Suhu : Tidak diperiksa

B. Status Dermatologis
Regio/Letak Lesi : Wajah dan leher
Eflorensi : Lesi makula hipopigmentasi
Sifat UKK
 Ukuran : miliar sampai nummular.
 Susunan/ bentuk : bulat dan polisiklik.
 Penyebaran dan lokalisasi : sirkumskrip, regional
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Anjuran Lampu Wood dan sedian langsung.
3

IV. RESUME
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun datang dibawa oleh ibunya

ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Syamsudin, SH dengan keluhan lesi

makula hipopigmentasi pada wajah dan lehernya sejak 2 minggu lalu. Lesi

makula hipopigmentasi berbentuk polisiklik lentikular awalnya terletak di

atas alis kemudian bertambah banyak pada kening, pipi kanan dan meluas

ke leher. Keluhan tanpa disertai gatal atau panas.


Pasien kurang menjaga kebersihan.
Dari pemeriksaan dermatologi didapatkan lesi makula hipopigmentasi pada

wajah dan leher berbentuk bulat dan polisiklik, sirkumskrip.

V. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
- Leprosi
- Vitiligo
- Pitiriasis Alba
Diagnosis Kerja
Pitiriasis Versikolor

VI. PENATALAKSANAAN
- Nonmedikamentosa
Edukasi ibu pasien mengenai penyakit pasien
Edukasi ibu dan pasien untuk menjaga kebersihan kulit.
- Medikamentosa
Sistemik : ketokonazol 1 x 1 (VIII)
Vitamin C 3 x 1 (XV)
Topikal : krim Mikonazole 2 %

VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
4

Quo ad functionam : bonam


Quo ad sanamtionam : bonam

VIII. FOLLOW UP
Meminta ibu pasien untuk kontrol kembali melihat perkembangan penyakit

pasien

Analisis Kasus

Pitiriasis versikolor adalah penyakit jamur nondermatofitosis superfisialis

yang disebabkan oleh Malasezia furfur Robin, umumnya tidak memberikan

keluhan subjektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai

coklat hitam. Terutama meliputi badan dan kadang dapat menyerang ketiak, lipat

paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala berambut kadang pasien

dapat merasakan gatal ringan. Hal tersebut sesuai dengan tanda dan keluhan

pasien yaitu bercak berwarna putih tanpa disertai gatal, dengan predileksi pada

wajah dan leher.


Faktor predisposisi pitiriasis versikolor yaitu faktor endogen meliputi

defisiensi imun, malnutrisi dan heriditer, juga faktor eksogen yaitu lingkungan

yang lembab, suhu, dan keringat. Hal tersebut juga sesuai dengan kondisi pasien

yaitu pada faktor eksogen kelembapan udara dari Kota Sukabumi sehingga jamur

mudah tumbuh, aktifitas pasien yang mudah berkeringat juga kebersihan.


5

Diagnosis banding untuk pitiriasis versikolor pada pasien adalah vitiligo

yaitu hipomelanosit idiopatik ditandai dengan makula hipopigmentasi yang dapat

meluas dengan diameter beberapa millimeter sampai sentimeter daerah yang

sering terkena adalah sekitar mata, mulut, dan hidung, tibialis, pergelangan tangan

dengan etiologi autoimun, neurohumural autositotoksik dan bahan kimia. Leprosi

merupakan penyakit infeksi yang kronik dan penyebabnya adalah Mycobactrium

leprae, ditandai dengan adanya lesi hipopigentasi, papula, dan nodus dengan

anesthesia. Pitiriasis alba merupakan bentuk dermatitis yang tidak spesifik,

ditandai dengan adanya lesi hipopigentasi, papula, dan nodus yang akan

menghilang serta meninggalkan area yang depigmentasi lesi bianya berbentuk

bulat, oval, atau plakat penyebab dari pitiriasis alba diduga adanya infeksi

Streptococcus, predileksinya biasanya ekstremitas dan badan.


Pemeriksaan Yang dianjurkan adalah lampu Wood yaitu pemeriksaan

dermatologi menggunakan sinar ultraviolet 360 nm yang dipantulkan berdasarkan

perbedaan berat molekul metabolit organisme penyebab, sehingga menghasilkan

indeks bias berbeda dan menghasilkan warna tertentu, untuk pemeriksaan pada

pitiriasis versikolor akan berwarna kuning keemasan. Sedian langsung

menggunakan kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa

pendek dan spora bulat berkelompok.


Penatalaksaan pititiriasis versikolor dibagi menjadi dua, yaitu

nonmedikamentosa dan medikamentosa. Pasien berusia 10 tahun, oleh karena itu

dalam penatalaksaan harus melibatkan orang tua pasien. Sebagai penatalaksaan

nonmedikamentosa orang tua pasien perlu diedukasi mengenai :


- Penyakit anaknya
6

- Penyebab dari pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur harus dihindari

faktor pencetus, misalnya sebahabis main atau pulang sekolah harus segera

mengganti baju dan mandi.


- Karena pengobatan bisa sampai 2 minggu maka harus memberikan

pengertian agar bila obat habis untuk melakukan follow up.


Penatalaksaan medikamentosa diberiberikan pengobatan topikal dan

sistemik antara lain, yaitu :


Topikal
- Untuk penyakit yang ringan cukup diberikan solotio Na-tiosulfat 25%

dioleskan 2X sehari setelah mandi sampai sembuh.


- Obat pilihan : sampo selenium sulfida 1,8 % dioleskan diseluruh bagian

yang terinfeksi, obat digosokan pada lesi dan didiamkan 15-30 menit

sebelum mandi, digunakan sekali perhari atau 2-3 kali seminggu. Khusus

untuk daerah wajah dan genital diberikan golongan azol topikal. Obat

diberikan selama kurang lebih 2 pekan.


- Alternatif menggunakan sampo ketokonazol 2% sebelum mandi, diamkan

selama 5 menit kemudian dibilas dapat juga diberikan sampo zinc

pyrithione, dengan cara pemakain yang sama.


Sitemik
- Ketokonazol tablet, 1x200 mg/hari selama 10 hari sabagai anti jamur,
- Itrakonazol, 200-400 mg/hari selama 1 pekan,
- Flukonazol.
Pada kasus kronik berulang terapi pemeliharaan dengan topikal tiap 1-2

minggu atau sistemik ketokonazol 2x100 mg perhari sekali sebulan. Pada pasien

diberikan ketokonazol tablet dan vitamin c untuk sistemik, sedangkan topikal

diberikan krim mikonazol. Pengobatan tersebut sudah sesuai karena sudah bersifat

kausatif yakni mengobati infeksi jamur. Pemberian vitamin juga diperlukan

sebagai antioksidan untuk tubuh.


7

Prognosis pitiriasis versikolor, untuk Quo ad vitam adalah bonam karena

tidak mengganggu tanda-tanda vital, untuk Quo ad funtionam adalah bonam tidak

mengganggu fungsi tubuh sedangkan untuk Quo ad sanationam adalah bonam.

Daftar Pustaka
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, Editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi ke-5. Cetakan 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. 100−1.

2. Kartowigno S. Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit. Edisi ke-2.


Palembang: Unsri Press, 2011. hlm. 63−5

3. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA. Et al. Fitzpatrick’s


Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw-Hill,
2008. hlm. 1829−30.

4. Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Toruan T, Alam TN, Editor. Panduan
Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Jakarta: Perdoski,
2011. hlm. 105−6.
5. James, William D., Timothy G.B, Dirk M. Epityriasis Rosea. Dalam: James
WD Berger TG, Eston DM. Andrews’ diseases of the skin, Edisi ke-10.
Canada: WB Saunders Company, 2006. hlm. 313−4.

Anda mungkin juga menyukai